• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCOBAAN 3. Bogor: IPB. 1 Armi Yuspita Karo Pengaruh penggunan kombinasi jenis minyak terhadap mutu sabun transparan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERCOBAAN 3. Bogor: IPB. 1 Armi Yuspita Karo Pengaruh penggunan kombinasi jenis minyak terhadap mutu sabun transparan."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERCOBAAN 3

A. Judul : Pemisahan dan Penentuan Kadar Asam Lemak Dari Sabun B. Tujuan : Agar mahasiswa dapat memahami penggunaan dan prinsip

kerja ekstraksi

C. Dasar Teori

SNI (1994) menjelaskan bahwa sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dan asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani yang umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik yang digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun yang dibuat dari NaOH dikenal dengan sebutan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dari KOH dikenal dengan sebutan sabun lunak (soft soap). Sabun yang berkualitas baik harus memiliki daya detergensi yang tinggi, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan dan tetap efektif walaupun digunakan pada suhu dan tingkat kesadahan air yang berbeda-beda.

Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa) dimana gugus R bersifat hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik karena bersifat polar. Molekul sabun terdiri dari bagian kepala yang disebut gugus hidrofilik dan bagian ekor yang disebut gugus hidrofobik. Gambar molekul sabun dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Molekul sabun (Armi Yuspita Karo:1-2:2012)1

. Adanya gugus hidroksil pada garam asam lemak akan menaikkan sifat hidrofil sekaligus harga HLB (Hidrophilic Lipophilic Balance) akan meningkat sehingga kegunaan sabun poliol dari garam asam lemak dapat dimanfaatkan sebagai sabun yang baik untuk

1 Armi Yuspita Karo. 2012. Pengaruh penggunan kombinasi jenis minyak terhadap mutu sabun transparan.

(2)

bahan pencuci dalam air sadah. Penggunaan senyawa natrium dihidroksi asam stearat (DHSA) yang diperoleh dari asam oleat dimana bahan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pencuci pada air sadah (Yustina: 2: 2010) 2

Asam lemak bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida (Hangga Cakra Buana: 2010)3

Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya (Wilna Pakaya: 2012).4

Dalam laboratorium, kadar lemak dari suatu sabun dapat dihitung dengan menggunakan metode pemisahan yaitu ekstraksi pelarut. Ekstraksi pelarut adalah teknik pemisahan dimana larutan konstituen dalam air (umumnya), dibiarkan berhubungan dengan pelarut lain (umunya pelarut organik), dengan syarat bahwa pelarut kedua ini tidak bercampur dengan pelarut yang pertama. Dapat pula dikatakan bahwa ektraksi pelarut adalah teknik pemisahan menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fase cair yang tidak saling bercampur (Yustin Zakaria: 2012)5

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur (Anonim:2009).6

2 Yustina. 2010. Sintesis dan Karakterisasi Sabun Natrium Poliol Stearat Campuran yang Diturunkan dari

Minyak Jarak Pagar. Medan:Universitas Sumatera Utara

3 Hangga Cakra Buana. 2010. Analisa Penentuan Asam-asam lemak pada Sabun. (online).

http://madrasahqolbu.blogspot.com/2012/05/analisa-penentuan-asam-asam-lemak-pada.html. (diakses tanggal 14 Maret 2013 pukul 14:12 WITA)

4 Wilna Pakaya. 2012. Laporan Praktikum Ekstraksi pada Sabun. (online) http://whilnanoblog.blogspot.com/2

012/05/laporan-praktikum-ekstraksi-pada-sabun.html. (diakses tanggal 17 April 2013 pukul 08.25 WITA)

5 Yustin Zakaria. 2012. Laporan Pemisahan dan Penentuan Kadar Asam lemak dari sabun (online).

http://yustin-chems.blogspot.com. (diakses 14 maret 2013 pukul 16.04 WITA)

6 Anonim. 2009. Ekstraski Pelarut. (online). http://bersamafebri.blogspot.com/2009/04/ekstraksi-pelarut.html.

(3)

Pembagian solut antara dua cairan yang tak saling campur memberikan banyak kemungkinan yang menarik bagi pemisahan-pemisahan analitik juga untuk keadaan yang tujuan utamanya bukanlah analitik melainkan preparatif, maka ekstraksi solven dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang memberikan hasil murni di dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan alat yang sukar, seringkali diperlukan hanya sebuah corong pemisah. Sering pemisahan secara ekstraksi solvent dapat dilakukan dalam beberapa menit. (Underwood:451:1988).7 Hukum Distribusi

Partisi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling campur ditentukan oleh hukum distribusi. Jika solut A terdistribusi dalam suatu fasa dan organik, maka kesetimbangan yang dihasilkan dapat ditulis sebagai:

Aaq Aor

Dimana aq dan or masing-masing adalah fasa air dan fasa organik.8

Menurut Hukum Distrbusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan teradi pembagian solut dengan perbandingan tertentu. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek, solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, tetapaan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi yang dinyatakan dengan berbagai rumus : Kd = 𝐶2

𝐶1 atau Kd = 𝐶𝑜 𝐶𝑎

Dengan Kd = koefisien distribusi dan C1, C2, C0 dan Ca masing-masing adalah konsentrasi solut pada pelarut 1, 2 organik dan air. Sesuai dengan kesepakatan, konsentrasi solut dalam pelarut organik dituliskan di atas dan konsentrasi solut dalam pelarut air dituliskan di bawah. Dari rumus di atas jika Kd besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organik begitu pula terjadi sebaliknya. Rumus tersebut di atas hanya berlaku bila:

1) Solut tidak terionisasi dalam salah satu pelarut saja.

7 R.A. Day. Jr., dan A.L. Underwood. 1988. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Hal. 451

8Team Teaching. 2013. Dasar-Dasar Pemisahan Analitik bagi Mahasiswa. Gorontalo: Laboratorium Kimia,

(4)

2) Solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut.

3) Zat terlarut tidak bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi-reaksi lain.

Angka Banding Distribusi (D)

Bagaimana jika peristiwa-peristiwa yang disebut di atas terjadi? Dalam kondisi demikian harga harga Kd tidak dapat lagi menggambarkan distribusi solut diantara kedua fasa pelarut, karena solut solut tidak berada dalam rumus molekul yang sama di dalam kedua fasa pelarut. Oleh karena itu perlu didefiinisikan suatu besaran baru, yang dinamakan angka banding distribusi (D).

Angka banding ditribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Jika zat terlarut itu adalah senyawa X maka rumus angka banding distribusi dapat ditulis:

D= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑋 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑋 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟

angka banding distribusi (D) pada keperluan analisis kimia lebih bermakna daripada koefisien distribusi (Kd). Pada kondisi ideal dan tidak teradi asosiasi, disosiasi, atau polimerisasi, maka harga Kd sama dengan D. Harga D tidak konstan, karena tergantung kondisi reaksi, antara lain PH fasa air, konsentrasi pengompleks.(Soebagio:35-37: 2005).9

(5)

D. Alat dan Bahan

a) Alat

No Gambar alat Nama Fungsi

1 Alas Statif Untuk menyangga statif

2 Klem Untuk menyangga corong

pisah

3 Spatula

Untuk mengambil sampel dalam bentuk padat dari wadahnya

4 Cawan porselin Sebagai tempat sabun pada

proses penimbangan

5 Batang pengaduk Untuk mengaduk larutan

sabun

6 Gelas ukur Untuk mengukur volume

larutan

(6)

8 Corong

Sebagai mempermudah memasukkan larutan ke dalam corong pisah dan juga buret

9 Pipet tetes Untuk mengambil larutan

dalam jumlah sedikit

10 Gelas kimia Sebagai tempat melarutkan

sabun

11 Corong pisah untuk memisahkan larutan

yang tidak saling campur

12 Labu takar

Untuk mengukur larutan pada saat pembuatan larutan dengan tepat

13 erlenmeyer Sebagai wadah titrat

(n-heksan) pada proses titrasi

14 buret

Sebagai alat untuk melakuka n titrasi.

(7)

b) Bahan

No Nama Sifat fisika Sifat kimia

1. Metanol - Rumus molekul: CH3OH - Massa molar: 32.04 g/mol - Wujud: cairan tak berwarna - Titik leleh: -97 0C

- Titik didih: 64,7 0C - Titik nyala: 110C

- Bersifat polar

- Dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air

2. NaCl - Rapuh (mudah hancur) - Asin (garam dapur) - Larut dalam air (air laut) - Tidak bisa melewati selaput

semipermeable

- Bisa didapat dari reaksi NaOH dan HCl sehingga pHnya netral

- Ikatan ionik kuat (Na+ ) + (Cl -) selisih elektronegatifnya lebih dari 2

- Larutannya merupakan elektrolit kuat karena terionisasi sempurna pada air.

3. NaOH - Massa molar 39,9971 g/mol - Tampilan: cairan tak berwarna - Massa jenis: 0.6548 g/mL - Titik leleh: −95 °C, 178 K, -139

°F

- Titik didih: 69 °C, 342 K, 156 °F - Kelarutan dalam air: 13 mg/L

pada 20°C

- Kekentalan: 0.294 cP - Dapat terbakar

- Titik picu nyala: −23.3 °C - Titik nyala otomatis: 233.9 °C

- Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air - Natrium hidroksida

membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air

- NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air - Senyawa ini sangat mudah

terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.

(8)

4. n-heksan - Rumus molekul: C6H14 Massa molar: 86.18 g/mol

- Tampilan: cairan tak berwarna - Massa jenis: 0.6548 g/mL - Titik leleh: −95 °C, 178 K, -139

°F

- Titik didih: 69 °C, 342 K, 156 °F - Kelarutan dalam air: 13 mg/L

pada 20°C

- Memiliki rantai lurus - Seyawa alkana

- Bereaksi dengan halogen (reaksi halogenasi)

5. Air - Berbentuk cair pada suhu kamar - Titik didih 1000 C - Titik beku 00 C - Tidak berbau - Tidak berasa - Tidak berwarna - Massa jenis 1 kg/L.

- Bisa bersifat asam bila direaksikan dengan basa - Bisa bersifat basa bila

direaksikan dengan asam - Merupakan pelarut universal

6. Phenolpth alein

- Keadaan asam: tidak berwarna - Keadaan basa : warna merah - Netral: tidak berwarna

- Trayek PH 8,0 - 9,6 - Indikator dari asam basa

(9)

E. Prosedur kerja

- Mengencerkan menjadi 500 ml dalam labu takar

- Mengambil 20 ml sabun dan memasukkan dalam corong pisah

- Menambahkan 10 ml n-heksan

- Mengocok dengan sesekali membuka kran

- Menambahkan 10 ml NaCl jenuh - Mengocok lagi selama 10-15 menit

- Membiarkan beberapa menit hingga terbentuk dua lapisan

- Lapisan n-heksan dipisahkan Lapisan bawah : air

berwarna merah muda

Sabun

- Menimbang ± 0,5 g sabun yang telah dipotong kecil-kecil

- Melarutkan dalam 400 ml air suling - Meneteskan 1-3 tetes phenolpthalein - Memanaskan hingga hampir mendidih 500 mL sabun

Lapisan atas : n-heksan agak keruh - Memasukkan ke dalam corong pisah

- Menambahkan 10 ml n-heksan - Mengocok 10-15 menit

- Mendiamkannya beberapa menit - Terbentuk dua lapisan

Lapisan bawah: air sedikit merah muda

Larutan sabun terbentuk emulsi

- Memasukkan ke dalam corong pisah - Menambahkan 10 ml n-heksan - Mengocok 10-15 menit

- Mendiamkannya beberapa menit - Terbentuk dua lapisan

Lapisan atas : n-heksan keruh

(10)

- Menggabungkan lapisan n-heksan hasil ekstraksi pada prosedur sebelumnya - Memasukkan lapisan n-heksan ke

dalam corong pisah

- Menambahkan 10 ml air dan 4 tetes indikator pp

- Mengocoknya

- Mendiamkannya beberapa menit - Terbentuk dua lapisan

n-heksan

Lapisan atas: n-heksan berwarna keruh

- Menambahkan 10 ml air - Mengocoknya

- Mendiamkannya beberapa menit - Terbentuk dua lapisan

Lapisan bawah: air berwarna pink

Lapisan atas: n-heksan

berwarna keruh berwarna pink muda Lapisan bawah: air

- Menambahkan 10 ml air - Mengocoknya

- Mendiamkannya beberapa menit - Terbentuk dua lapisan

- Menambahkan 10 ml air - Mengocoknya

- Mendiamkannya beberapa menit - Terbentuk dua lapisan

Lapisan bawah: air keruh Lapisan atas: n-heksan

berwarna keruh Lapisan bawah: air

(11)

- Menambahkan 20 ml metanol dalam lapisan n-heksan

- Mengocok hingga 10-15 menit - Membiarkan larutan beberapa menit - Memisahkan lapisan n-heksan ke

dalam erlenmeyer 150 ml - Menambahkan 2 tetes

phenolpthalein

- Menitrasi dengan NaOH 0,01 N

-

Lapisan n-heksan

Volume NaOH yang terpakai: 0,4 ml

Lapisan bawah: air sedikit keruh Lapisan atas: n-heksan

- Menambahkan 10 ml air - Mengocoknya

- Mendiamkannya beberapa menit - Terbentuk dua lapisan

Lapisan atas: n-heksan

Lapisan atas: n-heksan

- Menguji kebasaannya menggunakan kertas lakmus merah Kertas lakmus tetap

berwarna merah Lapisan bawah: air

(12)

F. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil pengamatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Menimbang 0,5 g sabun (caladine baby)

Melarutkan sabun dalam 400 ml aquades

Menambahkan 3 tetes phenolftalin Memanaskan hingga hampir mendidih

Mengencerkan sampai 500 ml dalam labu takar

Mengambil 20 ml larutan sabun Menambahkan 10 ml n-heksan Mengocok

Menambahkan NaCl dan mengocok selama 10 menit

Mengekstraksi sebanyak 3 kali Memasukkan n-heksan ke dlam corong pisah

Menambahkan 10 ml air Meneteskan 4 tetes indikator pp Melakukan ekstraksi sampai warna ungu berwarna bening

Memisahkan dua lapisan

- Sabun larut dalam air dan larutan berwarna merah keruh

- Terbentuk busa

- Emulsi bertambah banyak - Larutan tetap keruh

- Lapisan 1 berwarna keruh - Lapisan 2 berwarna bening - Larutan sabun bercampur dengan

larutan n-heksan - Terbentuk emulsi - Terbentuk dua lapisan

Lapisan 1: air Lapisan 2: n-heksan

- Lapisan 1 berwarna ungu - Lapisan 2 berwarna keruh

- Perubahan warna dari ungu menjadi bening terjadi pada saat ekstraksi dilakukan sebanyak 5 kali

(13)

16. 17.

Menambahkan 2 tetes

phenolpthalein ke dalam n-heksan

Menitrasi dengan NaOH 0,01 N Warna berubah menjadi pink muda dan volume NaCl yang terpakai 0,4 ml

G. Pembahasan

a. Perhitungan

Dik: VNaOH = 500 ml

VNaOH terpakai = 0,4 ml

[NaOH] = 0,01 N

Mr Asam Stearat = 284, 47 gr/mol

Gr sabun = 500 mg

Vn-heksan = 30 ml

Dit: % asam stearat=...? Penyeleaian: V1.M1 = V2.M2 V1.M1 = V2. Mol/L V1.M1 = V2 𝑔𝑟 /𝑚𝑟𝐿 % = 𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟 𝑥 500 𝑚𝐿 𝑚𝐿 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑥 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100 % 500 𝑚𝑙 𝑥 0,4 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 284,47 𝑔/𝑚𝑜𝑙 500 𝑚𝑔 𝑥 30 𝑚𝑙 x 100 %= 3,79 % b. Pembahasan

Analisa kadar asam lemak pada sabun dapat diitentukan dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut. Pada sabun terkandung asam lemak yang dapat terdistribusi pada dua fasa yaitu fasa organik dan fasa air, sehingga metode ini sangat tepat untuk menentukan kadar asam lemaknya. Sabun yang ditentukan kadar asam lemaknya (asam stearat) adalah sabun calladine baby.

Pada awalnya, menimbang 0,5 gr sabun yang telah dipotong kecil-kecil. Sabun tersebut dilarutkan ke dalam 400 ml aquades. Sabun dapat larut dalam air namun tak

(14)

dapat larut dengan sempurna. Hal ini terjadi karena Sabun merupakan garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon yang bersifat hidrofobik dan mengandung suatu ujung ion yang bersifat hidrofilik namun sabun dapat tersuspensi dalam air. Gugus hidrofilik berinteraksi dengan air sedangkan gugus hidrofobiknya tidak dapat berinterksi dengan air sehingga terbentuk emulsi. Selain itu, emulsi juga terbentuk karena adanya pemasukan tenaga misalnya dengan cara pengadukan.

Gambar 1. Emulsi sabun pada saat dilarutkan dalam air

Dengan adanya pengadukan maka fase terdispersinya akan tersebar merata ke dalam medium pendispersinya. Reaksi solvasi (pelarutan) sabun dalam air sebagai berikut.

CH3-(CH2)16COONa(s) + H2O(aq) → CH3(CH2)16COOH(aq) + NaOH(aq)

Larutan sabun tersebut ditambahkan 3 tetes phenolpthalein dan kemudian dipanaskan hingga hampir mendidih. Pemanasan ini bertujuan agar sabun lebih dapat larut dalam air karena suatu laju reaksi juga dipengaruhi oleh suhu. Larutan ini didinginkan kemudian diencerkan menjadi 500 ml dalam labu takar.

(15)

Selanjutnya, mengambil 20 ml dari larutan sabun yang telah dibuat dan memasukkannya ke dalam corong pisah. Menambahkan 10 ml n-heksan lalu mengocoknya dengan sesekali membuka kran setelah mengocok untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan dari perlakuan ini. pengocokan menyebabkan terbentuknya emulsi. Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan. Tujuan dari penstabilan adalah untuk mencegah pecahnya atau terpisahnya antara fase terdispersi dengan pendispersinnya. Dengan penambahan emulgator berarti telah menurunkan tegangan permukaan secara bertahap sehingga akan menurunkan energi bebas pembentukan emulsi, artinya dengan semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi akan semakin mudah. Emulgator yang dipakai pada percobaan ini adalah NaCl jenuh. Reaksi yang terjadi:

CH3(CH2)16COOH(aq) + NaCl(aq) → CH3(CH2)16COONa(aq) + HCl(aq)

Larutan sabun dikocok kembali selama 10 menit dan dibiarkan beberapa menit. Terbentuk dua lapisan yang tidak saling campur dimana lapisan bawah merupakan air dan lapisan atas merupakan n-heksan. Air berada pada lapisan bawah karena air memiliki massa jenis yang lebih besar dibandingkan n-heksan yaitu 1 g/mol sedangkan massa jenis n-heksan hanya 0.6548 g/mL. Lapisan n-heksan dipisahkan. Lapisan air masih berwarna keruh, ini menunjukkan masih adanya kandungan asam lemak dalam air tersebut, sehingga untuk mengoptimalkan hasil ekstraksi, ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali. Pada proses akhir ekstraksi, diperoleh bahwa warna lapisan air yang tadinya merah muda berubah menjadi bening dan warna lapisan n-heksan menjadi semakin keruh. Hal ini menunjukkan bahwa asam lemak pada sabun yang terdistribusi pada fasa air telah ditarik oleh n-heksan.

(16)

n-heksan hasil tadi dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 10 ml air. Larutan tersebut ditambahkan 4 tetes indikator pp dan kemudian dikocok. Fungsi dari pengocokkan ini agar solut terdistribusi dalam kedua pelarut yang tak saling campur. Terbentuk kembali dua lapisan yang tidak saling campur. Dimana pada lapisan atas merupakan n-heksan dan lapisan bawah adalah air. Sabun yang bersifat basa akan terdistribusi pada air. Sehingga digunakan indikator phenolpthalein dengan trayek PH 8,0 – 9,6. Penambahan air dilakukan sampai tidak bersifat basa lagi. Sifat basa pada air dapat dilihat dari warna air pada proses ekstraksi. Jika warnanya telah benar-benar bening berarti air tersebut tidak bersifat basa lagi dengan kata lain tidak ada lagi sabun yang terdistribusi ke dalam air karena semuanya telah tertarik/terdistribusi pada n-heksan yang berifat nonpolar. Tapi untuk lebih meyakinkan, dilakukan uji kebasaan dengan menggunakan kertas lakmus merah. Pada ekstraksi ke-5, ternyata air tidak membirukan kertas lakmus. Hal ini menunjukkan bahwa air tidak bersifat basa lagi.

Langkah selanjutnya adalah menambahkan 20 ml larutan metanol ke dalam lapisan n-heksan. Fungsi penambahan metanol ialah untuk menarik pengotor-pengotor yang masih tersisa dalam n-heksan. Campuran tersebut dikocok selama 10 menit dan dibiarkan beberapa menit. Terbentuk kembali dua lapisan yang tidak saling campur. Pada lapisan atas merupakan n- heksan (massa jenis 0.6548 g/mL) dan lapisan bawah adalah metanol (massa jenis 0,79 g/mL). Kedua lapisan dipisahkan. Lapisan n-heksan dimasukkan ke dalam erlnmeyer 150 mL dan ditambahkan dengan 2 tetes phenolpthalein lalu dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,01 N. Dalam percobaan ini, larutan NaOH tidak distandarisasi terlebih dahulu sehingga hasil yang diperoleh nantinya kurang akurat. Pada proses titrasi, sebanyak 0,4 mL NaOH terpakai.

Gambar 4. N-Heksan yang mengandung (mengikat) asam stearat dari sabun dititrasi dengan NaOH 0,01 N

(17)

Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah:

CH3-(CH2)16COOH(aq) + NaOH(aq) →CH3-(CH2)16COONa(aq) + H2O(aq)

Berdasarkan data-data yang telah ada diperoleh sebanyak 3,79 % kandungan asam stearat dalam sabun calladine baby. Menurut SNI, sabun yang baik adalah sabun yang memiliki kandungan asam lemak dengan nilai lebih besar dari 70 %, artinya bahan-bahan yang ditambahkan sebagai bahan-bahan pengisi (bahan-bahan aditif) dalam pembuatan sabun sebaiknya kurang dari 30%.

H. Kesimpulan

Ekstraksi pelarut merupakan suatu metode pemisahan suatu komponen dalam suatu larutan yang didasarkan distribusi solut pada dua pelarut yang tidak saling campur karena adanya perbedaan koefisien distribusi senyawa terlarut di dalam masing-masing pelarutan tersebut sehingga terjadi pemisahan. Kedua pelarut tersebur umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek, solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui kadar asam stearat dalam sabun( calladine baby) dimana dari hasil percobaan diperoleh kadar asam stearat dalam sabun tersebut sebesar 3,79 %.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Ekstraski Pelarut. (online). http://bersamafebri.blogspot.com/2009/04/ekstr aksi-pelarut.html. (Diakses pada 18 Februari 2013 pukul 10.25)

Cakra Buana, Hangga. 2010. Analisa Penentuan Asam-asam lemak pada Sabun. (online). http://madrasahqolbu.blogspot.com/2012/05/analisa-penentuan-asam-asam-lemak-pada.html. (diakses tanggal 14 Maret 2013 pukul 14:12 WITA)

Day. Jr, R.A., dan A.L. Underwood. 1988. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Pakaya,Wilna 2012. Laporan Praktikum Ekstraksi pada Sabun. (online) http://whilnanoblog .blogspot.com/2012/05/laporan-praktikum-ekstraksi-pada-sabun.html. (diakses tanggal 17 April 2013 pukul 08.25 WITA)

Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik. Malang: Universitas Negeri Malang

Team Teaching. 2013. Dasar-Dasar Pemisahan Analitik bagi Mahasiswa. Gorontalo: Laboratorium Kimia, FMIPA UNG

Yustina. 2010. Sintesis dan Karakterisasi Sabun Natrium Poliol Stearat Campuran yang

Diturunkan dari Minyak Jarak Pagar. Medan: Universitas Sumatera Utara

Yuspita Karo, Armi. 2012. Pengaruh penggunan kombinasi jenis minyak terhadap mutu

sabun transparan. Bogor: IPB

Zakaria, Yustin. 2012. Laporan Pemisahan dan Penentuan Kadar Asam lemak dari sabun (online). http://yustin-chems.blogspot.com. (diakses 14 maret 2013 pukul 16.04 WITA)

Gambar

Gambar 1. Emulsi sabun pada saat dilarutkan dalam air
Gambar 3. Eksraksi larutan sabun dengan n-heksan

Referensi

Dokumen terkait