• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa hukum islam tentang jual beli gold pada game online jenis world of warcraft (wow)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa hukum islam tentang jual beli gold pada game online jenis world of warcraft (wow)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI GOLD PADA

GAME ONLINE JENIS WORLD OF WARCRAFT (WOW)

Oleh : Yasinta Devi NIM: 105043101314

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ANALISA HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI GOLD PADA

GAME ONLINE JENIS WORLD OF WARCRAFT (WOW)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh :

Yasinta Devi NIM: 105043101314

Pembimbing

H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, M. H NIP. 197407252001121001

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ANALISA HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI GOLD PADA GAME ONLINE JENIS WORLD OF WARCRAFT (WOW), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Perbandingan Madzab Hukum (PMH).

Jakarta, 8 Juni 2010 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua Majlis : Prof. Dr. H. Muh. Amin Suma, SH, MA, MM (…...…...…...) NIP : 195505051982031012

Sekretaris : Dr. H. Muhammad Taufiki, M. Ag (…...…...…...) NIP : 196511191998031002

Pembimbing : H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, M (…...…...…...) NIP : 197407252001121001

Penguji I : Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA (…...…...…...) NIP : 1956090061982031004

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Mei 2010

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah rahmat, hidayat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat waktunya. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan juga seluruh umatnya di penjuru dunia hingga akhir zaman.

Penulis merasa bahwa karya tulis dalam bentuk skripsi ini bukan merupakan karya penulis semata, tetapi juga merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan para pihak. Dan tidak lupa penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini, semoga amal baik tersebut mendapat balasan pahala dari yang maha kuasa.

Sebagai rasa hormat, dan syukur penulis, ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

2. Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA dan Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Dr. H. Muhammad Taufiki, M. Ag.

3. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH atas bimbingannya hingga skripsi ini terselesaikan tepat pada waktunya.

(6)

4. Kepala Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum, dan Kepala Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan dalam bentuk pinjaman buku hingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

5. Game Online Sinsa WOW, terutama kepada Aldion Prabowo Alam selaku pendiri Sinsa WOW yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini, serta kerjasamanya.

6. Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Bandung, terutama kepada Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Bandung yaitu Prof. Dr. H. Salim Umar, yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini.

7. Kedua orang tua tercinta, H. A. Mustofa dan Hj. E. Aisyah, yang telah memberikan kasih sayang tiada tara, do’a, semangat, mengajarkan sifat jujur dan mandiri serta menjadi perpustakaan pertama bagi penulis. Kakak dan adik serta keluarga besar H. Aminuddin, atas dukungan dan pengorbanan seluruh jiwa raganya bagi penulis. Semoga selalu dirahmati-Nya.

8. Drs. KH. Syaiful Azhar (buya), selaku pimpinan Ponpes Modern al-Basyariah Bandung sekaligus orang tua kedua, atas ilmu, tausiah serta didikannya akan kehidupan kepada penulis. Semoga Allah merahmatimu.

9. Ifa Hanifia Senjiati, atas waktu dan masukan-masukannya semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik.

(7)

vii

10.Kawan-kawan IKAPA Jakarta (alumni al-Basyariyah, Bandung) serta MB. Bulldozer PU yang telah memberikan supportnya hingga terselesaikannya skripsi ini.

11.Teman-teman dan kerabat seperjuangan PMF 2005 Regular, Kelompok KKS Garut 2008 serta kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu tapi tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kawan-kawan, yang telah membantu penulis baik moral maupun material.

Akhirnya, dengan penuh harap dan do’a yang dapat penulis persembahkan, semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan bagi penulis.

Harapan penulis semoga skripsi ini akan memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan masyarakat luas pada umumnya.

Jakarta, 20 Mei 2010

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR V

DAFTAR ISI Viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian D.Objek Penelitian

E. Metode Penelitian dan Teknik Pengambilan Data F. Sistematika Penulisan

8 9 10 13

BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG JUAL BELI 15

A. Definisi Jual Beli. B. Dasar Hukum Jual Beli

15 16 C. Syarat dan Rukun Jual Beli

D. Jual Beli as-Salam

E. Pandangan Hukum Islam Tentang Jual Beli Online ( E-commerce)

F. Persamaan dan Perbedaan Transaksi as-Salam dan E-commerce

20 30 34 41

BAB III GAMBARAN UMUM GAME ONLINE 45

A. Prosedur Permainan Game Online Jenis World Of Warcraft (WOW) dan Penjualan Gold

45

(9)

ix

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Game Online Di Dunia dan Di Indonesia

50

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI GOLD PADA GAME ONLINE JENIS WORLD OF WARCRAFT

57

A. Pandangan Hukum Islam Tentang Jual Beli Online ( E-commerce)

B. Proses Jual Beli Gold Pada Game Online Jenis World Of Warcraft (WOW)

C. Analisa Hukum Islam Tentang Jual Beli Gold Pada Game Online Jenis World Of Warcraft (WOW)

57 64

67

BAB V PENUTUP 75

A. Kesimpulan 75

B. Saran 76

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Islam adalah sebuah sistem yang menyeluruh dan mencakup semua sendi kehidupan manusia. Ia memberikan bimbingan dalam sendi kehidupan. Hal ini tidak hanya disimpulkan dari hukum-hukum Islam saja, tetapi sumber-sumber Islam itu sendiri menekankannya.1

Islam merumuskan suatu sistem yang sama sekali berbeda dengan sistem-sistem lainnya. Hal ini diantaranya nampak pada sistem-sistem ekonomi Islam yang memiliki akar dari syariah yang menjadi sumber dan panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Islam juga memiliki tujuan-tujuan syariah (Maqasyidu Syari’ah) serta petunjuk operasional untuk mencapai tujuan tersebut. Syari’ah itu sendiri mengacu pada kepentingan manusia untuk mencapai kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik, juga memiliki nilai yang sangat penting bagi persaudaraan dan keadilan sosio-ekonomi, serta menuntut kepuasan yang seimbang antara kepuasan materi dan kepuasan rohani.2 Allah telah menjadikan harta sebagai salah satu sebab tegaknya kemaslahatan manusia di dunia. Allah SWT juga

1

Syahid Muhammad Baqir Ash-Shadr, Keunggulan Ekonomi Islam, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2002), h.163

2

(11)

2

telah menyebutkan bahwa perdagangan merupakan salah satu cara untuk mewujudkan kemaslahatan tersebut.3

Menurut hukum Islam, transaksi jual beli terjadi karena adanya kehendak antara dua pihak atau lebih untuk memindahkan suatu harta atau benda dengan cara tukar menukar, yaitu menyerahkan barang yang diperjualbelikan dan menerima harga sebagai imbalan dari penyerahan barang tersebut dengan syarat dan rukun yang ditentukan oleh hukum Islam.4 Jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu: penjual dan pembeli, shighat (lafal ijab dan qabul), ada barang yang dibeli, dan ada nilai tukar pengganti barang. Sedangkan yang masuk ke dalam syarat jual beli adalah orang yang bertransaksi harus berakal, barang yang diperjualbelikan dapat dimanfaatkan oleh manusia, diserahkan pada saat akad berlangsung atau pada waktu yang telah disepakati bersama, dan harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya. serta yang lebih utama adalah adanya unsur kerelaan antara kedua belah pihak.

Dalam perdagangan secara Islam, dijelaskan bahwa transaksi ada yang bersifat fisik, dengan menghadirkan benda yang menjadi objek ketika terjadi transaksi atau tanpa menghadirkan benda tersebut dengan cara memesan dan harus dinyatakan sifat benda tersebut secara konkret, baik diserahkan secara langsung atau dikemudian

3

Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam,(Yogyakarta: Magistra Insania Press,2004), hal. 4

4

(12)

3

hari sampai batas tertentu.5 Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, saat ini sangat memungkinkan manusia bertransaksi secara langsung dengan cepat karena telah didukung oleh teknologi yang canggih.

Perkembangan teknologi elektronik yang berlangsung sangat pesat akhir-akhir ini telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan dan kegiatan masyarakat. Canggihnya teknologi modern saat ini dan terbukanya jaringan informasi global yang serba transparan yang menurut Toffler adalah gejala masyarakat gelombang ketiga, telah ditandai dengan munculnya internet, yakni sebuah teknologi yang memungkinkan adanya transformasi secara cepat ke seluruh jaringan dunia melalui dunia maya. Dengan teknologi internet, human action (perilaku manusia),

human relation (interaksi antar manusia), human relation (hubungan kemanusiaan) mengalami perubahan yang cukup signifikan. Jaringan komunikasi global telah menciptakan tantangan-tantangan terhadap cara pengaturan transaksi-transaksi sosial dan ekonomi.6

Teknologi internet ini tidak hanya untuk lalu lintas informasi tapi lebih dari itu dipakai untuk berbisnis. Revolusi bisnis informasi merupakan aktivitas yang memang tengah berjalan. Seperti juga ketika dahulu mobil 'merevolusi' kereta kuda, dan juga kamera digital yang mulai menggantikan kamera manual dan kini internet telah mengubah kebiasaan masyarakat dalam berbisnis. Selain itu pula, salah satu

5

Ibid, h. 14. 6

(13)

4

manfaatnya adalah sebagai sarana hiburan, misalnya untuk bermain. Permainan video game dengan menggunakan koneksi internet tersebut dikenal sebagai game online. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi internet, game online juga mengalami perkembangan yang pesat.

Jika dilihat dari segi “genre” permainannya, ada beberapa jenis game online seperti aksi-shooting, fighting, aksi petualangan, role playing, strategi, dan lain sebagainya. Game yang berjenis strategi lebih memerlukan keahlian berpikir dan memutuskan setiap gerakan secara hati-hati dan terencana. Seperti halnya game-game yang lain, game online jenis World Of Warcraft, yang merupakan bagian dari game

strategi pun mengalami pembaruan-pembaruan. Game ini merupakan kategori

massive multiplayer game, artinya semua orang didunia ini dapat bermain dalam waktu yang bersamaan. Jadi, antar gammer dapat berinteraksi dalam satu permainan seperti chating atau membunuh naga secara bersama-sama dengan pemain yang berdomisili entah di mana. Game yang berlevel sampai 80 ini membuat para gammer semakin tertantang. Tidak hanya sekedar bermain, para gammer pun bisa menjual gold hasil pendapatannya dalam game online dengan mata uang USD yang kemudian ditukar dengan rupiah melalui jual beli online.7

Untuk memulai game ini para gammer tentunya harus mempunyai jaringan internet dan membeli karakter game, yang kemudian log in ke website

www.worldofwarcraft.com. Dalam game ini terdapat poin-poin berupa bronze, silver

7

(14)

5

dan gold, dengan ketentuan 100 bronze = 1 silver, 100 silver = 1 gold. Apabila para gammer telah memiliki banyak gold maka mereka bisa menjualnya dengan harga USD 2,5 per 1000 gold. Gold juga merupakan mata uang atau alat tukar dalam game online jenis tersebut. Berbagai macam bentuk jual beli dalam game ini menggunakan gold. Mereka biasanya menjual gold yang mereka punya kepada bandar-bandar yang ada di luar negeri dengan cara online seperti pada website www.thgoods.com dengan cara jual beli online via Liberty Reserve atau yang lainnya. Dalam penjulan gold,

gammer cukup membuat janji pertemuan dengan pembeli dalam game dan melakukan transaksi jual beli dalam game itu sendiri. Setelah menyerahkan gold

kepada pembeli maka pembeli akan langsung mengirim uang kepada pihak penjual. Maka gold yang bersifat maya pun akan berubah menjadi mata uang yang biasa digunakan di dunia nyata. Dengan adanya ini, para gammer merasa sangat senang karena menurut mereka inilah pekerjaan yang menyenangkan, selain bisa bermain mereka juga bisa mendapatkan uang mengingat susahnya mencari pekerjaan di era saat ini.8

Game yang sedang trend di Indonesia bahkan dunia, menjadi salah satu titik balik mengapa dunia game dan internet di Indonesia dapat berkembang. Kemampuan memainkan game lebih dari dua orang secara bersamaan membawa tren baru. Sekitar beberapa tahun lalu booming game center yang mengkhususkan diri kepada game

jaringan membuat fenomena tersendiri. Game khusus jaringan paling populer saat itu,

8

(15)

6

Counter Strike, membuat hype tersendiri. Begitu banyak orang yang rela bergadang sampai pagi di sebuah game center demi memperoleh banyak uang.

Dalam masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam, kegiatan jual beli gold

pada game online jenis World Of Warcraft (WOW) menimbulkan beberapa persoalan, diantaranya tidak ada kepastian hukum Islam tentang jual beli gold pada game online tersebut sehingga menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat untuk memulai bisnis seperti ini. Tidak ada kepastian akan halal atau tidaknya jual beli gold ini membuat masyarakat Indonesia berlarut-larut dalam keraguan pada keabsahannya. Dalam pelaksanaanya, game ini menjual barang yang tidak nyata atau wujudnya tidak ada, hanya berbentuk virtual saja, sedangkan dalam Islam barang yang diperjualbelikan harus jelas, baik itu bentuknya, jenisnya, kuantitas dan kualitasnya.

Telah menjadi kesadaran bersama bahwa membiarkan persoalan tanpa ada jawaban dan membiarkan umat dalam kebingungan tidak dapat dibenarkan , baik secara i’tiqodi maupun secara syar’i. Oleh kerena itu, para alim ulama mempunyai tugas untuk segera memberikan jawaban dan berupaya menghilangkan kehausan umat akan kepastian ajaran Islam berkenaan dengan persoalan yang mereka hadapi.

Atas dasar penelaahan tersebut di atas, penulis bermaksud mengkaji lebih dalam mengenai pandangan hukum Islam terhadap transaksi jual beli gold pada game online jenis WOW yang di jalankan oleh sinsa WOW Bandung yang telah berperan aktif dalam mempraktekan bisnis tersebut.

(16)

7

karya tulis yang berjudul “ANALISA HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI GOLD PADA GAME ONLINE JENIS “WORLD OF WARCRAFT (WOW)”.

B.Identifikasi Dan Rumusan Masalah

Pembahasan permasalahan ini memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga penulis mengidentifikasi masalah yang berkembang dalam pembahasan ini antara lain:

1. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap jual beli online?

2. Bagaimana dampak yang timbul dari bermain game online bagi pemain?

3. Apakah bermain game online merupakan hal yang sia-sia dan tidak mengandung manfaaat?

4. Apakah bermain game online dapat menyita waktu untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT?

5. Bagaimana proses jual beli gold pada game online jenis World Of Warcraft(WOW)?

6. Apakah ada pihak yang terdzolimi karena ketidakjelasan pihak penjual dan pembeli dalam jual beli barang di game online ini?

7. Apakah gold merupakan komoditi yang halal untuk diperjualbelikan?

8. Apakah dalam jual beli gold pada permainan jenis World Of Warcraft (WOW) terdapat unsur spekulasi atau untung-untungan?

(17)

8

10.Bagaiman pandangan hukum Islam tentang jual beli gold pada permainan jenis World Of Warcraft (WOW)?

Dari identifikasi masalah ini maka penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap jual beli online?

2. Bagaimana proses jual beli gold pada game online jenis World Of Warcraft” (WOW)?

3. Apakah jual beli gold pada permainan game online jenis World Of Warcraft (WOW) sesuai dengan hukum islam?

C.Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pandangan para ulama terhadap jual beli online.

b. Untuk mengetahui proses jual beli gold pada game online jenis World Of Warcraft (WOW).

c. Untuk mengetahui kasesuaian jual beli gold pada permainan game online jenis World Of Warcraft (WOW) dengan hukum Islam.

2. Manfaat Penelitian

(18)

9

a. Bagi Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan standar jual beli dalam hukum Islam yang tidak mengandung unsur perjudian.

b. Bagi program studi Perbandingan Madzhab Fiqih, hasil penelitian ini dapat menambah khazanah pengetahuan, melengkapi dan memberikan informasi yang berharga mengenai hukum jual beli gold pada Game Online jenis World Of Warcraft (WOW).

c. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam yang akan ikut berpartisipasi dalam transaksi jual beli gold pada Game Online jenis World Of Warcraft (WOW), agar mengetahui kedudukan hukum transaksi jual beli gold pada Game Online jenis World Of Warcraft (WOW).

D.Objek Penelitian

Setelah penulis memaparkan latar balakang, perumusan masalah juga tujuan penulisan karya tulis ini, maka pada sub-sub ini penulis akan memaparkan objek penelitian yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini.

(19)

10

Penelitian ini mengambil lokasi di salah satu tempat tersedianya data tentang jual beli gold dalam permainan game online jenis World Of Warcraft yaitu Sinsa WOW, Bandung. Sebuah tempat bisnis yang bergerak di bidang game online ini didirikan oleh seorang mahasiswa salah satu Universitas Negeri di Bandung yang bernama Aldion Prabowo Alam. Diambilnya lokasi tersebut karena selain dekat dengan tempat tinggal penulis, juga dapat memperkecil biaya, waktu dan energi dikarenakan keterbatasan kemampuan dari peneliti.

E.Metode Penelitian Dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.9

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan analisa isi, menguraikan dengan cara mendeskripsikan isi dari data-data yang penulis dapatkan, kemudian menghubungkan dengan masalah yang diajukan sehingga ditemukan kesimpulan objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dalam penulisan skripsi ini.

3. Jenis Data

9

(20)

11

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Data primer, yang didapat dari wawancara langsung dengan pemilik Sinsa WOW, gammer, dan Komisi Fatwa MUI.

b. Data sekunder, data yang diperoleh dari bahan pustaka atau yang biasa disebut

book research, yang sifatnya relevan dengan skripsi ini. Buku atau bacaan dapat berupa literatur, majalah, buletin, ataupun artikel-artikel yang berkaitan dengan jual beli gold pada game onlie jenis World Of Warcraft (WOW). Diantaranya adalah Kitab “al-Halal wa al-Haram Fi Al-Islam” Dr. Syaikh Yusuf al-Qardawi, Kitab al-Fatawa karangan Mahmud Syaltut, Kitab “al-Islam wa Adilatuhu” karangan Dr. Wahbah Zuhaili.

4. Teknik Pengambilan Data

Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati langsung terhadap objek penelitian. Observasi juga merupakan pengamatan dari pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.10 Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap praktek jual beli gold pada game online jenis World Of Warcraft pada Sinsa WOW, Bandung. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati/mengikuti jalannya permainan dari awal permainan sampai akhir pendapatan gold, serta mengamati proses penjualan

10

(21)

12

gold yang dilakukan Aldion dengan pihak penjual dari luar negeri, kemudian mencatat hal-hal yang dianggap penting dan diperlukan dalam penelitian. Pengamatan yang dilakukan penulis dimulai pada tanggal 05 Desember 2009 - 25 Januari 2010, dalam waktu tersebut penulis beberapa kali mendatangi Sinsa WOW sebagai tempat Obyek Penelitian. Sehingga dapat memperoleh kelengkapan data akurat yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu dengan tanya jawab secara langsung yang bebas dan terbuka.11 Wawancara dilakukan penulis tehadap pihak-pihak yang berperan aktif dalam permainan online yaitu Aldion Prabowo Alam selaku pemilik Sinsa WOW sekaligus pemain yang memainkan World of Warcraft selain itu pula penulis melakukan wawancara dengan komisi fatwa MUI kota Bandung.

3. Studi Dokumentasi, data-data yang diperlukan dicari, dikumpulkan, dibaca dan dipelajari dari sumber-sumber berupa arsip, buku, artikel, diktat dan lain-lain yang berhubungan dengan game online jenis World of Warcraft (WOW).

5. Teknik Analisa

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai pandangan hukum Islam terhadap jual beli gold pada game online jenis World Of Warcraft (WOW). Maka dari hasil kajian kepustakaan akan

11

(22)

13

dianalisis secara deskriptif analitis yaitu pengumpulan data dan beberapa pendapat ulama dan pakar untuk diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan.

Secara detail langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis tersebut adalah; Pertama, semua data yang diperoleh disistematisir dan diklasifikasikan menurut masing-masing objek bahasannya. Kedua, setelah disistematisir dan diklasifikasikan kemudian dilakukan eksplikasi, yaitu diuraikan dan dijelaskan sesuai objek yang diteliti berdasarkan teori. Ketiga, bahan yang telah dieksplikasi dilakukan evaluasi, yakni dinilai dengan menggunakan ukuran ketentuan hukum Islam yang berlaku, terutama ketentuan hukum mengenai jual beli.

6. Teknik Pembuatan Laporan

Dalam teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 yang merupakan pedoman penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Jakarta, khususnya Fakultas Syari’ah dan Hukum.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam karya ilmiah skripsi ini penulis membagi menjadi lima bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

(23)

14

penelitian, objek penelitian, metode penelitian dan pengambilan data, dan sistematika penuisan.

BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG JUAL BELI

Bab ini menjelaskan tentang definisi jual beli, dasar hukum jual beli, syarat dan rukun jual beli, pandangan hukum Islam tentang jual beli online (e-commerce).

BAB III GAMBARAN UMUM GAME ONLINE

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang prosedur permainan game online jenis World Of Warcraft (WOW) dan penjualan gold serta perkembangan game online di dunia dan di Indonesia.

BAB IV JUAL BELI GOLD DALAM GAME ONLINE JENIS “WORLD OF WARCRAFT (WOW)” MENURUT HUKUM ISLAM

pada bab ini penulis akan mencoba menjelaskan dan membahas pandangan hukum Islam tentang jual beli online (e-commerce), proses penjualan gold pada game online jenis World Of Warcraft (WOW), analisa hukum Islam tentang jual beli gold dalam game online jenis World Of Warcraft (WOW).

BAB V PENUTUP

[image:23.612.111.532.158.519.2]
(24)
(25)

BAB II

PEMBAHASAN UMUM TENTANG JUAL BELI

A.Definisi Jual Beli

Jual beli secara bahasa ialah penerimaan sesuatu dengan sesuatu yang lain (muqabalatu syai’in bi syai’in).1 Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai’

yang berarti menjual, mengganti atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafadz al-ba’i dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy-syira (beli). Dengan demikian, kata al- bai’ berarti jual tetapi sekaligus juga berarti beli.2

Sedangkan jual beli menurut terminology, terdapat beberapa definisi yang di kemukakan oleh ulama fiqih, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi sama. Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan:

صﻮ

و

لﺎ

لﺎ

ﺔ دﺎ

Artinya:

“Pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang diperlukan).”

Definisi lain dikemukakan oleh ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabillah menurut mereka jual beli adalah :

1

Wahbah Zuhaili, Fiqih Mu’amalah Perbankan Syai’ah, (Jakarta: PT. Bank, Mua’malah, Tbk, 1999), Cet. 1, hal.2

2

Nasrun Haroen, Fiqih Mu’amalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), Cet. II, hal. 18

(26)

ﺔ دﺎ

ا

لﺎ

لﺎ

و

ﺎﻜ

ﺎﻜ

Artiya :

Pertukaran harta dengan harta, dalam bentuk pemindahan hak milik dan pemilikan”.

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqih Sunnah menjelaskan arti jual beli sebagai berikut :

ضﻮ

وا

ﺿاﺮ ا

لﺎ

لﺎ

ﺔ دﺎ

ﺎ ﺮﺷ

داﺮ و

نوذﺎ ا

ﻮ ا

Artinya:

“Dan menurut pengertian syara’, jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan hak milik dengan ganti (imbalan) menurut cara yang dibenarkan”.

Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa inti jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar barang atau benda yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, dimana pihak yang satu menerima benda sedang pihak yang lainnya menerima alat gantinya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan oleh syara’ dan disepakati, baik dilakukan dengan cara pemindahan milik dengan alat ganti yang dibenarkan.

B.Dasar Hukum Jual Beli

Orang yang terjun ke dunia usaha, berkewajiban mengetahui hal-hal yang dapat mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak (fasid). Ini dimaksudkan agar

mu’amalah berjalan sah dan segala sikap dan tindakannya jauh dari kerusakan yang

(27)

tidak dibenarkan.3 Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama manusia mempunyai landasan yang amat kuat dalam Islam.4

Islam mendorong seseorang untuk melakukan jual beli sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan merumuskan tata cara untuk memperoleh harta. Sehingga dengan adanya perintah untuk melakukan jual beli, maka antara sesama manusia akan tercipta rasa kebersamaan, rasa tolong menolong dan rasa saling membutuhkan satu sama lain.

Jual beli sebagai sarana tolong menolong antar sesama umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW. Terdapat sejumlah ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang halalnya jual beli, diantaranya:

Dalam al-Qur’an Allah berfirman:

...

...

)

ا

ةﺮ

/

2

:

275

(

Artinya:

“… Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”(al-Baqarah/2: 275)

Firman Allah SWT:

3

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT. al-Ma’arif), Cet. II hal. 46

4

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam,(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004), Cet. 2, hal. 115

(28)

)

ةﺮ ا

/

2

:

198

(

Artinya:

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu…(al-Baqarah/2: 198)

Firman Allah SWT:

...

)

ءﺎ ا

/

4

:

29

(

Artinya:

“…Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu…” (an-Nisa/4: 29)

Firman Allah SWT:

...

)

ةﺮ ا

/

2

:

282

(

Artinya:

Dan persaksikanlah, apabila kamu berjual-beli…” (al-Baqarah/2: 282)

Pada ayat-ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT dengan jelas menghalalkan praktek jual beli dengan segala aturan-aturannya dan secara tegas mengharamkan riba. Karena riba akan mendidik manusia untuk mendapatkan harta dengan cara mudah tanpa kerja keras, sedangkan jual beli mendidik manusia agar selalu berkarya untuk menghasilkan sesuatu.

Dalam Sabda Rasulullah SAW disebutkan:

(29)

سﺎ ا

،بﻮ

سﺎ ا

ﻮ أ

،ﻆ ﺎ ا

ﷲاﺪ

ﺎ ﺮ أ

،دواد

او

،ﻚ ﺮﺷ

،ﺮ ﺎ

دﻮ ا

،ىروﺪ ا

لﺎ

،ةدﺮ

ﻰ أ

،ﺮ

:

ﷲا

لﻮ ر

و

ﷲا

ﻜ ا

ىأ

لﺎ

؟

أ

وأ

أ

)) :

ﺮ ا

روﺮ

آ

و

.((

ﺎ هﺪ أ

ﺿﻮ

ﻆ و

،ﻰﺿﺎ ا

ﷲاﺪ

ﻚ ﺮﺷ

اور

اﺬﻜه

او

اور

ﺎ إو

و

ﺮ او

،ﺮ

ﻮه

ﺎ إو

.

5

Artinya

:

Nabi Muhammad SAW. Pernah ditanya: apakah profesi yang paling baik? Rasulullah menjawab: “Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual-beli yang diberkati”.

Hadits Nabi di atas menyatakan usaha terbaik manusia adalah yang dilakukan oleh tangannya sendiri. Hal ini karena usaha yang dilakukan dengan tangan kita menunjukan bahwa manusia hidup wajib melakukan sesuatu baik untuk urusan dirinya ataupun keluarganya serta masyarakat pada umumnya. Jadi, jika dalam mencari uang tidak dibarengi dengan kerja keras serta resiko seperti hanya duduk di depan komputer sambil bermain game untuk mendapatkan tingkatan-tingkatan tertentu yang nanti hasilnya dapat di jual dan mendapatkan penghasilan adalah kegiatan sia-sia yang membuang waktu dan kesempatan.

5

Abu Bakar Ahmad bin Husein bin Ali Al Baihaqi, Al Sunan Al Kubro, ditahkik oleh Muhammad Abdul Qodir Atho, (Beirut-Libanon: Dâr Al Kutub Al ‘Ilmiyah,Cet.3,2003), Juz 5, hal.432

(30)

Jual beli yang mendapat berkah dari Allah adalah jual beli yang jujur, yang tidak curang, tidak mengandung unsur penipuan dan pengkhianatan.6

Sabda Rasulullah SAW:

ضاﺮ

ا

ﺎ ا

)

ﻰ ﻬ ا

اور

(

Artinya:

“Jual beli itu atas dasar suka sama suka.” (HR. Baihaqi) Sabda Rasulullah SAW:

مﺎ ه

ا

ﺮ آ

ﺎﻐ ا

قﺎ إ

بﻮ

سﺎ ا

ﻮ أ

ﺎ ﺪ

لﺎ

بﻮ أ

يﺮ ا

ﺷﻮ

مﻮ آ

:

ﷲا

لﻮ ر

لﺎ

و

و

ﷲا

)) :

مﻮ

ءاﺪﻬ ا

ا

ﻷا

قوﺪ ا

ﺮ ﺎ ا

ﺔ ﺎ ا

((

ﺎ ﺮ

و

ﺪ ا

يﺮ

اﺬه

مﻮ آ

،

.

ا

اﺮ

ﺪهﺎﺷ

و

.

7

Artinya:

Pedagang yang jujur dan terpercaya sejajar (tempatnya di surga) dengan para Nabi, Siddiqin, dan Syuhada”. (HR. Tirmizdi)

C.Syarat dan Rukun jual beli

Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara’. Dalam menentukan rukun jual beli, terdapat

6

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, hal. 116

7

Imam Al Hâfidz Abi Abdillah Al Hâkim Al Nîsâbûri, Al Mustadrok ‘Ala Al Shohîhaini,

(Kairo: Dâr Al Haromain,Cet.1,1997), Juz 2, hal.8

(31)

perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan Jumhur ulama. Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (ridha/tara’dhin) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindera sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang menunjukan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang (ta’athi).8

Akan tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu:

1. Ada orang yang berakad atau almuta’aqidain (penjual dan pembeli). 2. Ada shighat (lafal ijab dan qabul)

3. Ada barang yang dibeli.

4. Ada nilai tukar pengganti barang.9

Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli dan nilai tukar barang termasuk ke dalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.

Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan Jumhur ulama di atas adalah sebagai berikut:10

8

Nasrun Haroen, Fiqih Mu’amalah, hal. 115

9

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, hal. 118

(32)

1. Syarat orang yang berakad

Ulama fikih sepakat, bahwa orang yang melakukan akad jual beli harus memenuhi syarat:

a. Berakal. Dengan demikian, jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal hukumnya tidak sah. Adapun anak kecil yang sudah mumayiz, menurut ulama Hanafiyah, apabila akad yang dilakukannya membawa keuntungan bagi dirinya, seperti menerima hibah, wasiat dan sedekah, maka akadnya sah.

b. Orang yang melakukan akad itu, adalah orang yang berbeda. Maksudnya, seseorang tidak dapat bertindak sebagai pembeli dan penjual dalam waktu yang bersamaan.

2. Syarat yang terkait dengan ijab qabul

Apabila ijab dan Kabul telah diucapkan dalam akad jual beli, maka pemilikan barang dan uang telah berpindah tangan.

Ulama fikih menyatakan bahwa syarat ijab dan kabul itu adalah sebagai berikut:

a. Orang yang melakukannya telah akil baligh dan berakal (Jumhur ulama) atau telah berakal (ulama madzhab Hanafiyah).

b. Kabul sesuai dengan ijab. Contohnya: “Saya jual sepeda ini dengan harga sepuluh ribu”, lalu pembeli menjawab: ”Saya beli dengan harga sepuluh ribu”.

10

Ibid,

(33)

c. Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya kedua belah pihak yang melakukan akad jual beli hadir dan membicarakan masalah yang sama.11 3. Syarat barang yang diperjualbelikan, adalah sebagai berikut:

Menurut mazhab Hanafiyah syarat barang yang diperjualbelikan ada lima: a. Ada barangnya, maka tidak terjadi jual beli bila barangnya tidak ada.

b. Berupa barang milik.

c. Barang itu milik penjual sendiri atau milik orang yang mewakilkan kepadanya. d. Ada nilainya secara syara’.

e. Brang itu dapat diterima secara langsung atau dalam waktu dekat.

Menurut mazhab Syafi’iyah syarat barang yang diakadkan itu antara lain: a. Barang itu suci, maka tidak sah menjual barang najis.

b. Dapat dimanfaatkan secara syara’, maka tidak sah menjual serangga, karena secara syara’ tidak dapat dimanfaatkan.

c. Dapat diserah terimakan, maka tidak sah menjual barang yang terbang di udara, ikan yang masih di air (belum ditangkap), atau harta rampasan (jarahan).

d. Barang itu diakad oleh orang yang memiliki wewenang penuh. Maka tidak sah menjual barang yang masih tersangkut dengan hak orang lain.

e. Barang itu diketahui oleh kedua belah pihak, baik zat, ukuran maupun sifatnya.12

11

Ibid, hal 120.

12

Abdurrahman Ibnu Iwadh al-Juzburi, Fiqh Ala Mazahibul Arba’ah,(Qahirah: Dar Ibnu Haitsam, 1360), Jilid 5,hal. 35.

(34)

Jual beli menurut mazhab Syafi’iyah artinya menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang, dengan jalan melepaskan hak milik dari seseorang terhadap orang lainnya atas dasar kerelaan kedua belah pihak.

Sebagaiman firman Allah SWT:

)

ةﺮ ا

/

:

(

Artinya:

“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk”.

(QS. al-Baqarah/2: 16)

Dalam melakukan jual beli, hal yang terpenting adalah mencari barang yang halal dan dengan jalan yang halal pula. Artinya yaitu mencari barang yang halal untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan dengan cara yang sejujur-jujurnya. Bersih dari sifat yang dapat merusak jual beli, seperti penipuan, perampasan, riba dan lain-lain.

Jika barang yang diperjualbelikan tidak sesuai dengan yang tersebut di atas, artinya tidak mengindahkan peraturan-peraturan jual beli, perbuatan dan barang hasil jual beli yang dilakukannya haram hukumnya. Haram dipakai dan haram dimakan sebab tergolong perbuatan bathil (tidak sah).

Yang termasuk perbuatan bathil menurut mazhab Syafi’iyah adalah:

(35)

1. Penipuan (khid’ah) 2. Perampasan (ghasab) 3. Makan riba (aklur riba)

4. Pengkhianatan (khianat penggelapan) 5. Perjudian (maisir)

6. Suapan (risywah) 7. Berdusta (kidzib) 8. Pencurian (syirqah)13

Semua hasil yang diperoleh dengan jalan tersebut hukumnya haram dipakai, haram dimakan dan dipergunakan. Sebagimana hadits Rasulullah Saw. menyatakan :

لﺎ

ﷲا

ﺿر

ةﺮ ﺮه

ﻰ ا

:

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

ﻰﻬ

:

ﷲا

نا

ﺮ ا

ﺮ ا

نﻮ ﺆ ا

ﺮ ا

ﷲا

ناﻮ

ا

ا

ﻰ ﺎ

ﷲا

لﺎ

:

ﺎ ﺎ

اﻮ او

تﺎ ﻄ ا

اﻮ آ

لﻮ ﺮ اﺎﻬ اﺎ

.

ﻰ ﺎ

لﺎ و

:

تﺎ ﻄ ا

اﻮ آاﻮ ا

ﺬ ﺎﻬ اﺎ

آﺎ زر

.

Artinya:

“Sesungguhnya Allah itu baik tidak menerima amal kecuali amal kebaikan dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada para rasul. Allah berfirman: wahai para rasul makanlah dari makanan yang baik dan kerjakan amal saleh. Dan Allah berfirman : wahai orang-orang yang beriman makanlah dari yang baik yang telah Kami anugerahkan kepada kalian.”

13

Ibid,

(36)

Sedangkan menurut Nasrun Haroen dalam bukunya Fikih Muamalah, jenis-jenis jual beli yang bathil adalah:

1. Jual beli sesuatu yang tidak ada, para ulama sepakat menyatakan bahwa jual beli seperti ini tidak sah/bathil.

2. Menjual barang yang tidak boleh diserahkan pada pembeli, seperti menjual barang yang hilang atau burung piaraan yang lepas dan terbang di udara. Hukum ini disepakati oleh seluruh ulama fikih dan termasuk ke dalam kategori

bai’ algarar (jual beli tipuan). Alasannya adalah hadits yang diriwayatkan Ahmad bin Hanbal, Muslim, Abu daud, dan at-Tirmizi sebagai berikut:

Janganlah kamu membeli ikan di dalam air, karena jual beli seperti ini adalah

jual beli tipuan.

3. Jual beli yang mengandung unsur penipuan, yang pada lahirnya baik, tetapi ternyata dibalik itu terdapat unsur penipuan, sebagaiman terdapat dalam sabda Rasulullah saw tentang memperjualbelikan ikan di dalam air di atas. Contoh lainnya adalah memperjualbelikan kurma yang ditumpuk.

4. Jual beli benda-benda najis, seperti babi, khamar, bangkai dan darah, karena semuanya itu dalam pandangan Islam adalah najis dan tidak mengandung makna harta. Hal ini dijumpai dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

حﺎ ر

ﻰ أ

ءﺎﻄ

،

ﻰ أ

ا

ﺪ ﺰ

،

ا

ﺎ ﺪ

،ﺔ

ﺎ ﺪ

ﷲاﺪ

ﺮ ﺎ

ﺎ ﻬ

ﷲا

ﻰﺿر

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

أ

ﺔﻜ

ﻮه

و

ا

مﺎ

لﻮ

)):

،ﺔ او

،ﺮ ا

مﺮ

ﻮ ر

و

ﷲا

نإ

(37)

Artinya:

Sesungguhnya Allah dan Rasulnya telah mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi, dan berhala. Lalu dikatakan orang: Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang lemak bangkai, kerena boleh dijadikan sebagai pendompol perahu, boleh dijadikan penyamak kulit, dan boleh dijadikan alat penerangan bagi manusia. Rasul menjawab: Tidak, itu adalah haram. Lalu rasulullah saw. melanjutkan dengan sabdanya: Allah telah memerangi umat Yahudi, karena tatkala Allah mengharamkan bagi mereka lemaknya, mereka rekayasa (lemak itu) lalu mereka jual dan mereka makan hasil penjualannya.

(HR. al-Bukhari dan Muslim dari Jabir ibn ‘Abdillah).

Menurut jumhur Ulama termasuk dalam jual beli najis ini adalah memperjualbelikan anjing, baik anjing yang dipersiapkan untuk menjaga rumah maupun untuk berburu, karena Rasulullah SAW juga bersabda :

ﺮﻜ

،بﺎﻬﺷ

ا

،ﻚ ﺎ

ﺎ ﺮ أ

،

ﷲاﺪ

ﺎ ﺪ

ﷲا

ﺿر

ىرﺎ

ا

دﻮ

ﻰ أ

،

ﺮ ا

:

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

نأ

هﺎﻜ ا

ناﻮ و

ﻐ ا

ﺮﻬ و

ﻜ ا

ﻰﻬ

و

15

Artinya:

“Rasulullah saw melarang memanfaatkan hasil jualan anjing, hasil praktek prostitusi, dan upah tenung.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abi Mas’ud al-Anshari).

14

Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrohim bin Al Mughiroh bin Bardazbah Al Bukhori Al Ju’fi, Shohîh Al Bukhôri, (Kairo: Dâr Al Hadîts, 2004), Jilid 2, hal.114

15

Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrohim bin Al Mughiroh bin Bardazbah Al Bukhori Al Ju’fi, Shohîh Al Bukhôri, (Kairo: Dâr Al Hadîts, 2004), Jilid 2, hal.114-115

(38)

Mazhab Syafi’iyah berpendapat tidak membolehkan kita menjual atau membeli anjing. Dalam masalah ini ulama Hanabilah pun sepaham dengan mazhab Syafi’iyah. Bahkan mereka tidak membenarkan kita memelihara anjing selain dari anjing buruan dan anjing hitam walaupu untuk berburu. Akan tetapi ulama Malikiyah membolehkan memperjual belikan anjing untuk menjaga rumah dan berburu bukanlah najis, begitu pula dengan mazhab Hanafiyah berpendapat demikian.16 Dengan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan:

لﺎ

ا

هاﺮ إ

ﺎ ﺮ أ

:

،ﺔ

دﺎ

جﺎ

ﺎ ﺄ أ

ﷲا

ﺮ ﺎ

،ﺮ ﺰ ا

أ

))

ﻰﻬ

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

نأ

آ

إ

،رﻮ ا

و

ﻜ ا

.((

ﺮ ا

ﻮ أ

لﺎ

:

ﺮﻜ

اﺬه

.

17

Artinya:

Rasulullah saw melarang memakan hasil penjualan anjing, kecuali anjing untuk berburu. (HR. an-Nasai dari Jabir ibn ‘Abdillah).

Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa mazhab Hanafiyah dan mazhab Zahiriyah mengecualikan barang-barang bermanfaat, dapat dijadikan sebagai objek jual beli. Untuk itu mereka mengatakan “Diperbolehkan seseorang menjual kotoran. Kotoran/tinja dan sampah yang mengandung najis. Karena sangat dibutuhkan untuk keperluan perkebunan, barang-barang tersebut dapat

16

Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddiqy, Hukum-Hukum Fikih Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001), Cet. 2 Hal. 356.

17

Al Hâfidz Jalâluddin Al Suyûti, Syarh Sunan Al Nasa’i (Beirut-Libanon: Dâr Al Ma’refat),Jilid 4,juz 7 ,hal.355

(39)

dimanfaatkan sebagai bahan bakar perapian dan pupuk tanaman.”18 Namun demikian, perlu diingatkan bahwa barang itu (barang-barang yang mengandung najis, arak, dan bangkai) boleh diperjualbelikan sebatas bukan untuk dikonsumsi atau dijadikan sebagai bahan makanan.

Landasan hukum tentang hal ini dapat dipedomani ketentuan hukum yang terdapat dalam hadits Nabi Muhammad saw. pada suatu hari Nabi Muhammad lewat dan menemukan bangkai kambing milik Maimunah dalam keadaan terbuang begitu saja. Kemudian Rasululllah bersabda, “mengapa kalian tidak mengambil kulitnya?” para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kambing itu telah mati menjadi bangkai.” Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya yang diharamkan adalah hanya memakannya.”19

5. Jual beli al-arbun (jual beli yang bentuknya dilakukan melalui perjanjian, pembeli membeli sebuah barang dan uangnya seharga barang diserahkan kepada penjual dengan syarat apabila pembeli tertarik dan setuju, maka jual beli sah. Tetapi jika pembeli tidak setuju dan barang dikembalikan, maka uang yang telah diberikan pada penjual, menjadi hibah bagi penjual).

6. Memperjualbelikan air sungai, air danau, air laut dan air yang tidak boleh dimiliki seseorang; karena air yang tidak dimiliki seseorang merupakan hak

18

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, hal. 54

19

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, hal. 54-55

(40)

bersama umat manusia, dan tidak boleh diperjual belikan. Hukum ini disepakati jumhur ulama dari kalangan Malikiyah, Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah.20 4. Syarat-syarat nilai tukar (harga barang).

Harga dapat dipermainkan para pedagang adalah as-tsaman, bukan harga as-si’r.

Ulama fikih mengemukakan syarat ats-tsam sebagai berikut: a. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.

b. Dapat diserahkan pada waktu akad (transaksi), sekalipun secara hukum seperti pembayaran dengan cek atau kartu kredit.

c. Apabila jual beli itu dilakukan secara barter, maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan syara’.

D.Jual Beli as-Salam

as-Salam disebut juga as-salaf merupakan istilah dalam bahasa Arab yang mengandung makna penyerahan. Secara sederhana transaksi as-salam merupakan pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Para ahli fiqih berbeda pendapat dalam mendefinisikan transaksi

as-salam. Perbedaan ini didasari oleh perbedaan persyaratan yang dikemukakan oleh masing-masing mereka.21

20

Nasrun Haroen, Fiqih Mu’amalah, hal. 124

21

Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam,(Yogyakarta: Magistra Insania Press,2004), hal. 92

(41)

as-Salam adalah menjual sesuatu yang tidak dilihat zatnya, hanya ditentukan dengan sifat; barang itu ada di dalam pengakuan (tanggungan) si penjual. Misalnya si penjual berkata, “ saya jual kepadamu satu meja tulis dari jati, ukurannya 140x100 cm, tingginya 76 cm, sepuluh laci, dengan harga Rp. 100.000,00.” Pembeli pun berkata “saya beli meja dengan sifat tersebut dengan harga Rp. 100.000,00.” Dia membayar uangnya sewaktu akad itu juga, tetapi mejanya belum ada. Jadi, as-salam

ini merupakan jual beli utang dari pihak penjual, dan kontan dari pihak pembeli karena uangnya telah dibayarkan sewaktu akad.22

Sayyid Sabiq mengatakan dalam kitabnya Fiqh Sunnah, bahwa as-salam

adalah penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih berada) dalam tanggungan dengan pembayaran segara/disegerakan23

Dari berbagai perbedaan definisi nampak ada beberapa poin yang disepakati.

Pertama, disebutkan bahwa as-salam merupakan suatu transaksi dan sebagian menyebutnya transaksi jual beli. Kedua, adanya keharusan menyebutkan kriteria-kriteria untuk sesuatu yang dijadikan obyek transaksi/al-muslam fih. Ketiga, obyek transaksi /al-muslam fih harus berada dalam tanggungan.24

Jual beli seperti ini disyari’atkan dalam Islam berdasarkan firman Allah surat al-Baqarah, 2: 282 yang berbunyi:25

22

Nawawi Rambe, fiqh Islam,(Jakarta: Duta Pahala, 1994), hal. 294

23

Sayyid Sabiq, fikih Sunnah , hal. 110

24

Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam, hal. 93

25

Nasrun Haroen, fiqh Muamalah, hal. 147

(42)

…. )

البقر

ة

/ 2 : 282 ( Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…”(QS. Al-Baqarah/2: 282)

Ibnu Abbas, sahabat Rasulullah saw, menyatakan bahwa ayat ini mengandung hukum jual beli pesanan yang ketentuan waktunya harus jelas. Alasan lainnya adalah sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

،ﺮ آ

ا

ﷲاﺪ

،

أ

ا

ﺎ ﺮ أ

،ﺔ

ا

ﺎ ﺮ أ

،ﺔ اﺪ

ﺎ ﺪ

سﺎ

ا

،لﺎﻬ ا

أ

-ﺎ ﻬ

ﷲا

ﺿر

لﺎ

:

ا

مﺪ

و

ﷲا

لﺎ

،ث او

ا

ﺮ ﺎ

نﻮ

ه

و

ﺔ ﺪ ا

:

))

آ

،ء ﺷ

أ

مﻮ

أ

ﻰ إ

مﻮ

نزو

و

مﻮ

.((

لﺎ

نﺎ

ﺎ ﺪ

،

ﺎ ﺪ و

:

لﺎ و

،

ﻰ أ

ا

)) :

مﻮ

آ

مﻮ

أ

ﻰ إ

.((

26 Artinya:

Jika kamu melakukan jual beli salam, maka lakukanlah dalam ukuran tertentu, timbangan tertentu, dan waktu tertentu.(HR. al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, an-Nasa’i, at-tirmizi, dan Ibn Majah dari Ibnu ‘Abbas).

26

Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrohim bin Al Mughiroh bin Bardazbah Al Bukhori Al Ju’fi, Shohîh Al Bukhôri, (Kairo: Dâr Al Hadîts, 2004), Jilid 2, hal.116

(43)

Transaksi as-salam boleh sesuai dengan Al-Qur’an dan as-Sunah dan berlandaskan atas dasar, bahwa:

a. Di dalam transaksi as-salam terdapat unsur yang sejalan dengan upaya merealisasikan kemaslahatan perekonomian (maslahah al-iqtishadiyyah).

b. as-Salam merupakan rukhsyah (suatu dispensasi atau sesuatu yang meringankan) bagi manusia.

c. Transaksi as-salam memberikan kemudahan kepada manusia.

Transaksi as-salam merupakan bagian dari transaksi jual beli biasa. Hanya saja dalam transaksi as-salam terdapat persyaratan tambahan yang menentukan validitas transaksi tidak ada atau tidak dapat dihadirkan pada saat transaksi terjadi. Penjual, dalam hal ini, hanya menyebutkan kriteria-kriteria tertentu pada produk yang akan dijual.27

Rukun jual beli as-salam (as-salaf) menurut Jumhur ulama, selain Hanafiyah, terdiri atas:

1. Orang yang berakad, baligh dan berakal.

2. Barang yang dipesan harus jelas ciri-cirinya, waktunya, harganya. 3. Ijab dan Kabul.28

Adapun syarat-syarat as-salam adalah:

27

Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam, hal. 95

28

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, hal. 145

(44)

1. Transaksi Yang terkait dengan harga/modal, disyaratkan harus jelas dan terukur, serta dilakukan timbang terima dengan jelas, dan diserahkan seluruhnya ketika akad telah disetujui.

2. Yang terkait dengan obyek yang dipesan, harus jelas jenis, ciri-ciri dan ukurannya, serta dijelaskan kapan penyerahan barang itu kepada pemesan. Jika barang yang dipesan diserahkan pada waktu akad, tidaklah dinamakan dengan jual beli as-salam karena unsur penyerahan dalam waktu tertentu tidak ada lagi. Akan tetapi, ulama Syafi’iyah menyatakan bahwa dalam jual beli pesanan boleh saja barang diserahkan waktu akad, sebagaimana dibolehkan penyerahannya pada waktu yang disepakati bersama.29

Berhubungan dengan ketentuan di atas maka al-muslam fih dapat berupa apa saja yang boleh diperjualbelikan dan diketahui kriteria-kriterianya. Adapun sesuatu yang tidak dapat diidentifikasi kriteria-kriterianya tidak boleh dijadikan al-muslam fih

karena hal tersebut, menurut al-Bahuti, dapat membawa kepada perselisihan di antara pihak-pihak yang bertransaksi.30

Pada era modern seperti sekarang untuk menambah kejelasan spesifikasi pengetahuan tentang macam komoditi yang akan dijadikan al-muslam fih dapat ditambahkan dengan menghadirkan bentuk visual dari al-muslam fih. Hal ini akan dapat lebih memberikan kejelasan tantang al-muslam fih. Yang terpenting, bagaimanapun cara yang digunakan untuk memenuhi ketentuan ini, jangan sampai

29

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, hal. 149

30

Ibid,

(45)

mengabaikan prinsip keadilan dalam bermuamalah.31 Apabila rukun dan syarat semuanya telah terpenuhi, maka jual beli as-salam itu dinyatakan sah dan masing-masing pihak terikat dengan ketentuan yang mereka sepakati.32

E.Pandangan Hukum Islam Tentang Jual Beli Online (e-commerce)

Pada umumnya transaksi secara online merupakan transakasi pesanan dalam model bisnis era global yang non face, dengan hanya melakukan transfer data lewat maya (data intercange) via internet, yang mana kedua belah pihak, antara originator

dan adresse (penjual dan pembeli), atau menembus batas sistem pemasaran dan bisnis online dengan menggunakan sentral shop, sentral shop merupakan sebuah rancangan web e-commerce smart dan sekaligus sebagai Business Intelligent yang sangat stabil untuk digunakan dalam memulai, menjalankan, mengembangkan, dan mengontrol bisnis. Perkembangan teknologi inilah yang bisa memudahkan transaksi jarak jauh, dimana manusia bisa dapat berinteraksi secara singkat walaupun tanpa face to face, akan tetapi di dalam bisnis adalah yang terpenting memberikan informasi dan mencari keuntungan.33

Ada dua hal utama yang biasa dilakukan oleh customers di dunia maya. Pertama adalah melihat produk-produk atau jasa-jasa yang diiklankan oleh perusahaan terkait melalui website-nya(online ads). Kedua adalah mencari data atau informasi tertentu yang dibutuhkan sehubungan dengan proses transaksi jual beli

31

Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam, hal. 109

32

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, hal. 146

33

http://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/08/transaksi-jual-beli-secara-online-akad-salam-secara-e-commerce/, diakses pada tanggal 16 Februari 2010 pukul 12:13 WIB.

(46)

yang akan dilakukan. Jika tertarik dengan produk atau jasa yang ditawarkan, konsumen dapat melakukan transaksi perdagangan dengan cara melakukan pemesanan secara elektronik (online orders), yaitu dengan menggunakan perangkat komputer dan jaringan internet. Berdasarkan pesanan tersebut, merchant akan mendistribusikan barangnya kepada customer melalui dua jalur. Bagi perusahaan yang melibatkan barang secara fisik, perusahaan akan mengirimkannya melalui kurir ke tempat pemesan berada. Jalur kedua adalah jalur yang menarik karena disediakan bagi produk atau jasa yang dapat digitalisasi (diubah menjadi sinyal digital). Produk-produk yang semacam teks, gambar, video dan audio secara fisik tidak perlu lagi dikirimkan, namun dapat disampaikan melalui jalur internet, contohnya electronic newspapers, digital library, virtual school dan sebagainya.34

Dalam Islam dituntut untuk lebih jelas dalam memberikan suatu landasan hukum, maka dari itu Islam melampirkan sebuah dasar hukum yang terlampir dalam al-Qur’an, Hadis ataupun Ijma’. Perlu diketahui sebelumnya mengenai jual beli online ini secara khusus dalam al-Qur’an tidak ada ayat yang menjelaskan, yang selama ini dijadikan landasan hukum adalah transaksi jual beli secara global.35

Pelaksanaan transaksi bisnis e-commerce, secara sekilas hampir serupa dengan transaksi as-salam dalam hal pembayaran dan penyerahan komoditi yang dijadikan sebagai obyek transaksi. Oleh karena itu, untuk menganalisis dengan jelas

34

http://www.msiuii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artikel&id=383, diakses pada tanggal 02 November 2009, pukul 13:55 WIB.

35

http://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/08/transaksi-jual-beli-secara-online-akad-salam-secara-e-commerce/, diakses pada tanggal 16 Februari 2010, pukul 12:13 WIB.

(47)

apakah transaksi dalam e-commerce melalui internet tersebut dapat disejajarkan dengan prinsip-prinsip transaksi yang ada dalam transaksi as-salam maka masing-masing dapat dicermati melalui pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi, proses pernyataan kesepakatan transaksi dan melalui obyek transaksi.36

Dalam transaksi e-commerce melalui internet perintah pembayaran (payment instruction) melibatkan beberapa pihak selain dari pembeli (cardholder) dan penjual (merchant). Para pihak itu adalah payment gateway, acquirer dan issuer. Dalam hal ini payment gateway dapat dianggap seperti saksi dalam transaksi yang melakukan otorisasi terhadap instruksi pembayaran dan memonitor proses transaksi online.

Payment gateway ini diperlukan oleh acquirer untuk mendukung berlangsungnya proses otorisasi dan memonitor proses transaksi yang berlangsung. Payment gateway

biasanya dioperasikan oleh acquirer atau bisa juga oleh pihak ketiga lain yang berfungsi untuk memproses instruksi pembayaran. Selain payment gateway, adanya

acquirer dan issuer juga merupakan suatu keharusan. Acquirer adalah sebuah institusi finansial dalam hal ini bank yang dipercaya oleh merchant untuk memproses dan menerima pembayaran secara online dari pihak consumer. Dan issuer merupakan suatu institusi finansial atau bank yang mengeluarkan kartu bank (kartu kredit maupun kartu debit) yang dipercaya oleh consumer untuk melakukan pembayaran

36

http://www.msiuii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artikel&id=383, diakses pada tanggal 02 November 2009, pukul 13:55 WIB.

(48)

dalam transaksi online. Masing-masing dari acquirer dan issuer merupakan wakil dari merchant dan consumer dalam melakukan pembayaran secara online.37

Dari karakteristik di atas, bisa dilihat bahwa yang membedakan bisnis online dengan bisnis offline yaitu proses transaksi (akad) dan media utama dalam proses tersebut. Akad merupakan unsur penting dalam suatu bisnis. Secara umum, bisnis dalam Islam menjelaskan adanya transaksi yang bersifat fisik, dengan menghadirkan benda tersebut ketika transaksi, atau tanpa menghadirkan benda yang dipesan, tetapi dengan ketentuan harus dinyatakan sifat benda secara konkret, baik diserahkan langsung atau diserahkan kemudian sampai batas waktu tertentu, seperti dalam transaksi as-salam dan transaksi al-istishna. Transaksi as-salam merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara tunai/disegerakan tetapi penyerahan barang ditangguhkan. Sedang transaksi al-istishna merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara disegerakan atau secara ditangguhkan sesuai kesepakatan dan penyerahan barang yang ditangguhkan.38

Dalam melakukan transaksi, consumer diminta untuk mengisi informasi pembayaran (yang biasanya disertai dengan memasukkan kode rahasia) pada form

slip pembelian yang telah disediakan website merchant yang kemudian dilakukan otorisasi melalui payment gateway. Dari otorisasi tersebut dapat diketahui bahwa ia benar-benar pemilik yang sah dan berwenang menggunakannya. Pada pihak penjual,

37

Ibid,

38

http://www.tomdonyet.co.cc/2009/04/bisnis-online-dalam-hukum-islam.html, diakses pada tanggal 22 Mei 2009 pukul 20:17 WIB.

(49)

merchant memiliki sertifikat digital dari CA yang menjamin identitas pihak tersebut bahwa ia benar-benar ada dan memiliki wewenang untuk melakukan transaksi online.

Consumer dan merchant bertemu dalam dunia maya yaitu internet melalui server yang disewa dari ISP. Biasanya akan didahului oleh penawaran dari pihak merchant. Kemudian, melalui sebuah website yang dimiliki merchant, consumer dapat melihat daftar atau katalog barang yang dijual yang disertai dengan deskripsi produk yang dijual. Pernyataan kesepakatan dapat dilakukan melalui chatting, video conference, e-mail atau langsung melalui website merchant.39

Ada dua jenis komoditi yang dijadikan objek transaksi online, yaitu barang/jasa non digital dan digital. Transaksi online untuk komoditi non digital, pada dasarnya tidak memiliki perbedaan dengan transaksi as-salam dan barangnya harus sesuai dengan apa yang telah disifati ketika bertransaksi. Sedangkan komoditi digital seperti ebook, software, script, data, dll yang masih dalam bentuk file (bukan CD) diserahkan secara langsung kepada konsumen pada saat transaksi berlangsung, baik melalui email ataupun download. Hal ini tidak sama dengan transaksi as-salam tapi seperti transaksi jual beli biasa hanya saja semua kegiatan transaksi dilakukan melalui media internet.40

Bisnis online sama seperti bisnis offline. Ada yang halal ada yang haram, ada yang legal ada yang ilegal. Hukum dasar bisnis online sama seperti akad jual beli dan

39

http://www.msiuii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artikel&id=383, diakses pada tanggal 02 November 2009, pukul 13:55 WIB.

40

http://www.tomdonyet.co.cc/2009/04/bisnis-online-dalam-hukum-islam.html, diakses pada tanggal 22 Mei 2009 pukul 20:17 WIB

(50)

akad as-salam, ini diperbolehkan dalam Islam. Adapun keharaman bisnis online karena beberapa sebab :

1. Sistemnya haram, seperti money gambling. Judi itu haram baik di darat maupun di udara (online)

2. Barang/jasa yang menjadi objek transaksi adalah barang yang diharamkan, seperti narkoba, video porno, online sex, pelanggaran hak cipta, situs-situs yang bisa membawa pengunjung ke dalam perzinaan.

3. Karena melanggar perjanjian (TOS) atau mengandung unsur penipuan.Dan lainnya yang tidak membawa kemanfaatan tapi justru mengakibatkan kemudharatan.41

Sebagaimana keterangan dan penjelasan mengenai dasar hukum hingga persyaratan transaksi as-salam dalam hukum Islam, jika dilihat secara sepintas mungkin mengarah pada ketidak dibolehkannya transaksi secara online ( E-commerce), disebabkan ketidakjelasan tempat dan tidak hadirnya kedua pihak yang terlibat dalam tempat. Tapi kalo kita coba lebih telaah lagi dengan mencoba mengkolaborasikan antara ungkapan al-Qur’an, hadits dan ijmma’, dengan sebuah landasan :

ﻬ ﺮ

د

لﺪ

نا

ا

ﺔ ﺎ ا

ﺔ ﺎ ا

ا

42

Artinya:

41

http://www.tomdonyet.co.cc/2009/04/bisnis-online-dalam-hukum-islam.html, diakses pada tanggal 22 Mei 2009 pukul 20:17 WIB.

42

A. Dzazuli, kaidah-kaidah fikih, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. 2 hal. 130.

(51)

“Hukum asal muamalah adalah boleh, hingga ada dalil yang menunjukan

akan keharamannya”.

Dengan melihat keterangan di atas dijadikan sebagai pemula dan pembuka

chanel keterlibatan hukum Islam terhadap permasalahan kontemporer. Karena dalam al-Qur’an permasalahn trasnsaksi online masih bersifat global, selamjutnya hanya mengarahkan pada peluncuran teks hadits yang dikolaborasikan dalam peramasalahan sekarang dengan menarik sebuah pengkiyasan.43

Dalam permasalahan e-commerce, fiqh memandang bahwa transaksi bisnis di dunia maya diperbolehkan karena mashlahah. Mashlahah adalah mengambil manfaat dan menolak kemadaratan dalam rangka memelihara tujuan syara’. Bila e-commerce

dipandang seperti layaknya perdagangan dalam Islam, maka dapat dianalogikan bahwa pertama penjualnya adalah merchant (Internet Service Provider atau ISP), sedangkan pembelinya akrab dipanggil customer. Kedua, obyek adalah barang dan jasa yang ditawarkan (adanya pemesanan seperti as-salam) dengan berbagai informasi, profile, mencantumkan harga, terlihat gambar barang, serta resminya perusahaan. Dan ketiga, Sighat (ijab-qabul) dilakukan dengan payment gateway yaitu

system/software pendukung (otoritas dan monitor) bagi acquirer, serta berguna untuk service online.44

F. Persamaan dan Perbedaan Transaksi as-Salam dan E-commerce

43

http://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/08/transaksi-jual-beli-secara-online-akad-salam-secara-e-commerce/, diakses pada tanggal 16 Februari 2010 pukul 12:13 WIB.

44

http://ananganggarjito.blogspot.com/2008/07/e-commerce-dalam-perspektif-islam.html, di akses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 10:09 WIB.

(52)

Dalam transaksi e-commerce malalui internet dengan transaksi as-salam

terdapat persamaan dan perbedaan, yaitu:45

a. Subjek transaksi antara kedua transaksi adalah sama yaitu penjual dan pembeli yang di dalam transaksi e-commerce melalui internet sering disebut

merchant/seller dan buyer/consumer/customer, dan dalam transaksi as-salam

diistilahkan dengan rab as-salam (ﻢ ﺴ ابر ) atau al-muslim (ﻢ ﺴﻤ ا) dan al-muslam ilaih (ﻪﻴ اﻢ ﺴﻤ ا)

b. Dalam transaksi e-commerce melalui internet dan transaksi as-salam

mengharuskan adanya pernyataan kesepakatan. Kesepakatan dilakukan dengan pernyataan yang dapat dipahami maksudnya oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi, seperti dalam bentuk perkataan, isyarat maupun dalam bentuk tulisan.

c. Pembayaran/harga dalam transaksi e-commerce melalui internet dan transaksi as-salam dibayarkan segera/didahulukan.

d. Dalam transaksi e-commerce melalui internet adanya pihak lain yang terlibat dalam transaksi sebagai pendukung selain penjual dan pembeli yang dapat dianggap sebagai saksi dan wakil dalam melakukan pembayaran merupakan suatu keharusan dan penting karena dalam melakukan transaksi mereka tidak saling bertemu face to face. Para pihak itu adalah payment gateway, acquirer dan issuer.

Sedang dalam transaksi as-salam keberadaan saksi dan wakil bukan suatu

45

Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam, hal. 157-159

(53)

keharusan tapi apabila diperlukan hal tersebut tidak akan merusak atau membatalkan transaksi, bahkan untuk keberadaan saksi sangat dianjurkan dalam transaksi as-salam.

e. Pernyataan kesepakatan dalam transaksi online dinyatakan melalui media elektronik dan internet. Dalam transaksi as-salam pernyataan kesepakatan dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dapat dipahami maksudnya oleh kedua pihak yang melakukan transaksi.

f. Komoditi yang dijadikan sebagai salah satu objek transaksi dalam transaksi e-commerce melakui internet dapat berupa apa saja (baik itu komoditi yang legal maupun illegal untuk diperdagangkan menurut Islam), sedang dalam transaksi as-salam komoditi yang dijadikan sebagai salah satu objek transaksi harus komoditi yang legal untuk diperdagangkan menurut Islam.

g. Dalam transaksi as-salam, penyerahan komoditi yang dijadikan sebagai salah satu objek transaksi harus ditangguhkan sampai batas waktu kemudian. Sedangkan dalam transaksi e-commerce melalui internet, u

Gambar

GAMBARAN UMUM GAME ONLINE
GAMBARAN UMUM GAME ONLINE

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat menganalisis bagaimanakah perbuatan HW (inisial pelaku) yang tidak menyerahkan akun game online COC (Clash Of Clan)

Oleh sebab itu harus ada rasa saling percaya antara penjual dan pembeli menumbuhkan kepercayaan konsumen akan e-commerce merupakan salah satu faktor kunci melakukan kegiatan

Setelah keduanya bertemu dan keduanya telah sama- sama cocok antara barang dan harganya maka penjual dan pembeli melakukan perjanjian pembelian dengan ini

a). Menjual sesuatu yang belum berada dibawah penguasaan penjual. Apabila barang yang sudah dibeli dari orang lain belum diserahkan kepada pembeli, maka pembeli itu belum

Marzuki, dkk., dari Fiqh as Sunnah, (Bandung: PT.. prinsip fiqh muamalah adalah segala sesuatu hukumnya boleh dan halal, kecuali jika ada dalil yang melarangnya. Dapat dimanfaatkan

3) Barang itu dapat diserahterimakan. 4) Mempunyai kuasa terhadap barang yang akan dijual. Penjual memiliki kuasa terhadap barang yang akan dijual baik berdasarkan hak

bertemu secara langsung atau Cash On Delivery (COD) untuk menghindari unsur penipuan sebelum terjadinya transaksi jual beli. Namun terkadang ada juga penjual