• Tidak ada hasil yang ditemukan

Satuan Acara Penyuluhan Kesehatan Pencegahan Dekubitus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Satuan Acara Penyuluhan Kesehatan Pencegahan Dekubitus"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN PENCEGAHAN DEKUBITUS

Topik Kegiatan : Pencegahan Dekubitus Hari, tanggal :

Waktu :

Tempat : Ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan keluarga mampu merawat pasien dekubitus dengan baik dirumah sakit maupun dirumah.

2. Tujuan Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan keluarga pasien mampu: 1. Menyebut pengertian dekubitus

2. Menyebut etiologi dekubitus

3. Mengenali gejala terjadinya dekubitus 4. Mengetahui penangan dekubitus 5. Mengetahui pencegahan decubitus B. Sasaran

Pasien dan keluarga pasien Ruang Angsoka 1

C. Sub Pokok Bahasan 1. Pengertian Dekubitus 2. Etiologi

3. Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab Dekubitus 4. Penampilan Klinis Dekubitus

5. Pencegahan Dekubitus D. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi/Tanya jawab E. Media 1. Leaflet F. Setting Acara

(2)

1. Acara

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

Pendahulua n

(10 menit)

1. Pembukaan acara oleh moderator 2. Salam pembuka 3. Memperkenalkan diri 4. Kontrak waktu 5. Menjelaskan mekanisme kegiatan Mendengarkan pembukaan yang disampaikan oleh moderator. Pelaksanaan (30 menit)

Penyampaian materi oleh pemateri:

1. Mengenali pengetahuan dan pengalaman peserta penyuluhan

2. Pengertian decubitus 3. Etiologi dan faktor

resiko terjadinya decubitus 4. Gejala decubitus 5. Penanganan Dekubitus 6. Pencegahan Dekubitus Mendengarkan dan memberikan umpan balik terhadap materi yang disampaikan.

1. Sesi Tanya jawab 2. Evaluasi hasil yang

dipandu oleh moderator

1. Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang kurang paham 2. Menjawab pertanyaan yang diajukan Penutup (10 menit) Moderator: 1. Mempersilahkan Fasilitator dari

pembimbing klinik dan pembimbing akademik untuk menambahkan ataupun menjelaskan kembali jawaban Mendengarkan dengan seksama

(3)

pertanyaan peserta yang belum terjawab. 2. Menjelaskan

kesimpulan dari materi penyuluhan 3. Ucapan terimakasih 4. Salam penutup 2. Setting Tempat Moderator Penyaji Fasilitator Notulen Audian Observer G. Pengorganisasian Moderator: Penyaji Fasilitator Observer Notulen H. Job Description

1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara

2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan

3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif dalam diskusi 4. Observer : Mengamati jalannya penyuluhan, mengevaluasi

jalannya penyuluhan

5. Notulen : Mencatat keseluruhan hasil penyuluhan

I. Evaluasi

(4)

a. Penyelenggaraan pembelajaran dilakukan oleh mahasiswa bekerjasama dengan perawat ruangan

b. Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan 2. Evaluasi Proses

a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan penyaji.

b. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung atau meninggalkan acara dengan ijin kepada panitia.

c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.

d. Ada umpan balik positif dari peserta, yang ditunjukkan dengan peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri.

e. Jumlah peserta minimal 10 orang

f. Kegiatan berjalan lancar dan tepat waktu 3. Evaluasi Hasil

Evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara lisan kepada peserta a. Peserta dapat menyebutkan pengertian decubitus

b. Peserta dapat menyebutkan penyebab decubitus

c. Peserta dapat menjelaskan proses terjadinya decubitus d. Peserta dapat menyebutkan penampilan klinis decubitus e. Peserta dapat menyebutkan pencegahan decubitus

(5)

Materi Penyuluhan PENCEGAHAN DEKUBITUS

A. Pendahuluan

Kita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kulit pada baju dan aktivitas higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi. Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia. Khsusnya pada klien dengan imobilitas. Seseorang yang tidak im-mobil yang tidak berbaring ditempat tidur sampai berminggu-minggu tanpa terjadi dekubitus karena dapat berganti posisi beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser, sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak dengan alas tempat tidur. Sedangkan immobilitas hampir menyebabkan dekubitus bila berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan ganggual aliran darah setempat, dan juga keadaan umum dari penderita.

B. Pengertian Dekubitus

Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khsus. Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku. Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan

(6)

mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju, prosentase terjadinya decubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam perawatan.

Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:

 Berkurangnya jaringan lemak subkutan  Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin

 Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.

(M.Clevo Rendi, 2012) C. Etiolgi

Luka tekan atau dekubitus disebabkan oleh penekanan pada daerah tonjolan tulang dalam jangka waktu yang lama. Dekubitus merupakan injury terlokalisir pada kulit dan jaringan yang ada di bawahnya pada daerah tonjolan tulang, sebagai akibat dari tekanan. Jadi kekuatan tekanan, gaya geser, dan kekuatan gesekan merupakan kunci dalam penyebab luka tekan atau dekubitus. Faktor penyebab dekubitus:

a. Faktor intrinsik : Penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti kencing manis, gizi buruk, kurang gizi, terlalu gemuk atau terlalu kurus, anemia.

b. Faktor Ekstrinsik : Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, tirah baring lama, pemakaian alat-alat kesehatan, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan posisi yang kurang.

D. Proses Terjadinya Dekubitus

Tiga elemen yang menjadi dasar terjadinya dekubitus, yaitu :

a. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutupi kapiler (Landis, 1930) b. Durasi dan besarnya tekanan (Koziak, 1953)

c. Toleransi jaringan (Husain, 1953)

Dekubitus terjadi sebagai hasil hubungan antar waktu dengan tekanan (Stortts, 1988 dalam Potter & Perry, 2005). Semakin besar tekanan dan durasinya, maka semakin besar pula insiden

(7)

Kulit dan jaringan subkutan dapat mentoleransi beberapa tekanan. Tapi jika pada tekanan eksternal lebih besar dari tekanan darah kapiler maka akan menurunkan/menghilangkan aliran darah ke jaringan sekitarnya. Jaringan ini menjadi hipoksia ( kekurangan pasokan oksigen pada tubuh ) sehingga terjadi cedera iskemi ( ketidakcukupan suplai darah ke jaringan atau organ tubuh). Jika tekanan dihilangkan pada masa sebelum titik kritis maka sirkulasi pada jaringan akan pulih kembali, karena kulit mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mentolerasi iskemi dari pada otot, maka dekubitus dimulai di tulang dengan iskemi otot yang berhubungan dengan tekanan yang akhirnya melebar ke epidermis (Maklebust, 1995 dalam Potter & Perry, 2005).

Pembentukan luka dekubitus juga berhubungan dengan adanya gaya gesek yang terjadi saat menaikkan posisi klien di atas tempat tidur. Tulang punggung dan tumit merupakan area yang rentan terjadinya dekubitus (Maklebust, 1987, dalam Potter & Perry, 2005). Efek tekanan juga dapat terjadi akibat distribusi berat badan yang tidak merata. Jika tekanan tidak didistribusikan secara merata pada tubuh maka tekanan jaringan yang mendapatkan tekanan lebih banyak akan meningkat dan metabolisme sel kulit di titik tekanan akan mengalami gangguan.

E. Pasien yang Berisiko Mengalami Luka Dekubitus

Dekubitus dapat terjadi pada pasien dengan gangguan mobilitas seperti stroke, fraktur tulang belakang atau penyakit degenerative. Dekubitus juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan neurologis karena imobilisasi yang lama, dan berkurangnya kemampuan sensorik.

William(2010), menyatakan kondisi pasien yang beresiko tinggi mengalami luka dekubitus diantaranya:

1. Pasien yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah, dipasung).

2. Pasien yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan suatu tanda yang secara normal mendorong seseorang untuk bergerak.

3. Pasien dengan kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes), penurunan kesadaran dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk merasakan nyeri.

(8)

4. Pasien yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.

5. Pasien yang menggunakan baju terlalu besar atau terlalu kecil serta kerutan pada seprei yang bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan cedera pada kulit.

6. Pasien yang mengalami pemaparan kelembaban dalam jangka panjang (karena berkeringat, air kemih atau tinja) bisa merusak permukaan kulit dan memungkinkan terjadinya dekubitus.

F. Penampilan Klinis Dekubitus

Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut;

1. Derajat I Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak sebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet.

2. Derajat II Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yang dangkal, degan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit.

3. Derajat III Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.

4. Derajat IV Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang di dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.

Mengingat patofisiologi terjadinya dekubitus adalah penekanan pada daerah-daerah tonjolan tulang, haruslah diingat bahwa kerusakan jaringan dibawah tempat yang mengalami dekubitus adalah lebih luas dari ulkusnya.

G. Pencegahan Dekubitus

Karena dekubitus lebih mudah dicegah daripada diobati, maka sedini mungkin harus dicegah dengan cara :

1. Hilangkan tekanan dengan menganjurkan pasien melakukan perubahan posisi minimal tiap 2 jam.

Contohnya :

 duduk dikursi roda atau diatas tempat tidur  Merubah posisi miring ke kanan dan ke kir

(9)

2. Meminimalkan atau mengurangi kelembaban dengan sering mengganti pakaian dan sprei 3. Jika pasien BAB atau BAK, bersihkan sampai feses atau urinnya tidak tersisa atau

menempel pada kulit karena akan menyebabkan iritasi.

4. Laporkan segera apabila terdapat daerah kemerahan pada kulit 5. Jaga agar kulit tetap kering

6. Jaga agar linen tetap kering dan bebas dari kerutan

7. Beri perhatian khusus pada daerah – daerah yang beresiko terjadi dekubitus seperti punggung, bagian-bagian tulang yang menonjol, bagian pantat dan tumit kaki.

8. Masase daerah yang berisiko dekubitus dengan menggunakan lotion atau minyak zaitun. 9. Jangan gunakan lotion pada kulit yang sudah terkena luka dekubitus atau luka terbuka. 10. Gunakan kasur busa untuk mengurangi terjadinya dekubitus.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Ed.2. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Nurachman, Elly. 2001. Pencegahan dan Perawatan Dekubittus. Jakarta : Sagung Seto http://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/decubitus/ Diakses tanggal 31 Desember 2016

Referensi

Dokumen terkait