• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

KERAGAMAN DAN DISTRIBUSI HABITAT

SPESIES CICAK ANGGOTA FAMILI GEKKONIDAE

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

RIAN HARIES

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(2)

2

ABSTRAK

RIAN HARIES. Keragaman dan distribusi habitat spesies cicak (Famili Gekkonidae) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan IKA KRISTIANA WIDYANINGRUM.

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu taman nasional yang memiliki curah hujan yang tinggi. Satwa yang hidup di TNGHS sangat beragam dan salah satu jenis diantaranya adalah spesies cicak anggota famili Gekkonidae, ordo Sauria dan kelas Reptillia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman spesies cicak dari famili gekkonidae dan distribusi habitatnya di Wilayah TNGHS Sukabumi, Jawa Barat. Penangkapan cicak dilakukan menggunakan metode simple road sampling. Sampel yang sudah ditangkap diidentifikasi di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA IPB. Verifikasi terhadap hasil identifikasi sampel dilakukan dengan cara membandingkan dengan paratipe yang ada di Museum Zoologi LIPI, Cibinong Bogor. Empat spesies berhasil diidentifikasi dari 50 individu yang ditangkap di TNGHS, yaitu Hemidactylus frenatus (22 ekor), Gehyra mutilata (24 ekor), Cyrtodactylus marmoratus (2 ekor) dan Cyrtodatylus fumosus (2 ekor). Habitat utama dari spesies H. frenatus dan G. mutilata adalah di bangunan, sedangkan C. marmoratus dan C. fumosus habitat utamanya di dalam hutan seperti di pohon, semak dan batuan.

ABSTRACT

RIAN HARIES. Species diversity and habitat distribution of chicak in Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Sukabumi, West Java. Supervised by ACHMAD FARAJALLAH and IKA KRISTIANA WIDYANINGRUM.

Taman Nasional Gunung Halimun Salak is one of the national park which have rain forest ecosystem. Many kinds of animal lived in this park. One of them was species of chicak that belongs to familia Gekkonidae, ordo Sauria and class Reptilia. This research aimed to describe the diversity of chicak species from familia gekkonidae and their habitat distribution in TNGHS Sukabumi, West Java. The specimen was collected using simple road sampling methods. The sample then identified in Zoology Laboratory, Department of Biology. Those sample then verified by comparing them to paratype at Museum of Zoology LIPI, Cibinong Bogor. As a result, 50 individual were collected and grouped to four species, that is Hemidactylus frenatus (22), Gehyra mutilata (24), Cyrtodactylus marmoratus (2) and Cyrtodactylus fumosus (2). The main habitat of H. frenatus and G.mutilata were in building and some of them was found in brush and trees. While C.marmoratus and C. fumosus were found mainly in trees, brush and rock.

(3)

3

KERAGAMAN DAN DISTRIBUSI HABITAT

SPESIES CICAK ANGGOTA FAMILI GEKKONIDAE

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

RIAN HARIES

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(4)

4

Judul : Keragaman dan Distribusi Habitat Spesies Cicak (Famili Gekkonidae) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Nama : Rian Haries NRP : G34102045

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Achmad Farajallah, M. Si Ika Kristiana Widyaningrum, S.Si

NIP. 131 878 947 NIP. 710 034 634

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA

NIP. 131 578 806

(5)

5

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 April 1984 sebagai anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Nana Supriatna dan Teti Hatijah. Pada tahun 1996 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Jasinga 1 dan pada tahun 1999 menyelesaikan pendidikan sekolah menengah tingkat pertama di SMP Negeri 1 Jasinga.

Penulis lulus dari SMU Negeri 1 Jasinga pada tahun 2002, dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Tingkah Laku Hewan pada tahun 2006-2007. Penulis pernah mengikuti organisasi OWA (Kelompok Pecinta Alam Mahasiswa Biologi). Penulis pernah melakukan kegiatan praktik lapangan (PL) pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2005 mengenai Proses Pengolahan Limbah di Unit Waste Water Treatment 1 PT Indah Kiat Pulp&Paper Corporation. Tbk, Serang Mill.

(6)

6

PRAKATA

Puji Syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat dan keluarganya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si. dan Ika Kristiana Widyaningrum, S.Si atas segala bimbingan, saran dan ilmu yang diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si. selaku penguji atas saran-saran yang diberikan. Selain itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Bambang Suryobroto beserta seluruh dosen dan staf Laboratorium Zoologi IPB atas saran perhatiannya. Tak lupa teman-temanku atas segala bantuan dan dukungannya : Bian, Iqbal, Riza, Apri utami, Solay, Isma, Anifa, Wida, Adisty, Anie, Popi, Gema, Ammay, Bang Zahrul, Ustadz Ozi, Bacool, Raga, TQ, Cdam, Mauda, Fiqoh, Sumi, Kanu, seluruh teman-teman mahasiswa Biologi 39, 40, 41, 42, teman-teman Asrama C1 (Deni GFM & Deni baduy), Pak Eko; dan Saudara-saudaraku di Villa Merah (Mas Agus, Andros, Wete, Wafa, Beni W, Mba Kanthie, Andre, Adit, Wildan, Carwan, Iwan, Riza boker, Ipul, Hijrah dan Rusdi) atas kebersamaannya selama ini.

Khusus kepada Bapak dan Mama tercinta, Kakak, Adik, dan keluarga di rumah penulis ucapkan terima kasih atas doa, kasih sayang dan dukunganya baik moril maupun materil. Penulis berharap semoga ilmu yang tertuang dalam karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.

Bogor, Januari 2008

(7)

7

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN ... 1 Tujuan ... 1

Waktu dan Tempat ... 1

BAHAN DAN METODE ... 1

HASIL ... 2 Hemidactylus frenatus ... 2 Gehyra mutilata ... 3 Cyrtodactylus marmoratus ... 4 Cyrtodactylus fumosus ... 4 PEMBAHASAN ... 5 SIMPULAN ... 5 DAFTAR PUSTAKA ... 6 LAMPIRAN ... 7 vi vi vi

(8)

8

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah individu dan bobot badan dari spesies anggota famili gekkonidae ... 2

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Cicak pada dinding dan langit-langit ... 1

2 Cicak pada batang pohon ... 2

3 Cicak pada pelepah dan kelupasan kulit ... 2

4 Hemidactylus frenatus ... 2

5 Bentuk ventral jari kaki H. frenatus . ... 3

6 Gehyra mutilata. ... 3

7 Bentuk ventral jari kaki G. mutilata ... 3

8 Cyrtodactylus marmoratus. ... 4

9 Bentuk ventral jari kaki C. marmoratus. ... 4

10 Cyrtodactylus fumosus... 4

11 Bentuk ventral jari kaki C. fumosus ... 4

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Beberapa ukuran tubuh dari spesies anggota famili gekkonidae ... 8

2 Kunci identifikasi spesies dari famili gekkonidae di wilayah TNGHS ... 9

3 Beberapa karakter tubuh cicak yang diamati ... 10

4 Pengukuran beberapa karakter tubuh cicak ... 11

(9)

PENDAHULUAN

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu taman nasional yang sebagian besar kawasannya berupa ekosistem hutan hujan tropis pegunungan. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003, kawasan TNGHS meliputi Kabupaten Sukabumi, Bogor dan Lebak, dengan luas 113.357 ha. Secara geografis, TNGH terletak antara 106021”- 106038” BT dan 6037” – 6051”LS. Berdasarkan pembagian zona ketinggian, TNGHS dibagi menjadi tiga zona yaitu zone collin (500 – 1000 m dpl), zone submontane (1000 – 1500 m dpl) dan zone montane (1500 – diatas 2000 m dpl). Rata-rata curah hujan di TNGHS tinggi yaitu 5948 mm per tahun dengan temperatur harian antara 24.7 0C – 26.5 0C, temperatur minimum berkisar 18,3 0C – 23.4 0

C, dan temperatur maksimum 31 0C – 34.8 0C. (Djuwarsah 1997). Ekosistem TNGHS berperan penting dalam kehidupan, antara lain sebagai pengatur tata air dan konservasi kehidupan liar. Selain itu TNGHS juga berfungsi sebagai tempat penelitian, pendidikan lingkungan, kegiatan ekowisata dan pelestarian budaya setempat.

Satwa yang hidup di TNGHS sangat beragam yang salah satu diantaranya adalah spesies cicak anggota famili Gekkonidae, ordo Sauria, kelas Reptilia (George 2001). Anggota famili Gekkonidae memiliki ciri-ciri tubuh kurang lebih pipih mendatar; umumnya bersisik granular; tipe gigi pleurodont; lidah pendek dan licin atau dengan papila-papila, sedikit berlekuk pada bagian anterior; ukuran mata besar dengan pupil vertikal, kelopak mata bergabung menjadi lapisan pada mata sehingga tidak dapat digerakkan; lubang telinga jelas terlihat; kaki berkembang baik, termasuk pemakan serangga (insektivora), tersebar luas di daerah subtropis dan tropis kecuali di Antartika (Boulenger 1912, Rooij 1915, Goin dan Goin1970).

Beberapa spesies cicak dan tokek yang ditemukan di pulau Jawa adalah Cosymbatus, Cyrtodactylus, Gehyra, Hemidactylus, Hemiphyllodactylus, Ptychozoon dan Gekko (Brongersma 1929). Untuk wilayah TNGHS ditemukan tiga spesies cicak, yaitu Cyrtodactylus marmoratus, Gehyra mutilata dan Hemidactylus frenatus (Kurniati 2003). Di wilayah Bogor dan sekitarnya bisa ditemukan tujuh spesies cicak dan tokek, yaitu Hemidactylus frenatus, Hemidactylus garnotii, Cosymbatus platyurus, Gehyra mutilata, Cyrtodactylus fumosus,

Cyrtodactylus marmoratus dan Gekko gecko (Saepudin 2004).

Spesies-spesies cicak pada umumnya hidup dalam keadaan gelap, tinggal di lubang dan di celah-celah (Harrison 1960). Aktivitas harian cicak pada umumnya di waktu senja dan malam hari dan berkurang apabila terkena cahaya matahari (William dan Cooper1985).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekayaan spesies cicak dari famili Gekkonidae dan distribusi habitatnya di TNGHS di wilayah Sukabumi, Jawa Barat.

Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama bulan April sampai Oktober 2006. Pengambilan cicak dilakukan di TNGHS di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi FMIPA IPB.

BAHAN DAN METODE

Sebelum pengambilan sampel cicak, terlebih dahulu dilakukan peninjauan terhadap lokasi sampling. Hal ini dilakukan agar mendapatkan metode yang tepat. Penangkapan cicak dilakukan dengan menggunakan metode simple road sampling (Bookhout. 1996) di wilayah TNGHS Sukabumi, Jawa Barat. Pencarian dan penangkapan cicak dilakukan sepanjang hari, yaitu pagi, siang, sore hingga malam hari. Wilayah target ditentukan terutama di dinding bangunan dan langit-langit (Gambar 1), batang pohon (Gambar 2), termasuk pelepah dan kelupasan kulit kayu (Gambar 3) dan di semak-semak.

Gambar 1 Cicak pada dinding dan langit-langit

(10)

2

Gambar 2 Cicak pada batang pohon

Gambar 3 Cicak pada pelepah atau kelupasan kulit

Cicak ditangkap menggunakan alat bantu seperti pistol air, tongkat, jaring serangga, dan lain-lain atau ditangkap langsung menggunakan tangan. Karakter habitat, waktu dan pola warna tubuh dicatat pada saat penangkapan. Cicak yang sudah ditangkap kemudian dimatikan menggunakan kloroform (deep anaesthesized), kemudian dimasukkan ke dalam alkohol 70% untuk diawetkan. Sampel yang tertangkap selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi lebih lanjut. Setelah itu cicak diukur menggunakan kaliper (Mitutoyo, 0.05 mm) terhadap beberapa karakter tubuhnya, antara lain panjang badan-kepala (PB-K), panjang ekor (PE), lebar kepala (LK), lebar badan (LB), tinggi badan (TB), diameter mata (DM), diameter telinga (DT), tinggi kepala (TK), dan bobot badan (BB). Pengukuran terhadap beberapa karakter tubuh dilakukan mengikuti cara Hikida dan Ota (1989) (Lampiran 4).

Cicak diidentifikasi menurut Boulenger (1912), Rooij (1915), Bauer (1984) dan Das dan Ghazally (2001). Verifikasi terhadap hasil identifikasi sampel dilakukan dengan cara membandingkan dengan paratipe yang ada di Museum Zoologi LIPI, Cibinong Bogor.

HASIL

Selama bulan April sampai Oktober 2006 di TNGHS di wilayah Sukabumi, Jawa Barat ditemukan empat spesies cicak yaitu Hemidactylus frenatus, Gehyra mutilata,

Cyrtodactylus marmoratus dan Cyrtodactylus fumosus dengan jumlah dan bobot badan disajikan dalam Tabel 1. Nama spesies mengikuti tata nama yang dibuat oleh Bauer (1994).

Hemidactylus frenatus

Hemidactylus frenatus (Gambar 4) memiliki ciri-ciri warna tubuh bagian dorsal putih abu-abu sampai coklat; kadang-kadang terdapat garis tebal putus-putus berwarna hitam; tidak terdapat lipatan kulit pada kedua sisi badan (lipatan kulit tidak jelas); ekor bulat memanjang dengan enam sisik tuberkal; Jari tanpa selaput, kadang-kadang pada pangkal antara jari ketiga dan keempat terdapat sedikit selaput; bagian ventral jari dengan dua baris lamela berpasangan, pada ventral jari keempat kaki belakang terdapat 9-10 lamela (Gambar 5); diameter lubang telinga sekitar ¼ - ½ kali dari diameter mata; jumlah sisik pada bibir atas 10-12 dan pada bibir bawah 8-10; jantan memiliki 30-36 lubang femoral (Lampiran 3).

Gambar 4 Hemidactylus frenatus

Gambar 5 Bentuk ventral jari kaki H. frenatus

Tabel 1 Jumlah individu dan bobot badan dari spesies anggota famili Gekkonidae

Spesies Jumlah Individu (N) Bobot Badan (gr) rataan kisaran H. frenatus 22 3.60 (1.95-6.29) G. mutilata 24 3.67 (1.67-5.67) C. marmoratus 2 3.25 (3.21 dan 3.30) C. fumosus 2 2.92 (2.88 dan 2.96)

(11)

3

Dalam penelitian ini H. frenatus yang sering disebut cicak rumah banyak ditemukan di bangunan (17 individu) seperti di rumah penduduk, gubuk, shelter, guest house Cikaniki dan bangunan tempat generator air. Sisanya ditemukan di pohon dan semak (5 individu). Hemidactylus frenatus paling banyak ditemukan pada pukul 17.30 dan jarang ditemukan sekitar pukul 02.00 WIB dinihari. Aktivitas cicak dimulai menjelang malam atau setelah matahari terbenam (Evans 1966). Beberapa H. frenatus bisa ditemukan pada pagi dan siang hari, tetapi jumlahnya sedikit. Menurut Kurniati (2003), H. frenatus tersebar luas di TNGHS dan memiliki kesamaan habitat dengan G. mutilata. Hemidactylus frenatus memiliki bobot badan berkisar antara 1.95 sampai 6.29 g (x=3.60) (Tabel 1), sedangkan panjang badan-kepala berkisar antara 26.37 sampai 55.30 mm (x=37.67) (Lampiran 1)

Hemidactylus frenatus yang ditangkap oleh Saepudin (2004) di wilayah Bogor dan sekitarnya memiliki bobot badan (BB) rata-rata sebesar 2.57 g, lebih kecil dibandingkan dengan H. frenatus yang ditangkap di TNGHS yang memiliki bobot badan rata-rata sebesar 3.60 g. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena jumlah makanan di TNGHS melimpah.

Hemidactylus frenatus merupakan pribumi di kawasan Afrika, Asia, Australia dan Polynesia (Welch 1994). Spesies ini hampir tersebar di seluruh wilayah Malay Peninsula dan kepulauan Indo-Australia termasuk Indonesia (Boulenger 1912 & Rooij 1915). Hemidactylus frenatus sering ditemukan di bangunan, pohon dan kadang-kadang ditemukan di kapal-kapal atau perahu (Boulenger 1912 ).

Gehyra mutilata

Gehyra mutilata (Gambar 6) memiliki ciri-ciri warna tubuh bagian dorsal abu-abu sampai hitam, terkadang diselingi oleh bintik-bintik kecil berwarna hitam dan putih dengan pola merata; ekor pipih memanjang dengan pinggir bergerigi; jari pendek dan cenderung bulat melebar, dengan proximal berselaput dan lamela pada bagian ventral proximal jari hanya satu baris, cakar pada jari pertama kecil atau tidak ada (Gambar 7); diameter lubang telinga sekitar 1/3– 2/3 kali dari diameter mata; jumlah sisik pada bibir atas 8-11 dan pada bibir bawah 6-9; jantan memiliki lubang femoral sebanyak 14-22 (Lampiran 3).

Gambar 6 Gehyra mutilata

Gambar 7 Bentuk ventral jari kaki G. mutilata Dalam penelitian ini G. mutilata sebagian besar ditemukan di bangunan (21 individu), sedangkan sisanya ditemukan di pohon dan di bawah tumpukan kayu dan pot. Banyak ditemukan pada waktu menjelang malam sekitar pukul 17.30. Menurut Huey (1979) Aktivitas cicak akan meningkat ketika matahari terbenam dan berkurang ketika terkena cahaya matahari. Menurut Kurniati (2003) di TNGHS Jawa Barat, G. mutilata banyak ditemukan di bangunan dan di sekitar perkampungan penduduk. Rooij (1915) menyatakan bahwa selain di pulau Jawa, spesies ini hampir terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Gehyra mutilata yang ditemukan di kawasan TNGHS memiliki bobot badan berkisar antara 1.67 sampai 5.67 g (x=3.67) (Tabel 1), sedangkan panjang badan-kepala berkisar antara 33.60 sampai 52.30 mm (x=45.12) (Lampiran 1)

Gehyra mutilata yang ditangkap di TNGHS memiliki bobot badan (BB) rata-rata lebih besar dibandingkan dengan G. mutilata yang ditangkap di wilayah Bogor dan sekitarnya (Saepudin 2004).

Distribusi G. Mutilata meliputi Madagaskar, Burma (Myanmar), Siam, Malay Peninsula dan kepulauannya termasuk Indonesia, New Guinea, dan bagian Barat Meksiko (Boulenger 1912).

Cyrtodactylus marmoratus

Cyrtodactylus marmoratus (Gambar 8) memiliki ciri-ciri warna tubuh bagian dorsal coklat kehitaman, terdapat garis tebal

(12)

putus-4

putus berwarna putih dan bagian dorsal di lindungi granul kecil; kepala besar dengan warna gelap tidak beraturan dan dilapisi granul (butir) kecil; ekor bulat memanjang dengan bagian atas berwarna coklat terang, dengan bintik-bintik coklat hitam sampai ke belakang, kadang-kadang berbentuk pita menyilang; jari panjang, proximal jari sedikit melebar, sedangkan distal jari ramping dan bagian ventral jarinya hanya dengan satu baris sisik (Gambar 9); diameter lubang telinga sekitar ½ kali dari diameter mata; jumlah sisik pada bibir atas 11 dan pada bibir bawah 9; jantan memiliki lubang femoral sebanyak 4-6 dan lubang preanal sebanyak 12 atau 13 (Lampiran 3)

Gambar 8 Cyrtodactylus marmoratus

Gambar 9 Bentuk ventral jari kaki C. marmoratus

Dalam penelitian ini hanya ditemukan dua individu C. marmoratus, yang ditemukan di dalam hutan di jalur aliran sungai Cikaniki yang daerahnya bersemak dan berbatu dan di area Perkebunan Teh Nirmala (Lampiran 5). Cicak ini ditemukan sekitar pukul 10.00 dan sekitar pukul 16.00 WIB. Memiliki bobot badan berkisar antara 3.21 dan 3.30 g, dan panjang badan kepala berkisar antara 49.12 dan 53.20 mm (x=51.16) (lampiran 1).

Cyrtodactylus marmoratus yang ditangkap di TNGHS memiliki bobot badan (BB) lebih besar jika dibandingkan dengan C. marmoratus yang ditangkap Saepudin (2004) di wilayah Bogor dan sekitarnya yang hanya menemukan satu individu yang ditangkap di TWA Sukamantri.

Cyrtodactylus marmoratus atau cicak batu atau cicak hutan distribusi habitatnya meliputi Malay Peninsula dan kepulauannya termasuk Indonesia (Boulenger 1912).

Cyrtodactylus fumosus

Cyrtodactylus fumosus (Gambar 10) memiliki warna tubuh bagian dorsal coklat kehitaman, terdapat garis tebal putus-putus seperti pita berwarna putih; ekor bulat memanjang; jari panjang dan ramping,, proximal jari sedikit melebar, sedangkan distal jari ramping dan bagian ventral jarinya hanya dengan satu baris sisik (Gambar 11); diameter lubang telinga sekitar 1/3 kali dari diameter mata; jumlah sisik pada bibir atas 10-11 dan pada bibir bawah 9-10; jantan memiliki rangkaian lubang femoral sebanyak 42-52 (Lampiran3)

Gambar 10 Cyrtodactylus fumosus

Gambar 11 Bentuk ventral jari kaki C. fumosus

Cyrtodactylus fumosus dalam penelitian ini ditemukan dua individu, yang ditemukan di daerah semak berbatu di dalam hutan Gunung Botol dan di area kebun teh Cihanjawar (Lampiran 5). Ditemukan pagi hari sekitar pukul 9.30 dan sore hari sekitar pukul 17.00 WIB. Spesies ini jarang ditemui di TNGHS baik didalam hutan atau di area terbuka. Mungkin alasannya sama seperti warna tubuh yang tersamar dengan lingkungan, curah hujan yang tinggi dan jalur jelajah yang sulit. Beberapa faktor diatas bisa menjadi alasan sulitnya mencari spesies cicak hutan (C. fumosus dan C. marmoratus) di

(13)

5

TNGHS. Menurut Rooij (1915) di Indonesia C. fumosus dapat ditemukan di Pulau Jawa, Sulawesi dan kepulauan Halmahera. Saepudin (2004) melaporkan C. fumosus yang ditemukan di wilayah Bogor berasal dari kawasan hutan Gunung Salak di TWA Sukamantri. Bobot badan C. fumosus berkisar antara 2.88 dan 2.96 g (Tabel 1), sedangkan panjang badan-kepala C. fumosus berkisar antara 33.56 dan 44.17 mm (x=38.86) (lampiran 1).

Cyrtodactylus fumosus yang ditangkap di TNGHS memiliki bobot badan (BB) lebih besar jika dibandingkan dengan C. fumosus yang ditangkap Saepudin (2004) di wilayah Bogor dan sekitarnya. Sedangkan Kurniati (2003) tidak menemukan spesies C. fumosus di TNGHS.

Distribusi habitat C. fumosus meliputi Malay Peninsula, Indo-Australian dan kepulauanya termasuk Indonesia (Rooij 1915).

PEMBAHASAN

Cicak yang ditangkap di kawasan TNGHS paling banyak ditemukan di sekitar pemukiman penduduk seperti di bangunan rumah, pagar, di bawah pot, di tumpukan kayu dan di pekarangan rumah. Spesies cicak yang paling banyak ditangkap di sekitar pemukiman penduduk adalah G. mutilata (24 individu) dan H. frenatus (22 individu), karena spesies ini merupakan jenis cicak rumah yang umum hidup pada wilayah tropis dan mudah ditemukan di dinding rumah dan bangunan (Stebbins 1985). Cicak Hemidactylus turcicus lebih memilih tempat yang vertikal (dinding) daripada yang horisontal (langit-langit), hal ini disebabkan oleh adanya cahaya lampu pada dinding yang dapat menarik serangga sebagai sumber makanan (Vogrin 2005). Jumlah cicak H. frenatus dan G. mutilata yang ditangkap di wilayah TNGHS cukup sedikit karena sebagian besar bangunan dan rumah penduduk hanya memakai alat penerangan yang sederhana dan kurang memancarkan cahaya atau cenderung gelap, hal ini berkaitan dengan keberadaan cahaya sebagai daya tarik serangga dan sumber makanan cicak. Karena tempat atau bangunan yang memiliki cahaya penerangan akan menjadi daya tarik bagi serangga, semakin banyak serangga semakin banyak pula sumber makanan bagi cicak. Dalam hal ini banyaknya cicak ditentukan

oleh adanya cahaya akibatnya serangga banyak berkumpul di daerah itu.

Dua spesies cicak yang ditangkap di kawasan hutan TNGHS yaitu spesies C. marmoratus (2 individu) dan C. fumosus (2 individu), merupakan cicak hutan yang hidup di pohon dan celah-celah bebatuan. Kedua spesies ini sangat sulit ditemukan karena di daerah hutan cahaya sebagai sumber daya tarik serangga tidak terlalu banyak sehingga keberadaan cicak lebih menyebar, tidak berkumpul di satu tempat. Menurut Boulenger (1912) C. marmoratus tidak selalu ditemukan di batang pohon, ketika merasa terganggu C. marmoratus akan turun ke tanah dan bersembunyi di bawah batu. Cyrtodactylus marmoratus tersebar di TNGHS, jarang ditemui, banyak terdapat di hutan hujan tropis dan area terbuka yang berbatasan dengan hutan hujan tropis (Kurniati 2003). Genus Cyrtodactylus memiliki jari yang panjang dan ramping sehingga memudahkannya bergerak di pepohonan dan bebatuan. Menurut Boulenger (1912) Gymnodactylus dan Cyrtodactylus adalah sinonim.

Pada umumnya anggota Gekkonidae bersifat arboreal dan terestrial dengan makanan utama berupa serangga (Halliday 1986). Wafa (2007) mengemukakan bahwa makanan pada spesies cicak rumah terdiri atas serangga, Araneae (laba-laba), Uropygy (kalajengking bercambuk), Spirobolida, Pauropoda, potongan kertas, potongan kayu, biji, nasi, kotoran rayap dan batu. Kategori makanan yang paling dominan adalah Diptera. Walaupun jenis-jenis makanannya sangat melimpah di TNGHS, jumlah spesies cicak yang berhasil ditemukan hanya 4 spesies dibanding yang ditemukan di Bogor. Mungkin selain jenis makanan, kelimpahan spesies cicak di suatu kawasan dipengaruhi oleh suhu dan curah hujan.

SIMPULAN

Empat spesies berhasil diidentifikasi dari 50 individu yang ditangkap di TNGHS Sukabumi, Jawa Barat yaitu Hemidactylus frenatus, Gehyra mutilata, Cyrtodactylus marmoratus, dan Cyrtodactylus fumosus.. Habitat utama dari spesies H. frenatus dan G. mutilata yaitu di bangunan, dan beberapa diantaranya ditemukan di pohon dan semak. Sedangkan C. marmoratus dan C. fumosus habitat utamanya di dalam hutan seperti di pohon, semak dan batuan.

(14)

6

DAFTAR PUSTAKA

Bauer AM. 1994. Famili Gekkonidae Reptilia, Sauria) part 1 Australia and Oceania, New York: Walter de Guyer.

Bookhout TA. 1996. Research and Management Techniques For Wildlife and Habitat. Ohio : Ohio Cooperation Fish and Wildlife Research Unit. Boulenger GA. 1912. A Vertebrae Fauna of

The Malay Peninsula. London: Taylor and Francis, Red Lion Court, Fleet street.

Brongersma LD. 1929. A List of Reptiles from Java. Dalam On the zoogeography of java. K.W. Dammerman (Ed). Treubia 11:64-68.

Das I. Ghazally I. 2001. The Guide to the Lizard of Borneo. http://

www.arbec.com

my/lizard/gekkonidae/gekkonidae.php. [29 Juli 2003].

Djuwarsah, M. 1997. The Soil of Gunung Halimun National Park. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia. Vol II. The Inventory of Natural Resources in Gunung Halimun National Park, Bogor.

Evans, K. J. 1966. Responses of the locomotor activity rhythms of lizards to simultaneous light and temperature cycles. Comp. Biochem. Physiol. 19:91-103.

George R, Laurie J, Janalee P. 2001. Herpetology ed ke-2. San Diego: Academic Press.

Goin CJ. Goin OB. 1970. Introduction to Herpetology. Florida: University of Florida.

Harrisson T. 1961. Niah’s new cave-dwelling Gecko: habits. Sarawak Mus Jour 8:277-282.

Hikida T. Ota H. 1989. A New Triploid Hemidactylus (Gekkonidae: Sauria) From Taiwan, with Comments on Morphological and Karyogical Variation in The H. garnotii vietnamensis Complex. Herpetology 23 (1):50-60.

Huey, R. B. 1979. Parapatry and niche complementarity of Peruvian desert geckos (Phyllodactylus): the ambiguous role of competition. Oeceologia 38:249-259.

Oliver JA, Shaw CE. 1953. The Amphibians and Reptiles of The Hawaiian Islands. Zoologica 38:65-69

Kurniati H. 2003. Amphibi and Reptiles of Gunung Halimun National Park West Java Indonesia. Bogor: Research Center for Biology-LIPI.

Rianto A. 2003. Cicak dan Tokek di Pulau Jawa. Bogor: LIPI.

Rooij ND.1915. The Reptile of The Indo-Australian Archipelago Part 1 Lacertilia, Chelonia, Emydosauria. Leiden: E. J. Brill Ltd.

Saepudin A. 2004. Beberapa Spesies Cicak dan Tokek (Famili Gekkonidae) di Wilayah Bogor [Skripsi] Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Stebbins RC. 1985. A field guide to western reptiles and amphibians. New York: Houghton Mifflin Company.

Townsend J H. and Krysko K.L. 2003. The Distribution of Hemidactylus (Sauria:Gekkonidae) in Northern Peninsular Florida. Biological Sciences 66:204-208.

Vogrin M. 2005. The turkish Gecko Hemydactylus turcicus prefers vertical wall. Turk J Zool 29: 385-386.

Wafa Z. 2007. Komposisi makanan pada tiga spesies cicak (Cosymbatus platyurus Schneider, Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr, dan Gehyra mutilata Weigm.) Melalui Analisis Makanan Dalam Lambung [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Welch, K. R. G. 1994. Lizard of the World: A Checklist. 1. Geckos. KCM Books, Bristol, England. 165 pp.

Willam E, Cooper JR. 1985. Diet activity patterns in the banded Gecko, Coleonyx variegatus. J Herpetol 19:308-311.

(15)

7

LAMPIRAN

.

(16)

8

Keterangan : PB-K : Panjang badan kepala PE : Panjang ekor LK : Lebar kepala LB : Lebar badan TB : Tinggi Badan DM : Diameter mata DT : Diameter telinga TK : Tinggi kepala

Lampiran 1 Beberapa ukuran tubuh dari spesies anggota famili Gekkonidae Karakter

(mm)

Hemidactylus frenatus Gehyra mutilata Cyrtodactylus marmoratus Cyrtodactylus fumosus rataan kisaran rataan kisaran rataan kisaran rataan kisaran PB-K 37.67 (26.37-55.30) 45.12 (33.60-52.30) 51.16 (49.12-53.20) 38.86 (33.56-44.17) PE 35.55 (11.08-52.35) 37.22 (5.01-52.84) 38.27 (36.43-40.12) 28.76 (14.18-43.35) LK 8.82 (6.19-12.73) 8.34 (4.34-10.72) 8.90 (8.65-9.15) 8.36 (7.92-8.80) LB 8.07 (6.29-11.35) 8.48 (4.53-11.56) 5.90 (5.18-6.63) 5.92 (4.62-7.23) TB 5.46 (3.72-9.08) 5.19 (2.36-7.65) 4.53 (4.32-4.75) 5.09 (4.61-5.57) DM 2.16 (1.52-3.32) 2.05 (1.97-2.41) 2.12 (2.03-2.21) 2.45 (2.41-2.50) DT 1.00 (0.83-1.26) 1.01 (0.87-1.25) 1.00 (0.99-1.01) 1.01 (1.00-1.02) TK 5.29 (4.05-7.41) 4.55 (2.44-6.30) 5.69 (5.05-6.34) 5.06 (5.05-5.07)

8

(17)

9

Lampiran 2 Kunci identifikasi spesies dari famili Gekkonidae di wilayah TNGHS 1. A. Jari panjang dan ramping ... 2 B. Jari melebar ... 3

2. A. Lubang femoral bersatu dengan preanal, berjumlah 42-43 ... Cyrtodactylus fumosus B. Lubang femoral terpisah dengan preanal, jumlah lubang femoral 10

dan preanal 12 ... Cyrtodactylus marmoratus 3. A. Ventral jari dengan dua baris lamela berpasangan ... 4

B. Ventral jari dengan satu baris lamela, atau hanya bagian distal jari yang memiliki dua baris lamela berpasangan ... 6 4. A. Pada kedua sisi badan terdapat lipatan kulit yang jelas, mulai dari axilla sampai groin

B. Pada kedua sisi badan tidak terdapat lipatan kulit.

Jika ada bentuknya tidak jelas ... 5 5. A. Jari tanpa selaput, kecuali pada proximal antara jari ke-3 dan ke-4 sedikit berselaput,ekor bulat memanjang dengan enam sisik

tuberkal ... Hemidactylus frenatus B. Jari tanpa selaput, kecuali pada proximal jari pertama sedikit

Berselaput, ekor pipih memanjang dengan pinggir bergerigi 6. A. Semua jari bercakar, jantan dengan lubang preanal, tapi tanpa femoral

B. Cakar pada jari pertama kecil atau tidak ada, mudah lepas,

(18)

10

Lampiran 3 Beberapa karakter tubuh cicak yang diamati

Spesies TSD SBA SBB LSB BJ SJ JC L/S LVJ BE

Hemidactylus frenatus Granular 10-12 8-10 Tidak ada Panjang Sedikit 3 Lamela 9-10 Bulat (6 sisik

dan (Antara jari berpasangan tuberkal)

melebar ke-3 dan ke-4)

Gehyra mutilata Granular 8-11 6-9 Tidak ada Panjang Tidak ada 5 Lamela 8-9 Pipih dan distal jari memanjang melebar berpasangan, pinggir bergerigi lamela

pangkal jari 1 baris

Cyrtodactylus marmoratus Granular 11 9 Tidak ada Panjang Tidak ada 5 Sisik - Bulat dan satu baris memanjang ramping

Cyrtodactylus fumosus Granular 10-11 9-10 Tidak ada Panjang Tidak ada 5 Sisik - Bulat dan satu baris memanjang ramping

Keterangan :

TSD : Tipe sisik dorsal SJ : Selaput jari

SBA : Jumlah sisik bibir atas JC : Jumlah cakar

SBB : Jumlah sisik bibir bawah L/S : Lamela/sisik

LSB : Lipatan kulit pada sisi badan LVJ : Jumlah lamela pada bagian ventral jari ke-4 kaki belakang

BJ : Bentuk jari BE : Bentuk ekor - : Tidak dilakukan pengamatan

(19)

11

Lampiran 4 Pengukuran beberapa karakter tubuh cicak.

Keterangan : DM : Diameter mata DT : Diameter telinga LK : Lebar kepala PB-K : Panjang badan-kepala LB : Lebar badan PE : Panjang ekor

DM

DT

LK

PB-K

PE

LB

(20)

12

Lampiran 5 Peta penangkapan cicak di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi, Jawa Barat.

Keterangan : HF : Hemidactylus frenatus GM : Gehyra mutilata

CM : Cyrtodactylus marmoratus CF : Cyrtodactylus fumosus

Gambar

Gambar  1  Cicak  pada  dinding  dan  langit- langit-langit
Gambar 4 Hemidactylus frenatus
Gambar 6 Gehyra mutilata
Gambar 8 Cyrtodactylus marmoratus

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi yang berjudul: KECENDERUNGAN DEPRESI DITINJAU DARI KONSEP DIRI PADA WARIA.. benar-benar merupakan basil karya

Hasil rancangan sistem perencanaan kebutuhan bahan dan kapasitas produksi modul manufacturing management pada perusahaan PT GAN, diawali membuat manufacturing order

Tujuan utama pada Tugas Akhir ini adalah bagaimana merencanakan suatu konstruksi jembatan busur dengan struktur yang baik dan dilengkapi damper sebagai longitudinal

Sudah mendapatkan ijin pelepasan kawasan hutan dari Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK.623/Menhut-II/2009, tanggal 05 Oktober 2009, tentang Pelepasan Sebagian

Pada sistem integrasi mobile robot dan quadcopter, digunakan kontroler jenis Proporsional–Integral–Derivatif (PID Controller) untuk meminimalisir nilai error dari sudut roll,

Pada bahan material, tidak hanya beda potensial yang harus diperhatikan karena ada juga medan listrik ܧሬ⃗. Arus yang berada didalam material adalah Moisture Sensor SEN0114 antara

Rubrik Obrolan Bahasa Jawa pada umumnya dapat ditemukan pada media cetak berbahasa Jawa yang berupa majalah, karena Obrolan Rujak Cingur dan Warung Tegal adalah salah

Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental