• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII TINJAUAN KHUSUS AXIAL LOADING TEST DAN METODE PELAKSANAAN DIAPHRAGM WALL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII TINJAUAN KHUSUS AXIAL LOADING TEST DAN METODE PELAKSANAAN DIAPHRAGM WALL"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

TINJAUAN KHUSUS

AXIAL LOADING TEST DAN METODE PELAKSANAAN

DIAPHRAGM WALL

7.1. Axial Loading Test 7.1.1. Umum

Pengujian pada pondasi Bored Pile dilakukan untuk memastikan Bored Pile yang sudah dikerjakan menurut desain dan tidak mengalami failure (kegagalan). Pengujian ini juga menjadi tolak ukur apabila nanti desain ingin dirubah. Pada proyek The

Hundred dilakukan beberapa pengujian, namun yang akan dibahas pada tinjauan khusus

kerja praktik ini adalah tentang pengujian Axial Loading Test.

7.1.2. Pengujian Bored Pile (Axial Loading Test)

Pengujian Axial Loading Test dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar kapasitas ijin tiang. Pengujian pembebanan ini dilakukan dengan memilih tiang pondasi pile group secara random/acak. Pada pengujian loading test proyek The Hundred ada 2 titik yaitu :

1) Titik Bored Pile BP. 150 (Ø 1000 mm) dengan kapasitas percobaan 1240 ton (200 % x beban rencana), pelaksanaan percobaan dimulai pada tanggal 19 November sampai dengan tanggal 21 November 2015

2) Titik Bored Pile BP. 389 (Ø 800 mm) dengan kapasitas percobaan 980 ton (200 % x beban rencana), pelaksanaan percobaan dimulai pada tanggal 17 Oktober sampai dengan tanggal 19 Oktober 2015.

(2)

Percobaan yang digunakan menggunakan Kentledge System dan sesuai dengan spesifikasi ASTM D1143-81 dengan prosedur pembacaan dan pembebanan siklik (Cyclic Loading Procedure).

7.1.3. Data Teknis

Data teknis yang digunakan pada pengujian Bored Pile pada saat pengamatan dengan 2 jenis Bored Pile yang berbeda ukuran diameternya (1000 mm dan 800 mm) yaitu sebagai berikut :

1) Jenis Pondasi : Bored Pile

2) Kedalaman : 46,4 dan 43,8 m

3) Diameter : 1000 mm dan 800 mm

4) Mutu Beton : fc’ 25 Mpa dan fc’ 30 MPa

5) Beban Rencana : 620 Ton dan 490 Ton

6) Beban Pengujian : 2x beban rencana (1240 Ton dan 980 Ton)

7) Pile Test No. : BP. 150 dan BP. 389

8) Metode Pembebanan : Pembebanan aksial tekan dengan pembebanan langsung (Kentledge System)

9) Sistem pengeccoran : Tremie method menggunakan kawat Ayam dan plastik serta pipa tremie dengan diameter 27 cm.

10) Sistem pengeboran : Rotary drilling menggunakan Soilmec RT 3 ST. 11) Prosedur Pembebanan : Slow Maintained Loading

(3)

7.1.4. Metode Percobaan Pembebanan

1) Pelaksanaan percobaan dilakukan dengan menggunakan sistem kentledge dan sesuai dengan spesifikasi ASTM – D1143-81 dengan prosedur pembacaan dan pembebanan siklik (cyclic loading procedure).

2) Percobaan ini menggunakan concrete block dengan berat total 772,8 Ton dengan perincian 227 buah concrete block dengan berat 2,4 Ton/block ditambah dengan 58 Pcs Counterweight dengan berat total 228 Ton yang berfungsi sebagai beban dan 1 buah tiang bored pile yang akan di test

3) Hydraulic Jack diletakkan tepat di tengah-tengah test pile. Sewaktu jack bekerja maka jack akan menekan test beam ke atas sehingga akan ada reaksi tekan ke tiang percobaan. Penyaluran beban test beam di tahan oleh cross

beam yang dipasang melintang dengan test beam, dan penyaluran beban cross beam ditahan oleh concrete block yang terpasang diatas cross beam.

4) Penurunan dari pondasi tiang percobaan diukur oleh 4 (empat) buah

extentiometer (dial gauge) yang dihubungkan dengan profil.

5) Baja kanal sebagai reference beam dan 2 buah dial gauge untuk pembacaan pergeseran lateral tiang.

6) Reference beam yang dipasang dengan kokoh dan di bracing. Hasil penurunan untuk tiang percobaan dalam percobaan ini dapat dilihat pada grafik dan hasil pembacaan loading test.

7.1.5. Alat-Alat yang Digunakan 1) Concrete Block

Concrete block ini memiliki berat total 544,8 Ton dengan perincian 227 buah

(4)

Gambar 7.1 Concrete Block

2) Counterweight

Counterweight yang digunakan pada pengujian ini memiliki berat sekitar 3

Ton/counterweight dan 6 Ton/counterweight.

Gambar 7.2 Counterweight

(5)

d. Jack Diameter = 560 mm e. Height = 540 mm

f. Travel Piston Max = 152,4 mm g. Brand = ENERPAC

h. Type = CLS 1006

Gambar 7.3 Hydraulic Jack

4) Pompa (Electric Pump)

Pompa (Electric Pump) yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut : a. Jumlah = 1 (satu) buah

b. Height = 246,2 mm c. Length = 585 mm d. Width = 585 mm

e. Max. Pressure = 0 - 10.000 Psi f. Merk = ENERPAC

(6)

Gambar 7.4 Pompa (Elctric Pump)

5) Extentiometer (Dial Gauge)

Extentiometer (Dial Gauge) yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut :

a. Jumlah = 4 (empat) buah b. Diameter = 75 mm c. Kapasitas = 50 mm d. Ketelitian = 0,01 mm e. Merk = MITUTOYA f. Type = 3058S – 19

(7)

6) Manometer

Manometer yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut : a. Jumlah = 1 (satu) buah

b. Kapasitas = 0 – 10.000 Psi c. Graduation = 0 – 100 Psi d. Merk = ENERPAC

Gambar 7.6 Manometer

7.1.6. Prosedur Pembacaan

Beban penurunan dan waktu akan dicatat saat penambahan dan pengurangan beban. Pencatatan untuk beban tekan adalah sebagai berikut:

1) Selama penambahan beban pada masing-masing beban akan dicatat setiap 10 menit yaitu, 0 – 10 – 20 - 30 – 40 – 50 – 60 menit.

2) Selama pengurangan beban pada masing-masing beban akan dicatat dengan interval 10 menit selama 1 jam.

3) Untuk beban puncak 200% dari design load (1000 ton untuk bored pile diameter 1000 mm dan 640 ton untuk bored pile diameter 800 ton), pembebanan harus

(8)

ditahan selama 12 jam atau maksimal 24 jam dan kecepatan penurunan tidak lebih dari 0,25 mm/jam.

4) Rebound akan dicatat setelah beban 0 ton, selama 12 jam.

7.1.7. Data Axial Loading Test

1) Bored pile diameter 1000 mm dengan data sebagai berikut : a. Beban rencana = 620 ton

b. Beban maksimal 200% = 1240 ton

(9)

Grafik Siklus Pembebanan Bored Pile diameter 1000 mm dengan load test capacity 1240 ton (200%)

(10)

Gambar 7.8 Grafik Hubungan Waktu dan Penurunan Load Test Capacity 1240 ton (200%)

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

2) Bored pile diameter 800 mm a. Beban rencana = 490 ton

b. Beban makasimal 200% = 980 ton

(16)

Grafik Siklus Pembebanan Bored Pile diameter 800 mm dengan load test capacity 980 ton (200%).

(17)

Gambar 7.10 Grafik Hubungan Waktu dan Penurunan Load Test Capacity 980 ton (200%)

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

7.1.8. Hasil Percobaan

1) Bored Pile diameter 1000 mm (BP. 150)

Tabel hasil percobaan Axial Loading Test Bored Pile diameter 1000 mm (lihat lampiran).

2) Bored Pile diameter 800 mm (BP. 389)

Tabel hasil percobaan Axial Loading Test Bored Pile diameter 800 mm (lihat lampiran).

7.2. Metode Pelaksanaan Diaphragm Wall Panel 70

7.2.1. Latar Belakang Perencanaan Pelaksanaan

Sistem dinding yang sering digunakan di proyek gedung bertingkat untuk pembuatan basement umumnya menggunkan dinding penahan tanah (retaining wall). Pada proyek The Hundred ini dinding penahan yang digunakan adalah Diaphragm

Wall. Hal ini dikarenkan dinding penahan tanah ini memungkinkan untuk digunakan di

daerah tersebut. Berdasarkan perhitungan yang telah dihitung oleh pihak konsultan perencana dan hasil penyelidikan tanah pada proyek The Hundred ini tebal Diaphragm

Wall yang digunakan adalah 60 cm dengan kedalaman sekitar ± 14 m dari elevasi cut-off level (Col) sekitar ± 8 m. Maka hal ini yang menjadikan alasan perencana untuk

memakai dinding penahan Diaphragm Wall untuk struktur bawahnya, karena kedalaman galian crane grab dapat divariasikan sesuai dengan beban dan tekanan tanah dari sampingnya yang akan dipikul oleh dinding penahan. Selain itu Diaphragm Wall mempunyai daya dukung beban tidak hanya pada ujung penampang, tetapi dari sisinya yang di bantu dengan Ground Anchor. Untuk denah panel yang direncanakan bisa dilihat pada lampiran.

(23)

Gambar 7.11 Denah Diaphragm Wall

7.2.2. Konsep Perencanaan

Perencanaan dimensi dan kedalaman Diaphragm Wall dilakukan untuk mengetahui daya dukung yang dihasilkan dari Ground Anchor tersebut agar mampu menahan beban yang akan diterima dari tanah disampingnya agar tidak terjadi keruntuhan pada dinding tanah.

Untuk menjamin keamanan pada basement dan gedung yang sedang dikerjakan, perlu dilakukan perhitungan yang akurat, dengan memperhitungkan atau mempertimbangkan faktor keamanan suatu dinding agar mampu menahan beban yang akan diterimanya oleh tanah dan tidak terjadi pergeseran yang dapat mengakibatkan kelongsoran pada lereng tanah besmen tersebut. Berikut yang perlu diperhatikan dan dihitung dalam pembuatan Diaphragm Wall adalah :

1) Beban yang akan diterima oleh dinding

2) Jenis tanah dan daya dukung tanah pada proyek yang akan dibuat suatu bangunan dan basement

(24)

4) Daya dukung selimut dinding

5) Alat berat dan lokasi kerja yang tersedia 6) Waktu dan biaya pekerjaan

Kedalaman suatu titik dinding Diaphragm Wall haruslah mencapai tanah keras, hal ini dapat diketahui melalui pengujian tanah terlebihdahulu sebelum perencanaan, dengan cara pengeboran dan penyondiran pada titik tanah yang akan dijadikan sebagai dinding Diaphragm Wall, lalu sampel tanah diambil dan diuji di laboratorium.

7.2.3. Pengertian Diaphragm Wall

Diaphragm Wall adalah dinding penahan tanah (Retaining Wall) sekaligus

digunakan untuk dinding lantai basement pada struktur bangunan yang memiliki lantai bawah tanah, pengerjaanya dilakukan sebelum melakukan pekerjaan galian tanah dengan cara melakukan pengeboran, pemasangan besi kemudian diakhiri dengan pengecoran. setelah struktur Diaphragm Wall mencukupi umur serta kekuatanya maka bisa dilanjutkan dengan pekerjaan galian tanah. Metode ini merupakan alternatif pengganti pekerjaan dinding yang digunakan untuk menahan tanah seperti tiang pancang, turap, trucuk bambu, dan lain-lain. Pertimbangan menggunakan dinding penahan tanah dengan metode seperti ini adalah apakah menggunakan metode ini bisa lebih murah, lebih cepat, serta terutama kuat.

Struktur dinding Diaphragm Wall menggunakan beton dengan mutu K-450 dengan pemesanan beton ready mix setiap truk mixer melewati proses slump test dengan ketentuan lolos 20 ± 2,5 cm dan juga dibuat 5 benda uji untuk setiap 1 lubang galian atau 10 jika lebih dari 50 m3 yang nantinya 2 akan di test di supplier, 2 di laboratorium yang diperintahkan kontraktor dan 1 sebagai sisa bila ada benda uji yang

(25)

7.2.4. Data Teknis Diaphragm Wall (Panel 70)

Dalam setiap pekerjaan diperlukan teknik atau metode pelaksanaan yang baik, efisien, dan juga memenuhi ketetapan yang sudah ditentukan oleh setiap peraturan-peraturan. Tahapan-tahapan dalam melakukan pekerjaan pembangunan Diaphragm

Wall untuk kasus panel 70. Berikut data dan lokasi panel yang di tinjau :

 Galian lubang panel

a. Level guide wall : -7.204 m

b. Tipe Panel : Closing

c. Dasar galian (desain) : -33.500 m (aktual) : -33.704 m

d. Panjang panel : 5.400 m

e. Kedalaman dri top GW : 26.50 m

f. Luas galian : 3.24 m2

g. Jenis Grab : GB 46 Darto

 Pembesian a. No gambar : IPR SD TH DW b. (GW + 10 cm) ke COL : 1.596 m c. Kedalaman : 26.50 m d. Observasi : Instrumen VWSG  Pengecoran

a. COL ke Guide Wall : 1.496 m

b. COL : -8.700 m

c. Supplier Beton : Pionir Beton

d. Volume Aktual : 85.0 m3

(26)

f. Overbreak : 0.88 % g. Kode Sample Beton : P 70  Lokasi Panel

Gambar 7.12 Denah Panel 70

7.2.5. Metode Pelaksanaan 1) Pekerjaan Persiapan

Tahapan awal suatu pekerjaan adalah pekerjaan persiapan yang di dalamnya adalah mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dan penggunaan peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi para pekerja. Tujuannya melindungi dan meminimalisir resiko kecelakaan pada pekerja. Selain itu juga pemahaman gambar shop drawing juga penting, sebelum dilaksanakan pihak kontraktor terlebih dahulu memperlihatkan gambar dan meminta persetujuan terlebih dahulu kepada pihak dari Konsultan MK, setelah gambar disetujui dan telah sesuai, gambar

(27)

ini adalah data koordinat aktual untuk panel 70 yang berada diantara joint 70 dan joint 69 : a. Joint 69 : X = 1821.688 Y = - 3230.605 b. Joint 70 : X = 1822.866 Y = - 3228.065

Setelah memahami shop drawing, Surveyor membidikan theodolite pada area dalam panel akan ditinjau. Lalu memberi titik dari hasil bidikan tersebut, kemudian surveyor menandai dengan cara dipatok dan memberi label titik serta keterangan lainnya. Kemudian perlu ditentukan juga apakah bentonite yang akan dipakai untuk mencegah keruntuhan tanah, pada proyek The Hundred ini dipilih polimer. Selain itu setiap pagi sebelum pekerjaan dimulai dilakukan terlebih dahulu toolbox meeting yaitu rapat seluruh kru yang bekerja yang dipimpin oleh project manager sendiri untuk menyampaikan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan juga hal-hal lainnya seperti mengingatkan kembali tentang keamanan dan keselamatan kerja.

Gambar 7.13 Penentuan Titik Koordinat Panel oleh Surveyor

1) Pembuatan Guide Wall

Setelah titik ditentukan selanjutnya dibuatlah dinding pengarah atau Guide Wall,

Guide Wall adalah sebagai landasan dan pedoman dalam pengeboran agar pengeboran

(28)

dengan cara menggali sekeliling titik untuk galian kemudian titik untuk galian diberi semacam bekisting lalu dipasangi besi kemudian diberi campuran beton diatas tanah agar patokan tersebut tidak hilang atau runtuh, lebar untuk Guide Wall sendiri yaitu 600 mm dengan panjang sepanjang Diaphragm Wall.

Gambar 7.14 Proses Pembuatan Guide Wall

2) Proses Penggalian

Setelah titik ditentukan maka dilakukan penggalian sampai kedalaman yang sudah direncanakan dengan bantuan alat crane grab dan juga sambil memasukan cairan

bentonite agar tanah tersebut tidak roboh atau runtuh. Untuk penggalian sendiri bisa

berpindah-pindah atau tidak perlu berurutan agar tidak terjadi keruntuhan pada tanah. Untuk panjang panel yang melebihi 2,7 meter dilakukan beberapa kali penggalian atau

(29)

Proyek The Hundred Property BAB VII Tinjauan Khusus

First bite of Primary Panel 1 Second bite of Primary Panel 2 Third bite of Primary Panel 3

Install CWS Joint & Reinforcement Cage

4

CWS Joint

With Waterstop Suspension bars

Concreting The Panel 5 Tremie Pipe Concrete Concreting Complete 6 Theoritical Conc. Cutt Off 0.3 m

Actual Conc. Cutt Off

First Bite of Adjoining Successive Panel (After hardening of concrete)

7

Second Bite of Adjoining Successive Panel

8

Remove CWS Joint 9

After recycling, Install CWS and Reinf.Cage

10

Successive Panel Concreted and continue Exc. in other side

11

Diaphragm Wall Construction

Gambar 7.16 Skema Proses Penggalian Panel

Berdasarkan pemantauan proses penggalian dengan mesin grab ini melakukkan penggalian pada tanggal 15 September 2015. Mesin grab beroperasi untuk menggali dari pukul 13.58 WIB sampai pukul 21.55 WIB. Dengan durasi pekerjaan galian yaitu 6 jam dengan waktu break penggalian selama 2 jam dari pukul 17.00 WIB sampai 19.00 WIB.

Gambar 7.17 Proses Penggalian Lubang Diaphragm Wall

Pada proses penggalian dilakukan juga pengambilan sampel tanah setiap penggalian sedalam 2 meter. Berikut data sampel keadaan tanah pada setiap kedalaman lubang panel yang sudah diperiksa oleh enginner yang ahli pada bidangnya.

a. Kedalaman 2 m sampai kedalaman 10 m didapat jenis tanah Silty Clay, Reddish

(30)

c. Kedalaman 12 m sampai 14 m didapat jenis tanah Silty Clay, Hard.

d. Kedalaman 14 m sampai 18 m didapat jenis tanah Silty Clay, Yellowish Brown. e. Kedalaman 18 m sampai 22 m didapat jenis tanah Silty Clay, Brownish Grey, Very

Stiff.

f. Kedalaman 22 m sampai 24 m didapat jenis tanah Clay Silt, Grey.

g. Kedalaman 24 m sampai 26.5 m didapat jenis tanah Silty Clay, Grey, Hard.

3) Pemasangan CWS (Control Water Stoper)

Setelah penggalian selesai selanjutnya CWS (Control Water Stoper) dimasukan dan ditahan dengan 2 besi yang dilas ke CWS tersebut agar tidak bergoyang. CWS berfungsi sebagai penahan agar campuran beton tidak masuk ke titik atau panel yang lain. Sebelum dimasukan CWS dipasangi karet di lubang tengahnya, karet ini berfungsi sebagai penyatu dengan panel yang lain. CWS ini dibawa dengan bantuan alat service crane yang mampu membawa beban 50 – 80 ton.

Pemasangan CWS ini juga ditentukan dari tipe panel itu sendiri apa Primary,

Successive, atau Closing. Primary yaitu penggalian pertama atau tidak ada galian pada

panel disampingnya dengan syarat panjangnya harus 6 m. Succesive yaitu penggalian terusan atau ada 1 galian pada panel di salah satu sampingnya. Closing yaitu penggalian dimana terdapat galian pada panel di kedua sisinya.

(31)

Gambar 7.19 Tempat Perletakan Panel

Gambar 7.20 Pemasangan Karet pada CWS

4) Proses Pembersihan Dasar Lubang (Cleaning)

Setelah tanah selesai digali dan dipasangi CWS, selanjutnya dilakukan proses cleaning yaitu pembersihan lubang galian dengan cara mengambil endapan dari tanah yang runtuh. Kemudian tanah yang sudah digali tadi dibersihkan atau dibuang dengan menggunakan dump truck.

Gambar 7.21 Proses Cleaning Galian

Setelah selesai proses penggalian maka selanjutnya proses cleaning atau pembersihan dasar lubang panel pada keesokan harinya pada tanggal 16 September

P1 S1 S3 C P2 S2 S4

(32)

5) Pabrikasi Keranjang Tulangan

Bar Bending Schedule ( BBS ) adalah spesifikasi dan dimensi gambar tulangan

yang dipakai dalam pelaksanaan, hasil perhitungan BBS adalah panjang tulangan yang dipotong untuk digunakan dan sudut tulangan yang harus dibengkokkan. Untuk melihat lebih jelas BBS bisa dilihat pada lampiran data record panel 70. Sebelum melakukan pabrikasi dan perakitan tulangan harus memahami terlebih dahulu BBS tujuannya agar mempermudah pekerjaan pemotongan dan pemasangan tulangan yang akan digunakan. Pekerjaaan pabrikasi meliputi pekerjaan pengukuran tulangan, pembengkokan dan pemotongan. Setelah melihat BBS, panjang tulangan yang akan digunakan diukur terlebih dahulu, kemudian di potong, pekerjaan pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan bar cutter sedangkan untuk pekerjaan pembengkokan dilakukan dengan menggunakan bar bending.

Gambar 7.22 Pekerjaan Pembengkokan Tulangan

Tulangan yang dipakai untuk pembuatan Diaphragm Wall ini antara lain: ∅25 untuk tulangan utama dan bracing, ∅16 untuk sengkang, dan ∅13 untuk kait. Untuk mengetahui komponen lengkap tulangan panel 70 bisa dilihat pada lampiran Bar

(33)

Gambar 7.23 Pembuatan Tulangan Panel

6) Pemasangan Tulangan

Proses memasukan tanah kedalam lubang galian ini adalah yang tersulit karena dengan tinggi 20 meter lebih dibutuhkan 2 crane yang salah satunya diberi Spider agar bisa mengikat bagian atas tulangan dengan lebih banyak ikatan dan memakai 2 crane agar tulangan bisa berdiri tegak. Setelah berdiri tegak maka tulangan dibawa ke lubang galian dengan 1 crane yang ada spider tersebut. Saat penurunan dipasang dak beton atau beton tahu agar tulangan tersebut tidak bergoyang atau tidak kendor dengan diikat oleh kawat.

(34)

Gambar 7.25 Pemasangan Tulangan pada Spider

Pada beberapa bagian pula ada besi yang dipotong dengan menggunakan las yaitu besi stifftener yang berada pada jalur masuk tremi, besi yang dipotong itu sebenarnya hanya bagian agar tulangan tetap tegak saat diberdirikan. Setelah besi Stifftener yang menghalangi jalur tremie di potong semua maka selanjutnya pada bagian atas tulangan di sambung gantungan dengan cara di las, gantungan ini berfungsi agar ketinggian tulangan sesuai perencanaan.

Proses pemasangan tulangan dengan bantuan 2 Crawler Crane dan Spider untuk mengangkat keranjang tulangan ke dalam lubang panel dilakukan pada pukul 14.00 WIB sampai pukul 15.08 WIB dengan durasi selama 60 menit.

(35)

tanah akan tetapi saat pengecoran dipotong sampai minimal pipa tremie melebihi 3 m dari kedalaman yang telah dicor karena agar beton tersebut tidak terpotong. Pipa tremie memiliki panjang 0,5 m, 1 m, 2 m, dan 3 m dengan diameternya 27 cm. Corongnya mempunyai saringan untuk menahan benda-benda besar seperti batu atau kayu agar saluran pipa tremie tidak tersendat saat pengecoran berlangsung.

Gambar 7.27 Pemasangan Pipa Tremie pada Galian Panel

Pemasangan pipa tremie dan corong dari mulai penyusunan hingga masuk ke dalam lubang panel pada pukul 15.30 WIB sampai pukul 16.00 WIB dengan durasi selama 30 menit.

8) Proses Pengecoran

Setelah keranjang tulangan masuk maka selanjutnya dilakukan pengecoran beton

ready mix dengan mutu K – 450 yang telah lolos uji slump test 20 ± 2,5 cm. Beton ready mix adalah beton segar yang belum mengalami proses pengikatan dan perkerasan

yang diproduksi di batching plant. Sebelum dilakukan pengecoran, terlebih dahulu dilakukan slump test, hal ini dilakukan agar beton yang dicor sesuai dengan rencana.

(36)

Gambar 7.29 Uji Slump Test

Pada lubang galian juga harus terdapat bentonite agar selama pengecoran tanah tidak runtuh dan dipasang alat penyedot bentonite agar menyedot cairan tersebut yang meluap saat pengecoran dilaksanakan.

Sebelum pengecoran terlebih dahulu dimasukan bola sterofoam dan kawat ayam ke dalam pipa tremie agar memisahkan tumpahan pertama perkerasan beton dengan bentonite di dalam pipa tremie. Setelah semua truck mixer dislump kemudian dilakukan proses pengecoran, proses pengecoran ini bisa dilakukan dengan 2 truck mixer sekaligus karena mempunyai 2 tempat untuk jalur masuknya pipa tremie dan saat pengecoran lubang galian harus terisi dengan bentonite agar tanah tidak runtuh pada saat pengecoran dimulai. Dalam kondisi apapun pengecoran harus tetap dilanjutkan sampai selesai.

(37)

Plastik dan sterofoam digunakan pada pekerjaan mass concrete pada tahap perawatan (curing), setelah pelaksanaan berlangsung. Plastik dan sterofoam berfungsi untuk menurunkan suhu pada beton setelah pengecoran berlangsung.

Kawat ayam digunakan sebagai stop cor, kawat ayam ini membagi bagian-bagian tersebut guna memudahkan pelaksanaan pengecoran mass concrete pada panel Selain itu, pemasangan kawat ayam juga berfungsi sebagai penahan kecepatan pengecoran, agar berlangsungnya pengecoran dapat dikendalikan.

Gambar 7.31 Proses Pengecoran

Proses pengecoran dengan boton ready mix dilakukan pada pukul 16.50 WIB sampai pukul 17.45 WIB dengan durasi sekitar 60 menit. Pengecoran di catat oleh ceker dengan laporan pengecoran dengan mencatat dari waktu kedatangan truck mixer hingga beton ready mix ditumpahkan ke dalam lubang panel. Untuk melihat laporan pengecoran pada lubang panel 70 bisa dilihat pada lembar lampiran.

9) Cisel Atau Pencabutan CWS

Setelah 6 - 12 jam proses pengecoran maka selanjutnya CWS tersebut bisa dilepas dengan cara menarik CWS dengan dibantu satu lagi alat yang membantu menarik CWS yang bernama Cisel. Alat tersebut berguna untuk mengikis beton pada sisi CWS sehingga CWS bisa dicabut. Pada saat pencabutan CWS, karet yang berada pada CWS akan tertinggal di dalam karena sudah melekat dengan beton akibat dicor, karet ini nantinya berfungsi sebagai pengikat atau penyatu antar panel.

(38)

Gambar 7.32 Proses Persiapan Cisel

Proses pencabutan CWS dilakukan setelah proses pengecoran sudah lebih minimal 6 jam. Dari data pengecoran, proses tersebut berakhir pada pukul 17.45 WIB. Sehingga pencabutan CWS bisa dilakukan sekitar pukul 22.45 WIB. Proses pencabutan CWS dilakukan pada pukul 22.25 WIB sampai keesokan harinya pada pukul 09.05 WIB. Proses pencabutan CWS ini sebenarnya terlambat dari waktu pencabutan yang biasa dilakukan pada pencabutan CWS panel-panel lainnya yang hanya memerlukan waktu sekitar 60 menit untuk mengeluarkan CWS dari cetakan beton pada lubang panel. Proses pencabutan panel 70 ini sangat sukar dilepas dan akhirnya dilanjutkan pada keesokan harinya pada pagi hari sampai tercabutnya CWS.

Semua pekerjaan dari pekerjaan penggalian sampai cisel direcord atau dicatat oleh para ceker dilapangan untuk bahan pemahaman proses metode pelaksanaan Diaphragm

Wall. Sehingga mendapatkan catatan atau rekapan untuk dilaporkan ke kantor pusat

terkait progres yang terjadi di proyek The Hundred ini. Untuk contoh record pekerjaan

Gambar

Gambar 7.3 Hydraulic Jack  4)  Pompa (Electric Pump)
Gambar 7.4 Pompa (Elctric Pump)  5)  Extentiometer (Dial Gauge)
Tabel 7.1 Prosedur Pembacaan Loading Test Kapasitas 1240 ton (200%)
Grafik  Siklus  Pembebanan  Bored  Pile  diameter  1000  mm  dengan  load  test  capacity  1240 ton (200%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

(e) Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman lebih dari 40 meter di bawah permukaan tanah ; Dalam hal ini yang paling baik adalah tiang baja dan tiang beton yang dicor

7. Jika terjadi deviasi antara elemen yang satu dengan elemen yang lain,maka perlu dilakkuan penutupan celah dengan back up Rod dan sealant sehingga.. terlihat rapih dalam