• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intruksi dan Arahan Presiden pada Pertemuan Perwira Tinggi TNI dan Polri, di Jakarta, 2 Juni 2014 Senin, 02 Juni 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Intruksi dan Arahan Presiden pada Pertemuan Perwira Tinggi TNI dan Polri, di Jakarta, 2 Juni 2014 Senin, 02 Juni 2014"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Intruksi dan Arahan Presiden pada Pertemuan Perwira Tinggi TNI dan Polri, di

Jakarta, 2 Juni 2014

Senin, 02 Juni 2014

INSTRUKSI DAN ARAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PERTEMUAN DENGAN PERWIRA TINGGI TNI DAN POLRI

COMMANDER'S CALL

DI

KEMENTERIAN PERTAHANAN, JAKARTA

TANGGAL 2 JUNI 2014

Â

Â

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Assalamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakaatuh,

(2)

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati, Saudara Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, beserta para Menteri dan Wakil Menteri, Panglima TNI, Kapolri, KABIN, KASAD, KASAL, dan KASAU, para Pimpinan dan Pejabat Utama, baik yang bertugas di jajaran TNI dan Polri, maupun yang bertugas di luar TNI dan Polri,

Alhamdulillah, di tengah embanan tugas kita masing-masing, hari ini Saudara dapat berkumpul di ruangan ini untuk sebuah acara yang penting, yang berkaitan dengan pemilihan umum tahun 2014, utamanya pemilihan presiden tahun ini, yang tentu sebagaimana yang disampaikan oleh Marsekal TNI Purnawirawan Joko Suyanto tadi, adapula kaitannya dengan Reformasi TNI dan Polri yang telah kita lakukan sejak 16 tahun yang lalu.

Saudara-saudara,

Apel Perwira Tinggi TNI - Polri ini, Commander's Call, adalah

inisiatif saya. Acara ini saya pandang perlu dan penting untuk kita selenggarakan. Agenda dan topiknya sebenarnya tunggal, yaitu instruksi dan arahan saya agar TNI dan Polri bersikap dan bertindak tepat dalam pemilihan presiden tahun 2014 ini. Tepat sesuai dengan amanah konstitusi dan undang-undang yang berlaku, juga tetap sesuai dengan amanah reformasi TNI dan Polri yang kita mulai sejak tahun 1998 yang lalu.

(3)

Acara ini saya minta juga diliput penuh oleh pers. Mengapa? Jangan

sampai ada fitnah, agar rakyat kita juga bisa mengikuti secara utuh apa yang kita bicarakan di ruangan ini. Utuh dan benar. Maklum, para Perwira, sekarang ini adalah musim pemilihan presiden, politik pasti panas, saling curiga,

intip-mengintip. Oleh karena itulah, sengaja kita buka forum ini agar rakyat kita bisa mengikuti. Ini juga sejalan dengan prinsip transparansi dan

akuntabilitas yang saya, selaku pemimpin pemerintahan, senantiasa junjung tinggi dan tegakkan.

Saya juga mengimbau kepada pers yang hadir di ruangan ini, baik cetak

maupun elektronik, agar memberitakan apa yang kita bicarakan, yang kami bicarakan, hari ini secara objektif, akurat, dan benar.

Para Perwira yang saya cintai,

Saudara masih ingat, beberapa kali saya memberikan instruksi dan

pengarahan dengan topik yang sama, yaitu berkaitan dengan sikap dan tindakan TNI dan Polri dalam pemilu. Contoh, lima tahun yang lalu saya memberikan pengarahan, di hadapan Rapim TNI dan Polri di Istana Negara pada tanggal 29 Januari tahun 2009, menjelang pemilu tahun 2009. Juga pengarahan saya awal tahun ini di hadapan Rapim TNI dan Polri yang dilaksanakan di PTIK, Jakarta, pada tanggal 9 Januari 2014, berarti juga menjelang pemilu tahun 2014 ini.

Inti dari pengarahan saya, kalau Saudara masih ingat, intinya ada dua. Pertama, Polri dibantu TNI bertugas untuk memastikan agar pemilu, baik legislatif maupun pilpres, itu berjalan secara aman, tertib, dan lancar. Itu

tugas pokok TNI dan Polri, itu amanah undang-undang. Tugas-tugas politik yang lain, bukan tugas TNI dan Polri. Itu pertama.

(4)

Yang kedua saya sampaikan bahwa TNI dan Polri netral, baik selaku

institusi maupun selaku anggota TNI dan Polri aktif, TNI dan Polri aktif. Keluarga,

istri dan anak-anak anggota TNI, memiliki hak untuk memilih. Saya menggarisbawahi TNI dan Polri sebagai institusi dan juga status dari Perwira TNI dan Polri, termasuk anggotanya yang

masih aktif.

Penilaian saya terhadap apa yang saya sampaikan pada bulan Januari 2009

maupun pada bulan Januari 2014 yang lalu, TNI dan Polri telah dapat melaksanakan dua tugas dan sasaran itu. Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan. Apa pun hasilnya, baik pemilu legislatif tahun 2009 dan tahun 2014 maupun pilpres tahun

2009, karena yang 2014 belum, sekali lagi, saya nilai, rakyat juga begitu, TNI dan Polri bertindak netral.

Biasanya dalam pemilihan, apakah itu pemilihan umum maupun pilkada,

pemilihan gubernur, pemilihan bupati dan pemilihan wali kota, ada kecenderungan bahwa yang kalah itu mudah mengatakan pemilu curang, juga TNI dan Polri dibilang tidak netral. Tetapi sejarah mencatat bahwa Saudara mengemban tugas dengan baik, tahun 2009 dan pemilu legislatif tahun 2014 ini, apa pun hasil dan perolehan dalam pemilu legislatif maupun pemilihan presiden.

Harapan dan sekaligus instruksi saya untuk pemilihan presiden tahun 2014 ini, yang pemungutan suaranya akan dilaksanakan pada tanggal 9 Juli mendatang, netralitas TNI dan Polri tetap dijaga dan dilaksanakan. Jangan sampai mundur, jangan dirusak, dan jangan pula kita khianati reformasi TNI dan Polri yang kita laksanakan dengan sangat tidak mudah waktu itu.

Mengapa saya katakan tidak mudah dan luar biasa tantangannya? Sebagian Saudara saya kira juga masih ingat, karena saya sendiri, sebagaimana Pak Joko Suyanto sampaikan, adalah salah satu, salah satu, penggagas, konseptor, dan

(5)

pelaku reformasi itu. Hari-hari yang berat, hari-hari yang kelabu, hari-hari yang panjang bagi TNI dan Polri, dari ABRI kemudian kita berpisah menjadi TNI dan Polri.

Saya, dalam kaitan ini mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada TNI dan Pusjarah TNI yang telah menyusun dan menulis sejarah reformasi TNI. Saya sudah membaca draft-nya, dan itu sebuah dokumen sejarah yang

penting. Saya katakan kepada penyusunnya, mumpung para pelakuknya sebagian besar masih ada, segera ditulis karena kalau, misalkan datanya tidak benar, tulisannya keliru, maka pelaku-pelaku yang masih ada itu bisa melakukan protes, bukan seperti itu kejadiannya.

Sekali lagi karena pelakunya masih ada, pastilah akan objektif sejarah itu. Jangan sampai, Saudara-saudara, suatu saat, cerita itu diputar-balik oleh penguasa politik pada zaman yang bersangkutan. Sejarah adalah sejarah. Saya berharap buku reformasi tentang TNI ini dapat diterbitkan sebelum 5 Oktober tahun 2014 mendatang.

Para Perwira yang saya cintai,

Mengapa saya selalu mengingatkan agar TNI dan Polri tetap netral?

Itulah harapan rakyat. Saya kira juga harapan dari para capres dan cawapres yang akan segera berkompetisi dalam pemilihan presiden tahun 2014 ini. Saya harus mengatakan dengan jujur, terbuka, dan terus terang kepada para Perwira sekalian.

(6)

Ada catatan, catatan sejarah di masa lampau. Pertama, kita tahu

ketidaknetralan TNI dan Polri dalam pemilu-pemilu di era sebelum reformasi.

Ada. Dalam pemilu tahun 2004, meskipun secara umum pemilu berlangsung damai dan demokratis, dan itu tonggak sejarah bagi bangsa kita, kita bangga pertama kali

pemilhan umum dilakukan, termasuk pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung di negeri kita tercinta ini, tahun 2004 itu, berlangsung secara damai dan demokratis.

Tetapi ada catatan kaki, ada footnote, dan catatan kaki ini ada

beberapa, sebagian berkaitan dengan TNI dan Polri. Itulah tepat kalau saya sampaikan di hadapan para petinggi TNI dan Polri, meskipun saya yakin Saudara tidak ada di situ waktu itu, untuk menjadi pelajaran agar kita tidak

mengulanginya lagi sekarang dan ke depan.

Contoh, penjelasan seorang Pamen Polri di hadapan komunitas tertentu yang disiarkan secara luas oleh televisi, seperti ini, mengatakan jangan pilih capres yang lain-lain, tetapi pilihlah capres ini. Atau pilihlah capres A dan jangan pilih capres-capres yang lain. Itu sejarah, dokumentasinya masih ada.

Yang kedua, ada sebuah Apel Dansat di jajaran TNI yang mengatakan, jangan memilih partai ini, itu juga catatan sejarah, catatan kaki, catatan pinggir. Biarlah itu menjadi bagian dari masa lalu TNI dan Polri, masa lalu kita, karena saya yakin Saudara tidak akan melakukan hal-hal begitu di masa kini dan masa depan, utamanya dalam pemilihan Presiden yang insya Allah akan segera dilaksanakan di Indonesia.

Tentu, saya sebagai pelaku pemilihan umum, pemilihan presiden, kala

itu, kemudian Tuhan menakdirkan saya memimpin negeri ini menjadi presiden, hal itu sudah lama saya maafkan. Para pelakunya pun memiliki karier yang tetap baik. Banyak yang kemudian menjadi jenderal. Tetapi, hal-hal begitu tidak boleh

dilupakan, jangan dilupakan, meskipun saya telah memaafkan, forgive but not forget, forgive but not forget.

(7)

Jangan lakukan lagi dalam kaitan pilpres 2014 ini. Mari kita beri beri

kesempatan, TNI dan Polri harus memberi kesempatan kepada pasangan Pak Prabowo -Pak Hatta Radjasa serta pasangan -Pak Jokowi - -Pak Jusuf Kalla, saya sebut

begitu sesuai dengan urutan nomor yang ditetapkan oleh KPU, kedua pasangan memiliki kedudukan yang sama. Intinya ada dua pasang capres-cawapres.

Mari kita beri kesempatan kedua pasang itu untuk melakukan kompetisi secara

damai, secara sehat, secara bermartabat dan berkualitas. Tadi bahkan Menkopolhukam menyebut kita perlu memiliki sejarah yang baik bahwa suksesi kepemimpinan,

suksesi presiden di Indonesia itu berlangsung dengan baik.

Saya bahkan telah berencana, siapa pun yang terpilih nanti, apakah Pak

Jokowi ataupun Pak Prabowo, saya akan menyambut dengan penuh kehormatan, dan bahkan saya merancang sebuah tradisi baru. Saya, pada tanggal 20 Oktober,

setelah sama-sama menghadiri Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat, saya akan bersiap di Istana untuk menyambut Presiden yang baru, dengan upacara militer yang baik, maksud saya TNI dan Polri di situ, kami berdua, yang lama dan yang baru, outgoing dan incoming leader, akan menerima penghormatan,

setelah itu masuk ke dalam Istana, farewell dengan Perangkat Lembaga

Kepresidenan karena saya harus mengucapkan terima kasih kepada mereka dan meminta agar apa yang telah diberikan kepada saya, diberikan kepada Presiden kita yang baru  agar beliau dengan sukses,

dan kemudian setelah itu saya akan meninggalkan Istana, menerima penghormatan terakhir, dan kemudian kembali ke masyarakat luas.

Kalau insya Allah itu bisa kita lakukan, maka sejarah kita

berubah. Kita akan punya tradisi politik yang baik, yang meneduhkan, yang menenteramkan, yang mulia, dan rakyat kita akan bersuka cita melihat pergantian kepemimpinan

seperti itu.

(8)

Saudara-saudara,

Sekarang saya ingin menyampaikan hal ini dengan niat dan tujuan yang baik. Informasi beredar dan ketika saya mendapatkan informasi itu, saya minta untuk diklarifikasi dan dikonfirmasi, jangan-jangan itu fitnah belaka. Saya anti-fitnah. Banyak di antara kita di negeri ini yang menjadi korban fitnah, luar biasa. Oleh karena itu, saya anti dan saya akan terus memerangi fitnah untuk sebuah keadilan, untuk sebuah kehormatan, dan sekaligus kebenaran di negeri kita.

Informasi yang telah dikonfirmasikan, tentu bukan informasi yang tidak

ada nilainya, mengatakan ada pihak-pihak yang menarik-narik sejumlah perwira tinggi untuk berpihak kepada yang didukungnya. Bahkan ditambahkan, tidak perlu mendengar presiden kalian, kan itu kapal kerem, kapal kerem

itu kapal yang sudah mau tenggelam, berhenti, mau selesailah maksudnya begitu, lebih baik mencari kapal baru yang tengah berlayar, dan juga matahari yang masih bersinar. Saya tahu, saya mendengar.

Para Perwira yang sangat saya cintai,

Sepertinya kata-kata seperti itu, ajakan seperti itu, hanyalah godaan

politik semata. Tetapi, sebenarnya mengajari seorang Perwira untuk menabrak Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Para Tamtama dan Bintara kita setiap minggu mengucapkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Kita mengenal nilai-nilai dan etika itu. Dan kalau dilihat jernih-jernih, itu juga merupakan benih-benih insubordinasi.

(9)

Oleh karena itu, berhati-hatilah, jangan tergoda. Saya khawatir niat dan tujuannya tidak baik, tidak baik bagi para Perwira yang diajak bicara seperti itu, tidak baik bagi lembaga, TNI dan Polri, dan tidak baik bagi negara.

Terus terang, Saudara yang ada di ruangan ini adalah Perwira-perwira

yang baik, banyak yang telah mendapatkan kepercayaan dari lembaga TNI dan Polri, menjadi perwira tinggi, jenderal, laksamana, marsekal. Bahkan

kepercayaan dari Presiden Republik Indonesia untuk menjadi Panglima TNI,

Kapolri, KASAD, KASAL, dan KASAU. Kita semua tidak rela, saya tidak rela kalau perwira-perwira yang baik, yang potensial, yang berkemampuan itu di-begitu-kan.

Almamater tidak rela, lembaga tidak rela, saya, sebagai pemimpin puncak TNI dan Polri juga tidak rela.

Saya harus sampaikan, terus terang, karena kami, saya, mencintai para Perwira sekalian. Para Perwiralah adik-adik saya, junior-junior saya. Saya punya

harapan yang tinggi untuk terus memimpin dan memajukan TNI dan Polri kita, Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, menuju ke kejayaan tentara dan kepolisian kita di negeri ini.

Kami telah melakukan banyak hal untuk melakukan, untuk sebuah

modernisasi dan pembangunan kekuatan untuk TNI dan Polri. Rakyat senang, TNI

dan Polrinya makin kuat, makin berkemampuan, dan makin modern. Inilah tugas, tantangan, dan tanggung jawab Saudara semua, kita semua, menuju era seperti itu. Jangan

terganggu dengan soal-soal yang sebetulnya tidak perlu terjadi.

(10)

Pertanyaannya kemudian, Apa dengan demikian seorang jenderal,

laksamana, dan marsekal tidak boleh punya cita-cita untuk menjadi seorang pemimpin politik? Misalnya presiden, wakil presiden, menteri, ataupun pos-pos politik mana pun. Jawabannya adalah boleh, sangat boleh, hal itu terbuka, tidak

dilarang. Tetapi, ada aturan dan etikanya. Apa aturan dan etika itu? Intinya, Saudara mundur dari jabatan yang Saudara sandang, apakah di

TNI maupun Polri. Jelas, tegas, dan rasional. Para Perwira, era Dwifungsi TNI sudah berakhir, era kekaryaan juga sudah usai. Tidak ada lagi sekarang ini, di era demokrasi, perwira TNI dan Polri nyanggong, tau nyanggong? Siapa tau terpilih atau diangkat menjadi pejabat teras politik.

Kekaryaan dulu, doktrinnya itu biasa karena semua merupakan pengabdian

dan kekaryaan TNI dan Polri kepada nusa dan bangsa. Dulu begitu doktrinnya, dulu begitu aturannya. Sekarang tidak bisa dan tidak boleh terjadi seperti itu.

Kalau itu terjadi di lingkungan Saudara, di mana pun, TNI dan Polri, perwira bawahan dan para prajurit akan bingung. Pasti. Sebagaimana yang saya dengar saat ini.

Lalu, kalau adik-adik saya, para perwira ini bertanya kepada saya,

kakak kalian, bagaimana cara dan jalan demokrasi untuk mencapai cita-cita

politik seperti itu? Ada. Ada jalannya. Kalau di antara para Perwira ingin sungguh menjadi pemimpin politik atau ingin menyukseskan seorang capres yang sekarang sedang berkompetisi agar para Perwira memiliki peluang karier politik yang baik di

masa depan, maka ajukan pengunduran diri kepada atasan Perwira sekalian. Silakan.

Untuk Panglima TNI, Kapolri, KASAD, KASAL, dan KASAU tentu pengajuan pengunduran diri kepada Presiden Republik Indonesia yang mengangkat para pejabat tersebut. Hampir pasti akan dikabulkan. Saya akan lepas baik-baik,

bahkan saya doakan untuk sukses. Mengapa? Karena saya tahu Saudara semua adalah Perwira-Perwira pilihan yang potensial dan punya kemampuan untuk ikut mengubah jalannya sejarah di negeri ini.

(11)

Dengan tidak berada di lembaga TNI dan Polri lagi, atau setelah menjadi sipil, seperti saya, seperti Pak Joko Suyanto, maka ruang gerak dan peluang Saudara untuk berhasil dalam perjuangan politik akan makin terbuka. Rakyat pun akan menilai cara itu fair. Mengapa fair? Karena tidak lagi

dinilai bahwa seseorang itu mengandalkan dan menggunakan kekuatan yang ada di belakangnya, pasukan dan senjata, untuk meraih posisi politik.

Ya tentu teman-teman sipil, ya kalau begitu berat kalau kita

bersaing dengan mereka-mereka yang masih memiliki kekuatan, memiliki senjata, dan, ya apa namanya, yang tidak dalam tatanan demokrasi. Kalau itu tidak dilakukan, demokrasi juga akan hidup.

Coba lihatlah contoh dari senior-senior TNI dan Polri sekarang ini,

yang bisa diikuti cara yang ditempuh ketika mereka berjuang di dunia politik.

Misalnya, adalah tepat dan benar apa yang ditempuh dan dilakukan oleh para purnawirawan TNI dan Polri untuk mendirikan partai politik. Dulu dicemooh. Ngapain

itu tentara mendirikan partai politik? Padahal itulah jalan demokrasi, itulah etika demokrasi.

Partai politik menjadi wahana perjuangan politik. Jadi apa yang

dilakukan oleh Almarhum Jenderal TNI Edi Sudrajat, mendirikan partai politik, Jenderal Wiranto, mendirikan partai politik, Letnan Jenderal Prabowo Subianto,

mendirikan partai politik, saya sendiri, adalah jalan yang benar dan tepat dan sah kalau kita punya cita-cita untuk menjadi pemimpin politik.

Itu contoh. Adalah tepat dan benar bila sejumlah purnawirawan TNI dan Polri sekarang memimpin, atau masuk ke partai-partai politik, karena juga ingin berjuang untuk posisi politik.

(12)

Misalnya, Jenderal Polisi Da'i Bachtiar, masuk menjadi anggota partai politik tertentu, Jenderal TNI Hendropriyono, Jenderal Luhut Pandjaitan, Jenderal Goerge Toisutta, Letnan Jenderal Yunus Yosfiah, Letnan Jenderal Sutiyoso, sah dan resmi, dan tidak disalahkan, sebagai purnawirawan.

Juga tepat yang dilakukan oleh sejumlah jenderal yang mengikuti

konvensi calon pemilihan presiden di sebuah partai politik, misalnya, Jenderal Endriartono Sutarto, Jenderal Pramono Edhie Wibowo, itu juga jalan yang benar.

Termasuk pula, sekarang ini, Saudara bisa melihat di televisi, membaca beritanya setiap hari, sejumlah jenderal purnawirawan yang menjadi tim sukses kedua pasangan capres-cawapres, itu juga sah dan benar. Itu cara dan jalan yang benar dalam tatanan demokrasi, itu etika politik yang berlaku bagi siapa pun. Mereka berjuang, mereka berkeringat, dan berani mengambil risiko, saya hormati.

Dalam sebuah kompetisi politik, para perwira, bisa berhasil, bisa

gagal, bisa kalah bisa menang, tetapi, kakak-kakak kita, sahabat-sahabat saya, yang sekarang memilih berjuang secara demokratis di koridor politik sekarang ini, itulah yang tepat dan benar.

Para Perwira yang sangat saya cintai,

(13)

Itulah pokok-pokok intsruksi dan arahan saya. Saya berharap diindahkan dan dilaksanakan. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih atas pelaksanaan tugas dan kerja keras para Perwira sekalian selama ini, termasuk kerja keras jajaran Polri dan TNI dalam pengamanan pemilu legislatif beberapa saat yang lalu.

Sebagai presiden, sebagai pemimpin, dan sebagai senior, saya sangat

mencintai para Perwira sekalian. Laksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab, kecintaan dan kepercayaan yang telah saya berikan kepada para Perwira sekalian yang semuanya itu adalah demi rakyat dan negara yang kita cintai bersama.

Selamat bertugas.

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Â

Â

(14)

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI

Referensi

Dokumen terkait

Teman-teman, saat mencari sarang semut yang mempunyai banyak manfaat ntuk kesehatan, saya teringat penjelasan dari guru bahwa semut adalah serangga sosial, yang berarti mereka

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 September 2018 di kelas VI dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal ini

Penyajian dan Analisis Data Uji Coba Bahan Ajar Berdasarkan Aspek Isi Data dari aspek isi bahan ajar diperoleh dari uji coba dengan ahli materi pidato, ahli

Oleh karena itu, berdasarkan fenomena yang terjadi dan permasalahan yang telah diuraikan, maka hal ini membuat penulis tergelitik untuk melihat bagaimana konsep

FDR yang tidak berpengaruh terhadap ROA disebabkan karena bank belum optimal dalam menyalurkan pembiayaan dimana dana pihak ketiga yang berupa simpanan dana

Pengenalan inovasi agens hayati telah dilakukan di Desa Ngranti, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung pada tahun 2015 dan dilakukan dengan menggunakan media

Perpindahan posisi guru dalam ruangan dimaksudkan untuk mempertahankan perhatian siswa. Penggunaan variasi ini cukup penting artinya bagi guru karena dapat

Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah pembangunan BIJB merupakan suatu kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan sarana transportasi udara serta