• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PSYCHOLOGICAL SUCCESS FREQUENCY TERHADAP SELF EFFICACY: Field Experiment

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PSYCHOLOGICAL SUCCESS FREQUENCY TERHADAP SELF EFFICACY: Field Experiment"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PSYCHOLOGICAL SUCCESS FREQUENCY TERHADAP

SELF EFFICACY: Field Experiment

Dewi Lestari

Universitas Kristen Satya Wacana dewi_denny10@yahoo.com

Tutuk Ari Arsanti

Universitas Kristen Satya Wacana tutuk.arsanti@staff.uksw.edu

ABSTRACT

This research aims to examining the influence of psychological success frequency to self-efficacy. Many students from Satya Wacana Christian University were participate in field experiment. The result of each examinations in a mathematic class was used in field experiment as a treatment that stimulated participant’s feelings about fail or success of their performance. Psychological success was measured with 7 items to evaluating how successful the person feels in the examination, adapted from the Hall and Foster (1977). Self-efficacy were measured with 17 items, adapted and modified from the Sherer, at al. (1982). Scale assessing the strength of person’s efficacy. Performance was measured with score that achieved by participant in the examination. Linier regression was used to test the influenceof psychological success to self efficacy and influence of psychological success frequency to efficacy. The research finding shows that influence ofpsychological success to self-efficacy was not significant, but the influence of psychological success frequencies to self-self-efficacy was significant. One of two hypothesized of this research had supported and one hypothesized had not supported.

Key Words: Psychological Success - Self-Efficacy - Psychological Success.

PENDAHULUAN

Self efficacy merupakan penilaian dalam diri seseorang terhadap kemampuannya dalam

berkinerja untuk tugas yang spesifik (Bandura, 1977). Individu dengan tingkat self efficacy tinggi pada situasi tertentu akan mencurahkan semua usaha yang dimiliki dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, self efficacy yang tinggi akan memberikan dorongan dalam diri seseorang untuk terus berusaha dalam mencapai tujuan yang di inginkan walaupun pernah mengalami kegagalan. Lebih lanjut, kegagalan dalam pencapaian suatu tujuan akan membuat individu berusaha lebih giat lagi untuk meraih kesuksesan kembali dan berusaha mengatasi rintangan yang membuat gagal untuk kemudian akan menetapkan tujuan yang lebih tinggi lagi. Kondisi tersebut menjadi berbeda dengan individu yang mempunyai self efficacy yang rendah. Engko, (2008) menjelaskan bahwa ketika individu dengan self-efficacy rendah mengalami kegagalan maka akan cenderung merasa putus asa terhadap tugas yang diberikan.

Penelitian tentang siklus psychological success yang dilakukan oleh Hall dan Foster (1977), menjelaskan bahwa psychological success berhubungan dengan self esteem. Lebih lanjut Engko (2008) menjelaskan bahwa salah satu bagian dalam self esteem adalah self efficacy. Dengan demikian, dalam siklus psychological success (Hall & Foster, 1977) dapat dipahami bahwa pshychological

(2)

individu merasa berhasil maka self efficacy akan tinggi, namun apabila individu merasa gagal maka

self efficacy akan rendah.Dengan demikian self efficacy bisa mengalami perubahan terkait dengan

perasaan gagal dan perasaan berhasil yang dialami individu. Spieker dan Hinsz (2004) dalam kajiannya tentang dampak keberhasilan dan kegagalan secara berulang terhadap self efficacy menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami keberhasilan dan kegagalan secara berulang tidak akan mempengaruhi self efficacy secara signifikan. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kriteria gagal dan berhasil yang di alami oleh individu didasarkan pada kemampuan pencapaian kinerja tertentu dan bukan didasarkan pada self efficacy yang merupakan keyakinan individu atas kemampuannya untuk melaksanakan tugas dengan baik. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ketika

performance lebih besar dari goals maka seseorang akan dinyatakan berhasil, namun jika performance lebih kecil dari goals maka seseorang akan dinyatakan gagal dalam mengerjakan tugas.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kegagalan dan keberhasilan individu yang didasarkan atas kemampuan tidak akan mempengaruhi self-efficacy yang merupakan keyakinan individu untuk melaksanakan tugas dengan baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Smith et al (2006), dengan metode experiment menemukan bahwa kegagalan dan keberhasilan secara berulang berpengaruh signifikan terhadap self efficacy. Hasil tersebut berbeda dengan temuan Arsanti (2008), yang mencoba untuk meneliti tentang siklus

psychological success terhadap self efficacy dengan pendekatan penelitian serupa. Arsanti

menjelaskan bahwa kegagalan dan keberhasilan bersifat individual sehingga pengukuran terhadap kegagalan dan keberhasilan dilakukan secara subjektif, yaitu bagaimana individu merasa gagal dan merasa berhasil atas kinerja yang dihasilkan.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari review literature yang menunjukkan adanya temuan yang berbeda dengan beberapa pendekatan penelitian yang berbeda, maka dalam penelitian kali ini peneliti hendak mengkaji kembali bagaimana pengaruh psychological success terhadap self efficacy dengan pendekatan field experiment. Pengunaan metode ini diharapkan dapat memberikan pengalaman perasaan berhasil dan perasaan gagal secara berulang dan senatural mungkin terhadap partisipan sehingga diharapkan dapat memberikan respon psikologis yang lebih kuat.

Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik bagaimana pengaruh psychological success terhadap self efficacy sehingga dapat menambah referensi dalam penelitian yang berhubungan dengan psychological success dan self efficacy.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Self Efficacy

Self efficacy merupakan penilaian internalindividu terhadap kemampuannya dalam

berkinerja untuk tugas yang spesifik sehingga membangun keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu (Bandura, 1977; Kreitner & Kinicki, 2004). Individu yang mempunyai self efficacy rendah menetapkan tujuan yang lebih rendah pula serta keyakinan terhadap keberhasilan akan pencapaian tujuan yang juga rendah sehingga usaha yang dilakukan lemah (Bandura, 1977). Sedangkan individu yang mempunyai self efficacy tinggi akan

(3)

menetapkan tujuan yang lebih tinggi sehingga keyakinan terhadap pencapaian keberhasilan akan lebih kuat.

Self efficacy merupakan hal penting yang seharusnya dimiliki dalam diri individu, dengan adanya self efficacy seseorang dapat merasakan seberapa besar keyakinan yang dimiliki terhadap kemampuannya dan seberapa besar keyakinan seseorang dalam melaksanakan tugas yang ada. Arsanti (2008) menjelaskan bahwa self efficacy dapat mengalami perubahan, dan hal tersebut sangat tergantung pada informasi yang diterima oleh individu. Informasi yang diterima oleh individu akan dianalisis melalui proses kognitif untuk mengarahkan usaha dan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai kinerja dengan sukses.

Pengertian Psychological Success

Kegagalan dan kesuksesan merupakan fakta yang secara alamiah dibedakan mengacu pada jumlah kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan (Ellis & Davidi, 2005). Dengan demikian dapat dipahami bahwa kegagalan mengandung sejumlah kesalahan yang lebih besar bila dibandingkan dengan kesuksesan. Kesalahan biasanya ditelusuri dengan membandingkan keadaan aktual dengan yang diharapkan (Alwood, 1984).

Kesuksesan dalam pencapaian kinerja mengarah pada peningkatan perasaan psychological

success dalam diri individu (Lewin, 1936). Psychological success merupakan perasaan gagal dan

berhasil yang dirasakan dalam diri seseorang (Hall dan Faster, 1977). Lebih lanjut psychological

success senantiasa diidentifikasi melalui bagaimana kesuksesan yang dirasakan seseorang dalam

pekerjaannya. Dengan demikian perasaan berhasil dan perasaan gagal akan terkait dengan informasi atas pencapaian kinerja yang diterima oleh setiap individu. Perasaan sukses dan perasaan gagal akan menyediakan dasar yang lebih stabil untuk melakukan aktivitas kedepan (Weick, 1984).

PengaruhPsychological Success Frequency terhadap Self Efficacy

Dalam model psychological success, informasi berupa hasil prestasi individu akan terkaitdengan psychological success individu. Psychological success merupakan perasaan gagal dan perasaan berhasil yang dirasakan oleh setiap individu. Dalam penelitian Hall dan Faster (1977), menjelaskan tentang siklus psychological success, dimana jika seseorang merasasukses, maka perasaan sukses tersebut akan terkait dengan self esteem yang dihasilkan. Self esteem merupakan suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi secara keseluruhan (Engko,2008). Lebih lanjut Engko menjelaskan bahwa self efficacy merupakan bagian dalam self esteem. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika seseorang merasa dirinya begitu berarti, berharga dan dapat diterima dalam lingkungan organisasai maka hal ini dapat meningkatkan keyakinan atau kepercayaan terhadap kemampuannya dalam menjalankan setiap tugas dan diyakini tugas itu akan berhasil. Adanya keterkaitan self esteem dengan self efficacy (engko, 2008) maka dari model psychological success dapat pula diperoleh pemahaman bahwa psychological success juga akan berhubungan dengan self efficacy. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengalaman sukses di masa lalu akan meningkatkan self efficacy individu tetapi pengalaman gagal di masa lalu dapat menurunkan self efficacy (Kinicki dan Kreitner, 2004).

Keberhasilan ataupun kegagalan yang dirasakan oleh seseorang bersifat individual. Hal tersebut berarti bahwa perasaan gagal dan perasaan berhasil merupakan reaksi psikologis yang dihasilkan sebagai dampak dari informasi yang diterima dan dipahami oleh individu atas kinerja yang dihasilkan.Smith et al. (2006) menjelaskan bahwa kegagalan ataupun keberhasilan yang dialami secara berulang dapat berdampak terhadap self efficacy. Dengan pemahaman bahwa keberhasilan dan kegagalan bersifat individual, maka dapat pula dipahami bahwa seseorang yang sering mengalami perasaan gagal dimasa lalu akan mempengaruhi self efficacy yang rendah, namun berbeda dengan

(4)

seseorang yang sering mengalami perasaan berhasil maka self efficacy yang dimiliki akan lebih tinggi. Perasaan gagal dapat menyebabkan penurunan yang signifikan terhadap self efficacy, namun perasaan berhasil dapat meningkatkan self efficacy. Dengan adanya pengalaman gagal di masa lalu akan membuat individu lebih menyiapkan diri dalam melaksanakan tugas di masa depan dengan lebih baik. Berdasarkan pemahaman di atas dapat dipahami bahwa perasaan gagal dan perasaan sukses baik dialami secara berulang atau tidak akan mempengaruhi self efficacy. Dengan demikian, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini:

H1: Psychological success berpengaruh positif terhadap self efficacy

H2: Psychological success frequency berperngaruh terhadap self efficacy

METODE PENELITIAN

Desain dalam penelitian ini adalah menggunakan field experiment atau experiment lapangan, karena peneliti hendak melihat reaksi-reaksi psikologis individu dalam setting yang natural. Dengan demikian dalam penelitian ini akan mengikutsertakan 33 mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang mengambil mata kuliah Matematika Bisnis WE 130A pada semester ganjil tahun 2014 sebagai partisipan. Pemilihan kelas tersebut didasarkan pada adanya persepsi umum bahwa matakuliah matematika merupakan salah satu matakuliah yang sulit dan tidak semua mahasiswa merasa yakin terhadap kemampuan mereka untuk dapat mendapat nilai yang baik pada kelas matematika. Selain itu, pada kelas tersebut juga secara rutin melakukan tes dan membagikan hasil tes kepada mahasiswa. Dengan karakteristik tersebut maka kelas matematika bisnis dijadikan sarana dalam penelitian field

experiment ini

Prosedur Field Experimen

Pada prosedur field experiment ini peneliti melakukan beberapa tahapan dalam melakukan penelitian. Berikut adalah tahapan dari penelitian:

1) Pada awal penelitian peneliti menjelaskan tujuan kegiatan penelitian sebelum mahasiswa mengisi angket pada kelas matematika bisnis WE 130A, kemudian mahasiswa diberikan angket initia lself

efficacy untuk mengukur self efficacy mahasiswa sebelum dihadapkan pada tes.

2) Mahasiswa mengerjakan soal tes sebanyak tiga kali dalam waktu yang berbeda. Tes selama tiga kali tersebut akan memberikan pengalaman rasa gagal dan berhasil setiap kali mengerjakan dan menerima hasil tes matematika. Setiap kali mahasiswa selesai menghadapi tes dan megetahui hasilnya, mahasiswa diberikan angket psychological success dan diminta untuk mengisi angket tersebut untuk mengukur psychological success yang dirasakan oleh mahasiswa.

3) Pada akhir periode pengamatan penelitian, mahasiswa diminta mengisi angket subsequent self

efficacy guna mengetahui perubahan self-efficacy mahasiswa setelah mempunyai pengalaman

gagal dan berhasil selama tiga kali tes (periode pengambilan data terlampir). Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian iniadalahregresi sederhana untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap Y dengan tingkat kepercayaan atau α sebesar 5%.

Pengukuran dan Alat Analisis

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan intrumen self efficacy yang terdiri dari 17 pertanyaan yang telah dimodifikasi dari instrument General self efficacy yang dikembangkan oleh Sherer, Maddux, Mercandante, Prentice-Dunn, Jacob, dan Rogers (1982). Pengukuran self

efficacy menggunakan skala interval dengan nilai 1 sampai 5 yaitu dari sangat setuju sampai sangat

(5)

menunjukkan bahwa self efficacy yang dimiliki sangat tinggi. Sedangkan psychological success diukur dengan 7 item pertanyaan yang telah diadopsi dan dimodifikasi dari Hall dan Faster (1977).

Reliabilitas terhadap alat ukur self efficacy ditunjukkan dengan sedangkan psychological success menunjukkan bahwa 0,671. Dengan cronbach’s alpha > 0,5 alat ukur tersebut dinyatakan reliable selanjutnya dapat digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini.

HASIL PENELITIAN

Pengaruh psychological success terhadap Self efficacy Tabel 1 Coefficientsa psychological success Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 62.000 7.810 7.938 .000 Psychological_Success .488 .535 .162 .913 .368

a. Dependent Variable: Self_Efficacy

Berdasarkan hasil olahan data secara statistik dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh antara psychological success terhadap self efficacy adalah sebesar 0,368 > 0,05 sehingga dapat dijelaskan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara psychological

successterhadap self efficacy dengan koefisien regresi sebesar 0,488. Dengan demikian hipotesa 1

dalam penelitian ini ditolak.

Tabel 2 Coefficientsa Psychological Success Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.864 .099 29.034 .000 Perasaan Berhasil .355 .074 .654 4.815 .000

a. Dependent Variable: Sub_Self-Efficacy Tabel 3 Coefficientsa

(6)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.767 .108 34.976 .000 Perasaan Gagal -.382 .057 -.771 -6.742 .000

a. Dependent Variable: Self_efficacy

Berdasarkan hasil olahan data menggunakan regresi sederhana diketahui bahwa nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh frekuensi perasaaan berhasil dan perasaan gagal terhadap self

efficacy adalah 0,000 < 0,05 sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan atas

perasaaan berhasil dan perasaan gagal secara berulang terhadap self efficacy. Berdasarkan nilai koefisien regresi pada tabel 2 yaitu sebesar 0,355 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh positif dari perasaan berhasil yang dirasakan seseorang secara berulang terhadap self-efficacy. Sebaliknya nilai koefisien regresi pada tabel 3 yaitu sebesar -0,382 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh negatif dari perasaan gagal yang dirasakan seseorang secara berulang terhadap self efficacy. Dengan demikian hipotesa 2 dalam penelitian ini diterima.

PEMBAHASAN

Pada hipotesa pertama, hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa psychological

success tidak berpengaruh secara signifikan terhadap self efficacy. Pada penelitian ini didukung pula

dengan penelitian Arsanti (2008) yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara psychological

success terhadap self efficacy. Namun dmeikian, melalui penelitian ini memberikan pemahaman

bahwa dalam satu kali term pengamatan yaitu pada saat partisipan menghadapi kegagalan atau keberhasilan pada tes untuk pertama kalinya maka reaksi psikologis yang dimunculkan dari pengalaman tes satu kali dirasa belum kuat menimbulkan perasaan gagal atau berhasil dalam diri seseorang. Hal tersebut juga dijelaskan Engko (2008) bahwa individu dengan self efficacy yang tinggi akan memberikan dorongan dalam diri seseorang untuk terus berusaha walaupun pernah mengalami kegagalan. Sebaliknya ketika individu dengan self-efficacy rendah mengalami kegagalan maka akan cenderung merasa putus asa terhadap tugas yang diberikan. Adanya anggapan bahwa faktor keberuntungan juga dapat mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan seseorang memungkinkan perasaan gagal atau berhasil yang tidak berulang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap self-efficacy.

Hasil pengujian Hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada pengaruh secara signifikan atas frekuensi kegagalan dan keberhasilan yang dialami individu terhadap self efficacy. Artinya perasaan berhasil atau gagal yang dialami secara berulang dalam diri individu berdampak pada perubahan self

efficacy individu. Self efficacy semakin meningkat ketika individu semakin sering merasa berhasil

pada pelaksanaan tugas yang dikerjakannya. Sebaliknya self-efficacy akan menurun ketika individu sering merasakan kegagalan pada pelaksanaan tugas yang dilakukannya. Dengan demikian, munculnya perasaan berhasil atau gagal secara berulang dapat membuat seseorang lebih yakin akan kemampuan menyelesaikan tugas yang diberikan ataupun sebaliknya.

Dalam penelitian ini perasaan berhasil dan gagal secara berulang diberikan kepada partisipan melalui pengalaman mengikuti 3 kali tes yang diikuti di kelas matematika. Melalui tes tersebut

(7)

partisipan akan memperoleh hasil kinerja mereka dan partisipan diminta untuk menilai perasaan berhasil atau gagal yang dirasakan setiap kali selesai mengikuti tes. Pengalaman merasakan berhasil dan gagal yang diberikan kepada partisipan secara berulang dapat memperkuat keyakinan dalam diri partisipan atas kemampuannya. Dengan demikian semakin sering individu merasa berhasil atau merasa gagal maka akan menimbulkan reaksi psikologis yaitu psychological success yang lebih kuat sehingga dapat mempengaruhi self efficacy. Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan Spieker and Hinsz (2004), yang menunjukkan bahwa keberhasilan atau kegagalan secara berulang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self efficacy. Hal ini dikarenakan bahwa dalam penelitian Spieker and Hinsz pengkategorian atas keberhasilan dan kegagalan individu didasarkan pada standar

performance tertentu dan tidak mengacu pada psychological success yang dapat memprediksi

perubahan self efficacy dengan lebih baik. Hal tersebut diduga berkontribusi terhadap temuan hasil penelitian menjadi berbeda.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI Simpulan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa psychological success tidak berpengaruh secara signifikan terhadap self efficacy seperti yang telah dihipotesakan pada hipotesa pertama. Dengan demikian dapat dipahami bahwa apabilaindividu mengalami perasaan berhasil dan gagal secara tidak berulang, maka perasaan berhasil atau gagal tidak akan mempengaruhi secara signifikan terhadap self efficacy individu. Kesimpulan berikutnya adalah adanya perasaan berhasil atau gagal secara berulang dapat berpengaruh secara signifikan terhadap self efficacy, dengan demikian hipotesa kedua dapat diterima. Hal tersebut berarti bahwa ketika individu mengalami perasaan berhasil ataupun gagal secara berulang maka dapat mempengaruhi perubahan self-efficacy individu.

Keterbatasan dan Saran

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dilakukannya terhadap control variable berupa pengalaman partisipan atas perasaan berhasil atau gagal di bidang matematika sebelumnya akan berdampak pada pengukuran initial self-efficacy dari partisipan. Kelemahan yang lain adalah reliabilitas alat ukur psychological success yang tinggi dengan mengeluarkan 2 item pertanyaan dapat berdampak pada konten validitas alat ukur menjadi kurang baik. Dengan demikian pada penelitian yang mendatang sebaiknya beberapa pertanyaan yang harus dikeluarkan bisa digantikan dengan pertanyaan lain yang lebih tepat sehingga konten validitas alat ukur juga dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Allwood, C. (1984). Error Detection Processes in Statistical Problem Solving. Cognitive Science, Vol. 8, 413-437.

Arsanti, Tutuk.A (2008). Hubungan antara penetapan tujuan, self efficacy, kesuksesan psikologi dan kinerja.

(8)

Ellis, Shmuel & Davidi, Inbar (2005). After-Event Reviews: Drawing Lessons From Successful and Failed Experience. Journal of Applied Psychology, Vol. 90, No. 5, 857-871.

Engko, Cecilia. 2008.”Pengaruh Keputusan Kerja terhadap Kinerja Individual dengan self esteem dan

self efficacy sebagai variabel intervening”.

Hall, Dauglas., T. dan Foster, Lawrence. W. (1977). A Psychological Success Cycle and Goal Setting: Goals, Performance, and Attitudes. Academy of Management Jurnal, Vol. 20, No. 2. 149-164.

Kreitner, R. dan A. Kinicki. (2004). Organizational Behavior. McGraw-Hill.

Lewin,K., 1936, “The Psychology of Success and Failure”, Occupations, Vol. 14, 926-930.

Smith, Sara. A., Kass, Steven. J., Rotunda, Rob. J., and Schneider, Sherry. K., 2006, “If At First You Don’t Succed: Effects of Failure on General and Task-Specific Self-Efficacy and Performance”, North America Journal of Psychology, Vol. 8, No. 1, 171-182.

Spieker, Casey, J., dan Hinsz, Verlin, B., 2004, “Repeated Success and Failure Influences on Sel-Efficacy and Personal Goals”, Social Behavior and Personality. Vol. 32, No. 2, 191-189. Weick, K.E., 1984, “Small Wins: Redefining The Scale of Social Problems”, American Psychologist,

Gambar

Tabel 2  Coefficients a Psychological Success  Model  Unstandardized Coefficients  Standardized Coefficients  t  Sig

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar dalam biaya lingkungan. merupakan jenis pengungkapan

Grater (1976) diacu dalam Muntasib (2003) menyatakan bahwa sebelum menyusun perencanaan program interpretasi disusun dulu suatu prokpektus yang.. merupakan suatu

1) Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. 2) Untuk

Demikian sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemandirian dengan kualitas hidup klien skizofrenia di Klinik Keperawatan RSJ

Dari setiap obyek hasil akuisisi yang didapatkan sebanyak 27 gambar yang nantinya akan diolah ke dalam proses pre-processing, kemudian dilakukan ekstraksi ciri dan pengukuran

Alat bukti hak atas tanah dapat dilihat dari ketentuan Pasal 19 ayat (2) UUPA yang menyatakan bahwa “Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai

Nanopartikel kitosan dapat menurunkan kandungan Cd dalam medium cair dengan penambahan yang optimum sebesar 0,4 gr/50mL.Partikel tersebut juga menunjukkan penghambatan

Pernyataan pada variabel pelanggan cenderung mendapatkan tanggapan setuju oleh responden, hal ini menunjukan sebagian besar responden yakni pemilik UMKM Kuliner Asia Mega