• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENILAI TINGKAT KERAGAMAN RUANG PUBLIK PADA TAMAN IMAMe BONJOL DI KOTA PADANG SEBAGAI MASUKAN DALAM PERBAIKAN KUALITAS RUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENILAI TINGKAT KERAGAMAN RUANG PUBLIK PADA TAMAN IMAMe BONJOL DI KOTA PADANG SEBAGAI MASUKAN DALAM PERBAIKAN KUALITAS RUANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENILAI TINGKAT KERAGAMAN RUANG PUBLIK PADA TAMAN IMAMe

BONJOL DI KOTA PADANG SEBAGAI MASUKAN DALAM PERBAIKAN

KUALITAS RUANG

Oleh :

Erit Zaky Aljosha1), Tomi Eriawan2) dan Hamdi Nur3)

1)Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, email : eritaljosha@yahoo.com

2) 3)Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, email : tomieriawan@yahoo.com, hamdi_nur@yahoo.com

Abstrak

Keragaman suatu ruang publik dapat dinilai dari tingkat pemanfaatan oleh masyarakat pada jenis aktivitas dan interaksi sosial masyarakat didalamnya. Saat ini pada ruang publik pada pusat kota padang dianggap telah berhasil (efektif), hal ini ditandai dengan adanya para pengguna ruang publik yang berkegiatan didalamnya. Kondisi tersebut kemudian memunculkan pertanyaan penelitian yaitu,

Seberapa tinggi /besar tingkat pemanfaatan ruang pada kasus RTH Imam Bonjol ?

”. Untuk mengkaji tingkat pemanfaatan ruang publik menggunakan metode analisis GPSI (Good Public Space Index). Tingkat pemanfaatan diinterpretasikan menggunakan nilai indeks dari “0 hingga 1”. Hasil analisis yang dilakukan bahwa tingkat pemanfaatan ruang publik yang paling tinggi dari 6 variabel adalah Variety of Use dengan nilai 0,84, Diversity of Users 0,83, Temporal Diversity of Use 0,76, Intensity of Use 0,60, Intensity of Sosial Use 0,60 dan nilai indeks yang paling rendah adalah People’s Duration of Stay 0,58. Akan tetapi dengan nilai GPSI yang berbeda-beda untuk seluruh ruang publik amatan, tingkat keragaman nya sudah tergolong tinggi. Untuk memudahkan penyimpulan hasil analisis GPSI maka diklasifikasikan ke dalam 3 kategori, Kategori Rendah yaitu pencapaian pemanfaatan dengan nilai

< 0,33, Kategori Sedang 0,33 – 0,66, Kategori Tinggi > 0,66.

(2)

PENDAHULUAN

Sebuah kota biasanya dikarakteristikkan oleh adanya populasi yang

lebih padat dan hal ini mendorong timbulnya guna lahan yang lebih beragam dan selanjutnya memicu jaringan transportasi yang lebih kompleks. Guna lahan dan jaringan transportasi kemudian mempengaruhi bagaimana lingkungan binaan terbentuk dan pada akhirnya menjadi ruang bagi aktivitas publik. Populasi tinggal di dalam ruang kota yang merupakan wadah bagi kebutuhan natural manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi sosial dengan cakupan yang cukup luas mulai dari interaksi domestik hingga skala lingkungan (neighbourhood).

Kemudahan dalam akses dan keberagaman aktivitas kemudian menjadi kata kunci utama. Keberadaan aktivitas pada ruang luar dapat menjadi indikator kualitas ruang publik perkotaan. Secara logis cukup jelas, dengan asumsi bahwa aktivitas manusia dilakukan dengan tujuan yang random, orang cenderung akan lebih suka beraktivitas pada ruang luar dengan kualitas yang baik. Dimana “kualitas” ini dapat interpretasikan sesuai komponen atribut ruang publik yang sukses (Carmona et al, 2003:100) yaitu kenyamanan dan image, akses dan keterhubungan, pemanfaatan dan aktivitas serta sosial.

Ketergantungan masyarakat atas adanya ruang publik yang bisa mendukung kegiatan tidak dapat dipungkiri lagi, sebagai sebuah lingkungan perkotaan, ruang publik adalah salah satu faktor utama yang

mempengaruhi pertumbuhan jiwa dan pribadi seseorang, kesehatan dan kesejahteraannya. Ruang publik tidak hanya berfungsi sebagai prasarana keindahan kota saja, tetapi lebih dari itu, ruang publik di dalam sehari-harinya dapat berupa tempat rekreasi dan integrasi sosial antar penduduk kota.

Di Kota Padang, dilihat dari kondisi eksistingnya, terdapat 40 lokasi titik RTH di Kota Padang (dalam Masterplan RTH Kota Padang, 2012). Ruang publik yang tersedia sudah semakin terbatas pada lokasi-lokasi tertentu saja., saat ini setiap penduduk Kota Padang dapat menikmati ruang publik yang bisa menampung kegiatan-kegiatan. Tetapi ada yang dapat menikmatinya secara maksimal dan ada yang tidak maksimal menikmatinya karena pencapaian ke lokasi tersebut cukup jauh dan juga karena keadaan ruang publik yang kurang terawat juga menjadi faktor penting tidak puasnya penduduk dalam menggunakan ruang terbuka hijau yang ada.

Sehingga dengan didasari oleh penjelasan diatas, maka Perlu kiranya mengkaji topik penelitian MENILAI TINGKAT PEMANFAATAN RUANG PUBLIK PADA TAMAN IMAM BONJOL DI KOTA PADANG SEBAGAI MASUKAN DALAM PERBAIKAN KUALITAS RUANG, mengingat sudah tepat kiranya pemikiran dan kebijakan tentang pengembangan ruang publik di Kota Padang.

(3)

STUDI LITERATUR Ruang Publik

Dalam perencanaan ruang kota (townscapes) dikenal istilah Ruang Terbuka (open space), yakni daerah atau tempat terbuka di lingkungan perkotaan. RT berbeda dengan istilah ruang luar (exterior space), yang ada di sekitar bangunan dan merupakan kebalikan ruang dalam (interior space) di dalam bangunan. Definisi ruang luar, adalah ruang terbuka yang sengaja dirancang secara khusus untuk kegiatan tertentu, dan digunakan secara intensif, seperti halaman sekolah, lapangan olahraga, termasuk plaza (piazza) atau square.

Dengan adanya pertemuan bersama dan relasi antara orang banyak, kemungkinan akan timbul bermacam-macam kegiatan di ruang umum terbuka tersebut. Sebetulnya ruang terbuka merupakan salah satu jenis saja dari ruang umum. Ruang umum pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitass/kegiatan tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun kelompok. Bentuk ruang umum sangat bergantung kepada pola dan susunan massa bangunan. Menurut sifatnya ruang umum dapat dibagi menjadi 2, yaitu: (a) Ruang Umum Tertutup, yaitu ruang umum yang terdapat di dalam suatu bangunan; dan (b) Ruang Umum Terbuka, yaitu ruang umum di luar bangunan. Pengertian ruang terbuka tidak terlepas dari pengertian tentang ruang. Walaupun banyak definisi yang telah disebutkan oleh para intelektual, ada dua rumusan yang dianggap cukup baik, yaitu menurut filosof Immanuel

Kant dan menurut Plato. Menurut Kant, ruang bukanlah sesuatu yang objektif sebagai hasil pikiran dan perasaan manusia. Sedangkan menurut Plato, ruang adalah suatu kerangka atau wadah dimana objek dan kejadian tertentu berada. Sedangkan kata terbuka sendiri berarti tidak mempunyai penutup, sehingga bisa terjadi intervensi sesuatu dari luar terhadapnya, seperti air hujan dan terik matahari. Dengan demikian, ruang terbuka merupakan suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik. Ruang tidak dapat dipisahkan dari manusia baik secara psikologis, emosional ataupun dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak, menghayati dan berpikir, juga membuat ruang untuk menciptakan dunianya.

Good Public Space Index (GPSI)

Metode Good Public Space Index (GPSI) adalah sebuah metode yang menjelaskan bagaimana suatu ruang publik bermakna bagi masyarakat dengan mempergunakan aktivitas sosial serta karakteristik pengguna ruang luar sebagai pendekatan (Perlindungan, Johannes: 2013). Pada Metode ini, tingkat efektifitas dinyatakan dalam tingkatan nilai indeks antara 0 (terendah) sampai 1 (tertinggi).

Adapun beberpa variabel penilaian daripada metode GPSI yaitu Intensity of Use (IU), Intensity of Social Use (ISU), People’s Diuration of Stay (PDS),tempral Diversity of Use, Variety of Use dan Diversity of Users.

(4)

METODE PENELITIAN

Selain daripada metode GPSI yang menjadi alat analisis utama, pada penelitian ini juga menggunakan cara-cara lain baik dari segi pengumpulan data hingga pada penyajian data msialnya denga teknologi GIS (Geographic Information System) dan lainnya.

Mengidentifikasi dengan metode deskriptif kawasan ruang publik yang akan menjadi objek amatan/ studi berdasarkan kesamaan sifat letak dan karakteristik pemanfaatan ruang disekitarnya taman Imam Bonjol di Kota Padang. Pada bagian ini akan dijelaskan serta diuraikan pemanfaatan dari 6 variabel yang menjadi penilaian ruang publik taman Imam Bonjol.

Pada pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung dilapangan dengan membawa form survei yang telah disediakan sebelumnya. Untuk item-item yang disurvei berdasarkan pada 6 variabel penilaian yang termasuk dalam metode GPSI, serta dibantu dengan media atau alat survei lainnya misalnya kamera foto ataupun video untuk mendaatkan informasi perilaku, aktivitas dan karakteristik pengguna ruang publik.

Adapun ruang publik yang dipilih sebagai obejek amatan adalah 1 objek ruang publik terpilih di Kota Padang. Luas taman Imam Bonjol adalah sebesar 4,50 Ha.

Untuk sebarannya dapat dilihat pada peta sebaran objek ruang publik amatan berikut ini.

Gambar 2. Sebaran Ruang Publik Amatan

Setelah ditetapkanya ruang publik yang menjadi menjadi fokus amatan, maka langkah selanjutnya adalah memetakan kawasan tersebut dengan bantuan data peta citra atau foto udara kawasan dengan teknik remote sensing (penginderaan jauh) dalam hal memudahkan pengambilan data dan juga pemetaan pola aktivitas pada saat survei dilakukan.

Kemudian untuk teknik analisis pada GPSI dengan cara melakukan analisis pada beberapa ke 6 variabel penilaiannya. 6 Variabel penilaian GPSI masing-masing mempunyai tingkat indeks 0 hingga 1. Pada masing-masing variabel penilaian tersebut, mewakili tingkat pemanfaatan ruang publik dengan pandangan atau faktor yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasanya.

Variabel Intensity of Use (IU)

Variabel ini dijelaskan oleh jumlah orang yang terlibat dalam aktivitas pada ruang luar. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu penggunaan ruang publik oleh pengguna ruang (masyarakat) sudah optimum penggunaanya

(5)

dari segi jumlah pengunjung terhadap luas ruang publik yang tersedia. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada persamaan berikut :

𝐼𝐼𝑼𝑼 =𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 − 𝒓𝒓𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝑹𝑹𝒋𝒋 𝒐𝒐𝒓𝒓𝑹𝑹𝒐𝒐𝒐𝒐𝑱𝑱𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝑹𝑹𝒋𝒋 𝑻𝑻𝑻𝑻𝒓𝒓𝑹𝑹𝑻𝑻𝒐𝒐𝒐𝒐𝒐𝒐𝑻𝑻

Variabel Intensity of Social Use (ISU)

Variabel ini dijelaskan melalui keberadaan kelompok pengguna pada ruang luar. Kelompok terjadi saat ada sekurang-kurangnya dua orang terlibat dalam aktivitas yang sama. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu penggunaan ruang publiknya menunjukkan tingginya interaksi sosial yang terjadi antara pengguna ruang publik sehingga dapat dikatakan telah berhasil menjadi tempat yang menyediakan wadah atau tempat yang menjaga keberlangsungan interaksi sosial secara berkelompok. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada persamaan berikut :

𝑰𝑰𝑰𝑰𝑼𝑼 =𝑱𝑱𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝑹𝑹𝒋𝒋 𝒐𝒐𝒓𝒓𝑹𝑹𝒐𝒐𝒐𝒐 𝒚𝒚𝑹𝑹𝒐𝒐𝒐𝒐 𝑹𝑹𝑻𝑻𝒓𝒓𝒋𝒋𝑻𝑻𝒕𝒕𝑹𝑹𝑹𝑹 𝒅𝒅𝑹𝑹𝒋𝒋𝑹𝑹𝒋𝒋 𝒌𝒌𝑻𝑻𝒋𝒋𝒐𝒐𝒋𝒋𝒌𝒌𝒐𝒐𝒌𝒌𝑱𝑱𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝑹𝑹𝒋𝒋 𝑷𝑷𝑻𝑻𝒐𝒐𝒐𝒐𝒐𝒐𝒋𝒋𝒐𝒐𝑹𝑹 𝑹𝑹𝒋𝒋𝑹𝑹𝒐𝒐𝒐𝒐 𝑷𝑷𝒋𝒋𝒕𝒕𝒋𝒋𝑻𝑻𝒌𝒌

Variabel People’s Duration of Stay (PDS) Variabel ini dijelaskan oleh durasi (lama) orang melaksanakan aktivitas pada ruang luar. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu ruang publik tersebut telah baik dan menyediakan tempat yang dapat menampung aktivitas pengguna ruang publik tanpa ada pembatasan waktu sehingga pengguna ruang publik bisa melakukan aktivitas dalam ruang publik dengan durasi waktu yang bebas (bisa dikatakan bersifat

demokratis). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada persamaan berikut :

𝑷𝑷𝑷𝑷𝑰𝑰 =𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 − 𝒓𝒓𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 𝒘𝒘𝑹𝑹𝒌𝒌𝑹𝑹𝒋𝒋𝑾𝑾𝑹𝑹𝒌𝒌𝑹𝑹𝒋𝒋 𝑹𝑹𝑻𝑻𝒓𝒓𝑹𝑹𝑻𝑻𝒐𝒐𝒐𝒐𝒐𝒐𝑻𝑻

Variabel Temporal Diversity of Use

Variabel ini diukur berdasarkan sebaran aktivitas yang terjadi pada suatu kurun waktu amatan. Variabel ini diukur dengan mempergunakan metode Simpson’s Diversity Index. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu pada jenis aktivitas pengguna ruang untuk setiap waktu amatan (pagi, siang, sore dan malam) tidak adanya dominansi waktu yang berarti pada setiap waktu pun, masih terdapat pengguna ruang publik yang beraktivitas pada ruang publik tersebut. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada persamaan berikut :

Simpson’s diversity index = 1 - D

𝑷𝑷 =∑𝒐𝒐(𝒐𝒐 − 𝟏𝟏)𝑵𝑵(𝑵𝑵 − 𝟏𝟏)

Dimana :

n = Jumlah aktivitas dalam kategori tertentu N = Jumlah total aktivitas dari semua kategori

Variabel Variety of Use

Variabel ini diukur dari keberagaman aktivitas Simpson’s Diversity Index. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu pada jenis atau ragam aktivitas pengguna ruang publik tidak adanya dominansi daripada intensitas salah satu jenis aktivitas saja, melainkan merata dan dilakukan dengan intensitas yang sama dan banyak pula.

(6)

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada persamaan berikut :

Simpson’s diversity index = 1 - D

𝑷𝑷 =∑𝒐𝒐(𝒐𝒐 − 𝟏𝟏)𝑵𝑵(𝑵𝑵 − 𝟏𝟏)

Dimana :

n = Jumlah aktivitas dalam kategori tertentu N = Jumlah total aktivitas dari semua kategori

Variabel Diversity of Users

Variable ini diukur dari keberagaman karakteristik pengguna ruang luar. Variabel ini diukur dengan mempergunakan metode Simpson’s Diversity Index. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu pada suatu ruang publik dinilai lebih demokratis karena dapat dinikmati oleh semua kalangan umur serta tidak menunjukkan adanya dominansi penggunaan ruang publik oleh kalangan tertentu. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada persamaan berikut:

Simpson’s diversity index = 1 - D

𝑷𝑷 =∑𝒐𝒐(𝒐𝒐 − 𝟏𝟏)𝑵𝑵(𝑵𝑵 − 𝟏𝟏)

Dimana :

n = Jumlah individu dalam kategori tertentu N = Jumlah total individu dari semua kategori

Kemudian, dari beberpa tingkatan indeks tersebut untuk maksud agar nilai bisa dibaca lebih informatif, maka setiap kategori, dibedakan menjadi

< 0,33

(rendah),

0,33 –

0,66

(sedang),

> 0,66

(tinggi).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan beberapa rangkaian analisis yaitu pada ke 6 variabel penilaian GPSI berdasarkan pada data observasi lapangan, adapun hasilnya adalah sebagai berikut.

Variabel Intensity of Use (IU)

Tabel 1. Hasil Perhitungan Pada Variabel Intensity of Use

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Variabel Intensity of Social Use (ISU)

Tabel 2. Hasil Perhitungan Pada Variabel Intensity of Social Use

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Variabel People’s Duration of Stay

Tabel 3. Hasil Perhitungan Pada Variabel People’s Duration of Stay

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Variabel Temporal Diversity of Use

Tabel 4. Hasil Perhitungan Pada Variabel Temporal Diversity of Use

Sumber : Hasil Analisis, 2015 N o Obervasi Nilai IU Rata-rata Minggu Ke-1 Minggu Ke-2 1 Hari Libur 0,62 0,68 0,65 2 Hari Sibuk 0,56 0,55 0,55 N o Obervasi Nilai ISU Rata-rata Minggu Ke-1 Minggu Ke-2 1 Hari Libur 0,51 0,51 0,51 2 Hari Sibuk 0,73 0,65 0,69 N o Obervasi Nilai PDS Rata-rata Minggu Ke-1 Minggu Ke-2 1 Hari Libur 0,59 0,61 0,60 2 Hari Sibuk 0,54 0,58 0,56 N o Obervasi Nilai Rata-rata Minggu Ke-1 Minggu Ke-2 1 Hari Libur 0,76 0,76 0,76 2 Hari Sibuk 0,76 0,76 0,76

(7)

Variabel Variety of Use

Tabel 5. Hasil Perhitungan Pada Variabel Variety of Use

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Variabel Diversity of Users

Tabel 6. Hasil Perhitungan Pada Variabel Diversity of Use

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Setelah melakukan penilaian pada setiap ruang publik berdasarkan variabel yang telah penilaiannya, maka pada tahap ini adalah merupakan bagian untuk menilai dan memberi tingkatan yang didapat oleh setiap ruang publik dari hasil perhitungan beberapa variabel sebelumnya dan disebut sebagai tingkat GPSI (tingkat pemanfaatan ruang publik) dari semua variabel penilaian. Dan hasil tingkat efektifitas semua ruang publik amatan adalah sebagai berikut.

Tabel 7. Tingkat Pemanfaatan Ruang Publik di Taman Imam Bonjol Kota Padang

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Untuk variabel dengan tingkat pemanfaatan tertinggi yaitu variabel keberagaman aktivitas pengguna, sedangkan yang paling rendah adalah variabel durasi lama aktivitas pada ruang publik RTH Taman Imam Bonjol Kota Padang.

Akan tetapi dengan kondisi seperti ini, walaupun terdapat ruang publik dengan tingkat pemanfaatan paling tinggi dan paling rendah, bila di kategorikan, untuk seluruh variabel yang dinilai pada taman Imam Bonjol di Kota Padang keseluruhannya pemanfaatan sudah termasuk “tinggi”.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

• Untuk variabel dengan tingkat pemanfaatan tertinggi yaitu variabel keberagaman aktivitas pengguna (0,84), sedangkan yang paling rendah adalah variabel durasi lama aktivitas (0,58).

• Walaupun nilai GPSI berbeda akan tetapi untuk keseluruhan ruang publik memiliki tingkat efektifitas yang “tinggi”

N o Obervasi Nilai Rata-rata Minggu Ke-1 Minggu Ke-2 1 Hari Libur 0,83 0,84 0,84 2 Hari Sibuk 0,82 0,83 0,83 N o Obervasi Nilai Rata-rata Minggu Ke-1 Minggu Ke-2 1 Hari Libur 0,83 0,82 0,83 2 Hari Sibuk 0,82 0,83 0,83

No Variabel Penilaian Nilai

GPSI Penilaian

1 Intensitas Pengguna (Perorangan)

0,60 Sedang

2 Intensitas Pengguna Sosial (Kelompok)

0,60 Sedang

3 Durasi Lama Aktivitas 0,58 Sedang 4 Sebaran Aktivitas dalam

Kurun Waktu Amatan

0,76 Tinggi

5 Keberagaman Aktivitas Pengguna

0,84 Tinggi

6 Keberagaman Karakteristik Pengguna Menurut Umur

(8)

• Rendahnya nilai indeks intensitas pengguna yang memanfaatkan ruang publik tidak mempengaruhi nilai keberagaman karakteristik pengguna menurut umur dikarenakan ruang publik yang bersifat demokratis yang dapat digunakan oleh semua kalangan, umur ataupun latar belakang sosial masyarakat tanpa terkecuali. • Beragamnya aktivitas yang dilakukan oleh

pengguna ruang publik juga tidak terpengaruh dengan nilai indeks intensitas pengunjung yang rendah, pengunjung tetap melakukan aktivitas yang beragam, sehingga nilai indeks keragaman aktivitas yang ada bisa dikatakan baik dan beragam serta responsif yang digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas.

• Ruang publik memiliki makna bagi masyarakat dengan kehadirannya yang dapat menguntungkan masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan lainnya, di dalam ataupun di sekitar ruang publik.

• Ruang publik Taman Imam Bonjol sudah dapat dibilang baik dikarenakan dapat menampung berbagai kegiatan dan kepentingan luas dengan tidak membatasi latar belakang calon pengunjung baik itu latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta aksesibilitas yang baik bagi pendukung ruang publik, hal itu membuktikan bahwa ruang publik bermakna bagi masyarakat.

Rekomendasi

 Penanganan yang harus dilakukan pada variabel Intensitas Pengguna Sosial (Kelompok) yaitu :

• Penambahan Fasilitas/sarana seperti :  Sarana Olahraga

 Sarana Bermain

 Penanganan yang harus dilakukan pada variabel durasi lama aktivitas yaitu :

• Menambah atraksi atau aktivitas pada ruang publik, seperti : Pementasan/pagelaran, kegiatan budaya lainnya.

• Penambahan ruang taman dengan tema khusus : Taman Tematik.

• Penambahan personil keamanan untuk mengamankan dearah ruang publik.  Berdasarkan hasil dari 6 varaiabel yang

dinilai mengenai penilaian tingkat pemanfaatan ruang publik di Taman Imam Bonjol dapat direkomendasikan secara keseluruhan yakni perawatan berkala pada sarana pendukung aktivitas yang ada di ruang publik Taman Imam bonjol untuk menambah kenyamanan dan minat pengunjung. Serta adanya peran masyarakat setempat dalam mendukung pembangunan dan pengembangan ruang publik imam bonjol yang secara keseluruhan bisa dikatakan ruang publik Taman Imam Bonjol memiliki nilai GPSI yang baik.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Carmona, Heath, Oc Tanner, Tiesdell. 2003. Public places, urban spaces. Architectural Press.

Hariyadi dan Setiawan. 1995. Arsitektur lingkungan dan perilaku. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia.

Khan, Ajmal. Methodologi for assessing biodiversity.

Mehta V. 2007. A toolkit for performance measures of public space. 43rd ISOCARP Congress 2007.

Parlindungan, Johannes. 2013. Good Public Space Index. Universitas Brawijaya.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008. Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007. Tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang.

Zhang dan Lawson. 2009. Meeting and greeting, activities in public outdoor

spaces. Urban Design International Vol. 14, 4, 207–214, www.palgrave-journals.com/udi/

Gambar

Gambar 2. Sebaran Ruang Publik Amatan
Tabel 1. Hasil Perhitungan Pada Variabel Intensity  of Use
Tabel 5. Hasil Perhitungan Pada Variabel Variety of  Use

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) tingkat kemampuan guru dalam meningkatkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran guru mata pelajaran IPS kelas

Manfaat dari penelitian ini diharapkan: dapat menghasilkan metode hidrolisis enzim yang terbaik dengan karaktersitik maltodekstrin terpilih, dimana dapat diketahui

P.A.F. Delik-Delik Khusus Kejahatan Jabatan Tertentu Sebagai Tindak Pidana Korupsi.. 46 perbuatan memungut uang dari rakyat yang dilarang oleh undang-undang, yakni

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat- obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah Pada kebanyakan kasus, disfungsi

Strategi S-O merupakan salah satu strategi yang digunakan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang ada untuk dapat memanfaatkan seluruh peluang yang dimiliki

Pokok Bahasan : Ruang lingkup, Sistem, Peran Dan Fungsi Manajemen SDM Dalam Organisasi Sub Pokok Bahasan : Ruang Lingkup dan Sistem Manajemen SDM (Sesi 2)1. Kegiatan Pembelajaran

Pada hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) berpengaruh secara signifikan

EtherChannel tipe LACP sebagai rancangan jalur alternatif ( redundancy link ) dan penyeimbang beban kerja dalam jaringan ( load balancing ), serta interVLAN routing tipe