• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ONLINE PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Me

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ONLINE PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Me"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ONLINE

PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND

KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) DITINJAU DARI HUKUM

ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Barly Kalingga Murda

214 11 021

JURUSAN HUKUM EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ONLINE

PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND

KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) DITINJAU DARI HUKUM

ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Barly Kalingga Murda

214 11 021

JURUSAN HUKUM EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTO PENULIS

“Barang siapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam”

(Ir. Soekarno)

“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang”

(Ir. Soekarno)

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta. Masa yang lampau sangat berguna sebagai kaca benggala daripada masa yang akan datang.”

(Ir. Soekarno)

“Malas itu ada batasnya”

(Barly Kalingga Murda)

(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tuaku Bapak Budi Mulyono dan Ibu Suprapti tercinta, yang telahmendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini. 2. Adikku Maulana Arrasyiid dan Risky Nurul Al-aziiz, yang telah mendoakan

agar selalu tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.

3. Kepada Muflikhah Dwi Aningrum yang selalu memberikan dukungan dan doa agar penulis selalu bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada Khusnul Khotimah dan Yessi Widhi Astuti yang dengan sabar meberikan masukan dan arahan kepada penulis.

5. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulissayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuhkesabaran.

(9)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih, Spirit

Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para

sahabat-sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.

Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari’ah, Jurusan

Hukum Ekonomi Syari’ah yang berjudul: Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada

Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO

TIPU-TIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tentang

Perlindungan Konsumen”.Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN

(10)

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si, selaku Wakil Dekan 3 Fakultas Syari’ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan baik.

4. Ibu Evi Ariyani, SH.,M.H, selaku Ketua JurusanHukum Ekonomi Syari’ah di IAIN Salatiga dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas

Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan

ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

7. Sahabat-sahabatku Yessi Widhi Astuti, Khusnul Khotimah, Muhammad Aidi Faiz, Muhammad Ali Wafa, Muhammad Wisnu Wirawan, yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

(11)

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan demi enaknya

penulisan skripsiini dibaca dan dipahami.

Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, 7 Maret 2016

(12)

ASBTRAK

Murda, Barly Kalingga. 2016.Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NOTIPU-TIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan. Hukum Ekonomi

Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Evi Ariyani,

SH.,M.H.

Kata Kunci : Jual Beli, Online, Hukum Islam

Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) merupakan salah satu forum jual beli online yang terdapat pada media sosial Facebook. Di dalam forum initerdapat berbagai macam barang yang diperjualbelikan. Penulis dalam hal ini mengkaji tentang perlindungan konsumen dalam Perjanjian Jual Beli Secara Online pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) ditinjau dari hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pelaksanaan transaksi jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG

SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) (2) Bagaimana perlindungan konsumen dalam Perjanjian Jual Beli Online pada Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).

(13)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah... 1

B. FokusPenelitian…... 6

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 12

2. Kehadiran Peneliti ... 14

3. Lokasi Penelitian ... 14

4. Sumber Data... 14

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 15

I. Analisis Data ... 17

J. Sistematika Penulisan... 17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, JUAL

(14)

MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA

A. Perjanjian Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif di

Indonesia ... 19

B. Jual Beli Menurut Hukum Islam... 22

C. Pengertian Jual Beli Online………... 34

D. PerlindunganKonsumenmenurut UUPK... 38

BAB III PRAKTEK JUAL BELI PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) A. Gambaran Umum tentang forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)………... 48

B. Prosedur dan Pelindungan Konsumen dalam Transaksijualbeli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)……….. 52

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis HukumIslamterhadapperlindungan konsumen di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)………..…. 61

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal kemunculannya, jaringan internet hanya digunakan guna media komunikasi dan informasi.Tetapi semakin berkembangnya teknologi, manusia dapat menggunakannya sebagai berbagai keperluan, seperti; berkirim pesan, mengobrol, berbagi informasi, dan juga melakukan bisnis via internet.Tidak hanya ke satu atau dua wilayah saja namun ke seluruh dunia tanpa harus mengeluarkan biaya yang relatif mahal.

Jual beli online dalam transaksinya lebih cepat, mudah, menghemat biaya, lebih praktis, dan tanpa harus beranjak dari tempat konsumen berada. Adapun yang menjadi dasar bahwa suatu jual beli itu harus dilakukan atas dasar kehendak sendiri.

(16)

Sedangkan online adalah suatu aktivitas perniagaan seperti layaknya perniagaan pada umumnya, hanya saja para pihak yang bertransaksi tidak bertemu secara fisik akan tetapi secara elektronik melalui media Internet (Dewi, 2005:196). Sehingga jual beli online adalah suatu transaksi jual beli yang menggunakan jaringan, atau terhubung dalam suatu jaringan, dengan menggunakan perangkat. Sehingga penjual dan pembeli dapat bertransaksi tanpa harus bertemu atau berpindah dari tempat dia berada, dan dapat bisa saling berkomunikasi satu sama lainnya.

Praktek jual beli online pada zaman Rasulullah belum ada, karena merupakan perkara kontemporer, sehingga pada masa tersebut belum ada hukum yang mengatur tentang jual beli online. Namun Rasulullah mengajarkan dan memberi petunjuk tentang tata cara mengenai etika bermuamalah yang benar diantaranya: Pertama, bersikap jujur, kejujuran merupakan syarat penting dalam berbisnis. Kedua, tidak melakukan sumpah palsu.Nabi Muhammad SAW sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi.Ketiga, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang haram; seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan lain sebagainya.Keempat, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar.Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan (Hidayat, 2010:51).

(17)

regional, maupun global hanya dengan menggunakan sebuah perangkat yang terhubung dalam jaringan internet.

Mendengar istilah jual beli online tentu tidak dapat dipisahkan dari kata internet.Jual beli online adalah aktifitas jual beli menggunakan jaringan internet berupa situs-situs ataupun sosial media seperti Facebook, instagram, twitter, dan lain-lain.Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND

KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) merupakan salah satu forum jual beli di sosial media Facebook yang sering digunakan oleh pelaku usaha untuk mengiklankan barang yang hendak diperjualbelikan. Forum jual beli yang terkenal akan barang yang diiklankan dengan harga yang relatif murah baik berupa barang baru maupun barang setengah pakai (second). Sehingga menarik bagi sebagian besar pengguna sosial media tersebut untuk memperoleh barang-barang tersebut.

(18)

bawah iklan, selain itu pembeli juga dapat menghubungi nomor yang dicantumkan penjual guna informasi lebih lanjut. Setelah melakukan tawar-menawar dan sepakat dengan harganya, maka penjual dan pembeliakan melakukan transaksi menggunakan rekening apabila kedua belah pihak tidak dapat bertemu karena suatu alasan.

Dalam melakukan pembayaran pembeli akan mentransfer sejumlah uang ke rekening penjual, setelah penjual menerima uang tersebut, maka penjual akan mengirimkan barang ke alamat pembeli. Sehingga dalam transaksi ini pembeli tidak mengetahui secara pasti kualitas dan kuantitas barang yang dijual.Hal tersebut dapat menimbulkan kekecewaan serta kerugian yang ditanggung oleh pihak pembeli.

Berbeda jika penjual dan pembeli dapat bertemu secara lansung atau sering disebut COD (Cash On Delivery), mereka akan melakukan transaksi di suatu tempat sesuai dengan perjanjian. Sehingga pembeli dapat melihat langsung apakah barang yang dijual seperti yang diiklankan atau terdapat cacat yang tidak disebutkan dalam iklan sehingga apabila pembeli merasa dibohongi, transaksi tersebut dapat dibatalkan.

(19)

akan produk yang dijual belikan. Sehingga posisi pembeli tidak berada pada posisi yang lemah.

Perlindungan konsumen diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), sehingga dimaksudkan menjadi landasan hukum bagi para pembeli dalam melakukan aktifitas jual beli.Dalam Undang-undang penjual dapat disebut pelaku usaha dan pembeli adalah konsumen.

Dalam agama Islam juga diajarkan, bahwa umat Islam tidak melakukan jual beli yang tidak jelas (gharar) yang mengakibatkan salah satu pihak merasa dirugikan. Dan jual beli gharar menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan sosial maupun ekonomi baik individu maupun masyarakat.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dengan cara melihat bagaimana praktek jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dan bagaimana perlindungan terhadap konsumen yang melakukan transaksi jual beli di forum tersebut. Maka penulis merasa tertarik meneliti lebih lanjut

mengenai perlindungan konsumen dengan mengangkat judul “Perjanjian

Jual Beli Secara Online Pada Forum Facebook JUAL BELI BARANG

SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)Ditinjau Dari Hukum

Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

(20)

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimanakah prosedur dan pelaksanaan transaksi jual beli online diforum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)?

2. Bagaimana perlindungan konsumen dalam perjanjian jual beli online pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) ditinjau dari Hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prosedur dan pelaksanaan transaksi jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).

2. Untuk mengetahui perlindungan konsumen dalam perjanjian jual beli online bersama pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND

KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) ditinjau dari Hukum Islam dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

D. Manfaat Penelitian

(21)

1. Bagi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide dan sumbangan pemikiran yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khasanah dan ilmu pengetahuan dibidang muamalah khususnya dibidang perlindungan konsumen dalam jual beli online.

2. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah yang timbul sehubungan dengan masalah perlindungan konsumen jual beli online forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) baik secara Hukum Islam maupun hukum positif di Indonesia.

E. Penegasan Istilah

Penulis sampaikan bahwa judul penelitian “Perlindungan Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen”.Untuk menghindari terjadinya silang pengertian dalam memahami

judul yang telah kami sebutkan di atas, maka penulis menegaskan beberapa istilah pokok yang terdapat dalam rumusan judul:

(22)

2. Perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang masing-masing berjanji akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu (dikutip dari kamus besar bahasa Indonesia).

3. Jual beli online terdiri dari dari dua kata, jual beli dan online. Jual beli sendiri adalah berdagang, berniaga, menjual dan membeli barang barang (dikutip dari kamus besar bahasa Indonesia). Sedangkan online adalah suatu aktivitas perniagaan seperti layaknya perniagaan pada umunya, hanya saja para pihak yang bertransaksi tidak bertemu secara fisik akan tetapi secara elektronik melalui media Internet (Dewi, 2006:196).

4. Forum Facebook adalah sebuah sarana komunikasi bagi pengguna sosial media Facebook untuk melakukan transaksi.

5. Hukum Islam adalah ketetapan-ketetapan Allah sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan sunah Rasul, untuk dipatuhi oleh setiap muslim dan haram. Barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, mereka termasuk golongan orang-orang kafir, kejam dan fasik (Mujieb, 1994:156).

(23)

F. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian skripsi ini, penulis bukanlah orang pertama yang membahas tentang perlindungan konsumen dalam jual beli online.Namun penelitian ini juga bukan duplikasi atau pengulangan dari penelitian-penelitian terdahulu.Adapun beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dapat penulis pakai sebagai rujukan serta ada kaitannya dengan pokok permasalahan yang akan penulis kemukakan di antaranya:

1. Skripsi berjudul “Perlindungan Hak-hak Konsumen Transaksi Jual Beli

Online Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif Di Indonesia”. Oleh

(24)

dalam Islam tidak dikenal dengan konsumen akhir dan perantara, Islam juga tidak membedakan konsumen perorangan atau berbadan hukum seperti halnya dalam undang-undang perlindungan konsumen (UUPK). Informasi mengenai objek dalam Islam merupakan syarat, sedangkan UUPK ketentuan dalam bab perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Islam tidak membatasi waktu pertanggung jawaban yang merugikan konsumen, dalam UU ITE tidak menyatakan batasan itu, namun dalam UUPK dibatasi pertanggung jawabannya dalam jangka waktu 4 tahun setelah pembelian.

2. Skripsi berjudul “Aspek Hukum Transaksi Jual Beli Secara Online

Melalui Media Facebook”. Oleh Wahyu Elma Naf’an (2013). Universitas

(25)

Shop. Pemerintah seyogyanya memberikan pengawasan yang lebih ketat lagi bagi para pihak yang melakukan transaksi elektronik ini yaitu dengan jalan melakukan / mewajibkan diadakannya suatu pendaftaran terhadap segala kegiatan yang menyangkut kepentingan umum didalam lalu lintas elektronik tersebut, termasuk pendaftaran atas usaha-usaha elektronik yang berupa online sehingga proses transaksinya dapat berjalan lancer dan tidak ada lagi para pihak yang merasa dirugikan dalam suatu transaksi jual beli secara online melalui media Facebook.

3. Skripsi berjudul “Perjanjian Jual Beli Secara Online Melalui Rekening

Bersama Pada Forum Jual Beli Kaskus”. Oleh Muhammad Billah

Yuhadian (2013). Hasanuddin University. Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan metode field Research (Penelitian Lapangan) dan metode Library Research (Metode kepustakaan). Penelitian dengan menggunakan bahan perpustakaan dan juga hasil wawancara di lapangan. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan:

Pertama, perjanjian jual beli secara online melalui rekber pada FJB Kaskus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian yaitu kesepakatan, kecakapan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Kedua,

(26)

konsumen antara lain mengikuti prosedur penggunaan barang, beritikad baik dalm melakukan transaksi pembelian barang, dan membayar sesuai kesepakatan; (c) hak pelaku usaha antara lain menerima pembayaran sesuai kesepakatan, mendapatkan perlindungan hukum dari konsumen yang beritikad buruk, dan hak untuk pembelaan diri sepatutnya; (d) kewajiban pelaku usaha antara lain beritikad baik, memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai barang, dan memberikan ganti rugi atas kerugian akibat penggunaan barang yang diperdagangkan.

Dari tinjuan pustaka yang diperoleh penulis, maka pembahasan mengenai Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sangat menarik untuk dikaji. Walaupun sudah ada yang meneliti tentang perjanjian jual beli melalui media sosial, namun disini peneliti akan memfokuskan penelitian lebih kepada prosedur pelaksanaan dan perlindungan konsumen menurut hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

(27)

terjadi dalam kehidupan masyarakat, kemudian diambil dan dihubungkan dengan hukum-hukum positif nasional dengan tidak meninggalkan hukum

syari’ yang menjadi sumber keberadaan hukum perjanjian jual beli online

dalam salah satu forum di media sosial (forum Facebook).

Jenis penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam masyarakat itu sendiri atau dalam instansi yang bersangkutan. Pengertian lain dari Penelitian lapangan (field research), yaitu researchyang dilakukan dikancah atau di medan terjadinya gejala-gejala (Hadi, 2000: 10). Yaitu bagaimana prosedur pelaksaan perjanjian jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fakta secara menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci.

(28)

harus memiliki fokus yang jelas. Fokus dapat berupa masalah, objek evaluasi, atau pilihan kebijakan (STAIN, 2008:26).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data di lapangan dengan menggunakan alat peneliti aktif dalam menggunakan data-data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian nanti serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian tersebut akan dilakukan, adapun objek penelitian di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)., atau lebih tepatnya pada forum di media sosial Facebook yang diberi nama forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).

4. Sumber Data

a. Data Primer

(29)

1) Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi Informan dalam penelitian ini adalah pelaku usaha, konsumen, dan seluruh masyarakat Kota Salatiga yang menjadi anggota forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND

KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). 2) Dokumen

Dalam hal dokumen, penelitian ini akan menggunakan data-data yang berhubungan dengan perlindungan konsumen, berupa hasil wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang berasal dari sumber kedua yang dapat diperoleh melalui buku-buku, skripsi, dan artikel dari website atau diperoleh dari catatan pihak lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan yang dimaksud data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia.

H. Prosedur Pengumpulan Data

(30)

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994:139).Dalam observasi nanti, data yang penulis peroleh secara langsung dari kegiatan jual beli serta perlindungan konsumen yang terjadi di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan orang yang diwawancarai atau dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk menjawab pada kesempatan lain. Wawancara merupakan alat Rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Metode ini penulis gunakan dengan cara mengadakan wawancara dengan penjual dan pembeli diforum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND

KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). c. Dokumentasi

(31)

terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada penulis untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.

I. Analisis Data

Karena banyaknya jenis data yang diperoleh maka Peneliti perlu mengelompokan data-data yang diperoleh. Mulai dari catatan lapangan, foto-foto, hasil wawancara, hasil pengamatan, hasil diskusi serta telaah pustaka.

Setelah semua data terkumpul maka Peneliti akan menganalisis semua data dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif, yaitu teknik menggambarkan seluruh aspek Penelitian yang ada, sehingga bisa mendapatkan gambaran antara yang seharusnya terjadi.

Dengan cara tersebut, Peneliti dapat mengetahui kenapa, alasan apa dan bagaimana terjadinya peristiwa tersebut. Maka peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu memang sudah sedemikian keadaannya (Meloeng,2009:9).

J. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN meliputi: Latar belakang masalah, Fokus penelitian, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode penelitian, dan Sistematika Penulisan.

(32)

Pengertian Konsumen dalam Prespektif hukum Islam dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

BAB III HASIL PENELITIAN meliputi: Gambaran umum tentang forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU), praktek jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG

SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).

BAB IVANALISIS meliputi: analisis tentangPerjanjian Jual Beli Secara Online Pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)Ditinjau Dari Hukum Islam, analisis tentangPerjanjian Jual Beli Secara Online Pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)Ditinjau Dari Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

BAB V PENUTUP meliputi: Kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA

(33)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN,JUAL BELIONLINE DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT HUKUM ISLAM

DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA

A. Perjanjian Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia

Secara etimologis perjanjian (yang dalam bahasa Arab diistilahkan

dengan Mu’ahadah Ittifa’, Akad) atau kontrak dapat diartikan sebagai:

“Perjanjian atau peersetujuan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap seseorang lain atau lebih” (Puspa,

1997:248).

Sedangkan Poerwadarminta dalam bukunya Kamus Umum Bahasa Indonesia memberikan definisi/pengertian perjanjian tersebut sebagai berikut:

“persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih

yang mana berjanji akan menaati apa yang tersebut di persetujuan itu.” (WJS.

Poerwadarminta, 2006:402).

Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1313 perjanjian adalah, suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

(34)

Secara hukum Islam yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian adalah (Sabiq,1987 : 178-179) :

1. Tidak menyalahi hukum syari’at yang disepakati adanya

Maksudnya bahwa perjanjian yang diadakan oleh para pihak itu bukanlah perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau perbuatan

yang melawan hukum syari’ah, sebab perjanjian yang bertentangan

dengan ketentuan hukum syari’ah adalah tidak sah, dan dengan sendirinya tidak ada kewajiban bagi masing-masing pihak untuk menepati atau melaksanakan perjanjian tersebut, atau dengan sendirinya perjanjian yang diadakan tersebut batal demi hukum.

2. Harus sama ridha dan ada pilihan

Maksudnya perjanjian yang diadakan oleh para pihak haruslah didasarkan kepada kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-masing pihak ridha/rela akan isi perjanjian tersebut, atau dengan perkataan lain harus merupakan kehendak bebas masing-masing pihak. Serta tidak boleh ada paksaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain, dengan sendirinya perjanjian yang diadakan tidak mempunyai kekuatan hukum apabila tidak didasarkan kepada kehendak bebas pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.

3. Harus jelas dan gamblang

(35)

perjanjikan dikemudian hari. Dan pada saat pelaksanaan/penerapan perjanjian masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian atau yang mengikatkan diri dalam perjanjian haruslah mempunyai interpretasi yang sama tentang apa yang telah mereka perjanjiakan, baik terhadap isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh perjanjian itu.

Sedangkan menurut KUHP pasal 1320 untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. Maksudnya ialah sepakatnya para pihak yang mengikatkan diri, artinya kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri, dan kemauan itu harus dinyatakan dengan tegas atau secara diam. Dengan demikian, suatu perjanjian itu tidak sah apabila dibuat atau didasarkan kepad paksaan, penipuan atau kekhilafan.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan maksudnya adalah adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Menurut hukum, kecakapan termasuk kewenangan untuk melakukan tindakan hukum pada umumnya, dan menurut hukum setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian kecuali orang-orang yang menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap. Adapun orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa, orang dibawah pengampuan. 3. Suatu hal tertentu yaitu, harus suat hal atau suatu barang yang cukup jelas

(36)

perjajian dan hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjai pokok suatu perjanjian.

4. Suatu sebab yang halal yaitu, perjanjian tidak boleh bertentangn dengan undang-undang, ketentuan umum, moral dan kesusilaan.

B. Jual beli menurut Hukum Islam

Islam bukanlah agama yang ribet dan kaku.Ajarannya selalu berkembang dinamis mengikuti perkembangan zaman, ilmu dan tekhnologi, tidak terbelenggu oleh ruang dan waktu. Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan pertukaran barang dengan persetujuan antara kedua belah pihak dalam suatu transaksi jual beli sebagai sesuatu yang halal atau dibolehkan, dan melarang mengambil benda orang lain tanpa persetujuan dan izin dari mereka.

Jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan dipihak yang lain membeli, maka dalam hal ini terjadilah peristiwa hukum jual beli. Adapun dasar hukum dari Al-Qur’an antara lain:

1. Surah Al-Baqarah ayat 275





























































(37)

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat

berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan

syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang

demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat),

Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang

yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus

berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah

diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan

urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali

(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni

neraka; mereka kekal di dalamnya.

2. Surah An Nisa ayat 29









































Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara

kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya

(38)

Menurut pengertian Syari’at, yang dimaksud dengan jual beli adalah

pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah) (Lubis, 1994:33). Menurut H. Sulaiman Rasjid (1994:278)jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad).

Dari uraian diatas terlihat bahwa dalam perjanjian jual beli itu terlibat dua pihak yang saling menukar atau melakukan pertukaran.Oleh karena perjanjian jual beli ini merupakan perbuatan hukum yang mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam perbuatan hukum ini haruslah dipenuhi rukun dan syarat sahnya jual beli.

Suatu transaksi jual beli dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam.Lubis (1994:34) menyebutkan yang menjadi rukun dalam perbuatan hukum jual beli terdiri dari:

1. Adanya pihak penjual dan pihak pembeli 2. Adanya uang dan benda, dan

3. Adanya lafaz.

Dalam suatu perbuatan jual beli, ketiga rukun ini hendaklah dipenuhi, sebab andai kata salah satu rukun tidak terpenuhi, maka perbuatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan jual beli (Lubis, 1994:34).

(39)

1. Syarat in’iqad ( terjadinya akad); 2. Syarat sahnya akad jual beli;

3. Syarat kelangsungan jual beli (syarat nafadz) 4. Syarat mengikat (syarat luzum)

Berbeda dengan pandangan H Chairuman PasaribuSuhrawardi K Lubis (1994:34) menyatakan agar suatu jual beli yang dilakukan oleh pihak penjual dan pihak pembeli sah, haruslah dipenuhi syarat-syaratnya yaitu:

1. Tentang subyeknya.

Bahwa kedua belah pihak yang melakukan perjanjian jual beli tersebut haruslah;

a. Berakal, agar dia tidak terkicuh, orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya.

Adapun yang dimaksud dengan berakal, yaitu dapat membedakan atau memilih mana yang terbaik bagi dirinya, dan apabila salah satu pihak tidak berakal maka jual beli yang diadakan tidak sah.

b. Dengan kehendaknya sendiri (bukan dipaksa).

(40)

jual beli yang dilakukan bukan atas dasar “kehendaknya

sendiri” adalah tidak sah.

c. Keduanya tidak mubazir

Keadaan tidak mubazir, maksudnya para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian jual beli tersebut bukanlah manusia yang boros (mubazir), sebab orang yang boros didalam hukum dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak, maksudnya dia tidak dapat melakukan sendiri sesuatu perbuatan hukum walaupun kepentingan hukum itu menyangkut kepentingan sendiri.

d. Baligh.

Persyaratan selanjutnya tentang subyek/orang yang

melakukan perbuatan hukum jual beli ini adalah “baligh” atau

dewasa. Dewasa dalam hukum Islam adalah apabila telah berumur 15 tahun, atau telah bermimpi (bagi anak laki-laki) dan haid(bagi anak perempuan), dengan demikian jual beli yang diadakan anak kecil adalah tidak sah.

(41)

perbuatan jual beli, khususnya untuk barang-barang kecil dan tidak bernilai tinggi.

2. Tentang obyeknya.

Yang dimaksud dengan obyek jual beli disini adalah benda yang menjadi sebab terjadinya perjanjian jual beli.Benda yang dijadikan sebagai obyek jual beli ini haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Bersih barangnya

Adapun yang dimaksud dengan bersih barangnya, bahwa barang yang diperjualbelikan bukanlah benda yang dikualifikasikan sebagai benda najis, atau digolongkan sebagai benda yang diharamkan.

Namun demikian perlu diingatkan bahwa barang ini (barang yang mengandung najis, arak dan bangkai) boleh diperjualbelikan sebatas kegunaan barang tersebut bukan untuk dikonsumsi atau dijadikan sebagai bahan makanan.

(42)

b. Dapat dimanfaatkan

Pengertian barang yang dapat dimanfaatkan tentunya sangat relatif, sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan sebagai obyek jual beli adalah merupakan barang yang dapat dimanfaatkan, seperti untuk dikonsumsi (seperti beras, buah-buahan, ikan, sayur mayur dan lain-lain), dinikmati keindahannya (seperti hiasan rumah, bunga-bungaan dan lain-lain), dinikmati suaranya (seperti radio, televisi dan lain-lain) serta dipergunakan untuk keperluan yang bermanfaat seperti membeli seekor anjing untuk berburu.

Dengan demikian timbul pertanyaan, apakah yang dijadikan standar/ukuran sesuatu barang itu dapat dikualifikasikan sebagi benda yang bermanfaat atau benda tidak bermanfaat.

c. Milik orang yang melakukan akad

Maksudnya, bahwa orang yang melakukukan perjanjian jual beli atas sesuatu barang adalah pemilik sah barang tersebut dan/atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang tersebut.

(43)

tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin atau kuasa dari istrinya, maka perbuatan itu tidak memenuhi syarat sahnya jual beli yang dilakukan oleh suami atas barang milik istrinya itu adalah batal.

d. Mampu menyerahkannya

Adapun yang dimaksud dengan mampu menyerahkan, bahwa pihak penjual (baik sebagai pemilik maupun sebagi kuasa) dapat menyerahkan barang yang dijadikan sebagai obyek jual beli sesuai dengan bentuk dan jumlah yang diperjanjikan pada waktu penyerahan barang kepada pihak pembeli.

Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada pembeli, misalnya ikan dalam laut, barang rampasan yang masih berada ditangan yang merampasnya, barang yang sedang dijaminkan, sebab semua itu mengandung tipu daya.

Dari uraian diatas dapat dikemukan bahwa wujud barang yang dijual itu harus nyata dan dapat diketahui jumlahnya (baik ukuran maupun besarnya).

e. Mengetahui

(44)

unsur penipuan.Mengetahui disini dapat diartikan secara lebih luas, yaitu melihat sendiri keadaan barang baik hitungan, takaran, timbangan atau kualitasnya.Sedangkan menyangkut pembayaran kedua belah pihak harus mengetahui tentang jumlah pembayaran maupun jangka waktu pembayaran. f. Barang yang diakadkan ada ditangan (dikuasai)

Menyangkut perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum ditangan (tidak berada dalam penguasaan penjual) adalah dilarang sebab bisa jadi barang sudah rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana telah diperjanjikan.

Adapun transaksi muamalah dalam hukum Islam dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Transaksi yang dilarang dalam Islam

Menurut H.E. Hassan Saleh (2008:383), adapun hal-hal yang dilarang dalam suatu transaksi jual beli, yaitu:

a) Jual beli yang mengandung tipuan.

b) Jual beli hewan yang masih berada dalam bibit jantan.

c) Jual beli hewan yang masih berada dalam perut induknya.

d) Jual beli tanah yang luasnya sejauh lemparan batu.

e) Jual beli buah-buahan yang masih berada ditangkainya dan belum layak dimakan.

(45)

g) Jual beli atau transaksi dalam bentuk penggunaan tanah dengan imbalan dari apa yang akan dihasilkan tanah tersebut. Transaksi seperti ini termasuk yang dilarang, karena belum jelas harganya.

h) Jual beli dengan harga tertentu, sedangkan barang yang menjadi objeknya merupakan sejumlah barang yang tidak jelas keberadaanya.

i) Jual beli (sewa) bibit hewan pejantan untuk dibiakkan.

j) Jual beli barang dengan cara menyentuh salah satu barang. Misalnya seorang pembeli membeli baju sebanyak satu lusin dengan motif yang sama, namun pembeli tersebut hanya memeriksa satu baju yang berada paling atas, sedangkan yang lainnya tidak diperiksa dan penjual tidak mengingatkan pembeli untuk memeriksa seluruh baju yang dibeli.

k) Jual beli barang dengan uang muka, tetapi jika transaksi tidak jadi, maka uang muka menjadi milik penjual.

l) Transaksi jual beli barang setelah pembeli menyongsong penjualnya sebelum penjual mengetahui harga pasar yang sesungguhnya.

(46)

o) Jual beli barang yang ditumpuk, yang di luar tampak lebih bagus daripada yang di dalam.

p) Jual beli barang (bersifat pura-pura) yang setelah dilakukan transaksi harganya dinaikkan pembeli pertama, sehingga pembeli-pembeli lainnya membeli lebih mahal.

2. Transaksi jual beli yang sah, tetapi dilarang

Menurut H Sulaiman Rasjid (1994:284) mengenai jual beli yang tidak diizinkan oleh agama, diuraikan beberapa cara saja sebagai contoh perbandingan bagi yang lainnya. Yang menjadi pokok sebab timbulya larangan adalah: menyakiti si penjual dan pembeli atau orang lain; menyempitkan gerakan pasaran; merusak ketentraman umum.

a. Membeli barang dengan harga yang lebih mahal daripada harga pasar, sedangkan dia tidak menginginkan barang itu, tetapi semata-mata supaya orang lain tidak dapat membeli barang itu. b. Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih

dalam masa khiyar.

c. Mencegat orang-orang yang dating dari desa di luar kota, lalu membeli barangnya sebelum mereka sampai ke pasar dan sewaktu mereka belum mengetahui harga pasar.

(47)

barang itu. Hal ini dilarang karena dapat merusak ketentraman umum.

e. Menjual suatu barang yang berguna, tetapi kemudian dijadikan alat maksiat oleh yang membelinya.

f. Jual beli yang disertai tipuan. Berarti dalam urusan jual beli itu ada tipuan, baik dari pihak pembeli maupun dari penjual, pada barang ataupun ukuran pada timbangannya.

3. Transaksi yang dibenarkan

Agar jual beli berlangsung secara sah, transaksi jual beli harus dilakukan dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan, adapun rukun dan syarat dalam jual beli menurut Dr. H. Ahmad Wardi Muslich (2010:180) adalah:

a. Penjual (Ba’i) b. Pembeli (Musytary)

c. Ijab Qabul (Shighat)

d. Barang atau jasa (Ma’qud alaih)

Sedangkan syarat-syarat bagi rukun jual beli tersebut harus dipenuhi karena jual beli dinyatakan sah apabila telah memenuhi syarat-syarat atas pelaku akad, barang yang diakadkan, atau tempat berakad.

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi berkenan dengan objek transaksi adalah:

(48)

b. Bermanfaat

c. Milik orang yang melakukan akad

d. Barang yang dijual harus diketahui secara jelas kualitas dan kuantitasnya.

C. Pengertian Jual Beli Online

Jual beli menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2006:495) Jual beli sendiri adalah berdagang, berniaga, menjual dan membeli barang barang.Jual beli Online (E-commerce) adalah suatu aktivitas perniagaan seperti layaknya perniagaan pada umumnya, hanya saja para pihak yang bertransaksi tidak bertemu secara fisik akan tetapi secara elektronik melalui media Internet (Dewi, 2005:196).Dalam buku Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) jual beli online atau transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan computer, jaringan computer, dan/atau media elektronik lainnya.

(49)

transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai media pertukaran barang atau jasa baik antara dua institusi (business to business)

maupun antar institusi dan konsumen langsung (business to consumer)

(Suhartono, 2010:229).

D. Perlindungan Konsumen Menurut Hukum Islam

Islam pada masa Rasulullah belum mengungkapkan pengaturan perlindungan konsumen secara empiris seperti saat ini.Walaupun penuh dengan keterbatasan teknologi pada saat itu, namun pengaturan perlindungan konsumen yang diajarkan Rasulullah sangat mendasar, sehingga pengaturan tersebut menjadi asal usul dari hukum perlindungan konsumen modern.

Seluruh ajaran Islam yang terkait dengan perdagangan dan perekonomian berorientasi pada perlindungan hak-hak pelaku usaha produsen dan konsumen.Karena Islam menghendaki adanya unsur keadilan, kejujuran, dan transparansi yang dilandasi nilai keimanan dalam praktik perdagangan dan peralihan hak.Untuk menghindari penipuan, maka pembeli diberikan beberapa hak dalam melakukan transaksi jual beli dengan tujuan untuk melindungi para konsumen yang dalam Islam dikenal dengan istilah khiyar.

Khiyar adalah hak yang diberikan kepada pihak-pihak yang melakukan transaksi untuk meneruskan atau membatalkannya (Saleh, 2008:386). Fungsi

(50)

merasa tertipu atau tidak adanya kecocokan dalam membeli barang yang telah dipilih (Sahrani, 2011:76).Khiyar ada empat macam, yaitu:

1. Hak pilih di lokasi (Khiyar majlis)

Khiyar majlisadalah hak pilih untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi (Saleh, 2008:386). Habislah Khiyar majlis

apabila, Keduanya memilih akan memeruskan akad. Jika salah seorang dari keduanya memilih akan meneruskan akad, habislah

khiyar dari pihaknya, tetapi hak yang lain masih tetap. Dan apabila keduanya terpisah dari tempat jual beli. Artinya berpisah ialah menurut kebiasaan.Apabila kebiasaan telah menghukum bahwa keadaan keduanya sudah berpisah, tetaplah jual beli antara keduanya.

Kalau kebiasaan mengatakan belum berpisah, masih terbukalah pintu khiyar antara keduanya. Kalau keduanya berselisih seumpamanya seorang mengatakan sudah berpisah, sedangkan yang lain mengatakan belum, yang mengatakan belum hendak dan dibenarkan dengan sumpahnya, karena yang asal belum berpisah (Rasjid, 1994:286).

2. Hak pilih dalam persyaratan (Khiyar syarath)

(51)

boleh memilih antara meneruskan jual beli atau membatalkannya (Muslich, 2010:226).

Khiyar syarath boleh dilakukan dalam segala macam jual beli, kecuali barang yang wajib diterima di tempat jual beli, seperti barang-barang riba. Masa khiyar syarath paling lama hanya tiga hari tiga malam terhitung dari waktu akad. Barang yang terjual itu sewaktu dalam masa khiyar kepunyaan orang yang mensyaratkan

khiyar, kalau yang khiyar hanya salah seorang dari mereka. Tetapi kalau kedua-duanya mensyaratkan khiyar, makabarang itu tidak dipunyai oleh seorangpun dari keduanya.

Jika jual beli sudah tetap akan diteruskan, barulah diketahui bahwa barang itu kepunyaan pembeli mulai dari masa akad. Tetapi kalau jual beli tidak diteruskan, barang itu tetap kepunyaan si penjual.Untuk meneruskan jual beli atau tidaknya, hendaklah dengan lafaz yang jelas menunjukkan terus atau tidaknya jual beli. 3. Hak pilih karena cacat barang (Khiyar ‘aib)

Khiyar ‘aib adalah suatu bentuk khiyar untuk meneruskan

atau membatalkan jual beli, karena adanya cacat pada barang yang dibeli, meskipun tidak disyaratkan khiyar (Muslich, 2010:232).

(52)

cacatnya itu sudah ada, tetapi si pembeli tidak tahu atau terjadi sesudah akad, yaitu sebelum diterimanya (Rasjid, 1994:287). 4. Hak pilih melihat (Khiyar ru’yah)

Khiyar ru’yah adalah Khiyar atau pilihan untuk

meneruskan akad atau membatalkannya, setelah barang yang menjadi objek akad dilihat oleh pembeli. Hal ini terjadi dalam kondisi di mana barang yang menjadi objek akad tidak ada di majelis akad, walaupun ada hanya contohnya saja, sehingga pembeli tidak tahu apakah barang yang dibelinya itu baik apa tidak. Setelah pembeli melihat langsung kondisi barang yang dibelinya, apabila setuju ia bisa meneruskan jual belinya dan apabila setuju ia boleh mengembalikannya kepada penjual dan jual beli dibatalkan, sedangkan harga dikembalikan seluruhnya kepada pembeli (Muslich, 2010:236).

E. Perlindungan Konsumen Menurut UUPK

Perlindungan konsumen di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).Perlindungan konsumen menurut UUPK adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen(pembeli).

(53)

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar pertisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibanya secara adil.

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material ataupun spiritual.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Pasal 3

Perlindungan konsumen sendiri bertujuan untuk:

(54)

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenal pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-America), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari consumer

(55)

Menurut Kristiyanti (2009:25) menegaskan beberapa batasan tentang konsumen, yakni:

1. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu.

2. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial).

3. Konsumen akhir, adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan barang dan/jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial).

Bagi konsumen antara barang atau jasa itu adalah barang atau jasa capital, berupa bahan baku, bahan penolong atau komponen dari produk lain yang akan diproduksinya (produsen). Kalau ia distributor atau pedagang berupa barang setengah jadi atau barang jadi yang menjadi mata dagangannya. Konsumen antara ini mendapatkan barang atau jasa itu di pasar industry atau pasar produsen.

(56)

Pengertian konsumen menurut UUPK dalam Pasal 1 ayat (2) yakni: Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen. Dalam UUPK hak konsumen diatur dalam pasal 4 adalah:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

(57)

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kemudian kewajiban pelaku usaha (penjual) dijelaskan dalam UUPK pasal 7, Kewajiban pelaku usaha adalah:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan /atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta member jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.

(58)

7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Kristiyanti (2009:41) mengutip dari buku UUPK Dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 8 Tahun 1999 disebutkan pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam ilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Hak pelaku usaha diatur dalam UUPK Pasal 6 adalah:

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik.

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen.

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh baarang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

(59)

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, mengatur perbuatan hukum yang dilarang bagi pelaku usaha larangan dalam memproduksi atau memperdagangkan, larangan dalam penjualan secara obral atau lelang, dan dimanfaatkan dalam ketentuan periklanan.

1. Larangan dalam memproduksi atau memperdagangkan, misalnya: a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Tidak sesuai dengan berat isi bersih atau neto;

c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan sebagaimana dinyatakan dalam label, etika, atau keterangan barang dan atau jasa tersebut;

e. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label; f. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal;

g. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat barang, ukuran, berat isi atau neto.

(60)

a. Barang tersebut telah memenuhi atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu.

b. Barang tersebut dalam keadaan baik/baru.

c. Barang atau jasa tersebut telah mendapat atau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu.

d. Dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi.

e. Barang atau jasa tersebut tersedia. f. Tidak mengandung cacat tersembunyi. g. Kelengkapan dari barang tertentu. h. Berasal dari daerah tertentu.

i. Secara langsung atau tidak merendahkan barang atau jasa lain. j. Menggunakan kata-kata yang berlebihan seperti aman, tidak

berbahaya, atau efek sampingan tanpa keterangan yang lengkap.

k. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti. 3. Larangan dalam penjualan secara global atau lelang.

Pelaku usaha dalam penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang dilarang mengelabui/ menyesatkan konsumen, antara lain:

a. Menyatakan barang tersebut seolah-olah telah memenuhi standar tertentu.

(61)

c. Tidak berniat utuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud menjual barang lain.

d. Tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu atau jumlah cukup dengan maksud menjual barang yang lain.

4. Larangan dalam periklanan

Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan misalnya: a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,

kegunaan dan harga mengenai atau tarif jasa, serta ketepatan waktu penerimaan barang jasa.

b. Mengelabui jaminan atau garansi barang atau jasa.

c. Memuat informasi yang keliru, salah atau tidak tepat mengenai barang atau jasa.

d. Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang atau jasa.

e. Mengekploitasi kejadian seseorang tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan yang bersangkutan.

(62)

BAB III

PRAKTEK JUAL BELI PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI

BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)

A. Gambaran Umum Tentang Forum Jual Beli Barang Second Kota

Salatiga (No Tipu-Tipu)

Awal mulanya Facebook hanya digunakan untuk sarana bertukar informasi, bertukar ataupun membagikan foto maupun video, Chating, dan lain sebagainya. Semakin majunya jaman, Facebook sekarang ini juga dapat dijadikan sebagai sarana atau wadah untuk melakukan transaksi jual beli.Wadah tersebut sering disebut sebagai suatu grup atau forum, salah satu forum yang terdapat pada Facebook untuk masyarakat yang berdomisili di Kota Salatiga adalah forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND

KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).

Sebelum menggunakan situs ini pengguna harus mendaftar dan pengguna terlebih dahulu harus memiliki sebuah alamat email. Setelah itu pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman, bertukar pesan, mengupload foto maupun video, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui status ataupun profilnya.

(63)

lainnya.ForumFacebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dibentuk oleh salah seorang warga Salatiga. Awalnya, forum ini bernama forum Jual Beli Salatiga, setelah itu berganti nama menjadi Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).

Seiring bertambahnya pengguna sosial media (sosmed) Facebook, forum ini juga memiliki anggota yang terus bertambah setiap harinya. Forum ini sudah memiliki 42.045 anggota, Baik anggota aktif maupun anggota tidak aktif. Anggota aktif adalah anggota yang yang selalu aktif entah sekedar melihat, menjual bahkan membeli suatu barang pada forum tersebut, sedangkan anggota tidak aktif terbagi menjadi dua, yaitu anggota yang menggunakan akun Facebooknya digunakan hanya untuk menjual atau membeli barang yang kemudian akun tersebut hanya digunakan sekali saja saat melakukan transaksi jual beli, setelah transaksi jual beli selesai akun tersebut tidak digunakan kembali biasanya akun yang digunakan bukan akun asli si pemilik akun Facebook tersebut, kemudian anggota tidak aktif kedua yaitu anggota yang hanya menggunakan forum ini ketika sedang membutuhkan saja, jadi hanya pada saat-saat tertentu, entah akan membeli atau menjual barang atau hanya untuk sekedar melihat-lihat harga pasaran suatu barang.

Untuk bergabung dalam forum Facebook JUAL BELI BARANG

(64)

Selain itu calon anggota juga harus mengirim permintaan bergabung yang nantinya akan disetujui oleh salah satu anggota yang sudah bergabung dengan forumFacebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).

Para pelaku usaha maupun konsumen yang hendak menjual atau membeli atau menawarkan suatu jasa harus terlebih dahulu bergabung menjadi anggota dalam forum ini, sebab jika tidak bergabung mereka (pelaku usaha) tidak bisa membuat postingan guna untuk mengiklankan barang yang hendak dijual, berbeda dengan konsumen tidak harus bergabung dalam forum jual beli tetapi dia dapat sekedar melihat-lihat, memberi komentar untuk tawar menawar, bertanya tentang kualitas barang, dan lain-lain. Namun hal tersebut tergantung dari forum jual beli,karena dari forum satu dan forum lainnya berbeda-beda, apakah dalam aturannya hanya para anggota saja yang dapat mengakses forum tersebut ataupun tidak hanya anggota yang dapat menggunakan forum tersebut.

(65)

service, onderdil, asesoris, hewan, obat-obatan, dan masih banyak yang lainnya.

Pelaku usaha dalam membuat postingan atau mengiklankan barang yang hendak dijual, diharuskan memberi informasi yang sejelas-jelasnya dan senyata mungkin agar para konsumen tidak tertipu oleh informasi yang ia berikan, namun bukan hanya pelaku usaha saja yang membuat postingan, konsumen juga terkadang membuat postingan guna untuk membeli barang yang ia akan beli. Biasanya dalam postingan tersebut berisi tentang jenis barang, kualitas, kekurangan (cacat), harga, foto barang yang dijual, alamat atau nomor HP yang bisa dihubungi, merk, barang baru atau second,

spesifikasi, dijual atau akan membeli, dan lain-lain. Semakin lengkap dan jelas yang digambarkan pelaku usaha semakin baik untuk konsumen terhindar dari penipuan.

Referensi

Dokumen terkait

A vizsgált mutatók alapján a telepeket rangsoroltuk az SRD (Sum of Ranking Difference) módszerrel.. Az SRD módszert Héberger (2010) fejlesztette ki, és a módszer

Artinya, doa-doa atau mantra merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia terutama bagi pelaku magi pada saat melakukan upacara keagamaan, hal tersebut akan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Batang Tinospora crispa Dibandingkan Dengan Kloroquin Terhadap Jumlah Eritrosit Mencit Swiss Yang Diinfeksi Plasmodium berghei.. ARTIKEL KARYA

Disebut dengan penyakit akar merah karena jika tanah di daerah perakaran tanaman yang sakit dibongkar akan terlihat miselia jamur berwarna merah muda sampai merah tua

“Proses perencanaan, implementasi dan pengendalian aliran barang masuk (inbound flow) secara efektif dan efisien serta penyimpanan barang bekas (secondary goods) dan

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau ditemukan beberapa permasalahan

Di SMPN 7 Kotabumi merupakan salah satu sekolah yang diunggulkan, namun nilai luhur (karakter) belum tertanam dengan baik pada diri dan prilaku peserta didik

Peningkatan dosis perlakuan limbah cair biogas dan pupuk N, P, K menunjukkan pertumbuhan tinggi bibit yang kurang optimal, hal ini dikarenakan dosis yang diberikan