55 BAB IV
JULO-JULO PADI DI DESA KOTO PULAI KENAGARIAN BARUNG-BARUNG BALANTAI SELATAN KEC.KOTO IX TARUSAN KAB. PESISIR SELATAN 1. Latar Belakang Lahirnya julo-julo Padi di Desa Koto Pulai,
Kenagarian Barung-Barung Balantai Selatan, Kec Koto IX Tarusan Kab. Pesisir Selatan
Konsepsi hukum dalam ajaran Islam berbeda dengan konsepsi hukum pada umumnya, khususnya hukum perdata modern. Dalam Islam hukum dipandang sebagai bagian dari ajaran agama, dan norma-norma hukum bersumber kepada agama. Umat Islam meyakini bahwa hukum Islam berdasarkan kepada al Qur’an dan Hadist. Oleh karena itu disebut Syari’ah yang berarti jalan yang digariskan tuhan untuk manusia.
Namun demikian, syari’ah itu sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan sosial masyarakat manusia, diinterprestasi dan dijabarkan oleh aktivitas intelektual menusia dalam merespon berbagai problem yang dihadapi manusia dalam perkembangan masyarakat (Anwar 2007, 3).
Dalam memenuhi kebutuhan manusia yang semakin berkembang maka dibentuklah suatu perkumpulan yang bertujuan untuk saling tolong menolong antara sesam anggota kelompok. Perkumpulan ini dinamakan dengan persatuan julo-julo padi. Berbicara mengenai latar belakang lahirnya julo-julo padi ini secara tertulis memang tidak ada, akan tetapi julo-julo berkembang sesuai dengan seiring berkembangnya zaman dan dikenal ditengah-tengah masyarakat dari mulut ke mulut atau orang ke orang. Secara umum padi ini merupakan bahan pokok atau makanan pokok bagi masyarakat, terutama untuk wilayah asia tenggara.
Melihat kebutuhan masyarakat yang semakin bertambah dari waktu kewaktu ditambah lagi dengan sulitnya perekonomian masyarakat yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari yang sifatnya kontiniu, akan tidak memungkinkan rasanya untuk memenuhi kebutan masyarakat yang sifatnya membutuhkan pengeluaran yang sangat besar sehingga akan menyulitkan bagi mereka yang berpenghasilan pas-pasan untuk memenuhi pembianyaan atau dana yang dibutuhkan, seperti acara resepsi pernikahan, ataupun acara kenduri yang rata-rata membutuhkan bajat yang cukup besar (Gustiariani 2017).
Mengenai hal tersebut mereka berusaha untuk mencari solusi dari masalah tersebut, maka timbulah ide saling tolong menolong dan bahu-membahu, agar beban tersebut menjadi ringan, atas dasar tersebut mereka sepakat untuk membuat julo-julo padi.
Julo-julo ini dikumpulkan sekali dalam 4 bulan, biasanya dilakukan
setelah panen padi selesai. Masing-masing anggota mengumpulkan satu karung padi kepada ketua kelompok yang isi satu karung tersebut sebanyak 11 kulak padi yang dikumpulkan setelah panen padi selesai pada waktu yang telah disepakati oleh seluruh anggota kelompok, biasanya seminggu atau dua minggu setelah panen padi selesai (Sier 2017).
Julo-julo padi yang diketuai oleh Sier ini beranggotakan 19 orang.
Dalam penerimaannya bagi yang menang akan menerima 19 karung padi yang dikumpulkan dari masing-masing anggota tersebut, dikurang 4 kulak padi yang nanti akan diberikan kepada ketua kelompok julo-julo tersebut sebagai bagian yang telah disepakati oleh seluruh anggota kelompok.
Di bawah ini adalah nama-nama dari seluruh anggota julo-julo padi yang diketuai oleh Sier:
Tabel 8
Jenis padi tahun 2016-2017
NO NAMA 2016 2017
1. Sier (Ketua) Sarai Sarumpun 42
2. Sier Sarai Sarumpun 42
3. Susi Cantik Manih Banang Salai
4. Upiak Nurai Sarai Sarumpun Sarai Sarumpun
5. Iguih Cantik Manih Sarai Sarumpun
6. Iguih Cantik Manih Sarai Sarumpun
7. Sopet 42 42
8. Mega Sarai Sarumpun Sarai Sarumpun
9. Gustiariani Cantik Manih Cantik Manih
10. Warni 42 Cantik Manih
11. Incim Banang Salai 42
12. Imar Banang Salai Banang Salai
13. Sani Cantik Manih Cantik Manih
14. Iyen Sarai Sarumpun 42
15. Iyar kaik Sarai Sarumpun Cantik Manih
16. Iyen Sakban 42 Banang Salai
17. Imai Banang Salai Cantik Manih
18. Epi Cantik Manih Cantik Manih
19. Iguih 42 42
Sumber data: Sier (ketua julo-julo padi) tahun 2016-2017 Dari data di atas dapat kita lihat, bahwa setiap peserta julo-julo padi menyerahkan jenis padi yang berbeda-beda setiap tahunnya. Sehingga pemenang julo-julopun memperoleh jenis padi yang berbeda pula. Perbedaan jenis padi tersebut berdampak terhadap perbedaan kualitas yang diterima oleh para pemenang julo-julo.
Ketidak seimbagan prestasi dalam hukum perjanjian Islam disebut
dai apa yang diterima salah satu pihak dari apa yang ia berikan (Anwar 2007, 185). Dalam hukum perjanjian Islam, sebenarnya tidak ada tuntutan agar prestasi kedua belah pihak harus samasecara mutlak nilainya. Karena masalah pertukaran dalam transaksi diserahkan kepada persetujuan dan kerelaan para pihak sendiri. Namun apabila dalam pertukaran itu terjadi ketimpangan yang mencolok, di mana salah satu pihak menderita kerugian, maka hukum turun tangan memberikan perlindungan kepada pihak-pihak agar keadialan yang menjadi tujuan hukum Islam tetap tercipta diantara para pihak-pihak yang bertransaksi.
Di dalam surat al-Mutaffifin ayat 1-3 Allah SWT berfirman :
Artinya : “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi (Depag 1989,
587).
Ayat di atas merupakan ancaman bagi orang-orang yang suka mengurangi hak orang lain. Pengurangan hak merupakan penyebab utama terjadinya krisis kepercayaan disamping mumutuskan hubungan, menyebarkan kedengkian dan kemaslahatan menjadi sirna.
Dalam kaidah Fiqh disebutkan :
Artinya: “Kemudharatan itu harus dihilangkan”(Djazuli 2006, 67)
Kalau sudah dipastikan dalam akad julo-julo tersebut terdapat unsur penipuan atau tindakan yang merugikan pihak lain, maka hukum
julo-julo yang semula halal akan berubah menjadi haram (Eramuslim
2017). Seharusnya julo-julo sistem julo-julo padi yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat didasarkan pada kepercayaan antara sesama pengikut julo-julo dan jauh dari unsur-unsur yang diharamkan.
2. Pelaksanaan Julo-julo Padi di Desa Koto Pulai Kenagarian Barung-Barung Balantai Selatan.
2.1. Pengertian Julo-julo Padi
Julo-julo padi merupakan suatu bentuk kerja sama di antara
beberapa orang yang bersepakat pada suatu komunitas atau kelompok dalam berbagai bidang yang disepakati. Bentuk kerja sama ini dilakukan secara bergulir berdasarkan nomor urut yang telah disepakati bersama. Maksud dari julo-julo padi adalah kegiatan mengumpulkan padi setiap satu kali dalam 4 atau 5 bulan dengan jumlah satu karung yang berisi 11 kulak pada waktu yang telah disepakati oleh anggota kelompok tersebut.
Dari defenisi di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa unsur yang ada dalam julo-julo:
a. Bentuk Kerjasama
Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri oleh kerena itu manusia cendrung bekerjasama antara yang satu dengan yang lainnya, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Ada beberapa manfaat dari kerja sama yaitu: Memupuk persatuan dan kesatuan
Meningkatkan rasa peraudaraan
Mempercepat selesainya sebuah pekerjaan Pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih ringan
Dalam julo-julo padi antara yang satu dengan yang anggota lainnya saling bekerja sama, antara ketua sebagai pemimpin yang dipecayakan dalam kelompok julo-julo ini saling bekerja sama dengan para anggotanya.
b. Meliputi bidang-bidang atau objek tertentu
Sebelum berjulo-julo maka para anggota yang terlibat dalam pelaksanaan julo-julo tersebut mesti menyepakati tentang benda yang akan dijadikan objek dalam julo-julo. Pada umumnya ada beberapa bidang yang lazim untuk
dijulo-julokan, diantaranya, pekerjaan sawah, pekerjaan kebun, uang,
dan bahan pembuatan bangunan. Sedangkan dalam kelompok persatuan julo-julo ini para anggota telah sepakat dengan satu karung padi, yang mana diisi dengan 11 kulak padi.
Para anggota persatuan julo-julo padi ini menjadikan padi sebagai objeknya dan mereka beranggapan akan memudahkan dalam masalah pembayarannya setiap 4 bulan karena dari masing-masing anggota julo-julo padi ini semuanya memiliki sawah yang hasil dari panenannya itu akan diberikan untuk pembayaran julo-julo padi tersebut.
c. Dilakukan secara bergulir
Julo-julo padi dilakukan secra bergulir, artinya setiap
anggota yang terlibat dalam pelaksanaan julo-julo tersebut berhak untuk mendapatkan atau memenangkan julo-julo secara bergantian sampai seluruh anggota memperoleh bagian masing-masing.
2.2. Tata Cara Pelaksanaan Julo-julo Padi
Apabila dari sistem pendirian dan pengololaannya, julo-julo padi identik dengan organisasi. Hal ini dimaksudkan karena dalam
julo-julo berlaku sistem organisasi yang dalam kepengurusannya
sebagai pihak yang dipimpin. Julo-julo padi di desa Koto pulai ini dipimpin oleh Sier (Warni 2017).
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa perbedaan antara
julo-julo padi dengan julo-julo-julo-julo lainnya,
2.2.1. Pada umumnya julo-julo dilakukan sekali dalam seminggu, ataupun sekali dalam sebulan, namun julo-julo padi ini dilakukan satu kali panen padi biasanya satu kali dalam 4 bulan yang harinya ditentukan berdasarkan kesepakatan dari masing-masing anggota kelompok jikalau telah selesai panen padi dari seluruh anggota kelompok, yang biasanya seminggu setelah semua anggota selesai panen padi (Nurai 2017).
2.2.2. Pada umumnya objek yang dijadikan julo-julo berupa uang, beras, ataupun jasa, namun pada julo-julo padi ini yang dijadikan objek adalah satu karung padi yang berisikan 11 kulak yang masing-msing anggota menyerahkan kepada ketua kelompok julo-julo, namun jenis padi yang diberikan tidak ditentukan jenisnya sehingga masing-masing anggota kelompok menyerahkan jenis padi yang berbeda-beda yang nanti akan berdampak dengan jumlah harga yang berbeda pula yang akan diterima oleh masing-masing anggota kelompok bagi yang menang (Susi 2017).
Ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan
julo-julo padi di desa Koto Pulai ini, seperti halnya dengan jenis
padi yang berbeda diberikan oleh masing-masing anggota kelompok setiap tahunnya, kalau kita lihat dalam unsur-unsur arisan pengumpulan uang atau barang dalam arisan harus dengan nilai yang sama. Inilah yang menjadi permasalahan dalam julo-julo padi ini karena tidak ada ketetapan dari awal mengenai jenis padi
yang harus dibayarkan sehingga masing-masing anggota meyerahkan jenis padi yang berbeda setiap tahunnya.
Dalam hukum Islam, agar terbentuk suatu perjanjian (akad) yang sah dan mengikat, maka mesti dipenuhi rukun dan syarat akad yaitu:
a. Para pihak yang membuat akad
Para pihak yang membuat akad harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Cakap hukum
Seluruh anggota yang terlibat dalam julo-julo padi di desa Koto Pulai ini merupakan orang-orang yang sudah cakap hukum. Kategori dari cakap hukum ini meliputi :baligh, berakal, mampu, merdeka, dan atas keinginan sendiri.
2. Jumlahnya lebih dari satu
Karena akad adalah pertemuan ijab dan qabul, maka disayaratkan pihak yang terlibat dalam akad tersebut lebih dari satu orang, sehingga tidak ada akad yang hanya berdasarkan atas keiniginan sendiri.
b. Adanya pernyataan kehendak dari para pihak
Pernyataan kehendak dapat dinyatakan melalui lisan, tulisan isyarat atau diam. Dalam hal ini seluruh anggota yang bergabung dalam julo-julo menyatakan kehendak masing-masing dengan jelas mendaftarkan diri sebagai anggota
julo-julo.
c. Tujuan akad
Tujuan akad tidak boleh bertentangan dengan Syara’. Akad arisan bertujuan untuk saling meringankan sesama anggota julo-julo. Antara anggota yang satu dengan anggota yang lain saling bahu membahu dan tolong menolong dalam
rangka mewujudkan keinginan mereka dalam membentuk persatuan julo-julo ini. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 2 berbunyi :
Artinya :“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”(Depag 1989,
106). d. Objek
Dalam sebuah akad, seluruh anggota mesti mengetahui dengan jelas tentang objek dari akad tersebut. Apabila tidak ada objek, tertentu akadnya menjadi sia-sia dan percuma. Maksudnya apabila objek dari suatu julo-julo itu tidak ditentukan maka bagi para anggota julo-julo akan ragu dan
tidak mendapatkan kejelasanan dalam masalah
pembayarannya. Jadi objek akad merupakan salah satu rukun akad yang harus ada dan dijelaskan dalam sebuah akad.
Pada pelaksanaan julo-julo padi di desa Koto Pulai ini terdapat ketimpangan dari segi pembayaran dan penerimaannya, akad ketimpangan ini terjadi akibat tidak samanya jenis kualitas padi yang diberikan dalam pembayaran
julo-julo padi, sehingga berdampak terhadapa jumlah harga dan
kualitas padi yang diterima oleh masing-masing pemenang. Ketidak seimbangan prestasi dalam hukum perjanjian Islam disebut al-Gabn. Dalam hukum Islam, sebenarnya tidak ada tuntutan agar prestasi kedua belah pihak harus sama. Karena masalah pertukaran dalam transaksi diserahkan kepada persetujuan dan kerelaan para pihak sandiri. Namun, apabila dalam pertukaran itu terjadi ketimpangan yang
mencolok, dimana salah satu pihak menderita kerugian, maka hukum turun tangan guna memberikan perlindungan kepada pihak-pihak agar keadilan yang menjadi tujuan hukum Islam tetap tercipta diantara para pihak yang bertransaksi.
Dilihat dari segi waktu dan objeknya, akad julo-julo tergolong kepada akad tetap, dalam artian akad yang telah dibuat kesepakatannya diawal waktunya julo-julo akad dimulai, idealnya didalam akad yang memakai jangka waktu dan menggunakan objek yang tidak jekas dan tidak ditentukan dari awal akad. Di dalam sabuah hadis Rasulullah SAW dibutkan :
ﻰﻟ
Artinya :“Dari Ibn Abbas ra berkata: Nabi SAW tiba dimadinah
dan orang-orang yang meminjamkan bauh-buahan satu tahun. Maka beliau bersabda: “siapa yang meminjam (menghutangkan) bauh-buahan, hendaklah ia mengutang dengan takaran atau timbangan yang jelas dan dalam batasan waktu yang jelas (tertentu).”(Muttafaqun alaih)(Ahmad 2004, 162).
Mengenai kejelasan objek dalam julo-julo padi tersebut, keseluruhan anggota telah sepakat untuk memberinama
julo-julo ini dengan nama julo-julo-julo-julo padi, namun mengenai jenis padi
3. Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Pelaksanaan Julo-julo Padi di desa Koto Pulai, Kenagarian Barung-Barung Balantai Selatan, Kab. Pesisir Selatan
Secara umum muamalah diartikan sebagai hubungan antar sesama manusia dalam segala bidang. Sedangkan dalam artian lebih khusus muamalah adalah hubungan antara sesama manusia yang berkaitan dengan harta benda saja (Muslich2010, 2). Muamalah atau hubungan dan pergaulan antar sesama manusia di bidang harta benda merupakan unsur duniawi, dan pengaturannya diserahkan kepada manusia itu sendiri. Oleh karena itu, semua bentuk akad dan berbagai cara transaksi yang dibuat oleh manusia hukumnya sah dan dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam syara’. Hal tersebut sesuai dengan kaidah:
Artinya : “Hukum asal dari sesuatu (muamalah) adalah mubah
sampai ada dalil yang melarangnya (memakruhkannya atau mengharamkannya)”(Suyuthi 1979, 65).
Lapangan muamalah merupakan aspek yang menyuruh manusia berhubungan horizontal antar sesama. Artinya muamalah menekankan hubungan sosial kemasyarakatan (social relation) dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, manusia memerlukan bantuan dan pertolongan orang lain. Tolong menolong sudah menjadi fitrah bagi manusia.
Allah memerintahkan umat-Nya untuk saling tolong menolong, bantu memembantu antara sesama manusia, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S Al Maidah (5) : 2 yang berbunyi :
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (Q.S Al Maidah (5) : 2)
Salah satu bentuk tolong menolong yang terdapat di tengah-tengah mayarakat adalah arisan. Arisan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah merupakan kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang sama nilainya untuk diundi diantara orang yang mengumpulkan untuk menentukan siapa yang memperoleh (primapena 2001, 480).
Diantara sarana dalam memenuhi kebutuhan meteri, dewasa ini banyak digunakan oleh sebagian masyarakat adalah arisan. Kata arisan dalam skripsi ini penulis sepadankan dengan kata julo-julo, karena arisan dan julo-julo meiliki makna yang sama dan pelaksanaanyapun sama hanya saja arisan dalam bentuk bahasa Indonesia sedangkan kata
julo-julo yang biasa di pakai di desa Koto Pulai ini. Ada berbagai jenis arisan
atau julo-julo yang dilaksanakan masyarakat, diantaranya julo-julo semen, kelapa dan beras (primapena 2001, 480).
Adapun yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Koto Pulai, Nag. Barung-Barung-Balantai Selatan adalah julo-julo padi. Umumnya julo-julo dilakukan dengan jalan undian yang dijalankan sekali seminggu atau sekali sebulan. Pada pelaksanaannya julo-julo padi di desa Koto Pulai ini dikumpulkan oleh salah satu dari anggota julo-julo yang dipercayakan sebagai ketua dari kelompok julo-julo padi tersebut. Proses pengumpulannya setiap masing-masing anggota mengumpulkan satu karung padi kepada ketua kelompok yang isi satu karung tersabut
sebanyak 11 kulak padi yang dikumpulkan setelah panen padi selesai pada waktu yang telah disepakati oleh seluruh anggota kelompok, yang biasanya seminggu atau 2 minggu setelah panen padi selesai.
Masing-masing anggota mengumpulkan satu karung padi dengan jenis yang tidak ditentukan, terserah dari masing-masing anggota kelompok yang biasanya sama dengan jenis padi yang pada saat itu ditanam oleh peserta julo-julo, seperti sarai sarumpun, 42, banang salai,
dan cantik manih. Masing-masing jenis padi tersebut memiliki kualitas
yang berbeda-beda dan tidak pula ditentukan harus jenis padi itu yang dibawa setiap tahun, sehingga peserta julo-julo tersebut membawa jenis padi yang berbeda setiap julo-julo diundi.
Dalam pelaksanaan julo-julo yang terjadi di desa Koto Pulai ini telah menerapkan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam yaitu tolong-menolong, suka rela tanpa ada unsur paksaan dan mendatangkan manfaat serta objek yang di akadkanpun tidak mengandung keharaman walaupun jenisnya berbeda-beda tapi tidak mengakibatkan perbedaan yang terlalu signifikan, sehingga para pesertapun menerima hasil undian walaupun dengan jenis padi yang berbeda. Dilihat dari segi rukun dan syarat pelaksanaan julo-julo padi di Desa Koto Pulai ini telah terpenuhi, mulai dari orang yang berakad bahwa mereka telah cakap untuk melakukan akad, shigat akad dapat terlihat dalam keikutsertaan peserta dalam julo-julo itu telah membuktikan secara langsung walaupun tidak diucapkan dalam lisan, ini termsuk dalam jenis shighat dalam bentuk perbuatan, dan padi yang dijadikan sebagai objek akad telah sesuai dengan rukun san syarat akad.
Jadi praktek julo-julo padi yang dilakukan di Desa Koto Pulai ini hukumnya mubah (boleh). Tidak ada larangan untuk melakukannya karena dalam pelaksanaan julo-julo ini lebih banyak mendatangkan manfaat bagi para peserta yaitu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dapat mempererat tali silaturahim diantara para
anggota julo-julo padi, sebagai salah satu sarana untuk saling tolong menolong diantara mereka, dan membantu para anggota yang berekonomi lemah apabila membutuhkan dana cepat seperti untuk acara resepsi pernikahan, kenduri dll.