PENGARUH SUHU AIR
TERHADAP SETTING TIME ALGINAT
SKRIPSI
Munira Eka Novianthy
J 111 09 108
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BAGIAN ILMU BAHAN DAN TEKNOLOGI GIGI
MAKASSAR
PENGARUH SUHU AIR
TERHADAP SETTING TIME ALGINAT
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
Munira Eka Novianthy
J 111 09 108
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BAGIAN ILMU BAHAN DAN TEKNOLOGI GIGI
MAKASSAR
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengaruh
Oleh : Munira Eka Noviant
LEMBAR PENGESAHAN
Pengaruh Suhu Air Terhadap Setting Time Alginat
Munira Eka Novianthy/J11109108
Telah diperiksa dan disahkan Pada tanggal 29 Mei 2012
Oleh Pembimbing
drg. Peter Rovani NIP . 19490309 197903 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph. D NIP. 19540625 198403 1 001
ii
ABSTRAK
Alginat berasal dari alga coklat yang merupakan tumbuhan laut. Alginat juga merupakan turunan rumput laut, tetapi diedarkan dalam bentuk bubuk. Alginat ini didasarkan pada asam alginat, yang berasal dari tanaman laut. Struktur dari asam alginat cukup kompleks. Beberapa molekul hidrogen pada gugus karboksil diganti dengan natrium, sehingga membentuk suatu garam larut dalam air, dengan berat molekul dari 20000-200000. Garam asam alginat (diperoleh dari rumput laut) jika dicampur dengan air dalam proporsinya yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel, suatu gel yang dipergunakan dalam pencetakan gigi geligi. Setting time adalah periode waktu yang diukur dari mulainya pencampuran bahan sampai bahan mengeras. Suhu air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi setting
time alginat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu air
terhadap setting time alginat agar mempermudah operator dalam mengatur setting
time alginat, sehingga hasil cetakan dapat lebih sempurna. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa suhu air mempengaruhi setting time alginat. Semakin tinggi suhu air, maka semakin cepat alginat tersebut mengeras. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah suhu air, maka semakin lama alginat tersebut mengeras.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGARUH SUHU AIR TERHADAP SETTING TIME ALGINAT” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat penghargaan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik, untuk itu dengan kerendahan hati, tulus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Peter Rovani selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, membantu dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaiakan skripsi ini.
2. Seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu Material dan Teknologi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang telah memberikan masukan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaiakan skripsi ini.
3. Seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu Material dan Teknologi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang telah memberikan masukan dan arahan dalam pelaksanaan proses penelitian yang dilakukan oleh penulis.
4. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Ahmad Munir Amal Tomagola, SH dan Asni Abbas, berkat kasih sayang dan doa yang tiada putus-putusnya selama ini sehingga mengantarkan penulis kejenjang sarjana. Semoga gelar Sarjana Kedokteran Gigi yang penulis peroleh bisa membahagiakan ayahanda dan ibunda,
iv
serta adik-adikku Lisa, Dede, Dinda dan Manda yang telah memberikan dorongan, perhatian dan dukungan kepada penulis.
5. Om Razak Thaha yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Rizky Boy Whinda Sandy yang telah berperan penting dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga selesai, serta memberikanku motivasi, dorongan, serta semangat yang tinggi untuk menyelesakan skripsi ini. Dan untuk ibunda dari Rizky Boy Whinda Sandy atas doanya beserta dukungannya sehingga penulis dapat lebih termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal.
7. Teman teman angkatan Insisal 2009 dan seluruh pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, pegawai perpustakaan, dan seluruh pihak yang membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan tersebut dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Makassar, 29 Mei 2012
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR TABEL... ... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... 1 1.2 RUMUSAN MASALAH... 5 1.3 TUJUAN PENELITIAN ... 5 1.4 MANFAAT PENELITIAN ... 5 1.5 HIPOTESIS PENELITIAN ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALGINAT ... 6
vi
2.1.2 SIFAT-SIFAT ALGINAT ... 8
2.1.3 LAMA PENYIMPANAN ALGINAT ... 9
2.1.4 MANFAAT ALGINAT ... 10
2.2 SETTING TIME (WAKTU GELASI) ... 11
2.2.1 MENGENDALIKAN SETTING TIME (WAKTU GELASI) .. 12
2.3 SUHU ... 14
2.3.1 ALAT PENGUKUR SUHU (TERMOMETER) ... 15
2.3.1.1 SKALA TERMOMETER ... 15
2.3.1.2 JENIS-JENIS TERMOMETER ... 17
BAB III KERANGKA KONSEP ... 19
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 JENIS PENELITIAN ... 20 4.2 DESAIN PENELITIAN ... 20 4.3 LOKASI PENELITIAN ... 20 4.4 WAKTU PENELITIAN ... 20 4.5 POPULASI PENELITIAN ... 20 4.6 SAMPEL PENELITIAN ... 21 4.7 JUMLAH SAMPEL ... 21 4.8 VARIABEL PENELITIAN ... 21
vii 4.10 ALAT PENELITIAN ... . 22 4.11 BAHAN PENELITIAN ... 24 4.12 PROSEDUR PENELITIAN ... 24 4.13 ALUR PENELITIAN ... 26 4.14 ANALISIS DATA ... 27
BAB V HASIL PENELITIAN ... . 28
BAB VI PEMBAHASAN ... . 32
BAB VII PENUTUP 7.1 SIMPULAN ... 35
7.2 SARAN ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alat yang digunakan ... 22 Gambar 2. Bahan yang digunakan ... 24
ix
DAFTAR GRAFIK
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi sampel penelitian berdasarkan suhu air... 28 Tabel 2. Distribusi waktu pengerasan (setting time) alginat berdasarkan suhu air.. 29 Tabel 3. Pengaruh suhu air terhadap waktu pengerasan alginat... ... 30
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam praktek dokter gigi, ada kecenderungan untuk mengubah setting time dari alginat. Salah satu alasannya karena seringkali ada pasien yang gampang merasa mual saat alginat dimasukkan ke dalam mulut, sehingga dokter gigi harus megetahui cara untuk mempercepat setting time dari alginat tersebut.
Bahan cetak alginat mudah digunakan. Bahan ini bersifat hidrofilik, sehingga permukaan jaringan yang lembab bukanlah kendala. Umumnya, alginat digunakan sebagai cetakan awal untuk membuat model studi yang membantu dalam pembuatan rencana perawatan dan diskusi dengan pasien. Tidak seperti banyak bahan cetak lainnya, alginat tidak mempunyai kisaran kekentalan yang jauh berbeda.1
Bahan cetak dibagi menjadi kelompok non-elastik dan elastik. Bahan elastik ini terdiri atas jenis hidrokoloid dan elastomer. Salah satu bahan cetak hidrokoloid yang sampai saat ini masih banyak digunakan adalah alginat. Dari beberapa sifat alginat yang menguntungkan adalah sifat elastiknya yang baik.3
Karena hanya satu campuran alginat yang dibuat, bahan yang telah diaduk diletakkan pada sendok cetak. Klinisi boleh mengambil sedikit bahan dengan jari bersarung tangan dan mengoleskan bahan tersebut kedalam ceruk dan fisura sentral serta kedalam fisura permukaan oklusal. Teknik ini mengurangi kemungkinan
14
terjebaknya gelembung udara bila sendok cetak dimasukkan dalam mulut. Karena bahan tersebut bersih dan mengeras dengan cepat, bahan cetak ini mudah ditolerir oleh pasien.1
Sebelum menempatkan cetakan dalam mulut, bahan tersebut harus mencapai konsistensi tertentu sehingga tidak mengalir keluar sendok cetak dan membuat pasien tersedak. Dokter gigi harus belajar mengenali perubahan perubahan kekentalan sehinga ia dapat memasukkan cetakan pada saat interval kritis antara tahap bahan cetak mengalir dan tidak mengalir.1
Campuran ditempatkan pada sendok cetak yang sesuai, yang dimasukkan ke dalam mulut. Bahan cetak harus menempel pada sendok cetak sehingga hasil cetakan dapat ditarik dari sekitar gigi. Oleh karena itu, umumnya digunakan sendok cetak berlubang-lubang. Bila dipilih sendok cetak plastik atau sendok cetak logam polos, suatu lapisan tipis perekat sendok cetak harus diaplikasikan dan dibiarkan kering dengan sempurna sebelum pengadukan dan memasukkan alginat ke dalam sendok cetak. Lapisan alginat yang tipis umumnya lemah, karena itu, sendok cetak harus cocok dengan lengkung gigi pasien sehingga lapisan bahan cetak cukup tebal. Ketebalan cetakan alginat antara sendok cetak dan jaringan harus sekurang-kurangnya 3 mm.1
Kekuatan gel alginat meningkat beberapa menit setelah gelasi awal terjadi. Kebanyakan bahan alginat meningkat elastisitasnya dengan berlalunya waktu, yang meminimalkan distorsi bahan selama cetakan dibuka, sehingga dapat mencetak sempurna daerah undercut. Data tersebut secara jelas menunjukkan bahwa cetakan alginat tidak boleh dikeluarkan dari mulut setidaknya 2-3 menit setelah terjadi proses
15
gelasi, yang merupakan perkiraan waktu dimana bahan kehilangan sifat kelengketannya.1
Alginat bila dilarutkan dalam air membentuk larutan kental yang dapat dikonversi ke gel menggunakan garam kalsium. Penggunaan alginat jauh melebihi penggunaan semua bahan cetak lain dalam kedokteran gigi. Alginat sebagai bahan cetak berevolusi dengan beberapa modifikasi yang tergabung dalam komposisi dari waktu ke waktu untuk memperbaiki sifat dan kinerja klinis.5
Waktu gelasi diukur dari mulai pengadukan sampai terjadinya gelasi, harus menyediakan cukup waktu bagi dokter gigi untuk mengaduk bahan, mengisi sendok cetak, dan meletakkannya di dalam mulut pasien. Sekali gelasi terjadi, bahan cetak tidak boleh diganggu karena fibril yang sedang terbentuk akan patah dan cetakan secara nyata menjadi lebih lemah.1
Metode praktis untuk menentukan waktu gelasi bagi praktisi gigi adalah dengan mengamati waktu dari mulai pengadukan sampai bahan tersebut tidak lagi kasar atau lengket bila disentuh dengan ujung jari yang bersih, kering dan bersarung tangan. Barangkali waktu gelasi optimal adalah antara 3 dan 4 menit pada temperatur ruangan (20 o C). Normalnya, pabrik jenis alginat yang mengeras dengan cepat (1-2 menit) dan yang mengeras dengan kecepatan normal (2,5-4 menit), untuk memberi kesempatan bagi klinisi memlih bahan yang cocok dengan gaya kerja mereka.1
Dalam keadaan klinis, seringkali ada kecenderungan untuk mengubah waktu gelasi dengan mengganti rasio air terhadap bubuk atau waktu pengadukan. Modifikasi kecil ini dapat mempunyai efek yang nyata pada sifat gel, mempengaruhi
16
kekuatan terhadap robekan dan elastisitas. Jadi waktu gelasi lebih baik diatur oleh jumlah bahan memperlambat yang ditambahkan selama proses pembuatan di pabrik.1
Cara lain yang dapat dilakukan klinisi secara aman adalah dengan mengubah temperatur air. Semakin tinggi temperatur, semakin pendek waktu gelasi. Pada cuaca panas, tindakan khusus harus dilakukan yaitu dengan mengaduk menggunakan air dingin sehingga gelasi prematur tidak terjadi. Bahkan ada kemungkinan mangkok pengaduk beserta spatula harus didinginkan lebih dulu, khususnya bila bahan cetak yang akan digunakan hanya sedikit. Pada keadaan apapun, lebih baik melakukan kesalahan dengan mengaduk terlalu dingin dibandingkan terlalu panas.1
Bahan menunjukkan derajat sensitivitas yang bermacam-macam sesuai dengan perubahan temperatur. Beberapa bahan yang dipasarkan menunjukkan perubahan waktu gelasi sebesar 20 detik untuk setiap derajat Celcius perubahan temperatur. Pada keadaan tersebut, temperatur air pencampuran harus dikendalikan dengan hati-hati sekitar 1 oatau 2 odari temperatur standar (biasanya 20 oC), sehingga dapet diperoleh waktu gelasi yang konstan dan dapat diandalkan.1
Secara keseluruhan, penelitian ini penting untuk dilakukan agar dokter gigi/operator dapat mengetahui cara untuk mengubah setting time alginat, yaitu salah satunya dengan mengubah suhu air yang digunakan. Dengan mengetahui caranya, dokter gigi/operator tidak lagi mengalami kesulitan saat melakukan pencetakan. Berdasarkan alasan tersebut, penulis mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh suhu air terhadap setting time alginat”.
17
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas timbul permasalahan apakah suhu air dapat mempengaruhi
setting time alginat pada saat pembuatan cetakan.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu air terhadap
setting time alginat agar mempermudah operator dalam mengatur setting time alginat,
sehingga hasil cetakan dapat lebih sempurna.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung pada peneliti dalam melakukan penelitian ini. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
pengaruh suhu air terhadap setting time alginat.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dari penelitian saya ialah ada pengaruh suhu air terhadap setting
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ALGINAT
Alginat (hidrokoloid ireversibel) adalah bahan cetak yang mengandung air, digunakan untuk mencetak detail minimal, seperti yang diperlukan untuk membuat model studi. Alginat merupakan polisakarida linier yang disusun oleh residu asam β-D-manuronat dan α-L-guluronat yang dihubungkan melalui ikatan 1,4. Alginat menampilkan afinitas terhadap kation multivalen seperti Ca2+ dan mampu mengikat ion selektif dan kooperatif, sebuah proses yang mengarah ke pembentukan secara ionik (fisik) gel alginat yang terkait secara silang.2,7,12
Alginat berasal dari alga coklat yang merupakan tumbuhan laut. Alginat juga merupakan turunan rumput laut, tetapi diedarkan dalam bentuk bubuk. Alginat ini didasarkan pada asam alginat, yang berasal dari tanaman laut. Struktur dari asam alginat cukup kompleks. Beberapa molekul hidrogen pada gugus karboksil diganti dengan natrium, sehingga membentuk suatu garam larut dalam air, dengan berat molekul dari 20000-200000. Garam asam alginat (diperoleh dari rumput laut) jika dicampur dengan air dalam proporsinya yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel, suatu gel yang dipergunakan dalam pencetakan gigi geligi. Cetakan alginat harus dibuang dalam waktu 15– 30 menit, karena selama penyimpanan lebih lanjut cetakan pasti menyusut karena penguapan air dari gel alginat.
19
Asam alginat tidak larut dalam air, karenanya yang biasa digunakan dalam industri adalah natrium alginat.1,2,11,18,20
Bahan cetak alginat digunakan secara rutin oleh praktisi gigi dan mewakili bahan cetak yang paling umum digunakan dalam kedokteran gigi. Bahan cetak alginat banyak digunakan untuk membentuk model studi yang digunakan untuk merencanakan perawatan. Porositas dalam bahan cetak dapat mempengaruhi akurasi dari cetakan yang dihasilkan. Beberapa studi melaporkan bahwa bahan cetak porositas telah dikurangi dengan menggunakan perangkat pencampuran mekanis.13,19
Pada Akhir abad yang lalu, seorang ahli kima dari Skotlandia memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae) bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir yang aneh. Ia menamakannya algin. Substansi alam ini kemudian diidentifikasikan sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan asam alginik. Asam alginik serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam yang diperoleh dengan natrium, kalium, dan amonium larut dalam air.1
Ketika bahan cetak agar menjadi langka karena Perang Dunia II (Jepang adalah sumber agar utama), penelitian untuk menemukan bahan pengganti yang cocok semakin dipercepat. Hasilnya sudah tentu, hidrokoloid ireversibel, ataubahan cetak alginat. Penggunaan umum bahan hidrokoloid ireversibel ini jauh melampaui penggunaan bahan cetak lain yang ada. Faktor utama penyebab keberhasilan bahan cetak jenis ini adalah manipulasi mudah, nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal, karena tidak memerlukan banyak peralatan.1
20
2.1.1 Komposisi Alginat.
Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid ireversibel adalah salah satu alginat yang larut air, seperti natrium, kalium, atau alginat trietanolamin. Proporsi yang tepat dari masing-masing bahan kimia yang digunakan bervariasi sesuai dengan jenis bahan mentah yang digunakan. Bila bahan pengisi ditambahkan dengan jumlah yang tepat, akan dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan gel alginat, menghasilkan tekstur yang halus, dan menjamin permukaan gel padat, yang tidak bergelombang.1
Kalsium sulfat apapun dapat digunakan sebagai reaktor. Bentuk dihidrat umumnya digunakan, tetapi untuk keadaan tertentu hemihidrat menghasilkan waktu penyimpanan bubuk yang lebih lama serta kestabilan gel yang lebih memuaskan. Fluoride, seperti kalium titanium fluorid ditambahkan sebagai bahan mempercepat pengerasan stone untuk mendapat permukaan model stone yang keras dan padat terhadap cetakan.1
2.1.2 Sifat-sifat Alginat.
a. Sifat rheology: Alginat cukup encer untuk sanggup mencatat detil halus dalam mulut. Kurva viskositas-waktu menunjukkan waktu kerja yang cukup jelas, selama mana tidak terjadi perubahan kekentalan.17
b. Selama proses pengerasan bahan perlu diperhatikan agar cetakan jangan dibuka. Reaksi berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi sehingga bahan yang berkontak dengan jaringan mengeras lebih dahulu. Adanya tekanan yang diberikan pada gel misalnya oleh karena bergeraknya sendok cetak akan menimbulkan tegangan pada bahan yang
21
akan menyebabkan perubahan pada alginat setelah dikeluarkan dari dalam mulut.17
c. Bahan ini cukup elastis untuk dapat ditarik melewati undercut; walaupun demikian kadang-kadang bagian cetakan dapat patah bila melalui undercut yang dalam.17
d. Dimensi cetakan alginat tidak stabil pada penyimpanan, ini disebabkan oleh karena adanya syneresis.17
e. Dapat kompatibel dengan model plaster dan stone; beberapa alginat memberi permukaan yang berbubuk bila diisi dengan bahan model dental stone tertentu.17
f. Bahan tidak toksis dan tidak mengiritasi; rasa dan baunya biasanya dapat ditoleransi.17
g. Waktu setting tergantung pada komposisi (misal kandungan trisodium fosfat) dan pada suhu pencampuran.17
h. Bubuk alginat tidak stabil disimpan pada ruangan yang lembab atau kondisi yang lebih hangat dari suhu kamar.17
2.1.3 Lama Penyimpanan Alginat.
Temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara adalah dua faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan yang sudah disimpan selama 1 bulan pada 65 oC tidak dapat digunakan dalam perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau mengeras terlalu cepat. Bahkan pada temperatur 54 oC ada bukti kerusakan, barangkali karena alginat mengalami depolarisasi.1
22
Selama proses perawatan gigi, penting untuk mendisinfeksi cetakan serta peralatan sehingga mencegah infeksi. Namun, perendaman disinfeksi cetakan alginat dapat memperburuk ketepatan dimensi model yang dihasilkan. Untuk mengatasi masalah ini, American Dental Association (ADA) merekomendasikan penyemprotan cetakan alginat dengan disinfektan yang disetujui oleh ADA, dan kemudian disegel dalam kantong plastik sesuai dengan waktu desinfeksi yang direkomendasikan.15
Bahan cetak alginat dikemas dalam kantung tertutup secara individual dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam jumlah besar di kaleng. Bubuk yang dibungkus per kantung lebih disukai karena mengurangi kemungkinan kontaminasi selama penyimpanan. Sebagai tambahan, perbandingan air dengan bubuk yang tepat bisa dijamin, karena dilengkapi pula dengan takaran plastik untuk mengukur banyaknya air. Meskipun demikian, bubuk dalam kaleng lebih murah. Bila digunakan bubuk dalam kaleng, tutupnya harus dipasang kembali dengan kencang begitu selesai digunakan sehingga meminimalkan kontaminasi kelembaban yang mungkin terjadi.1
Tanggal kadaluarsa yang menyatakan kondisi penyimpanan harus dengan jelas dicantumkan oleh pabrik pembuat pada masing-masing kemasan. Pada keadaan apapun, lebih baik tidak menyimpan persediaan alginat lebih dari setahun dalam praktik dokter gigi dan simpan bahan tersebut pada lingkungan yang dingin kering.1
2.1.4 Manfaat Alginat.
Dalam dunia kedokteran, ada tiga bentuk utama dari alginat yang sangat bermanfaat, yaitu natrium alginat, potasium alginat dan kalsium alginat. Natrium
23
alginat adalah garam natrium dari asam alginat. Sementara kalium alginat adalah garam kalium dari asam alginat.4
Umumnya kalsium alginat digunakan di rumah sakit karena memiliki daya serap yang kuat, menyerap banyak eksudat dengan cepat, menyediakan fasilitas kunci pada mikroorganisme untuk luka yang terinfeksi, bentuk gel yang menciptakan lingkungan yang lembab yang ideal untuk merangsang penyembuhan luka, tidak menempel pada luka, mengurangi rasa sakit, dan dapat dengan mudah terkelupas dari kulit.4
Dalam kedokteran gigi, alginat adalah bahan cetak yang paling populer, karena penggunaan biaya rendah dan mudah, kemudahan pencampuran dan memanipulasi, peralatan minimum yang diperlukan. Alginat digunakan sebagai cetakan awal untuk membuat model studi yang membantu dalam pembuatan rencana perawatan dan diskusi dengan pasien, termasuk perencanaan perawatan untuk perawatan restoratif dan ortodontik. Karena bahan tersebut bersih dan mengeras dengan cepat, bahan cetak ini mudah ditolerir oleh pasien.1,6,14,22
2.2 SETTING TIME (WAKTU GELASI)
Setting time adalah periode waktu yang diukur dari mulainya pencampuran
bahan sampai bahan mengeras. Waktu gelasi dapat diperpanjang dengan menggunakan air dingin atau diperpendek dengan menggunakan air hangat. Penyesuaian bubuk dengan rasio air dapat mempengaruhi pengerasan tetapi juga merugikan karena mempengaruhi sifat fisik oleh karena itu tidak dianjurkan.7,21
Gelasi adalah perubahan dari sol menjadi gel. Reaksi khas sol-gel dapat digambarkan secara sederhana sebagai reaksi alginat larut air dengan kalsium sulfat
24
dan pembentukan gel kalsium alginat yang tidak larut. Kalsium sulfat bereaksi dengan cepat untuk membentuk kalsium alginat tidak larut dari kalium atau natrium alginat dalam suatu larutan cair. Produksi kalsium alginat ini begitu cepat sehingga tidak menyediakan cukup waktu kerja. Jadi, suatu garam larut air ketiga, seperti trinatrium fosfat ditambahkan pada larutan untuk memperpanjang waktu kerja. Strateginya adalah kalsium sulfat akan lebih suka bereaksi dengan garam lain dibanding alginat larut air. Jadi, reaksi antara kalsium sulfat dan alginat larut air dapat dicegah asalkan ada trinatrium fosfat yang tidak bereaksi.1
Ada sejumlah garam larut air yang dapat digunakan, seperti natrium atau kalium fosfat, kalium oksalat, atau kalium karbonat, trinatrium fosfat, natrium tripolifosfat dan tetranatrium pirofosfat. Dua nama yang terakhir adalah yang paling sering digunakan dewasa ini. Jumlah bahan memperlambat (natrium fosfat) harus disesuaikan dengan hati-hati untuk mendapat waktu gelasi yang tepat. Umumnya, bila kira-kira 15 g bubuk dicampur dengan 40 ml air, gelasi akan terjadi dalam waktu sekitar 3-4 menit pada temperatur ruangan.1
2.2.1 Mengendalikan Setting Time (Waktu Gelasi).
Waktu gelasi diukur dari mulai pengadukan sampai terjadinya gelasi, harus menyediakan cukup waktu bagi dokter gigi untuk mengaduk bahan, mengisi sendok cetak, dan meletakkannya di dalam mulut pasien. Sekali gelasi terjadi, bahan cetak tidak boleh diganggu karena fibril yang sedang terbentuk akan patah dan cetakan secara nyata menjadi lebih lemah.1
Metode praktis untuk menentukan waktu gelasi bagi praktisi gigi adalah dengan mengamati waktu dari mulai pengadukan sampai bahan tersebut tidak lagi
25
kasar atau lengket bila disentuh dengan ujung jari yang bersih, kering dan bersarung tangan. Barangkali waktu gelasi optimal adalah antara 3 dan 4 menit pada temperatur ruangan (20 oC). Normalnya, pabrik jenis alginat yang mengeras dengan cepat (1-2 menit) dan yang mengeras dengan kecepatan normal (2,5-4 menit), untuk memberi kesempatan bagi klinisi memlih bahan yang cocok dengan gaya kerja mereka.1
Dalam keadaan klinis, seringkali ada kecenderungan untuk mengubah waktu gelasi dengan mengganti rasio air terhadap bubuk atau waktu pengadukan. Modifikasi kecil ini dapat mempunyai efek yang nyata pada sifat gel, mempengaruhi kekuatan terhadap robekan dan elastisitas. Jadi waktu gelasi lebih baik diatur oleh jumlah bahan memperlambat yang ditambahkan selama proses pembuatan di pabrik.1
Cara lain yang dapat dilakukan klinisi secara aman adalah dengan mengubah temperatur air. Semakin tinggi temperatur, semakin pendek waktu gelasi. Pada cuaca panas, tindakan khusus harus dilakukan yaitu dengan mengaduk menggunakan air dingin sehingga gelasi prematur tidak terjadi. Bahkan ada kemungkinan mangkok pengaduk beserta spatula harus didinginkan lebih dulu, khususnya bila bahan cetak yang akan digunakan hanya sedikit. Pada keadaan apapun, lebih baik melakukan kesalahan dengan mengaduk terlalu dingin dibandingkan terlalu panas.1
Bahan menunjukkan derajat sensitivitas yang bermacam-macam sesuai dengan perubahan temperatur. Beberapa bahan yang dipasarkan menunjukkan perubahan waktu gelasi sebesar 20 detik untuk setiap derajat Celcius perubahan temperatur. Pada keadaan tersebut, temperatur air pencampuran harus dikendalikan dengan hati-hati sekitar 1 o atau 2 o dari temperatur standar (biasanya 20 oC), sehingga dapet diperoleh waktu gelasi yang konstan dan dapat diandalkan.1
26
2.3 SUHU
Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Suhu dinyatakan sebagai ukuran kuantitatif temperatur, panas dan dingin, diukur dengan termometer. Satuan suhu adalah derajat (o).8,9
Suhu merupakan keadaan panas dan dingin yang dinyatakan dengan termometer. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, suhu dibedakan menjadi suhu harian rata-rata, suhu inversi, suhu kardinal, suhu maksimum bulanan, suhu maksimum harian, suhu minimum, dan suhu minimum bulanan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Suhu harian rata-rata: Rata-rata suhu yang diamati selama 24 jam secara terus-menerus.
Suhu inversi: Kondisi suhu yang berlawanan dengan suhu biasa, yakni penurunan suhu apabila makin naik ke daerah pegunungan.
Suhu kardinal: Suhu yang terdiri atas suhu minimum, optimum, dan maksimum.
Suhu maksimum bulanan: Suhu tertinggi yang tercatat dalam satu bulan kalender di dalam satu tahun.
Suhu maksimum harian: Suhu tertinggi yang terjadi dalam waktu sehari atau selama 24 jam.
Suhu minimum: Suhu terendah yang tercatat dalam suatu jangka waktu. Suhu minum bulanan: Suhu minimum yang tercatat dalam satu bulan
27
2.3.1 Alat Pengukur Suhu (Termometer).
Untuk mengukur secara tepat, diperlukan alat yang disebut termometer. Banyak termometer bergantung pada pemuaian zat ketika dipanaskan. Air raksa dan alkohol adalah zat yang biasa kita gunakan pada pembuatan termometer zat cair. Zat-zat cair tersebut memuai jika dipanaskan dan menyusut ketika didinginkan. Air raksa berwarna perak, tetapi alkohol tidak berwarna. Oleh karena itu, untuk memudahkan pembacaan termometer ditambahkan zat pewarna merah untuk menunjukkan adanya pemuaian.9,10
Agar dapat digunakan untuk mengukur suhu secara tepat, termometer harus memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain:
mudah dibaca skalanya peka terhadap perubahan suhu jangkauan alat ukurnya cukup besar tidak berbahaya (aman digunakan).9
2.3.1.1 Skala Termometer. 1) Termometer Celsius
Termometer Celsius pertama kali dilakukan oleh Anders Celsius, maka dinamakan termometer Celsius. Termometer Celsius memiliki:
Titik tetap bawah 0 oC, yaitu sama dengan suhu air dari es murni yang sedang melebur.
Titip tetap atas 100 oC, yaitu sama dengan suhu murni yang sedang mendidih.9
28
2) Termometer Kelvin
Selain termometer Celsius, ada termometer yang menggunakan skala Kelvin dan disebut termometer Kelvin. Nama termometer ini diambil dari nama ahli fisika berkebangsaan Inggris, Lord William Thomson Kelvin (1824-1907). 9
Lord Kelvin adalah orang yang pertama mengusulkan pengukuran berdasarkan suhu nol mutlak dan skala yang ditetapkan disebut Kelvin, dan diberi lambang K. 9
Pada skala Kelvin, suhu terendah adalah 0 K= -273 oC. Pada teori partikel dikatakan bahwa partikel suatu zat senantiasa bergerak. Pada suhu -273 oC sudah tidak bergerak atau berhenti bergerak (diam), sehingga suhu -273 oC merupakan suhu terendah yang masih mungkin dimiliki oleh benda. 9
3) Termometer Fahrenheit
Dalam penggunaan sehari-hari, Inggris dan Amerika Serikat menggunakan termometer Fahrenheit. Nama Fahrenheit diambil dari nama ilmuwan berkebangsaan Jerman yang pertama kali membuatnya, yaitu Daniel Gabriel Fahrenheit (1686-1736).9
Pada skala Fahrenheit:
Es yang mencair diberi angka 32 oF sebagai titik tetap bawah (0 oC = 32 oF) Suhu air yang sedang mendidih diberi angka 212 oF sebagai titik tetap atas
29
2.3.1.2 Jenis-jenis Termometer.
Terdapat beberapa jenis termometer untuk berbagai keperluan, misalnya termometer rumah, laboratorium, klinis, dan logam. Termometer rumah biasanya menggunakan alkohol dan menunjukkan kemungkinan suhu udara dari -30 oC sampai 50 oC. Termometer laboratorium biasanya menggunakan air raksa karena air raksa mempunyai titik didih yang tinggi dan termometer ini dapat menunjukkan perubahan dari -30 oC sampai 350 oC. Termometer klinis menunjukkan suhu antara 35 oC sampai 43 oC. Termometer tersebut menggunakan air raksa dan mempunyai bagian sempit diatas tonjolan. Ketika termometer digunakan, air raksa didalam gelas segera turun jika dilepaskan dari tubuh, tetapi bagian sempit mencegah hal itu terjadi.10
Termometer zat cair tidak dapat mengukur suhu yang tingi, misalnya suhu oven, karena zat cair memiliki titik didih yang rendah. Untuk itu kita menggunakan termometer logam. Termometer logam menggunakan pelat bimetal dan penunjuk skala. Jika termometer logam dipanaskan, pelat bimetal akan bengkok dan penunjuk yang dihubungkan dengan ujung pelat akan menunjukkan perubahan suhu pada skala.10
Untuk mengukur perbedaan suhu yang sangat kecil, kita menggunakan termokopel. Alat ini dapat beroperasi dalam rentang suhu -200 oC sampai dengan 1600 oC. Pada alat ini, dua logam yang berbeda, seperti besi dan tembaga, dihubungkan bersama pada dua ujung sambungan. Jika satu sambungan lebih panas dari yang lain, maka arus listrik akan melewati rangkaian dan perubahan arus akan terbaca dari amperemeter. Pirometer menggunakan radiasi infra merah dari benda
30
panas yang akan diukur suhunya. Pirometer ini dapat mengukur suhu lelehan baja, tembaga, dan besi.10
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
Keterangan:
: Variabel yang diteliti. : Variabel yang tidak diteliti.
Suhu Air Suhu Air Rendah Suhu Air Normal Suhu Air Tinggi PEMBUATAN CETAKAN Alginat Pengadukan Pengukuran Setting Time Air
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental Analitik.
4.2 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional study.
4.3 LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Dental Material Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
4.4 WAKTU PENELITIAN
Waktu dilakukannya penelitian pada Februari 2012 – April2012
4.5 POPULASI PENELITIAN
Alginat yang dicampur dengan air yang memiliki suhu dengan 3 satuan derajat, yaitu derajat Celsius (oC), derajat Kelvin (oK),dan derajat Fahrenheit (oF).
33
4.6 SAMPEL PENELITIAN
Alginat yang dicampur dengan air yang memiliki suhu dengan satuan derajat Celsius (oC) yang dibagi dalam 3 variasi suhu yang berbeda, yaitu suhu 18 oC , suhu 23 oC, dan suhu 30 oC.
4.7 JUMLAH SAMPEL
Sampel yang dibuat sebanyak 27 buah, yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok, dengan sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 9 buah untuk setiap perlakuan.
4.8 VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Bebas: Suhu Air
2. Variabel Tergantung: Setting Time Alginat
4.9 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.Suhu dinyatakan sebagai ukuran kuantitatif temperatur, panas dan dingin, diukur dengan termometer.Satuan suhu adalah derajat (o).Jadi suhu air adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya air.
2. Setting time alginat adalah periode waktu yang diukur dari mulainya pencampuran alginat sampai alginat mengeras.
34
4.10 ALAT PENELITIAN
1. Rubber Bowl 2. Spatula
3. Gelas Ukur (untuk air) 4. Sendok Takar (untuk alginat) 5. Analitical Balance(alat penimbang) 6. Cetakan Berbentuk Cincin
7. Glass Plate
8. Batang Akrilik (alat ukur setting time) 9. Tissue
10. Alas Putih 11. Stopwatch 12. Termometer Air 13. Termometer Ruang 14. Kulkas (alat pendingin) 15. Incubator (alat pemanas)
35 Gambar 1. Alat yang digunakan :
A. Rubber Bowl B. Spatula
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
36
C. Gelas Ukur D. Sendok Takar E. Analitical Balance
F. Cetakan Berbentuk Cincin &Glass Plate
G. Batang Akrilik H. Tissue I. Alas Putih J. Stopwatch K. Termometer Air L. Termometer Ruang M. Kulkas N. Incubator 4.11 BAHAN PENELITIAN 1. Alginat
2. Air (Aqua Bidestilata Steril)
Gambar 2. Bahan yang digunakan : A. Alginat
B. Aqua Bidestilata Steril
4.12 PROSEDUR PENELITIAN
1. Menyiapkan alat dan bahan di atas alas putih
37
2. Cocokkan suhu ruang dengan menggunakan termometer ruang
3. Menyiapkan air (aqua bidestilata steril) dengan suhu kamar 23 oC yang diukur dengan menggunakan termometer air
4. Mengukur bubuk alginat menggunakan sendok takar kemudian ditimbang dengan menggunakan analitical balance (8,4 gr) dan mengukur air (aqua bidestilata steril) menggunakan gelas ukur (20 ml)
5. Memasukkan air (aqua bidestilata steril) ke dalam rubber bowl, suhu air yang dipakai diukur dengan termometer dan dicatat, kemudian menambahkan bubuk alginat ke dalamnya
6. Mengaduk air dan bubuk alginat memakai spatula dengan cara menekan spatula pada dinding rubber bowl dengan cepat dan memutar perlahan rubber bowl hingga adonan menjadi halus. Pengadukan dilakukan selama 20-30 detik (sesuai aturan pabrik), kemudian adonan dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk cincin yang diletakkan diatas glass plate, diratakan permukaannya dengan spatula
7. Menyentuhkan ujung alat uji waktu setting (batang akrilik) pada permukaan adonan alginat, kemudian ditarik dengan cepat. Ujung alat ukur dikeringkan dengan tissue. Ulangi menyentuhkan ujung alat ukur pada permukaan adonan alginat dengan interval 5 detik, hingga tidak ada bekas tekanan dari ujung alat uji batang akrilik
8. Setting timedihitung dari awal pencampuran bubuk alginat dan air (aqua bidestilata steril) hingga adonan alginat tidak ada bekas tekanan dari ujung alat uji batang akrilikmenggunakan stopwatch.
38
9. Mengulangi pekerjaan mulai nomor 3 sampai nomor 8 menggunakan air (aqua bidestilata steril) dengan suhu 23 oC hingga 9 kali dengan perlakuan yang sama
10.Mengulangi pekerjaan mulai nomor 3 sampai nomor 8 menggunakan air (aqua bidestilata steril) dengan suhu 18 oC (didinginkan di dalam kulkas) hingga 9 kali dengan perlakuan yang sama
11.Mengulangi pekerjaan mulai nomor 3 sampai nomor 8 menggunakan air (aqua bidestilata steril) dengan suhu 30 oC (dipanaskan di dalam
incubator)hingga 9 kali dengan perlakuan yang sama
12.Membedakan hasil setting timedengan variasi suhu
4.13 ALUR PENELITIAN Pengumpulan Data Analisis Data Kesimpulan Awal penelitian dilakukan dengan pencampuran bahan cetak alginat dengan air dalam tiga variasi
suhu air yang berbeda
Penelitian berakhir ketika seluruh alginat yang telah
di campur dalam tiap variasi suhu air yang berbeda mengalami gelasi
39
4.14 ANALISIS DATA
Untuk mengetahui pengaruh suhu air (suhu dingin, suhu normal dan suhu panas) terhadap setting time alginat, maka dilakukan uji data secara Regresi.
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh suhu air terhadap setting time alginat. Suhu air diwakili oleh tiga kategori untuk tiga derajat celcius, yaitu suhu air dingin dengan temperatur 18oC, suhu air normal dengan temperatur 23oC, dan suhu air panas dengan temperatur 30oC. Setting time merupakan waktu pengerasan alginat, artinya semakin lama setting timenya, maka semakin lama pula alginat tersebut mengeras, demikian pun berlaku hal sebaliknya. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Maret 2012. Subjek penelitian ini meliputi 27 spesimen alginat yang sama (berasal dari pabrik yang sama), namun akan dibagi dalam tiga kelompok untuk mewakili tiga kategori suhu.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan stopwatch untuk menghitung setting time alginat. Suhu air disesuaikan dengan menggunakan termometer sebelum pencampuran dilakukan.Setting time dihitung mulai dari proses pencampuran hingga pengerasan. Dengan demikian, data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data primer dan akan ditampilkan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi sampel penelitian berdasarkan suhu air
Suhu Air Frekuensi (n) Persen (%)
Temperatur 18oC 9 33,3
Temperatur 23oC 9 33,3
Temperatur 30oC 9 33,3
41
Pada penelitian ini, seluruh spesimen berjumlah 27 (100%), yang terbagi dalam tiga kategori suhu air, sebagaimana terlihat pada tabel 1. Pada tabel 1 juga memperlihatkan masing-masing temperatur memiliki frekuensi spesimen yang sama, yaitu sebanyak sembilan spesimen dengan persentase 33,3%, baik temperatur suhu 18oC, suhu 23oC, maupun suhu30oC.
Tabel 2. Distribusi waktu pengerasan (setting time) alginat berdasarkan suhu air
Suhu Air Waktu Pengerasan (detik) Waktu Pengerasan (menit)
Mean ± SD Mean ± SD
Temperatur 18oC 162,87 ± 3,106 2,71 ± 0,051
Temperatur 23oC 111,59 ± 4,952 1,86 ± 0,082
Temperatur 30oC 75,74 ± 3,504 1,26 ± 0,058
Total 116,73 ± 36,63 1,94 ± 0,610
Grafik 1. Distribusi waktu pengerasan (setting time) alginat berdasarkan suhu air
Pada tabel 2 dan grafik 1 di atas memperlihatkan distribusi waktu pengerasan (setting time) alginat berdasarkan suhu air.Terlihat bahwa rata-rata waktu pengerasan (detik) mengalami penurunan seiring dengan peningkatan suhu air. Tabel 2 menunjukkan temperatur 18oC memiliki rata-rata waktu pengerasan 162,87 detik
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Temperatur 18oC Temperatur 23oC Temperatur 30oC
42
atau 2,71 menit, pada temperatur 23oC memiliki rata-rata waktu pengerasan 111,59 detik atau 1,86 menit, dan pada temperatur 30oC memiliki rata-rata waktu pengerasan 75,74 detik atau 1,26 menit. Pada grafik 1 terlihat distribusi waktu pengerasan alginat berdasarkan suhu air yang digambarkan dalam sebuah garis yang mengalami penurunan.Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu air, maka semakin menurun waktu pengerasan alginat atau dengan kata lain, semakin cepat alginat tersebut mengeras.
Tabel 3. Pengaruh suhu air terhadap waktu pengerasan alginat Variabel
Waktu pengerasan (setting time) alginat
Koefisien Regresi Koefisien Korelasi Signifikansi
β Std. Error r p-value
Suhu Air -7,123 0,323 -0,975 0,000*
Konstanta 285,312 7,803 0,000*
*Regression Linear Test; p<0,05; signifikan
Pada tabel 3 memperlihatkan pengaruh suhu air terhadap waktu pengerasan alginat.Tabel ini menunjukkan hasil analisis data uji regresi linear. Pada tabel ini terlihat nilai signifikan sebesar 0,000 (p<0,05), artinya terdapat hubungan pengaruh yang signifikan antara suhu air terhadap waktu pengerasan alginat. Melalui hasil uji regresi linear, terlihat pula kekuatan hubungan yang menunjukkan seberapa besar pengaruh suhu air terhadap waktu pengerasan alginat. Kekuatan hubungan dalam uji regresi linear dinilai dengan satuan β yaitu sebesar -7,123; artinya setiap kenaikan suhu air memiliki kemungkinan pengaruh sebesar 7,12 kali terhadap penurunan waktu pengerasan alginat. Hal ini juga didukung dengan nilai koefisien korelasi atau nilai r sebesar -0,975, yang memiliki arti bahwa setiap peningkatan suhu air akan diikuti dengan penurunan waktu pengerasan alginat. Nilai yang bersifat minus pada koefisien regresi maupun korelasi menunjukkan hubungan yang terbalik
43
antara variabel.Tabel 3 juga menunjukkan nilai penyimpangan yang terjadi dan hasilnya menunjukkan bahwa nilai penyimpangan yang terjadi hanya berkisar 0,323.
44
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada hasil pengamatan terlihat bahwa ada perbedaan suhu air yang digunakan pada beberapa percobaan. Suhu air diwakili oleh tiga kategori untuk tiga derajat celcius, yaitu suhu air dingin dengan temperatur 18oC, suhu air normal dengan temperatur 23oC, dan suhu air panas dengan temperatur 30oC. Semua percobaan ini menggunakan takaran bubuk alginat dan takaran air yang hampir sama agar mempermudah mengetahui perbedaan waktu setting yang disebabkan oleh suhu air. Setting time merupakan waktu pengerasan alginat. Semakin dingin air yang digunakan maka semakin lambat setting time yang diperlukan,begitu juga sebaliknya jika semakin panas airnya maka semakin cepat seting time-nya, tetapi tetap tidak dianjurkan untuk menggunakan air yang sangat panas.
Dari percobaan pertama sampai dengan percobaan keduapuluhtujuh, terlihat sekali pengaruh suhu pada manipulasi alginat tersebut. Hal ini dapat terlihat pada perbedaan waktu yang digunakan untuk pengerasan (setting time). Waktu pengerasan yang cepat disebabkan karena penggunaan suhu air yang tinggi dalam pemanipulasian alginat sehingga dengan adanya suhu air yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan energi kinetik rata-rata molekul zat yang bereaksi semakin bertambah, sedangkan pada suhu air yang rendah, energi rata-rata molekul zat yang bereaksi akan semakin berkurang dan hal ini menyebabkan waktu pengerasan
45
tersebut menjadi lebih lama. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang saya ajukan terbukti benar yaitu ada pengaruh suhu air terhadap setting time alginat.
Hatrick CD (2003) menyatakan bahwa waktu gelasi dapat diperpanjang dengan menggunakan air dingin atau diperpendek dengan menggunakan air hangat. Penyesuaian bubuk dengan rasio air dapat mempengaruhi pengerasan tetapi juga merugikan karena mempengaruhi sifat fisik oleh karena itu tidak dianjurkan.21
Menurut Anusavice KJ (2004), cara lain yang dapat dilakukan klinisi secara aman adalah dengan mengubah temperatur air. Semakin tinggi temperatur, semakin pendek waktu gelasi. Pada cuaca panas, tindakan khusus harus dilakukan yaitu dengan mengaduk menggunakan air dingin sehingga gelasi prematur tidak terjadi. Bahkan ada kemungkinan mangkok pengaduk beserta spatula harus didinginkan lebih dulu, khususnya bila bahan cetak yang akan digunakan hanya sedikit. Pada keadaan apapun, lebih baik melakukan kesalahan dengan mengaduk terlalu dingin dibandingkan terlalu panas.1
Dari kedua pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang penulis ajukan ternyata sesuai dengan kedua pendapat diatas yaitu ada pengaruh suhu air terhadap setting time alginat. Semakin dingin air yang digunakan maka semakin lambat setting time yang diperlukan, begitu juga sebaliknya jika semakin panas airnya maka semakin cepat seting time-nya
Faktor-faktor yang mempengaruhi setting time adalah sebagai berikut :
a. Rasio W/P
- Apabila rasio W>P, maka akan memperlambat setting time, - Apabila rasio W<P, maka akan mempercepat setting time,
46
b. Temperatur air
- Semakin tinggi suhu air semakin cepat pula waktu setting, - Semakin rendah suhu air semakin lambat waktu setting. c. Faktor situasional yaitu cara pengadukan.
- Semakin besar intensitas pengadukan dalam satu menit, maka semakin cepat waktu setting-nya dan sebaliknya. Pengadukan yang tidak sempurna menyebabkan campuran tidak tercampur merata sehingga reaksi kimia yang terjadi tidak seragam di dalam massa adukan. Pengadukan yang terlalu lam dapat memutuskan anyaman gel kalsium alginate dan mengurangi kekuatannya.
- Cara pengadukan yang benar ialah membentuk angka 8 dan semua bahan tercampur rata (homogen).
47
BAB VII
PENUTUP
7.1 SIMPULAN
Setting time dapat diperpanjang dengan menggunakan air dingin atau diperpendek dengan menggunakan air hangat. Semakin dingin air yang digunakan maka semakin lambat setting time yang diperlukan, begitu juga sebaliknya jika semakin panas airnya maka semakin cepat seting time-nya,tetapi tetap tidak dianjurkan untuk menggunakan air yang sangat panas.
7.2 SARAN
Dokter gigi/operator sebaiknya memlih bahan yang cocok dengan gaya kerja mereka dan dengan kondisi pasien.
Dokter gigi/operator sebaiknya menggunakan suhu air yang cocok dengan gaya kerja mereka, misalnya dokter gigi/operator yang gaya kerjanya kurang cepat maka bisa menggunakan air dingin agar memperlambat setting
time, sedangkan dokter gigi/operator yang yang gaya kerjanya cepat, bisa
menggunakan air dengan suhu normal ataupun suhu tinggi, tetapi tetap tidak dianjurkan untuk menggunakan air yang sangat panas.
Perlu dilakukan penelitian-penelitian lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi setting time alginat.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice KJ. Phillip’s. Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi edisi ke-10. Alih bahasa: Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: EGC; 2004. h. 93-109.
2. Kaban J, Bangun H, Dawolo AK, Daniel. Pembuatan membran kompleks polielektrolit alginat kitosan. Jurnal Sains Kimia. [serial online]. 2006(10).h.10:[internet]. Available from URL:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15776/1/skm-jan2006-%20%283%29.pdf
3. Siswomihardjo W. Perubahan dimensi cetakan alginat setelah direndam dalam air sirih 25%. Jurnal Kedokteran Gigi. 1994. h. 69.
4. Solanki G, Solanki R. Alginate dressings – an overview. International Journal of Medical Research. [serial online]. 2011.p.10-12:[internet]. Available from URL:
http://ssjournals.com/index.php/ijmr/article/view/solanki%20etal%2002
5. Srivastava A, Aaisa J, Kumar AT, Ginjupalli K, Upadhya N. A review of compositional aspects of dental applications. An International Refereed Journal. [serial online]. 2010. p. 3:[internet]. Available from URL:
http://recent-science.com/article/view/4650/2284
6. Faria ACL, Rodrigues RCS, Macedo AP, Mattos MGC, Ribeiro RF. Accuracy of stone casts obtained by different impression materials. Journal of Brazilian Oral Research. [serial online]. 2007. p. 1-6:[internet]. Available from URL:
37
7. Kamus kedokteran gigi. Alih bahasa: Sumawinata N. Jakarta: EGC; 1993 Alginate, h. 9.
8. Setiawan E. Aplikasi komputer offline Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi 1.3. 2010.
9. Sumarwan, Sumartini, Kusmayadi, Sulastri S, Priambodo BA. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga; 2007. h. 17-31.
10. Yaz MA. Fisika SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira; 2007. h. 208-213.
11. Wostmann B, Powers JM. A guideline for excellent impressions in theory and practice. Germany; 3M ESPE. 2008. p. 19:[internet]. Available from URL:
http://multimedia.3m.com/mws/mediawebserver?mwsId=SSSSSu7zK1fslxtU nx_1lYtGev7qe17zHvTSevTSeSSSSSS--&fn=imp_compendium_ebu.pdf
12. Pinhas MD, Peled HB. A quantitative analysis of alginate swelling. Journal Of Elsevier. [serial online]. 2009. p. 1020-1021:[internet].Available from URL:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0144861709005906
13. Hamilton MJ, Vandewalle KS, Roberts HW, Hamilton GJ, Lien W. Microtomographic Porosity Determination in Alginate Mixed with Various Methods. Journal of Prosthodontics. [serial online]. 2010. p. 478:[internet]. Available from URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20456033
14. Walker MP, Burckhard J, Mitts DA,Williams KB. Dimensional change over time of extended-storage alginate impression materials. Journal of Angle Orthodontist. [serial online]. 2010.p. 1110:[internet]. Available from URL
x http://www.scribd.com/doc/45323472/Dimensional-Change-Over-Time-of-Extended-storage-Alginate
15. Hiraguchi H, Kaketani M, Hirose H, Yoneyama T. The influence of storing alginate impressions sprayed with disinfectant on dimensional accuracy and deformation of maxillary edentulous stone models. Dental Materials Journal. [serial online]. 2010. p. 309:[internet]. Available from URL:
http://www.scribd.com/doc/45323525/Storing-Alginate
16. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Tim Media. Jakarta; Media Centre. h. 507.
17. Tarigan S. Sari Dental Material. Jakarta: Balai Pustaka; 1992. h. 226-227.
18. Ferracane JL. Materials In Dentistry. America: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p. 179.
19. Powers JM, Sakaguchi RL. Restorative dental materials. India: Elsevier; 2006. p. 3.
20. Noort Richard. Introduction to dental materials. London: Mosby; 2002. p. 188.
21. Hatrick CD. Dental Materials. America: Saunders; 2003. p. 202.
22. Powers JM, Wataha JC. Dental Materials Properties and Manipulation. America: Mosby Elsevier; 2008. 172-173.p