• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

Menurut Pracaya (1998) dan Pitojo (2005) tanaman tomat merupakan tanaman yang termasuk dalam divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), anak divisi Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup), kelas Dicotyledonae (tumbuhan berbiji belah atau berkeping dua), subkelas Metachlamidae, ordo Solanales, famili Solanaceae, genus Lycopersicon, Spesies Lycopersicon esculentum Mill.

Tanaman tomat mempunyai akar tunggang, akar cabang, dan akar serabut yang berwarna keputih-putihan. Perakaran tanaman tomat tidak terlalu dalam sehingga tingkat kesuburan tanah di lapisan atas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, produksi buah, serta benih tomat yang dihasilkan. Daun tanaman tomat merupakan daun majemuk bersirip gasal, duduk daun teratur pada batang, serta membentuk spiral. Panjang daun antara 15 cm - 30 cm, lebar daun 10 cm – 25 cm, tangkai daun antara tiga cm – enam cm (Pitojo, 2005).

Batang tanaman tomat berbulu kasar dan memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan bau yang kuat dan khas. Percabangan batang bagian bawah bertipe

monopodial, yaitu batang pokok terlihat jelas dan lebih besar daripada cabangnya.

Sedangkan batang tanaman tomat bagian atas bertipe simpodial, yaitu batang pokok kurang jelas karena perkembangan cabang lebih baik daripada batang (Pracaya, 1998). Pertumbuhan tanaman tomat berdasarkan tipe pertumbuhan tanaman digolongan menjadi dua, yaitu indeterminate dan determinate. Golongan indeterminate mempunyai pertumbuhan batang tidak diakhiri dengan rangkaian bunga, periode panen relatif panjang dan habitus tanaman umunya tinggi. Tanaman tomat golongan determinate mempunyai pertumbuhan batang diakhiri dengan rangkaian bunga, periode panen relatif pendek dan habitus tanaman relatif pendek (Pitojo, 2005).

Bunga tanaman tomat merupakan bunga majemuk yang terletak dalam rangkaian bunga. Rangkaian bunga terdiri atas empat hingga 14 kuntum bunga. Kelopak bunga berjumlah enam, berwarna hijau dan berujung runcing. Mahkota

(2)

bunga berjumlah enam, berwarna kuning, dan bagian pangkalnya membentuk tabung pendek. Bunga tanaman tomat merupakan bunga sempurna, karena memiliki benang sari, bakal buah, kepala putik, serta tangkai putik. Benang sari mengelilingi putik bunga, berjumlah enam, bertangkai pendek, berwarna kuning cerah (Pracaya, 1998 dan Pitojo, 2005).

Buah tanaman tomat merupakan buah buni. Berwarna muda jika masih hijau dan berwarna merah muda, merah atau kuning setelah tua. Terdapat tiga periode pertumbuhan yang dialami buah tomat sejak masih muda hingga masak fisiologis, yaitu: (1) perkembangan ovari yang telah dibuahi hingga berat buah mencapai lebih kurang 10% dari berat buah maksimal yang berlangsung lebih kurang dua hingga tiga minggu, (2) perkembangan buah hingga berat buah mencapai maksimal, (3) proses pemasakan buah hingga terjadi perubahan warna hijau menjadi kuning (lebih kurang berlangsung selama dua minggu) dan akhirnya menjadi merah (lebih kurang berlangsung selama tiga hingga lima minggu). Setiap bakal buah tomat terdapat 250-1.000 bakal biji. Dari jumlah bakal biji tersebut yang dapat berkembang lebih kurang 20%-50% tergantung dari varietas, teknik budidaya, serta lingkungan tumbuhnya. Biji tomat berbentuk seperti ginjal, berbulu, berukuran lebar dua mm hingga empat mm dan panjang tiga mm hingga lima mm, serta berwarna cokelat muda. Biji kering yang disimpan dengan baik dapat bertahan selama tiga hingga empat tahun (Pitojo, 2005).

Tanaman tomat mampu tumbuh baik pada musim kemarau dengan pengairan yang cukup. Pertumbuhan tanaman tomat akan baik bila udara sejuk, suhu pada malam hari antara 100C - 200C dan pada siang antara 180C – 290C. Tanaman tomat memerlukan sinar matahari yang cukup. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) dalam yang lebih tinggi. Pertumbuhan tanaman di dataran tinggi lebih baik daripada di dataran rendah karena tanaman menerima sinar matahari lebih banyak tetapi suhu rendah (Pracaya, 1998). Tanaman tomat yang sedang memasuki fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup sebaliknya pada fase generative memerlukan curah hujan sedikit. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara 750-1.250 mm per tahun (Pitojo, 2005).

(3)

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Tanaman

Produktivitas tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hasil produksi tanaman dan luas panen. Jika luas panen tidak dapat ditambah upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan hasil produksi tanaman. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman beserta kualitas hasil yaitu penggunaan benih unggul yang bermutu tinggi, pengaturan jarak tanam dan populasi tanaman yang tepat, penerapan mulsa plastik hitam perak (MPHP), pemupukan berimbang, pengendalian hama dan penyakit, serta cara-cara lain yang khas seperti pemasangan turus dan perempelan tunas ataupun daun (Anonim, 2018).

Benih unggul yang bermutu tinggi salah satunya dapat didapatkan dengan penggunaan benih hibrida. Benih hibrida mempunyai daya hasil yang tinggi, kualitas buah baik dan seragam, serta tersedia secara kontinu. Kualitas buah tomat meliputi kualitas eksternal dan kualitas internal. Kualitas eksternal meliputi bentuk buah, ukuran buah, warna buah dan lain-lain. Sedangkan kualitas internal meliputi jumlah rongga, tebal daging buah, kekerasan buah, rasa, aroma, dan lain-lain. Kriteria kekerasan buah merupakan hal yang sangat penting karena berhubungan dengan ketahanan simpan dan pengangkutan (Purwati, 2009).

Upaya peningkatan produktivitas tanaman juga harus diimbangi dengan perbaikan karakter-karakter tanaman. Dengan sifat buah tomat yang mudah rusak (perishable) menurut Rachmatika dkk (2017) perbaikan karakter atau sifat buah salah satunya dapat didapatkan dengan kriteria buah tomat yang mempunyai tingkat kekerasan buah yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan tanaman tomat dengan hasil produksi tanaman tinggi dan perbaikan karakter atau sifat buah yang keras dapat dilakukan dengan cara menyilangkan galur murni yang memiliki sifat unggul jumlah buah yang banyak pada buah yang keras.

2.1.3. Pemuliaan Tanaman Tomat

Salah satu kegiatan utama pemuliaan tanaman yaitu merakit suatu varietas tanaman yang unggul. Dalam kegiatan pemuliaan tanaman tersebut tidak semata-mata hanya sekedar mendapatkan varietas tanaman yang unggul, tetapi harus dapat diterima para petani sebagai konsumen. Tiga persyaratan utama yang

(4)

harus dipenuhi varietas unggul yaitu, harus mempunyai: (1) kemampuan produksi yang tinggi, (2) kualitas hasil panen yang baik, (3) kepastian hasil panen (Mangoendidjojo, 2003).

Pada pemuliaan tanaman penyerbuk sendiri terdapat tiga cara pemilihan tanaman yang dapat dilakukan, yaitu seleksi massa (mass selection), seleksi tanaman individual, dan seleksi kombinasi. Seleksi massa dilakukan dengan cara menyeleksi suatu populasi yang ditanam pada suatu areal yang cukup luas berdasarkan kenampakan luar tanaman. Dalam seleksi massa terdapat dua cara untuk pemilihan tanaman, yaitu seleksi massa positif dan seleksi massa negatif. Pada pemilihan dengan cara seleksi massa positif hanya dipilih individu-individu tanaman yang sesuai dengan tujuan pemuliaan. Sedangkan pada seleksi massa negatif, tanaman yang menyimpang dari sifat-sifat yang dikehendaki disingkirkan. Setelah didapatkan kriteria tanaman yang menonjol tanaman yang terpilih secara individual dipanen secara terpisah dan diberi nomor atau kode sebagai bahan pertanaman berikutnya hingga didapatkan tanaman yang sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Seleksi pada cara kedua yaitu seleksi tanaman individual atau sering disebut dengan seleksi galur murni (pure line breeding). Pada seleksi galur murni telah dilakukan penilaian atau pengujian terhadap keturunan tanaman yang terpilih, sehingga seleksi tersebut berdasarkan pada genotipe tanamannya. Seleksi pada cara ketiga yaitu seleksi kombinasi atau sering disebut seleksi hibridasi. Seleksi hibridisasi merupakan usaha atau cara yang dilakukan untuk menggabungkan gen-gen pengendali sifat yang dikehendaki serta mengurangi dan atau menghilangkan gen-gen yang tidak dikehendaki sebanyak mungkin dalam tanaman yang terpilih (Mangoendidjojo, 2003).

Dalam perakitan varietas unggul baru pada dasarnya terdapat dua cara yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara memperbaiki suatu populasi tanaman yang sudah ada (intra-population improvements) dan dengan cara menggabungkan sifat-sifat baik dari dua populasi tanaman (inter-population

improvements). Seleksi dengan cara seleksi massa (mass selection) dan seleksi

tanaman individual termasuk perakitan varietas unggul baru dengan memperbaiki suatu populasi tanaman yang sudah ada. Sedangkan seleksi hibridisasi termasuk

(5)

perakitan varietas unggul baru dengan menggabungkan sifat-sifat baik dari dua populasi tanaman (Mangoendidjojo, 2003).

Perakitan varietas unggul baru pada tanaman tomat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilakukan dengan cara molekuler ataupun dengan cara persilangan. Perakitan varietas unggul baru secara molekuler dilakukan melalui rekayasa genetik. Perakitan melalui rekayasa genetik ditujukan dengan harapan tertentu, seperti perakitan varietas tanaman tomat yang mempunyai sifat partenokarpi. Agar didapatkan sifat yang diinginkan pada rekayasa genetik dilakukan penyisipan gen tertentu yang diharapkan (Pardal dkk, 2016). Cara selanjutnya yang dapat dilakukan untuk perkitan varietas unggul baru adalah dengan cara persilangan. Dalam persilangan antara tetua jantan dan tetua betina dapat dijumpai tiga kemungkinan. Kemungkinan pertama jika penampilan keturunan F1 merupakan rata-rata dari penampilan kedua tetuanya maka bersifat aditif. Kedua jika penampilan F1 lebih baik dibandingan tetuanya maka bersifat heterosis. Ketiga jika penampilan F1 lebih tegar dibanding tetuanya maka bersifat

hybrid vigor. Salah satu varietas unggul baru dapat didapatkan melalui varietas

hibrida. Varietas hibrida merupakan F1 yang bersifat heterosis. Perakitan varietas hibrida umumnya dilakukan dengan seleksi kombinasi (seleksi hibridisasi) dalam pengembangannya (Mangoendidjojo, 2003). Dalam pelaksanaannya perakitan varietas unggul baru dengan cara molekuler melalui rekayasa genetik membutuhkan teknik dan biaya yang tinggi sehingga perakitan dengan cara persilangan lebih dapat menekan biaya meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama.

Berdasarkan penelitian Rustianti dkk (2017), Khasanah (2013), dan Maulida dkk (2013) beberapa variabel yang dapat digunakan untuk melakukan seleksi ataupun evaluasi tanaman tomat yaitu tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot buah, bobot buah per tanaman, kekerasan buah, ketebalan daging buah, jumlah ruang buah, ketahanan buah setelah panen, dan lain-lain.

(6)

2.2. Hipotesis Penelitian

Diperoleh genotipe yang lolos seleksi awal dari 25 genotipe F1 tomat yang telah dilakukan uji coba sebagai calon varietas baru berdasarkan variabel bobot buah per tanaman, kekerasan buah, ketebalan daging buah, jumlah ruang buah, dan ukuran buah.

2.3. Pengukuran Variabel

a. Tinggi tanaman diukur ketika jumlah klaster telah memasuki 10 klaster. Pengukuran dilakukan menggunakan mistar dengan satuan meter. Pengukuran dihitung mulai dari pangkal batang hingga pucuk daun.

b. Jumlah populasi tanaman dihitung pada awal penanaman hingga panen terakhir.

c. Umur berbunga (hari setelah tanam). Pengamatan waktu berbunga dilakukan setelah 50% dari populasi tanaman tomat berbunga, diamati pada bunga dalam stadia kuncup.

d. Pengamatan faktor iklim (suhu udara dan kelembaban udara). Suhu udara diukur menggunakan termometer maksimum minimum dengan satuan 0C dan kelembaban udara ruang diukur menggunakan higrometer dengan satuan % rel.

e. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat. Pengamatan dilaksanakan mulai dari bibit hingga panen terakhir.

f. Tipe pertumbuhan tanaman. Pengamatan tipe pertumbuhan dilakukan dengan membuat grafik dari waktu panen terhadap jumlah buah setiap kali panen.

g. Lama simpan buah dihitung mulai dari panen hingga buah berwarna merah dan bertekstur lunak.

h. Jumlah buah per tanaman dihitung dengan menjumlahkan semua buah yang dipanen pada satu tanaman.

i. Bobot buah ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik dengan satuan gram. Penimbangan bobot buah dilakukan setiap

(7)

kali panen kemudian dirata-rata total seluruh buah yang dihasilkan pada satu tanaman.

j. Bobot buah per tanaman ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan satuan kilogram. Bobot buah per tanaman didapatkan dengan menjumlahkan total keseluruhan buah yang dipanen dari satu tanaman.

k. Kekerasan buah diukur menggunakan Fruit Hardness Tester (FHT) dengan satuan lbs.

l. Ketebalan daging buah diukur menggunakan jangka sorong dengan satuan cm.

m. Jumlah ruang buah dihitung dengan cara membelah secara melintang sampel buah tomat. Ukuran buah digolongkan berdasarkan bobot buah. Buah digolongkan besar jika bobot buah >100 gram, kecil jika bobot buah <50 gram, sedang jika bobot buah >50 gram sampai dengan <100gram.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan peneltian adalah (1) Untuk mengetahui bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi termokimia yang dikembangkan memenuhi standar BSNP; (2) Untuk

mirasidium dalam waktu 3 minggu  masuk ke tubuh Siput &amp; tumbuh mjd sporokista  redia  serkaria  serkaria keluar dr siput  berenang mencari H.P.II  berkembang

Pengembangan Desa Wisata Bahari dalam rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir (Pendampingan dan Penerapan Community Based Tourism/CBT di Pekon Tejang Pulau

yang selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Contoh dalam mata pelajaran keterampilan tata busana adalah siswa menjahit celana

Tulangan sengkang Sistem rangka pemikul momen khusus harus didesain untuk memikul gaya geser rencana (Ve), yang ditimbulkan oleh kuat lentur maksimum dengan arah yang

Dalam Pasal 1 angka 6 usulan tersebut disebutkan bahwa kekerasan ekonomi adalah: “Setiap perbuatan yang mengakibatkan kerugian secara ekonomi dan terlantarnya anggota keluarga

Kedua perlindungan hukum hak desain industri mebel di Serenan Juwiring Klaten terdapat hasil karya dari Perwita Abadi Furniture, Sumber Mulya Furniture dan Vita

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencoba memecahkan permasalahan ini adalah dengan menerapkan metode pengukuran jarak pada deteksi gambar bagian belakang mobil