• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat, salah satu sarana dalam penyampaian pendapat dalam demokrasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pendapat, salah satu sarana dalam penyampaian pendapat dalam demokrasi"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap warga negara mempunyai hak atas kebebasan berpendapat1.

Hal ini merupakan perwujudan demokrasi dari tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam menyampaikan pendapat tidak dibatasi dalam bentuk tulisan, melainkan juga dapat dinyatakan dalam bentuk lisan.

Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam menyampaikan sebuah pendapat, salah satu sarana dalam penyampaian pendapat dalam demokrasi tersebut adalah dengan cara mengadakan unjuk rasa . unjuk rasa adalah salah satu jalur yang ditempuh untuk menyuarakan pendapat, dukungan, maupun kritikan, yaitu suatu tindakan untuk menyampaikan penolakan, kritik, saran, ketidakberpihakan, dan ketidaksetujuan melalui berbagai cara dan media dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan baik secara tertulis maupun tidak tertulis sebagai akumulasi suara bersama tanpa dipengaruhi oleh kepentingan pribadi maupun golongan yang menyesatkan dalam rangka mewujudkan demokrasi yang bermuara pada kedaulatan dan keadilan rakyat. Aksi unjuk rasa adalah pilihan terkahir yang biasanya di gunakan dalam penyampaian pendapat selain menggunakan media tulis. Unjuk rasa dianggap adalah cara yang paling efektif yang dapat dilakukan

1 Ditegaskan dalam pasal 28 huruf f Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(2)

2 oleh para demonstran. Hal ini dikarenakan bahwa unjuk rasa akan mendapatkan respon yang cepat dan juga sebagi salah satu media kampanye yang baik.

Dasar mengenai kebebaan berpendapat juga ditegaskan pada Pasal 28E angka 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun1945 yang menjelaskan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan berpendapat. Hal ini juga didukung oleh Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum.

Menurut UU Nomor 9 Tahun 1998, pengertian demonstrasi atau unjuk rasa adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif dimuka umum. Namun, dalam perkembangannya sekarang unjuk rasa kadang diartikan sempit sebagai long-march, berteriak-teriak, membakar ban, dan aksi teatrikal. Persepsi masyarakat pun menjadi semakin buruk terhadap unjuk rasa karena tindakan pelaku-pelakunya yang meresahkan dan mengabaikan makna sebenarnya dari unjuk rasa.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian menyatakan bahwa kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada mayarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung

(3)

3

tinggi hak asasi manusia.2 Salah satu rasa keamanana dan ketertiban yang

diberikan oleh polri kepada masyarakat adalah pengamanan dan pelayanan terhadap setiap aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat, dalam hal ini polri sadar akan hak masyarakat dalam menyampaikan pendapat di muka umum sehingga setiap kegiatan masyarakat dalam pemenuhan haknya polri berkewajiban untuk mengawal, mengamankan dan memberikan pelayanan bagi setiap masyarakat yang melakukan aksi unjuk rasa , maka akan diharapkan aksi unjuk rasa akan berjalan dengan baik dan hal-hal yang tidak di inginkan akan cepat di tangani oleh Polri.

Dalam penyampaian pendapat di muka umum , kondisi yang sering terjadi adalah unjuk rasa yang pada awalnya damai, bisa menjadi kerusuhan atau anarkis, bentrokan antara massa dengan aparat pengamanan pun sering terjadi. Hal demikian sangat tidak di inginkan, oleh karena itu dalam pengamanan aksi massa maka di turunkan lah pasukan-pasukan khusus dalam pengamanan baik itu dari kepolisian setempat sampai pada penurunan satuan khusus pengamanan anti huru hara yang harus mampu mengakomodir berbagaimacam kepentingan dan harus bersifat netral . Oleh karena itu pihak kepolisian harus juga mampu melakukan negosiasi dengan para pendemo. Tak jarang juga negosiasi antara pendemo dan polri terkadang menemukan kebuntuan, dan hal inilah yang juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan massa aksi

2 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab profesi Hukum di Indonesia, (Sinar Grafika, Jakarta, 2006),hlm.134

(4)

4 menjadi anarkis karena mereka merasa tuntutannya tidak di akomodir oleh kepolisian.

Tugas pokok Polri sebagai pemelihara kamtibmas tercermin di dalam setiap kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh anggota kepolisian salah satu diantaranya adalah pengamanan dan pelayanan terhadap setiap aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat. dalam hal ini Polri sadar bahwa unjuk rasa merupakan hak setiap warga Negara, namun ada regulasi yang mengatur cara-cara menyampaikan pendapat di

muka umum.3. Dalam beberapa aksi yang dilakukan oleh masyarakat,

selalu diamankan oleh pihak kepolisisan , mulai dari tingkat daerah hingga pada tingkat pusat. Salah satu kesatuan Polri yang mengemban fungsi pengamanan dan pelayanan aksi unjuk rasa adalah Sat Brimob Detasemen Pelopor, dimana kesatuan ini memiliki tugas dan fungsinya dalam membantu peranan kesatuan kewilayahan. Salah satu tugasnya adalah memberikan bantuan pengamanan dan pelayanan dalam setiap aksi unjuk rasa yang terjadi pada tingkat satuan kewilayahan. Dalam beberapa aksi yang dilakukan oleh masyarakat, selalu diamankan oleh pihak kepolisisan, mulai dari tingkat daerah hingga pada tinggkat pusat. Dalam beberapa aksi, pengamanan tidak hanya di lakukan oleh Polisi yang tergabung dalam Pengendalian Massa saja, ada kalanya Pasukan Anti Huru Hara sebagai pasukan khusus sangat diperlukan di dalam sebuah pengamanan dan pengawalan pada aksi unjuk rasa.

(5)

5 Pengamanan yang di lakukan oleh anggota kepolisian dalam melakukan penjagaan aksi unjuk rasa juga harus berpedoman kepada aturan-aturan yang telah ada. Pedoman pengendalian massa telah di atur di dalam Peraturan Kapolri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa.

Brigade Mobile atau yang biasa disebut Brimob adalah salah satu pasukan elit khusus juga mempunyai beberapa pembagian,salah satu nya yaitu adanya Detasemen Pelopor. Detasemen Pelopor merupakan bagian dari Satbrimob yang termasuk kedalam unsur pelaksana tugas pokok dari Polri. Hal ini telah di tegaskan dalam pasal 10 huruf l Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 22 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah. Dalam pasal 220 menyebutkan Satbrimob bertugas melaksanakan kegiatan penanggulangan terhadap gangguan keamanan berintensitas tinggi antara lain terorisme, huru-hara atau kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan peledak, penanganan senjata Kimia, Biologi dan Radioaktif (KBR) serta pelaksanaan kegiatan SAR. Berbagai pelatihan khusus diberikan kepada para Anggota Brimob guna untuk mendukung tugas dan fungsi nya sebagai pelaksana tugas pokok. Pelatihan yang di berikan tentu juga harus di dukung dengan sarana prasana dan alat kelengkapan yang memadai.

Di dalam melaksanakan tugas pengamanan dan pelayanan aksi unjuk rasa, Brimob di wakili oleh Satuan II dan III Pelopor yang

(6)

6 merupakan salah satu dari tiga kesatuan yang ada di Mako Korp Brimob Polri.4

Dalam penanganan unjuk rasa, pihak kepolisian juga tidak dapat semena mena dalam melakukan pengamanan, karena harus sesuai juga dengan peraturan yang berlaku agar tidak terjadi bentrok antara pihak kepolisian dan pihak pengunjuk rasa dan juga agar unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat bisa berjalan aman, tertib dan lancar serta tidak mengganggu dari pada keteriban umum. Hal ini sesuai dengan prinsip asas legalitas yang terdapat dalam Peraturan kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian, dimana disebutkan bahwa semua tindakan kepolisian harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Untuk mengadakan batas terhadap tindakan kepolisian memag sulit oleh kaen

penialaian masing-masing tindakan akan selalu berbeda5. Namun demikian

setiap anggota polri harus berani bertindak dan penilaian terhadap tindakan tersebut bukan bebas seenaknya melainkan terikat pada batas-batas kewajiban agar tindakannya masih terletak di dalam lingkungan

kewajibannya6.

Pengendalian massa dari sudut pandang Polri adalah suatu kegiatan dengan melakukan perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap

4 http://kulo-wongndeso.blogspot.co.id/2011/06/negosiasi-dalam-pengamanan-aksi-unjuk.html diakses pada tanggal 28 Desember 2016

5 Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, (Prestasi Pustaka, Jakarta, 2005), hlm. 55

(7)

7 sekelompok masyarakat yang sedang menyampaikan pendapat atau menyampaikan aspirasinya di depan umum guna mencegah masuknya pengaruh pihak-pihak tertentu atau Provokator.

Sebagai salah satu contoh dalam pengaman yang di lakukan oleh Detasemen Pelopor ialah adanya aksi damai besar-besaran yang dilakukan pada tanggal 4 November 2016 mengenai dugaan penistaan agama yang di lakukan oleh Gubernur aktif DKI Jakarta. Dalam melakukan aksi tersebut , diperkirakan setidaknya 18.000 personel keamanan diturunkan

untuk menjaga tertibnya aksi demonstrasi7, salah satunya dari Sat Brimob

Polda Sumatra Barat. Kepolisian daerah (Polda) Sumatra Barat (Sumbar) mengirimkan 100 personel Brigade Mobile (Brimob) ke Jakarta untuk membantu pengamanan unjuk rasa yang dilakukan sejumlah organisasi

kemasyarakatan Islam.8

Pengamanan ini dimaksudkan agar nantinya hal-hal yang di khawatirkan selama melakukan aksi yaitu kerusuhan dan penjarahan tidak terjadi. Benar saja Semula aksi yang mereka lakukan berjalan aman dan juga perwakilan mereka diterima Wakil Presiden, sesudahnya sebagian besar pulang kepada keluarga masing-masing dan sebagian kecil bertahan, dan bertindak anarkis. Dua kendaraan kepolisian menjadi sasaran

sekelompok massa yang brutal di tengah demonstransi9. Hal ini sudah

melanggar Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Tata Cara

7 http://www.bbc.com/indonesia/live/indonesia-37856609 , diakses pada tanggal 30 desember 2016.

8

http://lvlex2823.blog.mediaindonesia.com/news/read/75517/polda-sumbar-kirim-100-brimob-bantu-pengamanan-jakarta/2016-11-03 diakses tanggal 30 desemer 2016

(8)

8 Menyamaikan Pendapat Dimuka Umum . Dalam pasal 6 huruf d disebutkan bahwa warga Negara yang menyampaikan pendapat harus menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum . Hal ini lah yang mengharuskan Pasukan Pengamanan membubarkan paksa aksi ini setelah adanya penjarahan yang di duga dilakukan oleh para demonstran . Pembubaran paksa dalam hal ini dilakukan oleh Pasukan Anti Anarkis yang berasal dari kesatuan Brigade Mobil.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Dr. Soedjono Dirdjosisworo bahwa hukum dapat dilihat dalam arti para petugas bahwa hukum dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam, dan bisa bertindak

terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang

membahayakan warga masyarakat.10 Sebagai Anggota Polri yang

terggabung dalam Pasukan Anti Huru Hara , para personil Sat Brimob Polda Sumatra Barat juga harus mampu mempunyai kekuatan dan taktik lainnya dalam penanganan massa agar tidak terjadi kericuhan. Sebab sebagai seorang aggota Polri , mereka harus mampu bersikap netral karena merekalah yang berhadapan langsung dengan massa aksi.

Dalam melakukan pengamanan pada aksi 411 lalu , dibentuk pula pasukan asma ulhusna yang merupakan garda terdepan dalam penanganan aksi damai tersebut. Pasukan ini tidak dibekali senjata, hal ini merupakan pendekatan yang dilakukan secara persuasif dan mengedepankan rasa saling menghargai.

10 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012), hlm. 34

(9)

9 Perkap Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru-Hara telah menyebutkan bahwa dalam pengamanan unjuk rasa dibagi dalam 3 situasi mulai dari situasi aman (hijau) yang merupakan wewenang dalmas awal. Kedua kurang aman (kuning) merupakan wewenang Dalmas Lanjut. Ketiga situasi anarkis (merah) merupakan wewenang dari Pasukan Anti Huru-Hara dan juga Pasukan Anti Anarkis. Dalam setiap pergantian situasi , tentu ada yang namanya lintas ganti , yaitu suatu tahap dimana pengaman akan dilanjutkan oleh Dalmas lanjut ( situasi kuning ) dan Pasukan Anti huru hara (situasi merah).

Di Sumatra barat sendiri, Pasukan Anti Huru-Hara maupun Anti Anarkis sangat jarang terjun berhadapan langsung dengan para pendemo, mereka hanya sampai pada tahap pengamanan saja, biasanya lintas ganti hanya dilakukan sampai Dalmas Lanjut. Hal ini dikarenakan Pasukan dari Brigade Mobil ini baru akan menghadapi pendemo jika keadaan unjuk rasa sudah memasuki situasi merah yang artinya situasi yang sudah tidak terkendali lagi.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis tertarik mengambil judul : “PERAN PASUKAN ANTI HURU-HARA DETASEMEN PELOPOR SAT BRIMOB POLDA SUMATERA BARAT DALAM PENGAMANAN AKSI UNJUK RASA YANG BERSIFAT ANARKIS ”

(10)

10

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis memberikan rumusan masalah agar penelitian ini dapat tercapai sebagaimana mestinya. Adapun rumusan masalah terhadap penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Peran Pasukan Anti Huru-Hara Detasemen Pelopor Sat Brimob Polda Sumatra Barat dalam pengamana aksi unjuk rasa yang bersifat anarkis ?

2. Apa saja kendala yang Dihadapi oleh Pasukan Anti Huru-Hara Detasemen Pelopor Pasukan Anti Huru-Hara Sat Brimob Polda Sumatra Barat dalam pengamana aksi unjuk rasa yang bersifat anarkis ?

3. Apa saja upaya yang dilakukan oleh Pasukan Anti Huru-Hara Detasemen Pelopor Pasukan Anti Huru-Hara Sat Brimob Polda Sumatra Barat dalam meminimalisir kendala yang dihadapi saat pengamanan aksi unjuk rasa ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembahsan masalah tersebut, maka tujuan yang akan di capai dalam rangka penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Peran Pasukan Anti Huru-Hara Detasemen Pelopor Pasukan Anti Huru-Hara Sat Brimob Polda Sumatra Barat dalam pengamana aksi unjuk rasa yang bersifat anarkis.

(11)

11 2. Untuk mengetahui kendala yang Dihadapi oleh Pasukan Anti Huru-Hara Detasemen Pelopor Sat Brimob Polda Sumatra Barat dalam pengamana aksi unjuk rasa yang bersifat anarkis. 3. Untuk mengetahui Upaya yang dilakukan oleh Pasukan Anti

Huru-Hara Detasemen Pelopor Sat Brimob Polda Sumatra Barat dalam meminimalisir kendala yang dihadapi saat pengamanan aksi unjuk rasa.

D. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini dikategorikan dalam dua dimensi yakni secara teoritis dan secara praktis. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat yang berguna sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum para pembaca khususnya dalam Sistem Peradilan Pidana.

b) Untuk dapat menambah pengetahuan dalam pembuatan karya-karya ilmiah selanjutnya.

c) Diharapkan dapat bermanfaat dalam mengetahui peran Pasukan Anti Huru-Hara Detasemen Pelopor Sat Brimob Polda Sumatra Barat dalam pengamana aksi unjuk rasa.

(12)

12 2. Manfaat praktis

a) Untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai Peranan dari Detasemen Pelopor Sat Brimob Polda Sumatra Barat dan meningkatan kesadaran hukum dan dapat menjaga ketertiban pada saat melalakukan aksi unjuk rasa.

b) Kepada para penegak hukum khususnya Detasemen Pelopor Sat Brimob Polda Sumatra barat, agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan professional sebagaimana yang telah diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

E. Kerangka Teoritis dan konseptual 1. Kerangka Teoritis

a. Teori Peran

Menurut Dougherty & Pritchard , teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola

penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan”11

Scott menyebutkan lima aspek penting dari peran, yaitu:12

11

https://jodenmot.wordpress.com/?s=teori+peran , diakses pada tanggal 29 Desember 2016

(13)

13 1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan

menentukan harapannya, bukan individunya.

2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) – yaitu, perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.

3. Peran itu sulit dikendalikan – (role clarity dan role ambiguity) 4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan

beberapa perubahan perilaku utama.

5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama

Menurut soerjono Soekanto “ peran merupakan aspek dinamis dalam kedudukan ( status ) suatu perusahaan”. Apabila suatu unsur melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka unsur tersebut dapat dikatakan sedang menjalankan suatu peran. Peran dan kedudukan memiliki perbedaan dalam kepentingan ilmu pengetahuan dan saling ketergantungan satu dengan yang lainnya

karena itu keduanya tidak dapat dipisahkan.13

Peran memiliki 3 bentuk, antara lain :

1. Peran memiputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat

2. Peran adalah suatu konsep yang menunjukan arti sesuatu dalam organisasi atau kelompok

3. Peran dikatakan sebagai perilaku individu bagi struktur social masyarakat

13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (RajaGrafindo Persada, Jakarta , 2005), hlm.243

(14)

14 Peranan hukum dari segi fungsinya adalah alat yang dapat dipaksakan untuk mencapai tujuan bersama dari masyarakat.

Dimana tujuannya adalah mewujudkan kesejahteraan

masyarakat.14 Tujuan bersama atas dasar kepentingan inilah yang

bertujuan menjaga hak dan kewajiban sehingga kedamaian masyarakat akan tercapai.

Bentuk-bentuk peran tersebut jika dikaitkan dengan penulisan ini, maka di dapatkan konsep yang tepat tentang peran sebagai suatu konsep yang menunjukan arti sebuah dalam organisasi atau kelompok

b. Teori Penegakan Hukum

Dalam sistem peradilan pidana, jika kita berbicara mengenai penegakan hukum , tentulah cangkupannya sangat luas. Penegakan hukum dalam sistem peradilan pidana mencangkup kepolisian, kejaksaan, pengadilan, serta lembaga pemasyarakatan . Tetapi pada pembahasan penulisan ini hanya lebih di fokuskan kepada Satuan Brigade mobile khususnya Sat Brimob Polda Sumatra Barat sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Hal lain yang merupakan faktor dari penegakan hukum adalah adanya sarana prasarana/fasilitas yang mendukung jalannya penegakan hukum. Sarana prasarana mempunyai peran

(15)

15 yang sangat penting dalam penegakan hukum, tanpa adanya sarana prasarana ini, maka penegakan hukum tidak akan berjalan dengan sebagaimana baiknya. Sarana prasarana ini mencangkup juga terhadap tenaga yang berpendidikan, organisasi yang baik serta peralatan yang mendukung atau memadai. Detasemen Pelopor Brimob sebagai salah satu pasukan elit khusus tentu harus mendapatkan pelatihan yang khusus dan maksimal. Pelatihan yang dilakukan ini tidak terlepas dari sarana prasarana maupun alat kelengkapan pendukung lainnya.

Penegakan hukum juga berasal dari masyarakat, yang juga bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat . Maka masyarakat juga berperan penting dalam keberhasilan suatu penegakan hukum. Kesadaran dari masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa yang menjadi penegak hukum adalah kepolisian saja inilah yang harus di perbaiki. Masyarakat sendiri juga harus menyadari bahwa dirinya juga mempunyai peran dalam penegakan hukum karena dorongan dan sikap masyarakat yang peduli akan penegakan hukum sangat membantu terhadap para penegak hukum dalam menjalankan tugasnya. Sehingga ketertiban dan ketentraman akan dapat di capai dalam setiap keadaan atau situasi, karena keamanan dan ketertiban adalah suatu keadaan dimana pemerintahan dan rakyat dapat melakukan kegiata secara aman, tertib dan terartur. Keamanan dan ketertiban ini dapat

(16)

16 terganggu oleh berbagai sebab dan keadaan diantaranya ialah pelanggaran hukum yang menyebabkan terganggunya keamanan

dan ketertiban masyarakat.15

Seperti yang kita ketahui, bahwa hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat,

dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang

bersangkutan. Kemudian S.M. Amin, S.H merumuskan hukum sebagai kumpulan aturan-aturan yang terdiri dari norma dan sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga

keamanan dan ketertiban terpelihara.16 Adapun yang memimpin

kehidupan bersama, yang mengatur tingkah laku manusia dalam

masyarakat, ialah peraturan hidup17. Peraturan-peraturan yang ada

di Indonesia berguna sebagai pedoman berprilaku dalam masyarakat agar jangan sampai masyarakat secara individu bertindak sesuka hati dan merugikan pada orang lain.

Dalam setiap tindakan yang kita lakukan haruslah mematuhi peraturan yang telah ada. Contohnya saja ketika melakukan aksi unjuk rasa dalam menyampaikan pendapat. Setiap Masyarakat yang akan melakukan Aksi tersebut harus lah mematuhi dan mengerti tentang aturan yang telah ada mengenai

15 Warsito Hadi Utomo, Op.Cit, hlm. 17 16

Prof.Drs.C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, Pengantar Ilmu hukum, (Balai pustaka, Jakarta,2008), hlm. 11

(17)

17 tata cara penyampaian pendapat dimuka umum sehingga tidak ada pelanggaran pelanggaran yang nantinya akan timbul. Salah satu peraturan yang harus di taati ialah Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

Aparat Kepolisian juga tidak terlepas dari peraturan yang mengatur tentang tata pelaksanaan pengamanan yang di tuangkan dalam Peraturan kapolri. Peranan yang seharusnya dari kalangan penegak hukum tentu telah dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan mengenai. Bagaimana cara bertindak di lapangan dan juga bagaimana pedoman tindakan bagi anggota kepolisian dalam penggunaan kekuatan tindakan kepolisian. Salah satu peraturan kapolri yang mengatur ialah peraturan kapolri Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian .

Teori peran dan penegakan hukum inilah akan penulis gunakan untuk mengukur sejauh mana peran yang ideal dan seharusnya yang sudah tertulis dalam peraturan perundang-undangan dapat sejalan dengan peran yang actual yaitu bagaimana pelaksanaannya di lapangan. dalam hal ini, yang akan digunakan untuk mengukur bagaimana peran dari Detasemen Pelopor SAT BRIMOB POLDA Sumatra Barat dalam pelaksanaan dan pegamanan aksi unjuk rasa.

(18)

18

2. Kerangka Konseptual

Suatu kerangka konseptual, merupakan kerangka yang

menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau akan diteliti. Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan

diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstaksi dari gejala tersebut.18

Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep

merupakan suatu uraian mengenai hubungan dalam fakta tersebut.19

Dalam kerangka Konseptual akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian tentang kata-kata penting yang terdapat dalam penulisan , sehingga tidak ada kesalahan dalam mengartikan kata-kata yang

dimaksud.20 Hal ini juga bertujuan untuk membatasi pengertian dan

ruang lingkup kata.21 Pengertian kata-kata yang dimaksud adalah

antara lain :

a) Peran22

Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila

18 Soerjono Sukanto, 2010, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Pres, Jakarta, hlm. 132 19 Ibid

20 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Sinar Grafika, Jakarta, 2009), hlm.221 21

Ibid

22 http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-peran-menurut-para-ahli.html diakses pada tanggal 18 Mei 2017

(19)

19 seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan

b) Brigade Mobile

Korps Brigade Mobil atau sering disingkat Brimob adalah unit (Korps) tertua di dalam Kepolisian Republik Indonesia (Polri) karena mengawali pembentukan kepolisian Indonesia pada

tahun 1945. Korps ini dikenal sebagai Korps Baret Biru Tua.23

Brimob termasuk satuan elit (pasukan khusus) dalam jajaran

kesatuan POLRI. Brimob tergolong sebagai sebuah

unit paramiliter negara ditinjau dari tanggung jawab dan ruang lingkup tugas pokoknya.

c) Pasukan Anti Huru-Hara

Pasukan anti huru-hara (phh) merupakan salah satu kemampuan brimob polri dalam menanggulangi dan menghadapi

rusuh amuk massa yang menjurus anarkis.24

Dalam menangani unjuk rasa, maka dalam kesatuan Brigade Mobil terdapat pasukan khusus yang dinamakan Pasukan Anti Huru-Hara. Mereka diterjunkan dalam operasi pertahanan dan keamanan domestik, dan telah dilengkapi dengan perlengkapan

23 https://id.wikipedia.org/wiki/Brigade_Mobil diakses pada tanggal 18 Mei 2017 24 http://phhpoldasumut.blogspot.co.id/ diakses pada tanggal 18 Mei 2017

(20)

20 anti huru-hara khusus. Mereka telah dilatih khusus untuk menangani unjuk rasa. Semenjak huru-hara yang terjadi pada bulan Mei 1998, Pasukan Anti Huru-Hara (PHH) kini telah menerima latihan anti huru-hara khusus.Dan terus menerus melakukan pembaharuan dalam bidang materi pelaksanaan Pasukan Huru-Hara(PHH).

d) Kepolisian

Pengertian kepolisian di berbagai negara berbeda-beda . Istilah pertama kali polisi ditemukan di yunani yaitu “Politea” yang berarti seluruh pemerintahan kota .

Dalam Undang-Undang nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian menyebutkan bahwa kepolisian adalah segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kemudian Pengertian Kepolisian disebutkan lagi lebih rinci dalam Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia yang disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta ,memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

(21)

21 e) Demonstransi / unjuk rasa

Dalam kamus Besar Bahsa Indonesia, “ Demonstransi “ berarti penyertaan protes yang di kemukakan secara massal (unjuk rasa ) . Kemudian Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan pendapat dimuka Umum, pada Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa yang dimaksud demonstrasi ialah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk mengeluarkan pendapat.

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Masalah

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan secara yuridis sosiologis yaitu pendekatan terhadap masalah dengan melihat norma hukum yang berlaku dihubungkan dengan fakta-fakta dari permasalahan yang ditemui dalam penelitian nanti dan sejauh mana para penegak hukum khususnya Detasemen pelopor Sat Brimob Polda Sumatra Barat dalam menjankan tugasnya untuk menangani aksi Unjuk rasa yang akan terjadi.

2. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu berusaha

(22)

Huru-22 Hara Detasemen Pelopor Sat Brimob Polda Sumatera Barat dalam dalam pengamanan aksi unjuk rasa

3. Jenis data

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan oleh penulis antara lain: a. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian yaitu dengan cara wawancara kepada pihak pihak yang berwenang terhadap penanganan unjuk rasa , dalam hal ini yaitu anggota Sat Brimob Detasemen Pelopor Polda Sumatra Barat.

b. Data sekunder

Data ini merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research). Sumber data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan meliputi :

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan yang

mempunyai kekuatan hukum mengikat yang mencakup peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ada hubungannya dengan masalah ini.Peraturan perundang-undangan tersebut adalah sebagai berikut :

(23)

23 b) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

c) Undang-Undang Nomor 12 tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara RI.

d) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

e) Peraturan Kapolri Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pedoman tindakan bagi anggota Polri dalam penggunaan kekuatan

f) Peraturan Kapolri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pengendalian Massa

g) Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru-Hara

h) Prosedur tetap Kapolri Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Anarki

2). Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang erat kaitannya dengan permasalahan yang akan dikaji ,bahan hukum sekunder ini berbentuk :

a) Buku-buku atau literatur b) Pendapat-pendapat para ahli

(24)

24

c) Dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

penelitian ini 3). Bahan Hukum Tersier

Yaitu Bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Misalnya majalah, artikel, dan kamus-kamus hukum.

4. Teknik pengumpulan data a. Studi Dokumen

Dengan mempelajari dokumen-dokumen berupa data tertulis mengenai masalah yang diteliti dari instansi tempat melakukan penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mewawancarai responden,dalam hal ini penulis melakukan wawancara lansung dengan Aiptu Arumzen dan Brigadir Rahmat Donal sebagai salah satu Pasukan Anti Huru Hara Sat Brimob Polda Sumatra Barat yang langsung terjun ke lapangan .

(25)

25 Dalam proses ini,dilakukan penyeleksian terhadap data yang diperoleh baik data yang diperoleh melalui studi lapangan (data primer) maupun data yang diiperoleh melalui studi kepustakaan (data sekunder).Sehingga data-data yang digunakan adalah data yang betul-betul dibutuhkan dalam pembahasan permasalahan dan menghasilkan suatu kesimpulan .

b.Analisis Data

Data yang digunakan baik data primer dan data sekunder dianalisis secara kualitatif yaitu dalam bentuk kalimat dan menjelaskan segala sesuatu yang diperoleh di lapangan sehingga memberikan gambaran dari permasalahan yang penulis teliti.Dalam menganalisa data penulis juga berpedoman pada peraturan perundang-undangan, teori dan pendapat para ahli atau doktrin yang terkait dengan permasalahan.

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian pemeliharaan (maintenance) menurut JIS adalah semua pengaturan dan kegiatan yang diperlukan untuk menjaga/memelihara suatu peralatan pada kondisi siap pakai/siap

Pembatasan tersebut tercantum dalam Pasal 28J Ayat (2) yang berbunyi “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan

Perancangan aplikasi augmented reality berbasis android bertujuan untuk membantu pengguna terutama calon mahasiswa baru dalam mendapatkan informasi tentang

Selain itu, secara klinis hasil penelitian ini diharapkan akan menambah acuan bagi dokter bedah dalam menentukan pilihan sistem skor sederhana untuk menilai cedera

Selain itu hukum Islam juga memiliki prinsip yang sangat bersahaja, dengan konsep kemaslahatan, menegakkan keadilan, tidak menyulitkan, menyedikitkan beban,

Pada dasarnya semua lagu jam janeng yang berada di Sidoharjo memiliki pola tabuhan yang sama, hanya saja pola tabuhan ini dimainkan dengan tempo yang

Membayar honorarium kepada guru dan tenaga kependidikan atas tugas/kegiatan yang sudah merupakan tugas pokok dan fungsi yang telah diatur dalam peraturan perundangan yang

Dari hasil penelitian penambahan NCCK kijing ( Pilsbryocncha exilis ) pada media bersalinitas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila