• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang dimulai sejak kita lahir sampai dengan meninggal dunia. Pengertian mengenai pemahaman belajar cukup beragam, berikut merupakan pengertian belajar menurut para ahli :

Menurut (Hanafy, 2014) Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku hasil belajar bersifat kontinyu, fungsional, positif, aktif, dan terarah.

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak. (Susanto, 2013)

(Suardi, 2018) mengemukakan bahwa belajar secara umum dirumuskan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang dapat dinyatakan dengan adanya penguasaan pola sambutan yang baru, berupa pemahaman, keterampilan dan sikap sebagai hasil proses hasil pengalaman yang dialami.

Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang untuk memperoleh penguasaan dan penyerapan informasi dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui proses interaksi antara individu dengan lingkungan digunakan dengan mendeskripsikan perubahan potensi perilaku yang berasal dari pengalaman, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, perilaku, maupun psikomotorik yang sifatnya permanen. (Fathurrohman, 2017)

Kemudian (Pane & Dasopang, 2017) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku dan perubahan pemahaman, yang pada mulanya seorang anak tidak dibekali dengan potensi fitrah, kemudian dengan terjadinya proses belajar maka seorang anak berubah tingkah laku dan pemahamannya semakin betambah.

(2)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang kearah yang lebih baik, baik perubahan secara perilaku, pemahaman, pengetahuan, sikap, keterampilan, atau pengertian melalui pengalaman agar seseorang menjadi lebih maju.

2.2. Prinsip-Prinsip Belajar

Proses belajar dapat kita perinci di dalam beberapa prinsip dasar. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, kita akan dapat memiliki arah dan pedoman yang jelas di dalam belajar. Dengan memahami prinsip prinsip belajar tersebut kita akan relatif lebih mudah dan lebih cepat berhasil dalam belajar. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip belajar itu, kita akan menemukan metode belajar yang efektif. Adapun prinsip-prinsip belajar tersebut yaitu :

1) Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.

Dengan menetapkan suatu tujuan yang jelas, setiap orang akan dapat menentukan arah dan juga tahap-tahap belajar yang harus dilalui dalam mencapai tujuan tersebut.

2) Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis.

Sesuatu yang bersifat problematis (mengandung masalah dengan tingkat kesulitan tertentu), akan merangsang seseorang untuk berpikir dalam memecahkannya. Semakin sulit problem atau masalah yang dihadapi seseorang, akan semakin keras orang tersebut berpikir untuk memecahkannya.

3) Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan.

Belajar dengan pengertian lebih memungkinkan seseorang untuk lebih berhasil dalam menerapkan dan mengembangkan segala hal yang sudah dipelajari dan dimengertinya. Sebaliknya, belajar dengan hafalan mungkin hasilnya hanya tampak dalam bentuk kemampuan mengingat pelajaran itu saja.

(3)

Belajar merupakan suatu proses yang tentu saja memerlukan waktu, kita pun menyadari bahwa pemikiran manusia memiliki keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah banyak sekaligus. Karena itu, belajar harus dilakukan secara kontinu di dalam jadwal waktu tertentu dengan jumlah materi yang sesuai dengan kemampuan kita.

5) Belajar memerlukan kemauan yang kuat.

Sebagaimana kita ketahui bahwa keberhasilan dalam bidang apa pun memerlukan kemauan yang kuat. Untuk memiliki kemauan belajar yang kuat, yang terutama harus kita lakukan adalah menetapkan tujuan yang jelas sebelum memilih bidang studi tertentu untuk dipelajari.

6) Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi atau menetukan keberhasilan belajar itu banyak. Ada kalanya juga individu yang satu memerlukan faktor yang berbeda daripada individu lain didalam mencapai keberhasilan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dibagi menjadi 2 bagian yaitu faktor internal (kecerdasan, daya ingat, dll) dan faktor eksternal (lingkungan rumah, sekolah, dll).

7) Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara terbagi-bagi.

Jika kita belajar secara keseluruhan, kita akan dapat melihat dan mengerti dengan jelas bagaimana unsur-unsur yang merupakan bagian dari keseluruhan itu berhubungan membentuk satu keseluruhan atau kebulatan. 8) Proses belajar memerlukan metode yang tepat.

Metode belajar yang tepat akan memungkinkan seorang siswa atau mahasiswa menguasai ilmu dengan lebih mudah dan lebih cepat sesuai dengan kapasitas tenaga dan pikiran yang dikeluarkan. Dengan kata lain, metode belajar yang tepat tersebut akan memungkinkan siswa atau mahasiswa belajar lebih efektif dan efisien.

9) Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dan murid.

Kesesuaian antara guru dan murid, kenyataannya memang sangat mempengaruhi seorang murid dalam menyenangi suatu pelajaran. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi motivasi murid dalam belajar.

(4)

10) Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.

Belajar dengan penuh pengertian itu jauh lebih baik dan bermakna daripada belajar dengan menghafal. Seseorang yang telah berhasil mendapatkan pengertian yang mendalam dalam suatu proses belajar berarti telah mampu menagkap intisari pelajaran yang telah dipelajari. (Hakim, 2000)

2.3. Teori Belajar

Teori belajar merupakan suatu hasil kajian belajar yang membuahkan prinsip-prinsip belajar yang dapat berulang-ulang diverivikasi. Prinsip-prinsip ini menyumbangkan pembentukan suatu kumpulan pengetahuan tentang belajar yang terus menerus berkembang keluasan dan ketelitiannya. (Gasong, 2018)

Gasong juga mengelompokkan teori belajar menjadi 5 kelompok yaitu : 1) Teori Belajar Behaviorisme

Teori Belajar Behaviorisme (tingkah laku), penganut aliran ini adalah Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, Pavlov, dan Skinner. Menurut Thorndike dalam (Gasong, 2018) belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Teori ini menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukan perubahan tingkah laku. Misalnya seorang mahasiswa belum bisa membaca, lalu belajar membaca. Seorang mahasiswa, betapapun ia keras belajar, betapapun dosennya berusaha sebaik mungkin melaksanakan pembelajaran, ataupun bahkan mahasiswa sudah menghafal huruf A sampai Z diluar kepala, namun bila mahasiswa itu gagal mendemonstrasikan kemampuannya dalam membaca, maka mahasiswa itu belum bisa dianggap telah belajar. Ia dianggap telah belajar bila ia telah menunjukan suatu perubahan dalam tingkah laku (dari tidak bisa menjadi bisa membaca)

2) Teori Belajar Kognitivisme

Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah

(5)

mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pembelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara baik dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh siswa.

3) Teori Belajar Humanistik

Menurut teori ini, tujuan belajar adalah untuk „memanusiakan manusia‟. Proses belajar dianggap berhasil jika si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, seseorang dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Secara umum teori ini cenderung bersifat ekletik, dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar seseorang dapat dicapai.

4) Teori Belajar Sibernetik

Teori belajar sibernetik adalah teori yang relatif baru bila dibandingkan dengan ketiga teori belajar sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Dalam teori ini, yang terpenting adalah „sistem informasi‟ dari apa yang akan menjadi bahan pembelajaran bagi siswa. Sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung, akan sangat ditentukan oleh sistem informasi ini. Oleh karena itu, teori ini berasumsi bahwa tidak ada satupun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar ini sangat ditentukan oleh sistem informasi.

5) Teori Belajar Konstruktivistik

Dasar teori belajar konstruktivistik yaitu bahwa setiap individu mengkonstruksi (membangun) pengetahuannya sendiri. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Gagnor Jr dan Collay, “Consrtuctivist refers specially to the assumption that humans develop by engaging in the personal and social contruction of knowledge”. Berdasarkan hal itu maka Gagnon mendesign pembelajaran konstruktivistik dalam enam elemen yaitu, situation, grouping, bridge,question, exhibit, reflection.

(6)

Beberapa prinsip belajar yang dikembangkan dari teori konstruktivistik adalah prinsip belajar tuntas, prinsip belajar mandiri, prinsip belajar berbasis masalah, dan prinsip belajar kooperatif. (Gasong, 2018)

2.4. Kesulitan Belajar

Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari bahasa Ingris yaitu “Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan, untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah lain learning disabilities adalah learning difficulties dan learning differences. Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda. Di satu pihak, penggunaan istilah learning differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih menggambarkan kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias dan perbedaan rujukan, maka digunakan istilah kesulitan belajar. (Suryani, 2010)

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Dari pengertian kesulitasn belajar diatas jelaslah bahwa salah satu kriteria untuk menentukan apakah seseorang mengalami kesulitan belajar adalah sampai sejauh mana ia terhambat dalam mencapai tujuan belajar. (Hakim, 2000)

Menurut (Parnawi, 2019) kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Selain itu berdasarkan pengelompokan kesulitan belajar yang dilihat dari jenis kesulitan belajar, bidang studi yang dipelajari, sifat kesulitan belajar, dan faktor penyebab kesulitan belajar, Parnawi juga menyimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar disebabkan adanya ancaman, hambatan, atau gangguan dalam belajar.

Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan

(7)

penggunaan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menalar atau dalam bidang matematika. (Marbun, 2018)

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menghambat dalam proses belajar sehingga terjadinya kegagalan dalam mencapai suatu kompetensi atau prestasi. Kesulitan belajar ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menalar atau dalam bidang matematika.

2.5. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Menurut (Husamah, Pantiwati, Restian, & Sumarsono, 2018) berdasarkan pada kesulitan belajar umum, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar siswa. Faktor-faktor tersebut meliputi :

2.5.1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri siswa (peserta didik). Faktor internal meliputi :

2.5.1.1. Kondisi Kesehatan

Kondisi kesehatan sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Jika siswa sering sakit maka tidak dapat mengikuti pelajaran secara kondusif. Seorang anak yang mengalami kelemahan fisik, maka saraf sensorik dan motorik akan menjadi lemah sehingga mengakibatkan rangsangan yang diterima melalui indranya lambat, kemudian saraf akan bertambah lemah, sehingga mengakibatkan siswa tersebut tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari yang mengakibatkan pelajaran akan tertinggal jauh.

Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar siswa. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu

(8)

kondisi kesehatan sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kondisi kesehatan tersebut.

Cara untuk menjaga kondisi kesehatan antara lain adalah :

 Menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.

 Rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat.  Istirahat yang cukup dan sehat.

2.5.1.2. Bakat

Bakat merupakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat tidaklah diturunkan semata, tetapi merupakan interaksi dari faktor keturunan dan faktor lingkungan, artinya dibawa sejak lahir berupa potensi dan berkembang melalui proses belajar, dan memiliki ciri khusus. Orang yang berbakat dalam bidang tertentu diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi, prestasi sebagai perwujudan bakat dan kemampuan. Bakat mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi atau suasana memungkinkan bakat tersebut terealisasi, termasuk intelegensi, kepribadian, interest, dan keterampilan khusus. “Bakat adalah suatu kapasitas untuk belajar sesuatu” arti kapasitas adalah potensi kemampuan untuk berkembang. (Honggowiyono, 2015)

Jenis-jenis bakat antara lain sebagai berikut : 1) Bakat Umum

Bakat umum adalah kemampuan yang memang berupa potensi dasar yang sifatnya sudah umum. Bisa juga diartikan bahwa bakat umum ini dimiliki oleh semua orang dan sudah menjadi hal yang lumrah.

2) Bakat Khusus

Bakat khusus adalah kemampuan yang mana memang berupa potensi khusus yang dimiliki oleh seseorang. Bisa juga diartikan bahwa tidak semua orang memilikinya. Misalnya bakat olahraga, seni, kepemimpinan, publik speaking dan

(9)

masih banyak yang lain. Bakat khusus ini terdiri dari beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bakat verbal

Yaitu bakat yang ditunjukkan dengan konsep dalam bentuk kata kata. 2. Bakat Numerial

Bakat mengenai konsep dalam bentuk angka atau matematik. 3. Bakat Skolastik

Bakat ini adalah kombinasi dari kata dan angka. Bakat ini meliputi kemampuan dalam menalar, berpikir, mengurutkan, menciptakan hipotesis, pandangan hidup yang bersifat rasional dan lain – lain. Bakat seperti ini biasanya di temukan oleh seorang akuntan, ilmuwan, pemrograman dan lain sebagainya.

4. Bakat Abstrak

Bakat seperti ini bentuknya bukan angka ataupun kata, tetapi lebih ke bentuk pola, rancangan, ukuran, bentuk serta posisi-posisinya.

5. Bakat Mekanik

Bakat ini biasanya dalam bentuk prinsip umum IPA, tata kerja, alat-alat dan lain sebagainya.

6. Bakat Relasi Ruang (Spasial)

Bakat ini digunakan dalam mengamati dan meceritakan pola 2 dimensi maupun berfikir 3 dimensi. Bakat ini biasanya membuat seseorang memiliki sifat peka yang tajam dalam detail visual. Biasanya bakat ini dimiliki oleh fotografer, artis, pilot, arsitek dan profesi yang lainnya.

7. Bakat Ketelitian Klerikal

Bakat ini berupa tulis menulis, ramu meramu untuk laboratorium, kantor dan lain sebagainya.

8. Bakat Bahasa

Bakat ini merupakan bakat penalaran analisisi bahasa. Contoh bidang yang merupakan asal dari bakat bahasa adalah penyiaran, editing, hukum, pramuniaga, jurnalistik dan lain sebagainya.

(10)

2.5.1.3. Minat

Muhibbin syah dalam (Hanafi, Adu, & Muzakkir, 2019) mengemukakan bahwa secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat, seperti yang dipahami oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar peserta didik dalam bidang-bidang study tertentu. Umpamanya seorang peserta didik yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada peserta didik lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan peserta didik itu akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

Dalam kamus psikologi yang dikutip oleh (Rufaidah, 2015) J.P. Chaplin menjelaskan bahwa intereset (minat) adalah :

1. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memolakan perhatian seseorang sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya. 2. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu

berharga atau berarti bagi individu.

3. Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntun tingkah laku menuju arah (sasaran tertentu ).

Jenis-Jenis Minat :

1. Minat vokasional merujuk pada bidang – bidang pekerjaan. Yaitu :  Minat profesional : minat keilmuan, seni dan kesejahteraan sosial.  Minat komersial : minat pada pekerjaan dunia usaha, jual beli,

periklanan, akuntansi, kesekretariatan dan lain–lain.

 Minat kegiatan fisik, mekanik, kegiatan luar, dan lain–lain.

2. Minat avokasional, yaitu minat untuk memperoleh kepuasan atau hobi. Misalnya petualangan, hiburan, apresiasi, ketelitian dan lain–lain.

Cara Mengembangkan Bakat dan Minat: 1. Perlu keberanian

Keberanian membuat kita mampu menghadapi tantangan atau hambatan, baik yang bersifat fisik dan psikis maupun kendala-kendala sosial atau yang lainnya. Keberanian akan memampukan kita melihat jalan keluar berhadapan

(11)

dengan berbagai kendala yang ada, dan bukan sebaliknya, membuat kita takut dan melarikan diri secara tidak bertanggung jawab.

2. Perlu didukung latihan

Latihan adalah kunci dari keberhasilan. Latihan disini bukan saja dari segi kuantitasnya tetapi juga dari segi motivasi yang menggerakkan setiap usaha yang kelihatan secara fisik.

3. Perlu didukung lingkungan

Lingkungan disini tentu dalam arti yang sangat luas, termasuk manusia, fasilitas, biaya dan kondisi sosial lainnya yang turut berperan dalam usaha pengembangan bakat dan minat.

4. Perlu memahami hambatan-hambatan pengembangan bakat dan cara mengatasinya.

Disini sekali lagi kita perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala yang ada, kita kategorikan mana yang mudah diatasi dan mana yang sulit. Kemudian mulai memikirkan jalan keluarnya.

2.5.1.4 Motivasi

Motivasi sering diartikan dengan istilah dorongan/daya penggerak. Motivasi merupakan kondisi yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu. Menurut Gray dalam (Astuti & Resminingsih, 2010) motivasi merupakan sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.

Motivasi sangat penting artinya dalam proses belajar siswa karena fungsinya mendorong, menggerakkan, mengarahkan kegiatan belajar. Pada hakikatnya motivasi diyakini sebagai penguat (reinforcement). Contohnya, keinginan yang sangat kuat untuk dapat melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) mendorong seseorang untuk semangat belajar yang tidak kenal lelah.

Jenis-jenis motivasi adalah sebagai berikut : 1. Motivasi Intrinsik

(12)

Motivasi intrinsik yaitu dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri. Yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah :

 Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.  Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan

untuk maju.

 Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.

 Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik yaitu dorongan yang berasal dari luar diri sendiri. Motivasi ekstrinsik bukan berarti tidak baik karena jenis motivasi apa pun akan menghasilkan prestasi yang lebih baik. Hal yang menjadi masalah, motivasi ekstrinsik akan mudah hilang dari dalam diri kita karena bukan diri kita yang menentukan. Contohnya Ana sangat rajin belajar karena sang pacar (satu sekolah dengan Ana) adalah bintang dikelasnya. Coba kamu bayangkan, apa jadinya kalau Ana putus cinta dengan pacarnya, masih rajinkah dia belajar? Mungkin, jangankan belajar, pergi ke sekolah pun dia malas.

Kiat Membangun Motivasi

Latihlah motivasi dengan meyakinkan diri terhadap hal-hal berikut :  Lebih senang dan puas terhadap prestasi usaha sendiri.

 Meyakini bahwa sukses bukan karena nasib mujur, tetapi karena memang hasil dari sebuah perjuangan.

 Masalah harus dihadapi, bukan dihindari. Temukan cara untuk memecahkan masalah itu.

 Bila menghadapai kegagalan, tidak putus asa. Cari tahu penyebabnya dan menyusun rencana menuju langkah baru.

 Orang yang memiliki motivasi tinggi bukan berarti tidak pernah gagal. Tetapi, bila gagal akan berusaha lebih keras dan lebih gigih lagi.

(13)

2.5.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar yang berasal dari luar diri siswa (peserta didik). Faktor eksternal meliputi :

2.5.2.1 Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan pertama. Tetapi juga bisa menjadi faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini adalah :

1) Cara mendidik orang tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anaknya dan bimbingan orang tua yang salah akan menyebabkan kesulitan belajar. Karena segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditirukan oleh anak-anak nya.

2) Hubungan orang tua dan anak yang kurang baik. Padahal faktor ini sangat penting sekali dalam kemajuan faktor belajar anak. Yang dimaksud hubungan disini adalah kasih sayang penuh pengertian atau perhatian. Karena, dengan kasih sayang tersebut akan memberikan dan menimbulkan mental sehat bagi anak.

3) Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu, yang mana orang tua akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya. Sehingga akan menimbulkan kurangnya alat belajar, dan juga tidak mempunyai tempat belajar yang baik.

4) Ekonomi keluarga yang berlebihan (berlimpah ruah), bisa menjadikan mereka segan belajar karena terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga karena terlalu dimanjakan oleh orang tuanya dan juga terlena dengan segala fasilitas yang ada. (Parnawi, 2019)

2.5.2.2 Lingkungan Sekolah

Yang dimaskud dengan faktor sekolah antara lain :

1) Guru, guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila : guru tidak qualitied, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi karena mata pelajaran yang dipegangnya kurang sesuai, hingga kurang menguasai, lebih-lebih kalau kurang persiapan, sehingga cara menerangkannya kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya.

(14)

2) Hubungan guru dan murid yang kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya. Sehingga menghambat perkembangan anak dan mengakibatkan hubungan guru dan murid kurang baik.

3) Alat alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang kurang baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum.

4) Kondisi gedung yang kurang memenuhi persyaratan, seperti : ruangan yang tidak ada ventilasinya, dinding yang kotor, dan sebagainya yang menyebabkan ketidak-nyamanan, dan juga keadaan gedung yang dekat dari tempat keramaian (pasar, pabrik, dll) sehingga menyulitkan konsentrasi dalam belajar.

5) Waktu sekolah dan kurangnya kedisiplinan. Apabila sekolah masuk pagi, sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran, sebab energinya sudah berkurang, disamping itu, fisiknya juga sudah meminta untuk istirahat, karena itu waktu yang paling optimal untuk belajar adalah pagi. (Parnawi, 2019)

2.5.2.3 Lingkungan Masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya. Kemudian media massa seperti bioskop, TV, surat kabar, majalah juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar siswa.

Referensi

Dokumen terkait

diasumsikan hanya berpengaruh pada fungsi Lorentzian saja. Karakterisasi mengetahui temperatur kritis dari sampel menggunakan alat Suseptometer yang dibuat oleh Pak

pelaku yang telah melakukan tindakan main hakim sendiri terhadap korban yang diduga kuat telah melakukan tindak pidana kejahatan, dipersamakan dengan pelaku

Kunci Ide : Kita dapat membangun 95% selang kepercayaan dari nilai yang masuk akal unutk suatu parameter dengan menyertakan semua nilai yang jatuh pada kedua standar deviasi dari

Penelitian ini menganalisis pengaruh Data primer didapatkan dari kuesioner online kualitas pembelajaran yang terdiri dari Kinerja yang diisi oleh seluruh mahasiswa

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Boleh dengan merujuk kepada Pekeliling Akademik Bilangan 1 Tahun 2013 mengenai Status Permohonan Pelanjutan Selepas Tempoh Asal Pengajian atau Tempoh Maksima Pengajian (48

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

filtrat yang sangat sedikit akan menyebabkan patogen dapat tetap berkembang di atas ambang ekonomi, sehingga sangat dibutuhkan penelitian yang mengkaji kombinasi