• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERANGAN HAMA DAUN TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T.et.B) DI ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh. Rahman Piara NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SERANGAN HAMA DAUN TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T.et.B) DI ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh. Rahman Piara NIM."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

Rahman Piara

NIM. 120500017

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2015

(2)

Oleh

Rahman Piara

NIM. 120500017

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2015

(3)

Oleh

Rahman Piara

NIM. 120500017

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2015

(4)

Nama : Rahman Piara

NIM : 120500017

Program Studi : Pengelolaan Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian

Lulus ujian pada tanggal...

Pembimbing,

Ir. Emi Malaysia, MP NIP. 196501011992032002

Penguji I,

Ir. M. Nasir, MP NIP. 196112201988031002

Penguji II,

Dwinita Aquastini, S.Hut, MP NIP. 197002141997032002

Menyetujui,

Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan

Agustina Murniyati, S.Hut.MP NIP. 197208031998022001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. M. Masrudy, MP NIP. 196008051988031003

(5)

bimbingan Emi Malaysia).

Latar belakang dari penelitian ini adalah timbulnya hama merupakan salah satu permasalahan yang serius dalam pembangunan hutan, untuk jenis asli hutan Kalimantan misalnya jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et.B) masih sedikit sekali diketahui tentang hama yang menyerang, berdasarkan hal ini maka dilakukan penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis hama, gejala dan tanda serangan hama, frekuensi dan intensitas serangan hama yang dapat merusak daun tanaman Ulin di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penelitian ini dilaksanakan di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan di Laboratorium Konservasi. Waktu penelitian selama 2 bulan mulai 3 Juni 2015 sampai tanggal 3 Agustus 2015. Pengambilan data sebanyak dua kali yaitu pagi hari pukul 07.00 – 11.00 dan siang hari pukul 13.00 – 17.00. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak yaitu dengan mengundi, mengambil 50 tanaman sebagai sampel pengamatan dari 80 tanaman Ulin yang ada, umur tanaman Ulin ± 4 tahun.

Hasil penelitian serangan hama daun tanaman Ulin di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah:

1. Hama daun yang ditemukan ada 2 jenis, satu jenis hama dapat diidentifikasi yaitu ulat kantong Thyridopteryx sp. dengan gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah daun berlubang-lubang dan satu jenis hama belum dapat diidentifikasi yaitu Ulat kantong A dengan gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah daun dan tulang daun dimakan sebagian dan daun berlubang-lubang. 2. Frekuensi tanaman yang sehat adalah 38,0 %, frekuensi kerusakan ringan adalah 46,0 %, frenkuensi kerusakan sedang adalah 12,0 %, frekuensi kerusakan berat adalah 4,0 %, dan frekuensi tanaman mati adalah 0,0 %. 3. Intensitas kerusakan adalah 20,5 % termaksuk ke dalam kategori kerusakan

ringan.

Kata kunci: Jenis hama, gejala dan tanda hama, frekuensi dan intensitas

(6)

Merupakan anak ke 6 dari enam bersaudara pasangan dari Bapak Piara dan Ibu Syaria. Mulai pendidikan pada tahun 1999 di SDN 01 Waole Kecamatan Wolowa Kabupaten Pasar Wajo dan lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN Waole Kecamatan Wolowa Kabupaten Pasar Wajo dan lulus pada tahun 2008. Tahun 2008 melanjutkan ke SMAN 01 Waole Kecamatan Wolowa Kabupaten Pasar Wajo dan lulus pada tahun 2011.

Tahun 2011 sampai bulan Agustus 2012 bekerja di Rumah Sakit Darjat Samarinda sebagai Koordinator Lapangan Bagian Kebersihan Taman.

Pendidikan tinggi dimulai pada bulan September tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Manajemen Pertanian.

Selama mengikuti pendidikan telah mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. INHUTANI I Wilayah Tarakan UMH Kunyit selama 2 bulan mulai tanggal 9 Maret 2015 sampai tanggal 4 Mei 2015.

(7)

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah.

Penulisan Karya Ilmiah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, Penulis menyampaikan terima kasih secara tulus kepada semua pihak yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan dalam rangka menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini tak lupa Penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulus hati kepada :

1. Ir. Emi Malaysia, MP selaku Dosen Pembimbing.

2. Ir. M. Nasir, MP selaku Dosen Penguji I dan Dwinita Aquastini, S.Hut. MP selaku Dosen Penguji II.

3. Agustina Murniyati, S.Hut, MP selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan.

4. Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

5. Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari doa,

secara moral maupun materil kepada Penulis

7. Teman-teman Manajemen Hutan angkatan 2012 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, teman-teman kampus, teman-teman kost yang selalu memberikan dukungan.

8. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Karya ilmiah ini kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, manusia adalah tempat segala kekhilafan. Penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran untuk perbaikan Karya Ilmia ini.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

RAHMAN PIARA Kampus Sei Keledang, Agustus 2015

(8)

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hama ... 3

B. Penggolongan Hama Hutan... 3

C. Tinjauan Umum Serangga……… . 6

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga….21 E. Tinjauan Umum Ulin (Eusideroxylon Zwageri T.et.B)…………...29

BAB III . METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

B. Alat dan Bahan ... 30

C. Prosedur Penelitian ... 31

D. Pengolahan Data ... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 36

B. Pembahasan ... 39

BAB V. KESIMPILAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(9)

2. Klafikasi Derajat Kerusakan .. ... 34 3. Cara Penentuan Tingkat Kerusakan Tanaman ... 35 4. Jenis Hama Daun dan Gejala Kerusakan Daun Tanaman Ulin Di

Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda... 36 5. Frekuensi Kerusakan dan Intensitas Kerusakan Daun Tanaman Ulin

(10)

Berlubang-lubang ... 37

2. Ulat Kantong A dan Gejala Kerusakan yang ditimbulkan

(11)

Pertanian Negeri Samarinda... ..45 2. Suhu Dan Kelembapan Di Arboretum Politeknik Pertanian

Negeri Samarinda ... 47 3. Cara Perhitungan Frekuensi kerusakan daun Tanaman Ulin

Di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ... 48 4. Cara Perhitungan Intensitas Kerusakan daun Tanaman Ulin

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Sumardi dan Widyastuti (2004), banyak faktor yang diketahui dapat menyebabkan kerusakan hutan, baik yang dari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan hutan itu sendiri. Faktor-faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat terdiri atas organisme hidup atau. fraktor-faktor lingkungan fisik. Penyebab kerusakan hutan digolongkan dalam kelompok: patogen menyebabkan penyakit, serangga dan hewan hama, faktor lingkungan abiotik, tumbuhan pengganggu, kebakaran, satwa liar dan penggembalaan ternak.

Selanjutnya dinyatakan bahwa kerusakan hutan dapat terjadi oleh adanya aktivitas berbagai serangga yang hidup di dalamnya dengan pemanfaatkan tanaman hutan sebagai tempat perkembang dan sumber makanan. Tetapi banyak pula jenis serangga yang hidup terus-menerus di dalam hutan tanpa menimbulkan kerusakan yang berat. Banyak dari jenis-jenis serangga tersebut pada waktu-waktu tertentu berkembang dalam jumlah yang sangat banyak sehingga menimbulkan kerusakan yang serius.

Kerusakan oleh serangga hama dapat terjadi pada semua tumbuhan penyusun hutan, pada semua tingkat pertumbuhan dan organ tumbuhan (akar, batang, daun, buah dan biji). Besarnya kerusakan yang terjadi ditentukan oleh banyak faktor, termaksuk jumlah serangga hama, cara serangga merusak, bagian tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman serta luas bagian hutan yang dirusak. Karena kebutuhan serangga akan makan dan tempat tinggal, maka bentuk kerusakan yang terjadi banyak ditentukan oleh tipe alat mulut dan kebiasaan hidup serangga penyebab. Adanya gejala alam yang menyebabkan

(13)

keseimbangan ekosistem terganggu, serangga dapat berubah statusnya dari non-hama menjadi hama (Sumardi dan Widyastuti, 2004).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilaksanakan olahan tentang penelitian serangan hama daun tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et.B) di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis hama, gejala dan tanda serangan hama, frekuensi dan intensitas serangan hama yang dapat merusak daun tanaman Ulin di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis hama, gejala dan tanda serangan hama, frekuensi dan intensitas serangan hama yang dapat merusak daun tanaman Ulin di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hama

Menurut Darma dkk (1986) dalam Aquastini (2007) menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan hama adalah semua binatang yang dapat menimbulkan kerusakan pada pohon atau tegakan dan juga hasil hutan yang secara ekonomis. Hama adalah semua organisme hidup yang tergolong pada jenis satwa/serangga yang dapat menimbulkan kerusakan pada biji, bibit, tanaman muda dan tua yang secara ekonomis berarti atau sangat merugikan karena barada di atas ambang ekonomi (Natawiria dkk., 1991 dalam Aquastini, 2007).

Selanjutnya menurut Oemijati (1991) dalam Aquastini (2007)

menyatakan, hama hutan adalah semua binatang yang merusak pohon, tegakan hutan, bagian pohon serta hasil hutan (80 %) dari binatang yang menimbulkan kerusakan adalah serangga, selain itu tupai, tikus, babi hutan, bekicot berperan sebagai hama, tetapi orang utan, rusa, gajah dan sebagainya tidak berperan sebagai hama tetapi berpotensi sebagai hama.

B. Penggolongan Hama Hutan

Menurut Suratmo (1982), menyatakan bahwa ahli hama hutan membagi hama hutan diantaranya berdasarkan bagian pohon yang dirusak/diserang diantaranya adalah :

1. Serangga Perusak Daun (Depoliating Insects)

Akibat dari serangan serangga sebagian atau seluruh bagian daun rusak karena dimakan. Serangga perusak daun biasanya termasuk di dalam ordo-ordo Lepidoptera (larva), Hymenoptera (dewasa) dan Diptera (hanya stadium larva yang merusak daun, sedangkan dan ordo Coleoptera (dewasa) dan Orthoptera (nimfa dan dewasa) dapat merusak daun.

(15)

2. Serangga Pengebor Kulit Pohon (Inner Bark Boring Insects)

Bagian yang dirusak adalah kulit pohon bagian dalam sampai ke kambium. Lubang gerekan serangga dapat merusak atau menutup jalan pengiriman bahan makanan dari daun ke akar. Apabila kerusakan yang ditimbulkan sampai melingkari pohon, maka pohon seperti diteres yang mengakibatkan terhalangnya pengiriman makanan dari daun ke akar. Apabila akar pohon sampai mati, maka pohonnya pun menjadi mati. Serangga pengebor kulit pohon biasanya termasuk dalam ordo Coleoptera (larva).

3. Serangga Pengebor Batang Pohon Dan Kayu (Wood Boring insects)

Kerusakan yang berbentuk lubanglubang yang mempunyai bermacam -macam ukuran dan bentuk. Lubang-lubang dapat dijumpai baik pada batang dan cabang pohon yang masih hidup ataupun pada balok-balok ataupun pada kayu-kayu kering. Tiap-tiap serangga pengebor kayu mempunyai spesifikasi sendiri, ada yang tinggal di dalam kayu sebagai tempat tinggalnya saja, tetapi kebanyakan hidup dengan makan batang/ kayu. Beberapa serangga hanya merusak pohon yang sehat, ada yang merusak pohon yang sedang merana atau hanya merusak pohon yang sudah mati. Sebagian besar dan pengebor batang/ kayu termasuk ke dalam ordo Coleoptera (larva), beberapa Lepidoptera (larva) dan isoptera (nimfa dan dewasa).

4. Serangga Penghisap Cairan Pohon (Sap Sucking Insects)

Kerusakan yang ditimbulkan berbentuk noda-noda, perubahan warna (discoloration), bentuk yang membesar (malformation) atau terhentinya pertumbuhan dan bagian-bagian tertentu misalnya daun-daun atau cabang-cabang, serangga penghisap cairan pohon hampir semuanya dari ordo-ordo Homoptera (nimfa dan dewasa), Hemiptera (nimfa dan dewasa) dan Mites.

(16)

5. Serangga Perusak Pucuk dan Cabang (Bud and Twig Insects)

Kerusakan yang timbul pucuk dan cabang berlubang-lubang dan seperti diteres. Mengingat pucuk adalah tempat pertumbuhan pohon, maka serangga perusak pucuk dan cabang sangat merugikan. Penderitaan paling berat apabila serangga mengebor di dalam pucuk pohon. Serangga yang merusak pucuk biasanya termasuk di dalam ordo Lepidoptera (larva), Coleoptera (dewasa/ larva), Hemiptera dan Homoptera (nimfa dan dewasa), Diptera (larva).

6. Serangga Perusak Anakan (Seedling Insects)

Pada umumnya seluruh bagian dari anakan merupakan makanan yang digemari oleh bermacam-macam serangga karena bagian-bagiannya masih muda dan lunak. Pada umumnya serangga atau binatang perusak anakan merusak pada waktu malam hari, sehingga pada waktu siang hari anakan telah putus-putus batang, akar, atau daunnya sedang kalau dicari perusaknya sudah tidak ada. Serangga perusak anakan adalah ordo Isoptera (dewasa), Lepidoptera (larva), Orthoptera (nimfa dan dewasa), Homoptera dan Hemiptera (nimfa dan dewasa).

7. Serangga Perusak Akar (Root Insect)

Pada umumnya bagian dari akar yang dirusak adalah ujung akar tanaman muda yang merupakan bagian yang sangat lunak. Anakan-anakan yang dirusak biasanya anakan yang masih berada di tempat persemaian. Di samping serangga perusak akar yang sering dijumpai adalah Nematoda. Serangga perusak akar biasanya masuk dalam ordo Coleoptera (larva), Isoptera (dewasa).

(17)

C. Tinjauan Umum Serangga 1. Anatomi Tubuh Serangga

Menurut Partosoedjono (1985) dan Natawegena (1990), tubuh serangga mernpunyai tiga bagian tubuh yang berbeda, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen).

a. Kepala (Caput)

Pada kepala terdapat alat mulut dan sejumlah organ indera, yaitu terdapat mata, antena dan alat mulut.

1) Mata

Sebagian besar serangga dewasa dan banyak nimfa rnempunyai sepasang mata majemuk dan tiga ocelli (ocellus = mata sederhana). Mata majemuk adalah kompleks dan berubah-ubah atau bervariasi. Secara umum, mata majemuk ini adalah besar dan terletak secara dorsal lateral (bagian atas samping) pada kepala. Masing-masing mata majemuk tersusun oleh suatu unit indera individual yang disebut ommatidia (um). Jurnlah ommatidia bervariasi, misalnya satu pada beberapa semut, sampai 30.000 atau Iebih pada lalat, kumbang dan capung. Masing-masing ommatidium terdiri atas satu Iensa dan sel-sel perasa. Ommatidium secara tunggal hanya dapat merasakan sebagian kecil dan Iingkungan, namun demikian suatu bayangan (imajinasi) gambar dari semua ommatidia memberikan pandangan mozaik dari Iingkungan serangga. Sistem ini dapat merasakan getaran yang lebih cepat apabila dibandingkan dengan mata manusia.

(18)

Sebagian besar serangga dewasa dan nimfa mempunyai mata sederhana disebut ocelli (us), terletak pada bagian dorsal kepala. Jumlah ocelli pada masing-masing serangga bervariasi dari 0 - 3 (tidak ada sampai tiga). Fungsi ocelli belum seluruhnya diketahui. Mata ini tidak penting sebagai pembantu imajinasi tetapi sensitif terhadap cahaya (gelap/terang) dan bertindak sebagai organ stimulasi dalam reaksinya terhadap perubahan-perubahan utama pada iluminasi.

2) Antenna

Semua serangga dewasa dan nimfa kecuali Protura memiliki sepasang antenna yang terletak pada bagian anterior kepala, dekat dengan mata majemuk, narnun demikian pada beberapa serangga misal pada bentuk larva, antenna sangat tereduksi. Fungsi utama antenna adalah indera (sensory). Berbagai tipe-tipe rambut kecil (sensilla) yang terletak pada antenna bertindak sebagai rangsangan fisik (tactile), pembau, suhu, kelembaban dan penerima suara. Antenna sering memainkan suatu bagian yang penting pada proses birahi (mating), pada banyak serangga, sebagai contoh antenna yang menyerupai sisir pada menyengat (moth) jantan, merasakan bau (feromon), yang dipancarkan oleh ngengat betina pada species yang sama. Dimorfisme seksual pada antenna adalah umum, antenna serangga jantan sering lebih kompleks rumit dibandingkan yang betina.

Antenna secara umum digunakan sebagai suatu ciri taksonomi dalam identifikasi serangga karena variasi yang dapat dibedakan dalam

(19)

ukurannya maupun. Tipe-tipe antenna yang paling umum dapat dibedakan menjadi 12 bentuk yaitu filiform, setaceus, moniliform, clavatus, serratus, capitatus, geniculatus, lamellatus, pectinatus, anistatus, stylatus dan plumose.

3) Alat mulut

Suatu pengetahuan dasar tentang tipe alat mulut adalah penting sebab ia menunjukkan tipe makanan dan kerusakan yang disebabkan oleh serangga dalam lingkungan. Adalah juga sangat penting untuk mengenal tipe alat mulut karena mereka cukup bervariasi. Umumnya dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu tipe alat mulut menggigit mengunyah, tipe alat mulut mengunyah mengisap, tipe alat mulut menjlay mengisap, tipe alat mulut mengisa dan tipe alat mulut menusuk mengisap,

b. Dada (Thorax)

Merupakan bagian tubuh serangga yang tengah, terdiri atas tiga bagian, yaitu: prothorax (pronotum), mesothorax (mesonotum) dan metathorax (metanotum). Masing- masing thorax memiliki sepasang kaki. Sebagian besar serangga mempunyai sepasang sayap yang melekat pada mesothorax dan sepasang sayap yang kedua melekat pada metathorax. Dua buah spirakulum, yang merupakan lubang luar yang menyerupai celah dan sistem pernafasan berada pada masing-masing sisi thorax. Sebuah terletak di antara prothorax dan mesothorax yang lain terletak di antara mesothorax dan metathorax. Fungsi utama dari thorax ini adalah untuk pergerakan. Masing-masing ruas thorax terdiri atas empat kelompok utama sklerit, yaitu notum (dorsal), sternum (ventral) dan

(20)

sepasang pleura samping (tunggal pleuron). Masing-masing kelompok sering dibagi ke dalam dua sklerit atau lebih. Suatu sklerit yang khas ditunjukkan oleh melekatnya awalan yang sebenarnya (misalnya pro, meso, meta). Dalam kata lain pronotum berhubungan dengan puncak sklerit pada prothorax.

1) Kaki

Kaki untuk berjalan merupakan bentuk kaki yang umum dari semua tipe yang akan berkembang lebih lanjut. Masing-masing kaki terdiri atas sebuah coxa (ruas pangkal), trochanter (ruas kecil, sering dua ruas, ujung dan ruas kaki pertama yang panjang), tibia (ruas kaki kedua yang panjang), tarsus (satu sampai lima ruas kecil di bawah tibia) dan pretarsus (ruas kaki terakhir, secara normal terdiri atas claw dan satu atau lebih bangunan menyerupai tapak kaki). Serangga-serangga memiliki kaki yang diadaptasikan untuk meloncat, memegang, berenang dan menggali. Ciri-ciri pada kaki sering digunakan untuk identifikasi serangga yang begitu luas oleh karena variasi-variasi jumlah ruas tarsus dan jumlah, bentuk serta letak duri-duri.

2) Sayap

Kebanyakan serangga dewasa memiliki sepasang yang membraneus

terletak secara dorsolateral pada mesothorax dan metathorax. Sayap digunakan dalam identifikasi serangga sebab mereka bervariasi dalam jumlahnya, ukuran, venasi dan posisi menggantung pada waktu istirahat.

(21)

c. Perut (Abdomen)

Merupakan bagian posterior tubuh serangga. Abdomen serangga secara umum terdiri atas sebelas ruas yang agak serupa (uniform) dengan ruas paling akhir membentuk alat-alat tubuh/genetalia.

2. Metamorfosis Serangga

Menurut Partosoedjono (1985) dan Natawegena (1990), metamorfosis adalah perubahan bentuk yang dialam oleh serangga mulai dar telur sampai serangga dewasa. Ada tiga tipe metamorfsis pada serangga yaitu tanpa metamorfsis, metamorfsis sederhana dan metamorfsis sempurna.

a. Tanpa Metamorfosis

Tanpa metamorfosis termasuk species yang tanpa/sangat sedikit perubahan dalam bentuk dan individu setelah menetas. Ekor pegas (Collembola), Thysanura, Protura dan Diplura merupakan contoh-contohnya. Serangga-serangga ini tidak memiliki sayap dan celah sayap (calon sayap). Kebanyakan adalah berukuran kecil dan dijumpai pada tanah atau sisa-sisa (bahan) organik. Kurang dan 1 % dan species-species serangga yang telah dideskripsi tidak mengalami metamorfosis.

b. Metamorfosis Sederhana

Serangga dengan metamorfosis sederhana perkembangan atau pertumbuhan tipe serangga ini berubah secara bertahap dalam bentuk luarnya mulai dari telur sampai bentuk serangga dewasa. Bentuk-bentuk pradewasa disebut nymfa mempunyai kebiasaan serupa dengan yang dewasa.

(22)

c. Metamorfosis Sempurna

Metamorfosis sempurna terjadi pada ordo-ordo serangga yang lebih lanjut (advance). Serangga-serangga dengan metamorfosis sempuma berkembang dari satu telur menjadi larva, dan larva ke pupa dan akhirnya dari pupa keserangga dewasa. Semua pertumbuhan yang nyata dan perkembangannya dihasilkan dan larva yang makan. Stadium pupa tidak makan, merupakan stadium transformasi (peralihan). Serangga dewasa makan, berbiak dan memencar di dalam lingkungan.

3. Serangga Mengguntungkan Dan Merugikan

Menurut Partosoedjono (1985), Natawegena (1990) dan Jumar

(1997), masalah penggolongan apakah serangga tersebut berguna atau

merugikan adalah berdasarkan dari sisi kepentingan manusia itu sendiri, atau sering dikenal dengan istilah antroposentris. Hampir lebih dari 90% serangga itu menguntungkan bagi manusia, baik disadari atau tidak. Peran serangga antara lain dan 10 % merugikan :

a. Serangga Mengguntungkan 1) Penyerbuk Tanaman (Polinator)

Banyak tanaman budidaya maupun tanaman liar yang polinasinya dibantu serangga. Jika dikonversi nilainya mencapai $ 20 miliyar di USA. Salah satu serangga yang terkenal sebagai penyerbuk adalah Lebah Madu (Apis mellifera).

2) Penghasil Produk Komersial

Lebah Madu (Apis mellifera) menghasilkan madu, ulat sutera (Bombyx

mori) dapat menghasilkan benang sutera, kutu lac (scale insects)

(23)

3) Pemakan Serangga (Entomophagous)

Contoh yang terkenal adalah kutu yang menyerang tanaman Jeruk Iceria

purchasi pada tahun 1868. Selama 15 tahun, hama tersebut telah

merusak produksi Jeruk di California. Tahun 1888 diimport kutu tempurung Rodolia cardinalis dari Australia, yang dalam waktu 2 tahun dapat mengendalikan populasi hama tersebut.

4) Serangga Pengurai

Serangga pengurai adalah pemakan bahan organik: sisa tanaman, binatang, dan kotoran binatang. Antara lain serangga pengurai adalah Kumbang tai (dung beetles), serangga tanah juga dapat membuat tanah lebih subur dan mendapat oksigen lebih baik. Jumlah Kolembola dalam satu hektar dapat mencapai jutaan dan jenisnya juga bervariasi.

5) Serangga Pemakan Gulma

Tanaman dianggap gulma jika tumbuhnya tidak diharapkan ditempat tersebut. Serangga pemakan gulma antara lain adalah Larva Cactobalctis

cactorum melubangi kaktus (Opuntia spp). Awalnya tanaman kaktus ini

diimport ke Australia, tetapi akhirnya tumbuh merajalela pada areal seluas lebih dari 25 juta hektar. Kumbang ini akhirnya dapat mengurangi populasi kaktus tersebut. Tetapi kadang kala hama pemakan gulma ini dapat menjadi hama pada tanaman utama misalnya kumbang Colorado yang menjadi hama pada tanaman kentang.

6) Serangga sebagai Makanan Manusia dan Hewan.

Serangga sebagai makanan manusia dan hewan nilai gizi serangga sangat tinggi (protein dan lemak), namun dapat menyebabkan alergi. Manusia di beberapa daerah tertentu makan serangga diantara adalah di

(24)

Indonesia Ulat Jati, Ulat Turi, Laron, Belalang; di Meksiko: ulat dijual dalam kaleng, di Thailan dibikin bumbu (Belostomatidae), di Afrika Laron dan Belalang.

7) Serangga di Bidang Kedokteran

Lalat Spanyol telah lama dianggap sebagai ‘obat’ bagi lelaki di Meksiko. Sengat lebah digunakan untuk mengobati sakit reumatik. Belatung (blow

fly) pada perang dunia I digunakan untuk menyembuhkan luka yang

dalam. Setelah diselidiki ternyata lalat tersebut mengeluarkan allantoin, zat yang dapat membantu penyembuhan luka.

8) Serangga di Bidang Ilmu Pengetahuan

Sebagai model dalam mempelajari perilaku, gerak, biologi, dan genetik. Populasi serangga tertentu digunakan untuk indikator keadaan ekologi. Misalnya Anggang-anggang sebagai indikator air bersih.

9) Serangga di Bidang Estetika

Banyak serangga digunakan sebagai model untuk seni dan pola warna dari pakaian. Koleksi serangga karena keindahannya menjadi hobby bagi orang tertentu. Serangga termahal adalah kumbang dari Australia, seharga $4 0000 US, di Indonesia banyak serangga dikumpulkan hidup dan dijual ke Jepang.

b. Serangga Merugikan

di Indonesia sangat banyak serangga yang merugikan terutama yang merugikan dibidang pertanian termasuk di dalamnya peternakan, kehutanan, perkebunan dan kesehatan baik manusia maupun hewan. Contoh pada bidang perkebunan banyak sekali jenis serangga yang menyerang tanaman sepertinya ngengat kubis Crocidolomia binotalis, serta

(25)

ngengat Plutella spp., untuk tanaman buah-buahan ada hama perusak buah salak Nedodemia sp., dan untuk tanaman kelapa ada juga jenis kumbang yang disebut Kumbang Badak. Dibidang kehutanan, rayap yang termaksuk family Kalotermitidae, sering merusak pohon dan akar dari pohon Jati.

Hampir semua tanaman yang berguna bagi manusia dapat dirusak oleh serangga. Serangga merusak tanaman dengan cara :

1) Memakan bagian tanaman dengan cara menggerek batang cabang, cabang, ranting, buah atau biji.

2) Mengisap cairan daun, sehingga daun menjadi keriting. 3) Menyebabkan puru pada tanaman.

4) Mengorok daun, yaitu membuat terowongan di antara epidermis atas dan bawah daun.

5) Membawa serangga lain ke pertanaman, dan serangga tersebut lalu berkembang biak serta merusak tanaman.

6) Menularkan organisme penyebab penyakit tanaman, atau membuat luka pada tanaman sehingga organisme sekunder masuk ke dalam tanaman. Selain merusak tanaman, sehingga juga dapat merusak bahan simpanan. Di tempat penyimpanan atau gudang merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangan serangga hama gudang karena tidak ada musuh lainnya. Di samping itu perkembangan serangga di dalam gudang berlangsung lama tampa diketahui oleh manusia.

(26)

4. Beberapa-berapa Ordo Serangga

Menurut Anonim (1991), sifat morfologi tersebut juga menyangkut morfologi serangga stadia muda, karena bentuk-bentuk serangga muda tersebut juga memiliki ciri yang khas yang juga dapat digunakan dalam identifikasi, ada beberapa contoh ordo yaitu sebagai berikut:

a. Ordo Orthoptera

Ciri-ciri Orthoptera adalah sebagai berikut:

1) Berasal dari kata orthos yang artinya lurus dan pteron artinya sayap. 2) Golongan serangga ini sebagian anggotanya dikenal sebagai

pemakan tumbuhan.

3) Ada beberapa diantaranya yang bertindak sebagai predator.

4) Sewaktu istirahat sayap bagian belakangnya dilipat secara lurus di bawah sayap depan.

5) Sayap depan mempunyai ukuran lebih sempit daripada ukuran sayap belakang.

6) Alat mulut nimfa dan imagonya menggigit-mengunyah yang ditandai adanya labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.Tipe metamorfosis ordo ini adalah paurometabola yaitu terdiri dari 3 stadia (telur, nimfa dan imago).

Beberapa contoh serangga jenis ordo Orthoptera: 1) Belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.); 2) Belalang pedang (Sexava spp.);

3) Jangkrik (Gryllus mitratus Burn dan Gryllus bimaculatus De G.); 4) Anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal.).

(27)

b. Ordo Hemiptera

Ciri-ciri Hemiptera adalah sebagai berikut:

1)

Hemi artinya setengah dan pteron artinya sayap. Beberapa jenis

serangga dari ordo ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap tubuh serangga lain.

2)

Serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah di daerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis.

3)

Paurometabola merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur, nimfa dan imago.

4)

Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap. Nimfa dan imago merupakan stadium yang bisa merusak tanaman. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah:

1) Kepik buah jeruk (Rynchocoris poseidon Kirk),

2) Hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii); 3) Walang sangit (Leptocorixa acuta Thumb);

4) Kepik buah lada (Dasynus viridula).

c. Ordo Homoptera

Ciri-ciri Homoptera adalah sebagai berikut :

1)

Homo artinya sama dan pteron artinya sayap serangga golongan ini

mempunyai sayap depan bertekstur homogen.

2)

Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya Kutu daun (Aphis sp.) sejak

(28)

menetas sampai dewasa tidak bersayap namun bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan untuk berpindah habitat.

3)

Tipe perkembangan hidup serangga ini adalah paurometabola (telur, nimfa dan imago).

Jenis serangga ini, antara lain;

1) Wereng Coklat (Nilaparvta Lugens); 2) Wereng Hijau (Nephotettix Apicalis); 3) Kutu Loncat (Heteropsylla);

4) Kutu Daun (Myzus Persicae).

d. Ordo Lepidoptera

Ciri-ciri Ordo Lepidoptera adalah sebagai berikut:

1) Berasal dari kata lepidos sisik dan pteron artinya sayap.

2) Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap.

3) Perkembangbiakannya bertipe holometebola (telur-larva-pupa-imago). 4) Larva sangat berpotensi sebagai hama tanaman, sedangkan imagonya (kupu-kupu dan ngengat) hanya mengisap madu dari tanaman jenis bunga-bungaan. Sepasang sayapnya mirip membran yang dipenuhi sisik yang merupakan modifikasi dari rambut.

Jenis serangga dari ordo ini antara lain: 1) Ulat daun Kubis (Plutella Xyllostella); 2) Kupu-kupu Pastur (Papilio Memnon L);

3) Ulat penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia Theivora Wls); 4) Penggerek padi putih (Tryporyza innotata Walker).

(29)

e. Ordo Coleoptera

Ciri-ciri Ordo Coleoptera adalah sebagai berikut: 1) Coleos artinya seludang pteron sayap.

2) Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh.

3) Sayap bagian belakang mempunyai struktur yang tipis. Perkembangbiakan ordo ini bertipe “holometabola” atau metamorfosis sempurna yang perkembangannya melalui stadia : telur, larva, kepompong (pupa) dan dewasa (imago).

4) Tipe alat mulut nyaris sama pada larva dan imago (menggigit-mengunyah) jenisnya bentuk tubuh yang beragam dan ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis serangga lain. Anggota-anggotanya sebagian sebagai pengganggu tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai pemangsa serangga jenis yang berbeda.

Jenis serangga yang yang merusak tanaman antara lain: 1) Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros L.);

2) Kumbang daun Kangkung, semangka, dan terung (Epilachna sp.); 3) Kumbang daun Keledai (Phaedonia inclusa Stal.);

4) Penggerek batang Cengkih (Nothopeus fasciatipennis Wat. ).

f. Ordo Diptera

Ciri-ciri Ordo Diptera adalah sebagai berikut:

1) Di artinya dua dan pteron artinya sayap merupakan bangsa lalat, nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid.

(30)

2) Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedangkan sayap belakang telah berubah menjadi halter yang multifungsi sebagai alat keseimbangan, untuk mengetahui arah angin, dan alat pendengaran. Metamorfosisnya “holometabola” (telur, larva, kepompong dan imago).

3) Larva tidak punya tungkai, dan meyukai tempat yang lembab. Tipe mulutnya menggigit-mengunyah, sedangkan imago bertipe mulut menusuk-mengisap atau menjilat-mengisap.

Jenis serangga golongan ini, antara lain: 1) Lalat buah (Bactrocera sp.);

2) Lalat bibit Kedelai (Agromyza phaseoli Tryon); 3) Lalat bibit Padi (Hydrellia philippina);

4) Hama Ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason).

g. Ordo Hymenoptera

Ciri-ciri ordo Hymenoptera:

1)

Mempunyai dua pasang sayap, tipis seperti selaput.

2)

Tipe mulut menggigit dan menjilat.

Jenis serangga ini contoh antara lain:

1) Apis indica (Lebah Madu, biasa dipelihara manusia) 2) Apis dorsata (Lebah Madu yang hidup di lubang kayu)

3) Apis melifera (Lebah Madu terbesar, biasa disebut lebah gung) 4) Oecophyla smaragdina (Semut Rangrang)

Pembagian tugas dalam masyarakat Hymenoptera adalah sebagai berikut:

(31)

2) Raja, hewan jantan terjadi karena partenogenesis (telur yang tak dibuahi oleh sperma jantan) dan bertugas mengawini ratu. Setelah kawin lebah jantan diusir dari sarang dan kemudian mati. Sementara itu ratu telah menyimpan spermatozoid di dalam spermateka.

3) Pekerja, adalah betina mandul yang berasal dari telur yang dibuahi sperma. Tugasnya menyediakan makanan, memberi makan larva ratu, membuat sarang dan membersihkan sarang.

h. Ordo Isoptera

Ciri-ciri ordo Isoptera

1) Metamorfosis tidak sempurna.

2) Mempunyai satu pasang sayap yang hampir sama bentuknya. Kedua sayap tipis seperti jaringan.

3) Tipe mulut menggigit. Contoh: Reticulitermis flavipes (rayap atau anai-anai).

Pada rayap terjadi polimorfisme, artinya di dalam satu spesies terdapat bermacam -macam bentuk dengan tugas yang berbeda. Rayap hidup berkoloni, dalam koloni ini terjadi pembagian tugas kerja, yaitu:

1)

Ratu, yakni laron (rayap betina fertil). Biasanya tubuh gemuk dan tugasnya adalah bertelur.Raja, yaitu laron (rayap jantan fertil), tugasnya melestarikan keturunan.

2)

Serdadu, rayap yang bertugas mempertahankan sarang dan koloni dari gangguan hewan lain.

3)

Pekerja, rayap yang bertugas memberi makan ratu dan raja, serta menjaga sarang dari kerusakan. Sifat rayap pekerja dan rayap serdadu bersifat steril.

(32)

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga

Menurut Natawigena (1990) dan Jumar (1997), secara umum faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga yaitu faktor dalam dan faktor luar.

1.

Faktor Dalam (Internal)

a. Kemampuan berkembang biak

Kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh:

1). Kecepatan Berkembang Biak

Lebih cepat berkembang biak, akan lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya. Waktu berkembang biak tergantung dari lamanya siklus hidup atau daur hidup (jangka wakyu yang dibutuhkan sejak terjadinya telur sampai serangga menjadi dewasa yang siap untuk berkembang biak).

2). Keperidian (Natalitas) atau Kelahiran dan Kesuburan (Fekunditas):

Natalitas adalah kelahiran individu-individu baru baik, secara dilahirkan (ovovivipar) atau menetas dalam telur (vivipar). Kesuburan (fekunditas) merupakan salah satu faktor kemampuan yang bertalian dengan yang dimiliki oleh seekor serangga betina yang memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan, akan lebih tinggi kemampuan untuk berkembang biak. Pada umumnya lebih kecil ukuran serangga akan lebih besar keperidianya. Kematian (mortalitas) menyatakan banyaknya individu yang mati dalam jangka waktu tertentu.

b. Perbandingan Kelamin

Perbandingan antara jumlah serangga jantan dan betina, yang diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda, misalnya antara jenis

(33)

jantang dan jenis betina dari keturunan penggerek batang (Tryporyza

innotata ) adalah 2 : 1, lebih banyak jenis betinanya.

Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betinanya lebih besar dari jumlah yang jantan, diharapkan akan menghasilkan populasi keturunan berikutnya yang bebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan jenis kelamin yang sebaliknya. Perbandingan mengenai jenis kelamin ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, di antaranya yaitu: keadaan masim dan kepadatan populasi.

c. Sifat Mempertahankan Diri

Untuk mempertahankan kelansungan hidupnya, serangga memiliki alat atau kemampuan untuk melindungi diri dari serangan musuhnya. Misalnya ulat melindungi diri dengan bulu atau selubungnya. Beberapa spesies serangga dapat mengeluarkan racun atau bau untuk menghindari serangga musuhnya, atau memiliki alat penusuk untuk membunuh lawan atau mangsanya.

Di antaranya ada beberapa jenis ulat yang memiliki mata palsu yang besar dan diarahkannya seandainya mendapat gangguan, sedangkan kupu-kupu memiliki warna yang mirip dengan tempat dimana ia berada.

d. Daur Hidup (Siklus Hidup)

Daur hidup adalah waktu yang dibutuhkan semenjak terjadinnya telur sampai serangga menjadi dewasa yang siap untuk berkembangbiak.

Serangga yang memiliki daur hidup yang pendek akan memiliki frekuensi bertelur yang lebih tinggi atau lebih sering bila dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki daur hiduplebih lama.

(34)

e. Umur Imago (Serangga Dewasa)

Pada umumnya imago dari serangga berumur pendek, misalnya Ngengat (imago) Tryporyza innotata berumur antara 4 – 14 hari. Umur imago yang lebih lama, misalnya kumbang betina Sitophilus oryzae umurnya dapat mencapai antara 3 - 5 bulan, sehingga akan mempunyai kesempatan untuk bertelur lebih sering.

2.

Faktor Luar

Merupakan faktor yang berhubungan dengan lingkungan tempat hidup serangga. Terdapat tiga faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan hama, yaitu faktor fisik, hayati, dan makanan.

a. Faktor Fisik

1) Suhu/Temperatur

Setiap spesies serangga mempunyai jangkauan suhu masing-masing dimana ia dapat hidup, dan pada umumnya jangkauan suhu yang efektif adalah suhu minimum. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk kehidupannya. Di luar kisaran suhu tersebut serangga dapat mengalami kematian. Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah 15ºC (suhu minimum), 25ºC suhu optimum dan 45ºC (suhu maksimum). Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan akan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur.

2) Kelembaban Udara

Kelembaban udara mempengaruhi kehidupan serangga langsung atau tidak langsung. Serangga yang hidup di lingkungan yang kering mempunyai cara tersendiri untuk mengenfisienkan penggunaan air seperti menyerap kembali air yang terdapat pada feces yang akan

(35)

dibuang dan menggunakan kembali air metabolik tersebut, contohnya serangga rayap. Oleh karena itu kelembapan harus dilihat sebagai keadaan lingkungan dan kelembapan sebagai bahan yang dibutuhkan organisme untuk melangsungkan proses fisiologis dalam tubuh. Sebagai unsur lingkungan, kelembaban sangat menonjol sebagai faktor modifikasi suhu lewat reduksi evapotranspirasi. Selanjutnya tidak ada organisme yang dapat hidup tanpa air karena sebagian besar jaringan tubuh dan kesempurnaan seluruh proses vital dalam tubuh akan membutuhkan air. Serangga akan selalu mengkonsumsi air dari lingkungannya dan sebaliknya secara terus menerus akan melepaskan air tubuhnya melalui proses penguapan dan ekskresi. Dalam hal ini kebutuhan air bagi serangga sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya terutama kelembaban udara.

Beberapa penelitian mengenai beberapa ketahanan serangga terhadap kekeringan menunjukkan korelasi yang tinggi dengan keadaan lembab tempat hidupnya. Secara umum kelembaban udara dapat mempengaruhi pembiakan, pertumbuhan, perkembangan dan keaktifan serangga baik langsung maupun tidak langsung. Kemampuan serangga bertahan terhadap keadaan kelembaban udara sekitarnya sangat berbeda menurut jenisnya. Dalam hal ini kisaran toleransi terhadap kelembaban udara berubah untuk setiap spesies maupun stadia perkembangannya, tetapi kisaran toleransi ini tidak jelas seperti pada suhu. Bagi serangga pada umumnya kisaran toleransi terhadap kelembaban udara yang optimum terletak didalam titik maksimum 73-100 persen. Cuaca yang lembab merangsang

(36)

pertumbuhan populasi, sedang cuaca yang sangat kering atau keadaan yang banyak hujan menghambat pertumbuhan tersebut. Kebanyakan air, seperti banjir dan hujan lebat merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis serangga, termasuk juga berbagai jenis kupu-kupu yang sedang beterbangan, serta dapat menghanyutkan larva yang baru menetas.

3) Cahaya, Warna dan Bau

Cahaya adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya lamanya hidup, cara bertelur dan berubahnya arah terbang. Banyak jenis serangga yang memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga diantaranya mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau tertentu.

Sumber cahaya dan panas yang utama di alam adalah radiasi surya. Radiasi dalam hal ini radiasi langsung yang bersumber dari surya dan radiasi baur yang berasal dari atmosfir secara keseluruhan. Untuk menjelaskan sifat radiasi di bedakan antara panjang gelombang cahaya dan intensitas cahaya atau radiasi. Pengaruh cahaya terhadap perilaku serangga berbeda antara serangga yang aktif siang hari dengan yang aktif pada malam hari. Pada siang hari keaktifan serangga dirangsang oleh keadaan intensitas maupun panjang gelombang cahaya di sekitarnya. Sebaliknya ada serangga pada keadaan cahaya tertentu justru menghambat keaktifannya. Pada

(37)

umumnya radiasi yang berpengaruh terhadap serangga adalah radiasi infra merah, dalam hal ini berpengaruh untuk memanaskan tubuh serangga.

4) Angin

Angin dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelembaban dan proses penguapan badan serangga dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu serangga dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil, dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer Angin mempengaruhi mobilitas serangga. Serangga kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin, artinya serangga yang demikian dapat terbawa sejauh mungkin oleh gerakan angin.

b. Faktor Hayati

Komponen terpenting dari faktor biotik adalah parasitoid, predator, dan entomopatogen.

1) Parasitoid

Parasitoid berukuran kecil dan mempunyai waktu perkembangan lebih pendek dari inangnya dengan cara menumpang hidup pada atau di dalam tubuh serangga hama. Dalam tubuh host/inang tersebut, parasitoid mengisap cairan tubuh atau memakan jaringan bagian dalam tubuh inang. Parasitoid yang hidup di dalam tubuh inang disebut endoparasitoid dan yang menempel di luar tubuh inang disebut ectoparasitoid. Parasitoid umumnya mempunyai inang yang lebih spesifik, sehingga dalam keadaan tertentu parasitoid lebih efektif mengendalikan hama. Kelemahan dari parasitoid itu karena adanya

(38)

parasitoid tertentu yang dapat terkena parasit lagi oleh parasitoid lain. Kejadian seperti diatas disebut hiperparasitisme dan parasitoid lain tersebut disebut parasit sekunder. Bila parasit sekunder ini terkena parasit lagi disebut parasit tersier. Parasit sekunder dan parasit tersier disebut sebagai hyperparasit.

2) Predator

Predator yaitu binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain. Predator biasanya berukuran lebih besar dari parasit dan perkembangannya lebih lama inangnya. Predator tidak spesifik terhadap pemilihan mangsa. Oleh karena itu predator adalah serangga atau hewan lain yang memakan serangga hama secara langsung. Untuk perkembangan larva menjadi dewasa dibutuhkan banyak mangsa. Predator yang monophagous (mempunyai satu inang) menggunakan serangga hama sebagai makanan utamanya. Predator seperti ini biasanya efektif tetapi mempunyai kelemahan, yaitu apabila populasi hama yang rnenjadi hama mangsanya berkurang, biasanya predator tidak dapat bertahan hidup lama. Pada umumnya predator tidak bersifat monophagous, contoh: kumbang famili Coccinellidae, belalang sembah dan lain sebagainya.

3) Entomopatogen

Entomopatogen dapat menimbulkan penyakit, meliputi cendawan, bakteri, virus, nematoda atau hewan mikro lainnya yang dapat mempengaruhi kehidupan serangga hama. Entomopatogen sudah mulai dikembangkan sebagai pestisida alami untuk mengendalikan serangga hama. Sebagai contoh Bacillus thuringiensissudah

(39)

diformulasikan dengan berbagai merek dagang. Bakteri ini akan menginfeksi larva sehingga tidak mau makan dan akhirnya larva mati. Demikian pula dengan cendawan sudah dikembangkan untuk mengendalikan serangga hama, seperti Metarhiziumanisopliae yang digunakan untuk mengendalikan larva Oryctes rhinoceros.

Entomopatogenlain seperti virus Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV) yang mempunyai prospek cukup baik untuk mengendalikan larva Lepidoptera, seperti ulat grayak.

c. Faktor Makanan

Faktor makanan sangat penting bagi kehidupan serangga hama. Keberadaan faktor makanan akan dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, curah hujan dan tindakan manusia. Pada musim hujan, orang banyak menanam lahannya dengan berbagai tanaman. Apabila semua faktor lain sangat mendukung perkembangan serangga maka pertambahan populasi serangga akan sejalan dengan makin bertambahnya makanan. Keadaan sebaliknya akan menurunkan populasi serangga hama. Hubungan faktor makanan dengan populasi serangga itu disebut hubungan bertautan padat atau density independent. Oleh karena itu faktor makanan dapat digunakan untuk menekan populasi serangga hama, baik dalam bentuk tidak memahami lahan pertanian dengan tanaman yang merupakan makanan serangga hama, bisa juga menanami lahan pertanian dengan tanaman yang tidak disukai serangga hama tertentu atau dengan tanaman resistens. Misal makin luasnya tanaman kelapa akan meningkatkan, populasi Artona sp. walaupun demikian Artona sp.lebih menyukai daun tua dan bukan daun muda yang baru terbuka ataupun

(40)

daun yang belum terbuka kurang disukai. Walang sangit hanya menghisap butir padi dalam keadaan matang susu. Jelaslah tersedianya kualitas makanan dalam jumlah yang memadai akan meningkatkan populasi hama dengan cepat.

E. Tinjauan Umum Ulin (Eusideroxylon Zwageri T.et.B)

Menurut Kebler dan Kade (1999), Ulin termasuk ke dalam family Lauraceae. Pohon Ulin ini juga dengan nama kayu besi yang merupakan tanaman khas Kalimantan yang keberadaannya saat ini sudah mulai langka dan jarang ditemui, pohon ulin dapat tumbuh tinggi hingga 40 meter dengan diameter ± 80 cm.

Pohon Ulin kadang-kadang berakar dangkal. Ranting menggalah, menjuntai, tangkai daun panjang ± 1 cm. Daun spiral melonjong bundar telur atau menjorong dengan panjang 20-30 cm, pangkal membundar, ujung runcing hingga melancip, tulang daun sekunder 8-12. Bunga merapat, berkelamin ganda, tabung tajuk pendek, bercuping 6 hampir sama, benang sari 12 dan mempunyai benang sari semu, bakal buah membulat. Buah melonjong, menyelinder, panjang hingga 15 cm, garis tengah hingga 8 cm.

Habitat dan ekologi adalah dalam hutan primer dan sekunder, hingga ketinggian 500 m dpl, di tanah berpasir yang berdrainase baik. Sering dijumpai sepanjang aliran sungai dan bukit-bukit di dekatnya, kadang-kadang membentuk tegakan murni. Daerah penyebaran pohon Ulin adalah bagian Asia Tenggara meliputi Sumatra, Kalimantan, dan negara Filipina.

Jenis Ulin menghasilkan kayu yang sangat bertahan (kayu besi Borneo) yang dimanfaatkan untuk konstruksi berat, balok dan sirap.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Arboretum dan laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu penelitian kurang lebih selama 2 bulan mulai 3 Juni 2015 sampai 3 Agustus 2015 meliputi kegiatan orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengamatan dan pengambilan data, pengolahan data dan penyusunan karya ilmiah.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada pengamatan ini terdiri dari : a. Higrometer, untuk mengukur suhu dan kelembapan. b. Pinset, untuk menjepit hama.

c. Toples, untuk tempat penyimpanan hama yang ditemukan.. . d. Kamera, untuk dokumentasi.

e. Mistar, untuk mengukur besar kecilnya hama yang ditemukan . f. Kalkulator, untuk mengolah data.

g. Alat tulis menulis, untuk mencatat.

2. Bahan

Bahan- bahan yang digunakan pada pengamatan ini adalah :

a. Tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et.B) lebih kurang umur 4 tahun. b. Kertas milimeter, untuk latar belakang dokumentasi hama dan untuk

mengetahui ukuran hama.

c. Label plastik, untuk pemberian nomor tanaman. d. Benang tukang, untuk menggantungkan label plastik. e. Buku literatur tentang hama, untuk identifikasi hama.

(42)

C. Prosedur Penelitian 1. Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan untuk mengetahui lokasi pengamatan dan keadaan tanaman Ulin di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang akan dijadikan sampel pengamatan.

2. Persiapan Alat dan Bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan pengamatan baik di lapangan maupun di laboratorium, sehingga pengamatan dapat berjalan dengan lancar.

3. Persiapan Sampel Pengamatan

Menyiapkan sampel pengamatan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman penganggu di sekitar tanaman yang dijadikan sampel pengamatan.

4. Pemberian Nomor Sampel Pengamatan

Pemberian nomor pada sampel pengamatan dengan menggunakan label plastik, dengan cara menggantungkan label plastik menggunakan benang tukang pada tanaman Ulin untuk memudahkan dalam pemberian nomor pada sampel pengamatan.

5. Pengamatan dan Pengambilan Data

Pengamatan dan pengambilan dapat pada gejala serangan hama dilakukan dengan cara:

a. Pengambilan data dapat dilakukan dengan cara acak yaitu dengan cara mengundi, mengambil 50 tanaman Ulin sebagai sampel pengamatan dari 80 tanaman ulin yang ada.

(43)

b. Melakukan pengamatan dan penangkapan hama yang ditemukan, pengamatan hama pada pagi hari yaitu pukul 07.00 - 11.00, dan siang hari pukul 13.00 – 17.00, penangkapan hama dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan tangan atau pinset dan dimasukkan ke dalam toples berisi kapas yang telah diberi alkohol 70% untuk mematikan hama kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk diawetkan.

c. Pengamatan pada gejala serangan hama dilakukan dengan cara melihat perubahan fisik yang ditimbulkan oleh tanaman seperti daun berlubang, daun sebagian atau seluruh dimakan, pucuk terpotong, batang berlubang, dan lain-lain.

d. Pengamatan pada tanda serangan hama dilakukan dengan cara melihat tanda serangan hama seperi telur ulat, serangan dewasa, cairan , sarang dan lain-lain

6. Pencatatan data Pengamatan

Data yang diperoleh pada pengamatan dicatat dalam Tally Sheet sebagai berikut :

Tabel 1. Tally Sheet Pengamatan No. Tanaman Gejala Kerusakan Daun Tingkat Kerusakan Nilai Suhu (°C) Kelembapan ( %) Ket Pagi 07.30 Siang 13.30 Pagi 07.30 Siang 13.30 7. Mengambil Gambar

Melakukan pengambilan gambar terhadap hama dan gejala kerusakan yang ditemukan pada daun Ulin untuk dokumentasi penelitian.

8. Pengukuran Suhu dan Kelembapan

Melakukan pengukuran suhu dan kelembapan menggunakan alat Higrometer, pengukuran pada pagi hari pukul 07.30 dan siang hari pukul

(44)

13.30, pengukuran suhu lembapan dan dilakukan dengan cara menghidupkan hidrometer, meletakkan hidrometer pada tempat yang dianggap mewakili lokasi penelitian dan mencatat suhu dan kelembapan yang ada di higrometer.

9. Mengidentifikasi Hama

Membawa hama yang ditemukan ke Laboratorium Konservasi untuk diidentifikasi, identifikasi dilakukan cara membandingkan hama yang ditemukan dengan buku literatur dan koleksi yang ada.

D. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menghitung frekuensi serangan hama dan intensitas serangan hama terhadap kerusakan daun Ulin umur lebih kurang 4 tahun di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

1. Frekuensi Serangan Hama

Menurut Sharma dan Sangkaran (1988) dalam Safari (2012), frekuensi serangan hama pada tanaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

F = n/N X 100%

Keterangan :

F = Frekuensi serangan hama N = Jumlah tanaman seluruhnya

n = Jumlah tanaman yang rusak pada masing-masing tingkat kerusakan

2. Intensitas Serangan Hama

Menurut Sharma dan Sangkaran (1988) dalam Safari (2012), kriteria derajat kerusakan pada tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.

(45)

Tabel 2. Klasifikasi Derajat Kerusakan Tingkat

Kerusakan Tanda kerusakan terlihat pada tanaman Skor Sehat Tidak ada gejala serangan atau jumlah daun yang

terserang sangat sedikit 0

Ringan

Jumlah yang terserang relatif sedikit dan jumlah serangan masing-masing daun yang terserang sedikit atau daun rontok atau klorosis atau berlubang sedikit atau tanaman tampak sehat tetapi ada gejala lain seperti kanker batang atau batang berlubang.

1

Sedang

Jumlah daun yang terserang dan jumlah masing-masing daun relatif agak banyak atau daun rontok disertai dengan gejala lain seperti kanker batang atau batang berlubang.

2

Berat

Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun relatif sangat banyak atau daun rontok atau klorosis atau berlubang sangat banyak atau disertai dengan gejala lain seperti kanker batang atau batang berlubang.

3

Mati Seluruh daun layu atau rontok atau tidak ada

tanda-tanda kehidupan. 4

Menurut Sharma dan Sankaran (1988) dalam Safari (2012), untuk mengetahui intensitas serangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : I= X1Y1+X2Y2+X3Y3+X4Y4 X 100 % XY4 Keterangan : I = Intensitas serangan

X = Jumlah seluruh tanaman yang diamati X1 = Jumlah tanaman yang diserang ringan X2 = Jumlah tanaman yang diserang sedang X3 = Jumlah tanaman yang diserang berat X4 = Jumlah tanaman yang mati

Y1 = Skor 1 Y2 = Skor 2 Y3 = Skor 3 Y4 = Skor 4

(46)

Menurut Sharman dan Sankaran (1988) dalam Safari (2012), cara menghitung tingkat kerusakan tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Cara Penentuan Tingkat Kerusakan Tanaman Intensitas Serangan % Tingkat Kerusakan

0-1 Sehat

1,1-25 Ringan

25,1-50 Sedang

50,1-75 Berat

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Jenis Hama dan Gejala Kerusakan

Hasil pengamatan jenis hama dan gejala kerusakan dapat diketahui bahwa ada 2 jenis hama daun dan gejala kerusakan daun tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et.B), lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Jenis Hama Daun dan Gejala Kerusakan Daun Tanaman Ulin Di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

No Jenis Hama Perusak Daun Gejala Kerusakan Daun

1 Ulat kantong Thyridopteryx sp. Daun dimakan sehingga daun berlubang-lubang

2 Ulat kantong A Daun dan tulang daun dimakan sebagian serta daun berlubang-lubang

Berdasarkan Tabel 4 di atas, ditemukan 2 jenis hama yang merusak daun tanaman Ulin, satu jenis hama dapat diidentifikasi dan satu jenis hama belum dapat diidentifikasi.

Jenis hama yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

a. Ulat kantong Tryidopteryx sp.

Ulat kantong Tryidopteryx sp. yang ditemukan pada saat pengamatan mempunyai ciri-ciri yaitu kantong berwarna coklat terbuat dari ranting-ranting kecil, panjang kantong 3,5 cm dan lebar 1,7 cm. Ulat kantong Tryidopteryx sp. memakan daun sehingga daun berlubang-lubang. Lebih jelasnya Ulat kantong Tryidopteryx sp dan gejala kerusakan daun berlubang-lubang pada daun tanaman Ulin dapat dilihat pada Gambar 1.

(48)

Gambar 1. Ulat kantong Thyridoptera sp. dan Gejala Kerusakan Daun Berlubang – lubang

Menurut Suhyanto dan Sulthono (1991) dalam Aquastini (2007), ulat kantong Tyridopteryx sp dari family Psyhidae termasuk family dengan karakter yang unik, larva dari family ini tinggal dalam kantong yang mudah dibawa. Kantonnya menyerupai ranting yang berwarna coklat dengan saling berhimpitan dan melekat satu sama lainnya. Dari waktu ke waktu kantong ulatnya semakin membesar. Larva dan kantong mengantung pada ranting Klafikasi ulat kantong Thyridopteryx sp sebagai berikut : Golongan : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Lepidoptera Famili : Psychidae Genus : Thyridopteryx Spesies : Thyridopteryx sp

(49)

Jenis hama yang belum dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut

a. Ulat Kantong A

Ulat kantong A yang ditemukan saat pengamatan mempunyai ciri – ciri kantong berwarna coklat terbuat dari daun-daun kering, panjang kantong 2 cm dan lebar 1,0 cm. Ulat kantong A merusak daun dan tulang daun dimakan sebagian, daun dimakan sehingga daun berlubang-lubang. Lebih jelas mengenai ulat kantong A dan gejala kerusakan daun yang ditimbulkan pada daun tanaman Ulin dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ulat Kantong A dan Gejala Kerusakan yang Ditimbulkan

2. Frekuensi dan Intensitas Kerusakan

Data pengamatan serangan hama daun tanaman Ulin dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil perhitungan frekuensi kerusakan dan intensitas kerusakan pada daun tanaman Ulin umur 4 tahun di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat dilihat pada Tabel 5.

(50)

Tabel 5. Frekuensi Kerusakan dan Intensitas Kerusakan Daun Tanaman Ulin. Di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Tingkat Kerusakan

Jumlah Tanaman Frekuensi Kerusakan (%) Intensitas Kerusakan (%) Sehat 19 38,0 20,5 Ringan 23 46,0 Sedang 6 12,0 Berat 2 4,0 Mati 0 0,0 Jumlah 50 100,0

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa frekuensi tanaman yang sehat adalah 38,0 %, frekuensinya kerusakan ringan adalah 46,0 %, frekuensi kerusakan sedang adalah 12,0 % dan frekuensi kerusakan berat adalah 4,0 % serta frekuensi tanaman yang mati 0,0 %. Intensitas kerusakan adalah 20,5 % termaksuk ke dalam kategori kerusakan ringan.

B. Pembahasan 1. Jenis Hama dan Gejala Kerusakan

Hama yang menyerang daun tanaman Ulin di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ada 2 jenis, satu jenis hama dapat diidentifikasi yaitu ulat kantong Thyridopteryx sp. dan satu jenis hama belum dapat diidentifikasi yaitu ulat kantong A.

Gejala kerusakan daun yang disebabkan oleh ulat kantong

Thyridopteryx sp. adalah daun dimakan sehingga daun berlubang-lubang

dan gejala kerusakan daun yang disebabkan oleh ulat kantong A adalah daun dan tulang dimakan sebagian serta daun berlubang-lubang.

Hasil pengamatan Safari (2012), tentang serangan hama daun pada tanaman Ulin umur 2 tahun di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, ditemukan 6 jenis hama, ada 4 jenis yang dapat diidentifikasi yaitu Ulat kantong Thyridopteryx sp., Ulat Euthalia sp., Jangkrik (Brachytrypes sp)

(51)

dan bekicot (Achatina fulica) sedangkan 2 jenis yang belum dapat diidentifikasi yaitu Ulat kantong A dan Ulat B.

Hasil pengamatan Ramlah (2014), tentang serangan hama daun pada tanaman Ulin di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, ditemukan 5 jenis hama, ada 3 jenis yang dapat diidentifikasi yaitu Ulat Graphium

sarpedon, Ulat kantong Thyridopteryx sp. dan ulat kantong Mahasena sp.

sedangkan 2 jenis yang belum dapat diidentifikasi yaitu Ulat A dan Ulat B. Berdasarkan dari 3 hasil pengamatan tersebut di atas ada hama daun yang sama yaitu ulat kantong Thyridopteryx sp. yang dapat menyerang daun tanaman Ulin. Hal ini menunjukan bahwa ulat kantong

Thyridopteryx sp. menyukai daun tanaman Ulin karena daun tanaman

merupakan bagian tanaman yang lunak. Menurut Anonim (1992) dalam

Prianto (1998), daun disukai oleh bermacam – macam serangga karena

bagian – bagian daun masih muda dan lunak

2. Frekuensi dan Intensitas Kerusakan

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui frekuensi tanaman yang sehat adalah 38,0 %, frekuensi kerusakan ringan adalah 46,0 %, frekuensi kerusakan sedang adalah 12,0 %, frekuensi kerusakan berat 4,0 %, serta tanaman yang mati adalah 0,0 %. Intensitas kerusakan tanaman Ulin di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah 20,5 %, termasuk ke dalam kerusakan katagori ringan, walaupun termasuk kategori ringan dan tidak menimbulkan kematian pada tanaman namun harus mendapatkan pengawasan yang cukup intensif karena ada kemungkinan tingkat kerusakan dapat meningkat menjadi kategori sedang, berat atau mati, hal ini karena adanya faktor-faktor yang dapat

(52)

mempengaruhi perkembangan hidup dari serangga yaitu faktor dalam dan faktor luar.

Menurut Natawigena (1990) dan Jumar (1997), secara umum faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam terdiri dari kemampuan berkembang biak, perbandingan jenis kelamin, sifat mempertahankan diri, daur hidup dan umur imago. Sedangkan faktor luar terdiri dari faktor fisik, faktor hayati dan faktor makanan.

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serangan hama daun tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et.B) di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hama daun yang ditemukan ada 2 jenis, satu jenis hama dapat diidentifikasi yaitu ulat kantong Thyridopteryx sp. dengan gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah daun berlubang-lubang dan satu jenis belum dapat diidentifikasi yaitu Ulat kantong A dengan gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah daun dan tulang daun dimakan sebagian dan daun berlubang-lubang.

2. Frekuensi tanaman yang sehat adalah 38,0 %, frekuensi kerusakan ringan adalah 46,0 %, frenkuensi kerusakan sedang adalah 12,0 %, frekuensi kerusakan berat adalah 4,0 %, dan frekuensi tanaman mati adalah 0,0 %. 3. Intensitas kerusakan adalah 20,5 % termaksuk ke dalam kategori kerusakan

ringan.

B. Saran

Perlu adanya pengamatan lanjutan tentang serangan hama perusak tanaman Ulin yang lainnya seperti hama perusak akar dan batang di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

(54)

Jenis Dipterocarpaceae Di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Tesis Pasca Sarjana Universitas Mulawarman.

Jumar. 1997. Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Kebler dan Kade Sidiyasa. 1999. Pohon-pohon Hutan Kalimantan Timur.

MOFEC-Tropenbos-Kalimantan Project, Wanariset Samboja. Balikpapan. Indonesia.

Natawegenia, H. 1990. Entomologi Pertanian. Penerbit Orba Shakti. Bandung. Partosoedjono, S. 1985. Mengenal Serangga. Penerbit Agromedia. Bogor. Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. Prianto, A. 1998. Pengamatan Serangan perusak Daun. Acacia mangium Umur

15 Bulan Di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya Ilmiah Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Ramlah, A. 2014. Pengamatan Hama Daun Pada Tanaman Ulin (Eusideroxylon Zwageri T.et.B) Di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya Ilmiah

Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Safari. 2012. Serangan Hama Pada Tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et.

B) Umur 2 Tahun Di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya Ilmiah Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Sumardi dan Widyastuti. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. Gadjah

(55)
(56)

Lampiran 1. Pengamatan Hama Daun Tanaman Ulin Di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

No No Tanaman

Gejala Kerusakan Daun Tingkat kerusakan

Nilai Keterangan 1 2 Daun berlubang -lubang sehat 0

2 6 Daun berlubang-lubang sehat 0 3 7 Daun dan tulang daun dimakan

sebagian

Sedang 1

4 8 Daun berlubang-lubang ringan 2 Ulat kantong A 5 9 Daun berlubang-lubang ringan 1

6 10 Daun dan tulang daun dimakan sebagian dan daun berlubang

sedang 2 Ulat kantong A 7 13 Daun berlubang-lubang ringan 1

8 14 Daun berlubang-lubang sehat 0 9 15 Daun berlubang-lubang Ringan 1 10 20 Daun dan tulang daun dimakan

sebagian

sehat 0 11 22 Daun dimakan sehingga daun

berlubang – lubang

berat 3 Ulat kantong

Thyridopteryx sp

12 23 Daun berlubang-lubang sehat 0 13 24 Daun berlubang-lubang ringan 1 14 26 Daun berlubang-lubang ringan 1 15 27 Daun berlubang-lubang sehat 0 16 30 Daun dan tulang daun dimakan

sebagian dan daun berlubang - lubang

sehat 0 17 31 Daun berlubang-lubang sehat 0 18 32 Daun berlubang-lubang ringan 1

19 33 Daun dan tulang daun dimakan sedang 2 Ulat kantong A 20 34 Daun berlubang-lubang ringan 1

21 35 Daun berlubang-lubang sehat 0 22 36 Daun dimakan sehingga daun

berlubang – lubang

berat 3 Ulat kantong

Thyridopteryx sp

23 37 Daun berlubang-lubang sehat 0 24 38 Daun berlubang-lubang ringan 1 25 41 Daun berlubang-lubang ringan 1 26 42 Daun berlubang-lubang ringan 1 27 43 Daun berlubang-lubang sehat 0 28 45 Daun berlubang-lubang ringan 1 29 47 Daun berlubang-lubang sehat 0 30 50 Daun berlubang-lubang ringan 1 31 51 Daun berlubang-lubang ringan 1

(57)

Lampiran 1. Lanjutan

No No Tanaman

Gejala Kerusakan Daun Tingkat kerusakan

Nilai Keterangan 33 53 Daun berlubang-lubang sehat 0

34 54 Daun dimakan sehingga daun berlubang – lubang

ringan 1 Ulat kantong

Thyridopteryx sp

35 57 Daun berlubang-lubang sehat 0 36 58 Daun berlubang-lubang sehat 0 37 59 Daun berlubang-lubang ringan 1 38 61 Daun berlubang-lubang ringan 1 39 62 Daun berlubang-lubang sehat 0 40 63 Daun berlubang-lubang ringan 1 1 64 Daun berlubang-lubang ringan 1 42 65 Daun berlubang-lubang sehat 0 43 66 Daun berlubang-lubang sehat 0 44 67 Daun berlubang-lubang ringan 1 45 68 Daun berlubang-lubang rinagn 1 46 69 Daun berlubang-lubang sehat 0 47 70 Daun berlubang-lubang ringan 1

48 72 Daun berlubang-lubang sedang 2 Ulat kantong A 49 74 Daun berlubang-lubang ringan 1

Gambar

Tabel 2. Klasifikasi Derajat Kerusakan  Tingkat
Tabel  5. Frekuensi Kerusakan dan Intensitas Kerusakan Daun Tanaman                  Ulin

Referensi

Dokumen terkait