• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Oleh

AHMAD SUHAELY F14103065

2008

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh Ahmad Suhaely

F14103065

2008

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor Oleh

Ahmad Suhaely F14103065

Dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1985 Di Jakarta

Tanggal lulus: September 2008

Bogor, September 2008 Menyetujui,

Dosen Pembimbing Akademik

Ir. Gardjito, M.Sc NIP. 130 358 748

Mengetahui,

Kepala Departemen Teknik Pertanian

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS NIP. 131 671 603

(4)

Ahmad Suhaely. F14103065. PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Di bawah Bimbingan Ir. Gardjito, M.Sc.

RINGKASAN

Puyuh (telur dan dagingnya) merupakan pangan alternatif sumber protein di Indonesia. Seiring dengan jumlah penduduk yang terus meningkat maka diperlukan asupan gizi yang mencukupi bagi masyarakat. Puyuh merupakan salah satu makanan bergizi yang dapat mengurangi kejadian rawan pangan dan gizi di Indonesia. Untuk itu perlu kerjasama semua pihak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan gizi yang baik. Salah satu usaha adalah memproduksi puyuh dalam jumlah yang mencukupi.

Tujuan dari perancangan ini adalah membuat rancangan fisik fasilitas usaha ternak puyuh yang efektif dan komersial. Bagian dari rancangan ini adalah perencanaan lokasi dan tata letak fasilitas, membuat rancangan kandang puyuh secara fungsional dan struktural dengan mengedepankan aspek komersialisasi, dan membuat analisa biaya yang diperlukan untuk pembuatan fasilitas fisik usaha ternak puyuh skala komersial.

Perancangan ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa observasi dan pengumpulan data dilakukan di desa Pasir Gaok, stasiun klimatologi Bogor, Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bogor pada Akhir Oktober 2007 sampai dengan awal Maret 2008. Tahap ini bertujuan mendapatkan data untuk kebutuhan perancangan. Kemudian tahap kedua dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret sampai pertengahan bulan Juli 2008 di laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB. Pada tahap ini dilakukan perancangan secara lebih lengkap.

Penentuan lokasi dan tata letak berdasarkan ketersediaan sumberdaya dan kemudahan dalam perawatan. Sedangkan secara struktural, komponen konstruksi yang dirancang telah diuji terhadap tegangan lentur, tegangan geser, dan defleksi. Kemudian hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai yang diijinkan. Hasil perancangan menunjukkan bahwa hasil perhitungan konstruksi bangunan dinyatakan memenuhi syarat. Syarat ini sangat penting untuk dipenuhi karena akan mempengaruhi struktur dan kekuatan bangunan.

Biaya total pembangunan satu unit kandang dengan luas 180 m2 adalah Rp. 64,657,500 atau sekitar Rp. 359,208/m2. Biaya ini dapat dikurangi dengan menghilangkan pekerjaan cat dan plester yang tidak mempengaruhi struktur dan fungsi bangunan. Sehingga biaya bangunan yang baru sekitar Rp. 54,847,887 atau sekitar Rp. 304,710/m2.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ahmad Suhaely dilahirkan di Kotamadya Jakarta Selatan provinsi DKI Jakarta pada tanggal 28 Juni 1985. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Dilahirkan dari rahim seorang ibu yang mulia (Juju) dan dididik dengan penuh kasih sayang oleh seorang bapak yang tegas (Idris).

Penulis memulai pendidikannya di SDN Grogol Selatan 05 Pagi dan lulus pada tahun 1997, kemudian dilanjutkan di SLTPN 66 Jakarta dan lulus pada tahun 2000, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 29 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan Sarjana di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi pertanian IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Penulis sempat aktif pada beberapa organisasi yang ada di intra/ekstra kampus diantaranya Keluarga Islam Teknik Pertanian 2003-2006 (KITA), FBI Fateta IPB (2004), DPM Fateta IPB (2004-2005), BEM Fateta IPB (2005-2006), BEM KM IPB (2006-2007), FIM-B (Forum Intelektual Muda Betawi), dan FORSA 29 IPB (Forum Silaturahmi Alumni SMU 29 Jakarta) (2003-sekarang).

Pada tahun 2006, penulis melakukan kegiatan Praktek Lapang di Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan, PTPN VIII Bandung. Judul yang diambil yaitu “MEMPELAJARI ASPEK KETEKNIKAN PERTANIAN PADA PROSES PENGOLAHAN TEH DI PTPN VIII, PERKEBUNAN MALABAR, JAWA BARAT”.

Penulis melakukan penelitian dengan judul “PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT”. Hal ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan, di bawah bimbingan Ir. Gardjito, M.Sc.

(6)

KATA PENGANTAR

Tidak ada kata yang paling indah selain puji dan syukur yang selalu tercurahkan kepada Allah SWT, Robb Yang Maha Pengasih dan Maha Pelimpah Sayang, yang senantiasa memberikan kekuatan baik jasmani maupun rohani setiap hamba-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan Salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, pemimpin para Nabi dan orang-orang yang bertaqwa baik dunia maupun akhirat. Tidak lupa kepada keluarga, sahabat-sahabat dan umat-umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan perjuangannya. Semoga kita semua termasuk di dalamnya dan diberi syafa’at oleh beliau di hari akhir nanti. Amin.

Skripsi yang ada di hadapan Anda ini berjudul “Perancangan Fasilitas Fisik Usaha Ternak Puyuh Skala Komersial Di Kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelat Sarjana Teknologi Pertanian IPB. Semoga persembahan kecil ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Pada kesempatan yang penuh dengan kebahagiaan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi, terutama kepada :

1. Bapak Ir. Gardjito, MSc selaku pembimbing akademik, atas semua masukan dan bimbingannya serta perhatiannya selama pelaksanaan Praktek Lapangan dan penulisan laporan.

2. Abi dan Umi penulis atas semua perjuangan, kebaikan, doa, kasih sayang, dan ketulusan hati selama penulis hidup.

3. Ketiga adikku yang senantiasa memberikan senyum dan kegembiraan sehingga memberi semangat dan motivasi lebih bagi penulis.

4. Bapak Eman dan Bapak Ahmad atas bantuannya. 5. Kindi atas bantuan gambar autocadnya.

6. Bapak Duta Setiawan selaku pengelola peternakan puyuh SUPER PUYUH FARM, atas bantuan nasihat dan pengalaman yang berharga.

(7)

7. Keluarga terbaik yang ada pada TEP’40 IPB atas segala bantuan, do’a, dan persahabatan. Semoga kita semua kembali dipertemukan dalam persaudaraan yang indah.

8. Keluarga besar Teknik Pertanian IPB angkatan 38, 39, 41, dan 42 atas bantuan selama masa indah perkuliahan.

9. Rekan-rekan satu perjuangan di DPM Fateta, BEM Fateta, BEM KM IPB, FIM-B dan FORSA 29 IPB.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu.

Penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber ilmu bagi penulis dan pembaca. Amin.

Bogor, September 2008

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN

DAFTAR ISI……… i

DAFTAR TABEL……… iii

DAFTAR GAMBAR………... iv DAFTAR LAMPIRAN………... v 1. PENDAHULUAN……….. 1 LATAR BELAKANG……… 1 TUJUAN………. 2 2. TINJAUAN PUSTAKA………. 3 BURUNG PUYUH………. 3 SISTEM PEMELIHARAAN………... 6 Sistem Litter……… 6

Sistem Sangkar Baterai..………. 7

PERSYARATAN PERKANDANGAN……….. 8

Lokasi Kandang……… 8

Kepadatan Kandang……… 9

Suhu Dan kelembaban Kandang………. 10

Ventilasi………... 10 KONSTRUKSI KANDANG……… 13 Dinding Kandang………. 13 Lantai Kandang……… 14 Atap Kandang……….. 14 Bahan Bangunan……….. 15 3. METODOLOGI PERANCANGAN……… 16 METODE PERANCANGAN……… 16

WAKTU DAN TEMPAT PERANCANGAN………. 18

4. PERENCANAAN UMUM USAHA TERNAK PUYUH……. 19

PENENTUAN LOKASI DAN TATA LETAK……… 19

PERENCANAAN SKALA USAHA……… 21

PENENTUAN SISTEM PEMELIHARAAN………... 21

5. RANCANGAN FUNGSIONAL………... 23

TIPE KANDANG……….. 23

Kapasitas Dan Luas Sangkar Baterai……… 23

Fasilitas Kandang……….. 25

LOKASI PERKANDANGAN……….. 26

PERSYARATAN LINGKUNGAN……….. 28

Suhu Dan Kelembaban Udara………... 28

(9)

6. RANCANGAN STRUKTURAL……….. 32

ATAP………. 32

TIANG DAN LANTAI……… 33

PONDASI……….. 33

PEMERIKSAAN PEMBEBANAN………. 33

Pemeriksaan Pembebanan Gordeng………. 34

Pemeriksaan Pembebanan Pondasi……… 35

ANALISA BIAYA……….... 35

7. KESIMPULAN DAN SARAN………. 37

KESIMPULAN………. 37

SARAN………. 38

(10)

DAFTAR TABEL

HALAMAN Tabel 1. Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai unggas... 5 Tabel 2. Luas kandang berdasarkan umur puyuh………... 10 Tabel 3. Interaksi yang berkaitan dengan tersedianya O2 dan CO2…… 12

(11)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN Gambar 1. Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica)…….. 4 Gambar 2. Diagram alir metode perancangan……….. 16 Gambar 3. Sketsa sangkar baterai tampak samping………….. 25 Gambar 4. Diagram gaya, gaya geser, dan momen lentur……. 34 Gambar 5. Diagram resultan beban yang didukung pondasi…. 35

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Data Klimatologi Kabupaten Bogor Tahun 2007….. 40

Lampiran 2. Standar Kualitas Air... 41

Lampiran 3. Analisa bukaan ventilasi……… 43

Lampiran 4. Tegangan dan modulus elastisitas untuk kayu…….. 44

Lampiran 5. Uji Pembebanan……… 45

Lampiran 6. Rekapitulasi dan Rencana Anggaran Biaya... 52

Lampiran 7. Analisa Satuan Pekerjaan………. 53

Lampiran 8. Daftar bahan bangunan per 7 Mei 2008……… 58

(13)

1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Salah satu masalah pada negara berkembang yaitu usaha untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan pertambahan penduduknya yang relatif tinggi. Menurut FAO (1976), sekitar 60 % penduduk di negara-negara berkembang mengkonsumsi makanan dengan mutu gizi yang kurang. Kekurangan pangan dan gizi di Indonesia disebabkan oleh kurangnya persediaan pangan berprotein tinggi dan harga yang relatif mahal.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut. Pemerintah (yang bergerak di bidang peternakan) telah menyusun program aneka ternak untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi keluarga. Masalah kekurangan gizi di Indonesia diharapkan dapat ditanggulangi dengan hadirnya program ini. Program ini pun masih berjalan hingga saat ini. Burung puyuh (Coturnic coturnix japonica) merupakan salah satu ternak unggas yang sedang di kembangkan dan ditingkatkan produksinya.

Salah satu komoditi yang dihasilkan oleh burung puyuh adalah telurnya. Telur puyuh merupakan sumber protein hewani yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti telur ayam, daging sapi, daging kambing, dan lain-lain. Zat yang terkandung di dalam telur puyuh lebih baik dari pada susu sapi segar dalam jumlah kandungan kalori, protein, lemak phospor, zat besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin B12. Daging dan kotoran puyuh pun dapat

dijadikan penghasilan tambahan selain dari telurnya (Tetty, 2002).

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan berbagai usaha untuk memproduksi puyuh. Salah satunya adalah merencanakan perkandangan puyuh komersial. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan kualitas puyuh sehingga nilai jual produk pun dapat lebih tinggi.

Beternak puyuh masih sangat prospektif untuk dilakukan. Semakin hari, permintaan telur puyuh semakin meningkat. Keadaan ini menyebabkan para peternak puyuh merasa tidak mampu untuk melayani permintaan agen tetapnya. Pada suatu contoh kasus di daerah Bekasi pada tahun 2007, dalam satu hari permintaan telur puyuh sebanyak 15 peti, padahal kemampuan kelompok peternak

(14)

yang terdiri dari 25 orang hanya mencapai 12 peti, berarti masih terdapat kekurangan 3 peti. Bahkan bila ada permintaan agen dari luar daerah pun harus ditolak (Tetty, 2002).

Daging puyuh pun saat ini sedang digemari karena mengandung protein yang tinggi (21.1 %) dan rendah lemak (7.7 %). Daging puyuh umumnya diambilkan dari puyuh yang sudah afkir. Puyuh dikatakan afkir bila kemampuan bertelurnya telah menurun dan puyuh jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan. Saat ini hanya beberapa supermarket yang menyediakan daging puyuh yang dijual dalam bentuk karkas (Tetty, 2002). Kotoran dan bibit puyuh pun saat ini bisa dijual, yang merupakan salah satu bukti beternak puyuh masih memiliki prospek usaha yang baik.

Lokasi usaha peternakan puyuh diambil di daerah Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bogor merupakan daerah yang potensial sebagai pasar dari puyuh dan turunannya. Kurang lebih telah berdiri sepuluh pasar besar yang terdapat di Bogor. Keberadaan Kabupaten Bogor yang dekat dengan daerah Jakarta pun dapat menjadi nilai tambah tersendiri dalam hal pemasaran. Selain itu keadaan Kabupaten Bogor sesuai untuk beternak puyuh. Hal ini dikarenakan suhu dan kelembaban rata-rata Kabupaten Bogor hampir sesuai dengan suhu dan kelembaban ideal bagi puyuh yaitu antara 20-25 oC dan 30-80 % (Elly Listyowati, 2004).

1.2. TUJUAN

Tujuan umum perancangan ini adalah membuat rancangan fasilitas fisik usaha ternak puyuh yang efektif serta bersifat komersial yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Lokasi dan tata letak fasilitas fisik usaha ternak puyuh (farm) di Kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

b. Rancangan kandang puyuh secara fungsional dan struktural dengan mengedepankan aspek komersialisasi.

c. Analisa biaya (RAB) yang diperlukan untuk pembuatan fasilitas fisik usaha ternak puyuh skala komersial.

(15)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. BURUNG PUYUH

Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil, dan berkaki pendek. Burung puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. Masyarakat Jepang, China, Amerika dan beberapa negara Eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya. Burung puyuh terus dikembangkan ke seluruh penjuru dunia. Burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan di Indonesia sejak tahun 1979. Klasifikasi zoologi burung puyuh adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Aves Ordo : Galliformes Famili : Phasianidae Genus : Coturnix

Species : Coturnic coturnix japonica

Burung puyuh merupakan kekayaan plasma nutfah Indonesia disebut juga Gemak. Jenis burung puyuh yang dipelihara di Indonesia diantaranya Coturnix coturnix japonica, Coturnix chinensis, Arborophila javanica, dan Rollus roulroul. Burung puyuh yang saat ini banyak diternakkan adalah Coturnix coturnix japonica. Coturnix coturnix japonica adalah burung puyuh yang telah lama didomestikasi sehingga kehilangan naluri untuk mengerami telurnya (Elly Listyowati, 2004).

Burung puyuh mempunyai ciri-ciri badannya kecil, bulat dan ekornya sangat pendek. Kebutuhan pakannya sangat sedikit, sesuai dengan ukuran tubuhnya yang kecil yaitu antara 14-24 gram/ekor/hari (Wahyuning, 2001). Burung puyuh memiliki kesuburan yang tinggi, dapat mencapai dewasa kelamin dalam waktu sekitar 6 minggu. Selain itu, telurnya dapat ditetaskan dalam waktu 16-18 hari. Gambar burung puyuh dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1.

(16)

Gambar 1. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Sebelum diternakkan, burung puyuh jenis ini termasuk burung liar yang menghuni hutan dan hidup berpindah-pindah. Kelebihan lain adalah suaranya yang cukup keras dan agak berirama sehingga puyuh ini dapat dipelihara sebagai burung yang dapat berkicau (song bird). Sifat-sifat tertentu dari puyuh jenis ini yaitu kemampuannya menghasilkan 3-4 generasi pertahun. Hal ini membuat puyuh ini menarik perhatian sebagai ternak percobaan dalam penelitian.

Burung puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang cukup produktif. Burung puyuh dapat bertelur sebanyak 250-300 butir/tahun (Wahyuning, 2001). Telur puyuh mempunyai nilai kandungan gizi yang tinggi, tidak kalah dengan telur unggas lainnya. Daging dan kotoran puyuh pun dapat dijadikan sebagai penghasilan tambahan dari beternak puyuh. Produksi telur yang optimum dapat ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu pengembangbiakan, pemberian pakan, dan pengelolaan.

Pengembangbiakan puyuh merupakan awal mula dari keberhasilan peternak. Peternak harus dapat menghasilkan bibit puyuh yang berkualitas. Bibit burung puyuh petelur komersial didapatkan dari telur tetas yang fertil. Telur tetas yang fertil didapatkan dari perkawinan antara pejantan dan betina dengan rasio tertentu. Proses penetasan telur puyuh biasanya dilakukan pada suhu 37-40°C dan kelembaban 55% selama 18 hari. Proses penetasan dimulai dari fumigasi telur, grading telur, penyimpanaan telur dalam setter, pemindahan ke hetcher, setelah menetas dilakukan grading DOQ dan penentuan jantan/betina (Elly Listyowati, 2004).

(17)

Burung puyuh membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang berbeda pada tiap periode. Pada periode starter minimal kandungan protein kasar 24 % dan energi termetabolis 2,900 Kkal/kg. Pada periode grower, minimal kandungan protein kasar 20 % dan energi termetabolis 2,700 Kkal/kg. Pada periode layer minimal kandungan protein kasar 22 % dan energi termetabolis 2,900 Kkal/kg (SNI, 1995). Pada masa pertumbuhan, protein digunakan untuk menyusun jaringan tubuh yaitu membentuk otot, sel darah dan tulang. Tetapi pada masa bertelur, protein tidak lagi digunakan untuk menyusun jaringan tubuh tetapi lebih digunakan sebagai materi penyusun telur dan sperma (Tetty, 2002).

Keberhasilan seorang peternak sangat tergantung dari kemampuannya dalam mengelola burung puyuh yang diternakkannya. Apalagi bila ingin mengusahakan ternak puyuh sebagai penghasil utama. Seorang peternak yang baik seharusnya dapat mencurahkan perhatiannya kepada puyuh yang dipelihara (terutama dalam hal perawatannya). Bila perawatan yang diberikan tidak tepat maka bukan keuntungan yang didapat tetapi kerugianlah yang diperoleh. Beberapa hal yang perlu diketahui oleh peternak puyuh dalam mengurus puyuh yaitu kepadatan sangkar, suhu dan kelembaban kandang, dan pencegahan penyakit dari puyuh tersebut (Elly Listyowati, 2004).

Telur puyuh bila dilihat dari kandungan protein dan lemaknya, dapat dikatakan lebih baik dibandingkan telur unggas lainnya. Hal ini dikarenakan telur puyuh memiliki kandungan protein yang tinggi tetapi rendah lemak. Dengan kandungan yang demikian, telur puyuh sangat baik untuk orang-orang yang diet kolesterol. Pada Tabel 1 disajikan perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas.

Tabel 1. Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas. Jenis unggas Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%) Ayam buras Itik Angsa Kalkun Puyuh 13.4 13.3 13.9 13.1 13.1 10.3 14.5 13.3 11.8 11.1 0.9 0.7 1.5 1.7 1.0 1.0 1.1 1.1 0.8 1.1 Sumber: Elly Listyowati (2004)

(18)

Peternak tidak dapat sembarangan memilih puyuh untuk dikonsumsi dagingnya. Daging puyuh diambil dari puyuh jantan yang tidak lolos seleksi sebagai induk dan puyuh betina yang kemampuan bertelurnya sudah tak produktif lagi (afkir). Harga daging puyuh bervariasi antara Rp.2,000-3,000/ekor. Daging puyuh memiliki rasa yang enak dan gurih dengan nilai gizi yang tinggi. Daging puyuh mengandung sekitar 21.10 % protein sedangkan lemaknya hanya 7.70 % saja. Daging puyuh biasanya dijual di supermarket dalam bentuk karkas dan dimasukkan dalam kemasan plastik tertutup (Elly Listyowati, 2004).

2.2. SISTEM PEMELIHARAAN

Seperti halnya kandang ayam, kandang untuk puyuh juga terdiri dari beberapa macam. Semua jenis kandang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Secara umum terdapat dua macam sistem pemeliharaan puyuh yaitu pemeliharaan dengan menggunakan kandang litter dan menggunakan sangkar baterai. Pemeliharaan puyuh tanpa pindah kandang biasanya menggunakan sistem litter. Sedangkan pemeliharaan dengan pindah kandang dilakukan dari kandang sistem litter ke sangkar baterai (Elly Listyowati, 2004). 2.2.1. Sistem Litter

Penggunaan sistem ini masih sangat jarang bagi ternak puyuh di Indonesia. Sistem litter lebih banyak dipakai di negara empat musim. Kalaupun ada di Indonesia biasanya dipakai oleh peternak puyuh pembibit, bukan peternak produsen telur konsumsi/petelur. Sistem litter dapat menggunakan 80 % sekam padi dicampur 15 % kotoran sapi yang sudah kering dan 5 % kapur. Seandainya sekam padi tidak tersedia bisa digunakan serbuk gergaji sebagai penggantinya.

Bahan litter mempunyai beberapa manfaat, diantaranya menghemat tenaga dan praktis. Sistem litter tidak perlu dibersihkan setiap hari, dapat menjadi sumber vitamin B-12, memberi rasa hangat kepada puyuh terutama pada saat musim penghujan. Kesehatan kaki puyuh pun terjaga, karena tidak langsung mengenai lantai yang keras. Kerusakan lantai terkurangi, karena terserapnya kotoran dan air oleh litter. Yang paling penting, memberi kesibukan pada puyuh untuk mengais-ngais sehingga mengurangi sifat kanibalisme puyuh untuk saling mematuk.

(19)

Sistem litter juga mempunyai kelemahan. Kelemahan tersebut yaitu telur-telur akan banyak yang tertutup oleh litter sehingga bisa-bisa telur-telur terinjak oleh puyuh itu sendiri. Pakan serta air minum dari puyuh tersebut kemudian akan kotor tercemari litter. Hal yang paling merugikan adalah mudahnya puyuh terserang penyakit pernapasan, karena debu yang dihasilkan saat mereka mengais dan mandi litter.

Perlu diingat untuk selalu mengaduk-aduk dan membalik-balik litter agar tidak menjadi padat dan basah. Sebab litter yang demikian dapat menyebabkan tumbuh dan berkembangnya beberapa penyebab penyakit, seperti coccidia, cacingan, kerusakan mata karena ammonia, terserang jamur, dan lain sebagainya. Oleh karena itu setiap saat kualitas litter sudah jelek (terlalu padat atau basah) harus segera diganti dengan litter yang baru setidak-tidaknya setiap dua bulan sekali.

Lantai kandang harus kuat menahan litter dan tidak ada yang bocor. Bila lantai bocor, litter akan jatuh ke kandang di bawahnya dan tentu saja mengganggu aktivitas dan pernapasan puyuh yang berada di bawahnya. Jika ada penggantian penghuni kandang maka sebelum penghuni baru masuk, litter harus diganti dengan yang baru. Ada baiknya kandang disemprot dulu dengan disinfektan yang tidak mengandung racun, seperti asepto, lysol, atau yang lainnya. Biasanya disinfektant ini tersedia di poultry shop (Elly Listyowati, 2004).

2.2.2. Sistem Sangkar Baterai

Sistem ini paling banyak digunakan oleh peternak-peternak puyuh di Indonesia. Dinding dan lantai sangkar sistem ini terbuat dari kawat kasa/ram. Hal ini menyebabkan di bawah lantai setiap sangkar perlu disediakan alas guna menampung kotoran (dropping board). Dengan adanya penampung kotoran itu pemeliharaan kebersihan ruangan lebih mudah dilakukan. Selain itu kotoran tidak menimpa puyuh dalam sangkar yang terletak di bagian bawahnya.

Bahan yang baik untuk membuat sangkar jenis ini adalah kayu karena lebih awet dan rapi. Sangkar dari kayu akan tahan hingga lebih dari 4 tahun. Perbaikan yang sering dilakukan adalah mengganti kawat dinding karena sudah berkarat dan rapuh. Tempat pakan dan air minum dalam sangkar baterai biasanya terbuat dari kayu, bambu, atau pipa PVC.

(20)

Sangkar sistem ini memiliki sirkulasi udara yang baik dan dapat mencegah beberapa penyakit yang disebabkan oleh parasit. Akan tetapi sebaiknya dinding-dinding kandang diberi plastik. Bila siang plastik dapat digulung agar terjadi sirkulasi udara dan malam harinya dapat menjadi penutup dinding dari terpaan angin dan hujan (Elly Listyowati, 2004).

2.3. PERSYARATAN PERKANDANGAN

Kandang merupakan unsur penting dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan puyuh. Kandang melindungi ternak dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti hujan, udara panas dan dingin, serta lembab. Kandang menghindarkan ternak dari gangguan binatang lain dan memudahkan dalam pemeliharaaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi baik buruknya kandang puyuh yaitu lokasi kandang, kepadatan kandang, suhu dan kelembaban kandang serta ventilasi.

2.3.1. Lokasi Kandang

Lokasi atau lahan yang digunakan dalam pembangunan kandang puyuh secara langsung mempengaruhi keberhasilan peternak puyuh. Lokasi yang baik akan memberikan dampak positif bagi produksi peternakan puyuh. Sedangkan lokasi yang buruk justru akan menuai hasil yang buruk pula. Oleh sebab itu penentuan lokasi kandang menjadi faktor yang menentukan keberhasilan peternak. Beberapa persyaratan lokasi yang harus dipenuhi untuk membuat suatu bangunan kandang yaitu :

a. Lokasi kandang sebaiknya lebih tinggi dari tanah sekitarnya agar air hujan tidak menggenang di dalam kandang dan di sekeliling bangunan kandang. Sedapat mungkin dihindari pembangunan kandang di suatu cekungan, di bawah bukit, atau tanah yang berbukit. Tanah yang berbukit akan mengganggu sirkulasi udara dan aliran air, baik aliran air permukaan maupun air tanah yang menyebabkan kandang selalu lembab.

b. Kandang sebaiknya dibangun di suatu tempat yang tidak selalu terbuka terhadap angin kencang. Bila terpaksa, maka sebaiknya di sekeliling kandang digunakan pagar hidup sebagai pelindung. Hal ini sekaligus

(21)

berfungsi untuk menghambat penyebaran bau atau dampak lingkungan yang disebabkan oleh kandang.

c. Arah kandang sebaiknya diusahakan menghadap barat-timur sehingga unggas yang dipelihara tidak terkena panas matahari secara langsung. Baik panas matahari pada pagi hari maupun siang hari.

d. Lokasi kandang perlu memiliki sumber air yang cukup. Selain itu lokasi mempunyai letak yang strategis dalam hal transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran. Lalu lokasi yang terpilih harus bebas dari wabah penyakit yang sedang melanda.

e. Sirkulasi udara di sekitar kandang harus lancar. Di daerah tropis seperti Indonesia sirkulasi udara dalam kandang sangat penting. Sirkulasi udara yang kurang baik menyebabkan kandang terlalu lembab dan bau yang dapat menurunkan produksi serta menimbulkan beberapa penyakit. Udara segar yang masuk ke dalam kandang dengan leluasa akan membantu pengeluaran CO2 dan amoniak dari kandang dan menambah kadar O2 di

dalam kandang.

f. Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk. Letak kandang diusahakan jauh dari bangunan lain yang tidak langsung menunjang peternakan. Bangunan seperti pemukiman, garasi, kantor, dan bangunan sumber kebisingan lain. Kondisi ini diperlukan bagi unggas (seperti puyuh) yang umumnya mudah stress terhadap kebisingan (Tetty, 2002). 2.3.2. Kepadatan Kandang

Kandang harus dapat menjamin kesehatan serta pertumbuhan yang baik bagi puyuh. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Bila luas kandang tidak sesuai dengan jumlah puyuh yang hendak dipelihara maka produktivitas puyuh tersebut akan turun. Hal ini dikarenakan puyuh akan berdesak-desakkan dalam berebut pakan sehingga ransum yang dikonsumsi kurang merata. Perkelahian pun dapat terjadi sehingga kesempatan untuk kawin berkurang terutama untuk puyuh pembibit.

(22)

Luasan kandang yang dipergunakan sebaiknya tidak terlalu besar dan terlalu kecil. Bila kandang terlalu besar, puyuh-puyuh akan terlalu aktif bergerak atau bahkan menjadi malas. Luas kandang berdasarkan umur puyuh dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas kandang berdasarkan umur puyuh.

Umur (minggu) Luas kandang (cm2/ekor) 0-1 1-4 4-7 7-dst 160-180 180-200 180-200 180-200 Sumber : Elly Listyowati (2004)

2.3.3. Suhu dan Kelembaban Kandang

Puyuh termasuk kelompok unggas yang merupakan hewan berdarah panas. Hewan berdarah panas harus mempertahankan suhu badan dalam batasan yang sempit bila efisiensi berlangsung. Unggas akan melakukan efisiensi dengan cara memperlambat metabolisme dan mengurangi nafsu makan (Priyatno, 1999). Suhu lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan puyuh adalah 20-25ºC. Suhu yang terlalu tinggi akan akan menurunkan kesuburan sperma pada puyuh pejantan. Pada puyuh betina, suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerabang telur yang dihasilkan lebih tipis dan mudah retak.

Kelembaban dalam kandang sangat penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan unggas. Kelembaban dalam kandang idealnya 30-80%. Kelembaban kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan puyuh mudah terserang penyakit. Hal tersebut terjadi karena kelembaban yang tinggi akan mendukung perkembangan mikroorganisme dan bakteri.

2.3.4. Ventilasi

Ventilasi adalah pergerakan udara yang melalui bangunan. Ventilasi merupakan faktor penting dalam struktur bangunan perkandangan. Faktor-faktor lingkungan seperti kecepatan angin, suhu dalam dan suhu luar kandang, kelembaban, serta perubahan keseimbangan panas dapat menimbulkan naik-turunnya fluktuasi laju ventilasi udara.

(23)

Pergerakan udara melalui lubang pada bangunan kandang terjadi saat perbedaan tekanan yang digerakkan melalui lubang. Ventilasi dengan tekanan tertentu dapat mempengaruhi kecepatan pergerakan udara, arah pergerakan, intensitas dan pola aliran serta rintangan setempat. Dua strategi untuk mengubah laju ventilasi yaitu melalui perbedaan tekanan yang melintasi lubang yang diubah dan melalui ukuran lubang ventilasi yang disesuaikan untuk menaikkan atau menurunkan laju ventilasi. Umumnya terdapat dua sistem ventilasi yang sering digunakan. Sistem tersebut adalah ventilasi mekanik (Mechanical ventilation) dan ventilasi alam (Natural Ventilation).

Sistem ventilasi mekanik umumnya menggunakan kipas listrik, yang digerakkan oleh sistem motor listrik. Kipas listrik yang menggerakan udara dalam kandang menurunkan tekanan dalam kandang, sehingga menyebabkan udara masuk dari lubang lainnya. Ada tiga kriteria yang perlu diperhatikan secara khusus untuk mendesain sistem ventilasi mekanis yaitu, karakteristik pola aliran udara, karakteristik bangunan ventilasi, dan karakteristik kipas listrik.

Ventilasi merupakan jalan keluar masuknya udara, sehingga udara segar dari luar dapat masuk menggantikan udara kotor di dalam kandang. Ventilasi yang baik mutlak untuk perkandangan di daerah tropis. Salah satu fungsi ventilasi untuk mencegah penimbunan lapisan udara panas di sekitar unggas.

Ventilasi dalam perencanaan kandang yang baik sangat penting untuk mewujudkan tingkat kenyamanan dan kesehatan (Soegijanto, 1999). Pertukaran udara yang berlangsung terus menerus menjaga kesegaran udara. Selain itu dapat juga mengalirkan oksigen yang dibutuhkan ke dalam kandang dan mengeluarkan karbondioksida ke luar kandang.

Ventilasi juga berfungsi mengatur kondisi suhu dan kelembaban di dalam kandang. Suhu dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap kesehatan puyuh. Suhu yang baik bagi puyuh berkisar 20-25o C dan kelembaban sekitar 30-80%. Suhu dan kelembaban yang tinggi berpengaruh pada kepekaan puyuh terhadap penyakit pernapasan. Udara segar yang dibutuhkan puyuh akan semakin meningkat apabila suhu meningkat dan berat puyuh meningkat. Interaksi yang berkaitan dengan tersedianya O2 dan CO2 dapat dilihat pada Tabel 3.

(24)

Tabel 3. Interaksi yang berkaitan dengan tersedianya O2 dan CO2

Interaksi kenyamanan

O2 kandang CO2 tersedia Keterangan tersedia

Normal Batas normal Abnormal I Abnormal II Abnormal III 21 % 21 % 15 % 11 % 7 % 0.03 % 3.00-4.00 % 5.00-8.20 % 8.00-11.80 % 12.00-17.40 % Pernapasan normal

Pernapasan abnormal belum terjadi

Pernapasan meningkat Denyut nadi meningkat dan pernapasan terganggu Cekaman yang akut dan terjadinya kematian

Sumber : Priyatno (1999)

Ventilasi kandang berkaitan erat dengan bentuk dinding dan konstruksi atap kandang. Kandang dengan sistem tertutup dapat menggunakan kipas angin besar atau pelembab (foggers) dan penyemprotan atap. Namun, penggunaan pelembab dan penyemprotan atap hanya cocok digunakan di daerah panas yang kering. Pada sebagian besar wilayah Indonesia hal ini justru akan menambah kelembaban yang tinggi.

Terdapat dua permasalahan yang patut dipelajari agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan dari perencanaan kandang. Permasalahan tersebut yaitu kandang yang terlalu luas dan angin yang terlalu kencang. Kandang yang terlalu luas tetapi tidak didukung kecepatan angin yang cukup akan menyebabkan sirkulasi dalam kandang kurang baik. Hal ini dapat dipecahkan dengan jalan mempersempit (memperpendek) kandang atau menggunakan kipas angin (Priyatno, 1999). Pada tabel 4 dapat dilihat pengaruh temperatur terhadap produksi unggas.

(25)

Tabel 4. Pengaruh temperatur terhadap produksi unggas. Temperatur Pengaruh terhadap produksi unggas

Di bawah 10o C 10-21o C 21-26o C 26-29 o C 29-32 o C 32-35 o C .35-39 o C

Menurunkan angka pertumbuhan dan produksi Menurunkan efisiensi penggunaan makanan Selang temperatur ideal

Terjadi penurunan dalam perolehan makanan, ukuran dan kualitas telur agak menurun

Pertumbuhan melambat, konsumsi makanan menurun, unggas mulai kepanasan, produksi, ukuran, dan kualitas telur menurun, serta konsumsi air minum meningkat.

Unggas stres dan konsumsi makan menurun Kemungkinan terjadi kematian

Sumber : Priyatno (1999)

2.4. KONSTRUKSI KANDANG

Kontruksi kandang merupakan faktor penting dalam dunia peternakan. Konstruksi yang baik akan memudahkan perawatan, pencegahan terhadap penyakit, dan memungkinkan puyuh yang dipelihara di dalamnya berproduksi sesuai harapan. Faktor konstruksi yang dituntut untuk membuat kandang puyuh yang baik antara lain meliputi ventilasi, dinding, lantai, atap, dan bahan bangunan. 2.4.1. Dinding kandang

Dinding kandang berfungsi sebagai pelindung keberadaan puyuh dari gangguan luar. Dinding kandang juga berfungsi sebagai penghalang agar puyuh tetap berada dalam kandang. Dinding kandang harus dibuat dari bahan yang kuat dan rapat tetapi tetap memberikan kenyamanan bagi lingkungan dalam kandang. Dinding kandang sebaiknya dibuat dengan sistem dinding terbuka agar hembusan angin dapat masuk dengan leluasa. Hembusan angin yang cukup akan mengurangi udara panas dalam kandang.

Berdasarkan fungsinya, dinding kandang dibedakan atas dinding terbuka dan dinding tertutup. Dinding terbuka menggunakan bilah bambu, kayu, atau anyaman kawat. Dinding terbuka juga berfungsi sebagai ventilasi udara. Dinding tertutup menggunakan styrofoam untuk membuat dinding kedap temperatur atau

(26)

bahan rapat lainnya. Jenis dinding ini digunakan di negara-negara yang mempunyai periode musim dingin (Priyatno, 1999).

2.4.2. Lantai kandang

Lantai kandang dapat dibedakan atas dua jenis. Jenis pertama merupakan lantai padat yang langsung rapat ke tanah. Lantai ini dapat dibuat dari adukan semen dan pasir dan juga dibuat dari tanah yang dipadatkan. Permukaan lantai ini dapat ditutup dengan serbuk yang berfungsi untuk menyerap kotoran yang jatuh.

Jenis lantai yang kedua merupakan lantai bercelah berbentuk panggung yang tidak rapat ke tanah. Lantai ini dibuat dari bilah-bilah bambu atau anyaman kawat. Keunggulan lantai ini memudahkan kotoran unggas dapat jatuh ke kolong kandang sehingga mudah di bersihkan (Priyatno, 1999). Akan tetapi lantai ini memiliki kelemahan yaitu kaki puyuh yang kecil sering terperosok sehingga dapat menyebabkan cacat. Pada umumnya lantai jenis pertama yang sering di gunakan oleh para peternak puyuh.

2.4.3. Atap Kandang

Atap kandang diperlukan untuk melindungi unggas dari panas matahari dan curah hujan. Bila atap kandang tidak sesuai maka dapat membebani konstruksi bahan kandang. Dengan demikian konstruksi ataupun bahan yang dipasang sebagai atap perlu dipilih yang dari jenis yang ringan, tahan panas, tidak menyerap panas, tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Apabila diperlukan dapat dipasang kombinasi dari dua bahan sehingga dapat memenuhi kriteria tersebut (Priyatno, 1999).

Bahan yang dapat digunakan antara lain genting atau rumbia yang disusun serapat mungkin. Kedua bahan tersebut tergolong tidak menyerap panas dan menghantar panas. Seng dan asbes dapat dipergunakan pula tetapi bagian bawah permukaan seng atau asbes dilapisi gabus atau tripleks untuk meredam pengaruh panas. Cara lain dapat pula dengan menutupi bagian atas seng atau asbes dengan anyaman rumbia atau jaring hitam untuk menghambat panas matahari.

Berdasarkan konstruksi, atap dibedakan menjadi atap biasa (gable) dan atap monitor. Tipe atap akan berpengaruh terhadap aliran udara, suhu, dan kelembaban udara dalam kandang. Atap biasa (gable) terdiri dari dua sisi tetapi tidak terdapat lubang pada puncaknya. Umumnya digunakan untuk bangunan

(27)

kandang yang tidak terlalu luas dan memiliki jumlah peliharaan unggas tidak begitu banyak. Atap monitor terdiri dari dua sisi dan pada bagian puncaknya terdapat lubang. Umumnya jenis ini digunakan untuk bangunan kandang yang berukuran luas dan memiliki jumlah peliharaan unggas cukup banyak.

2.4.4. Bahan bangunan

Memilih bahan bangunan yang akan dipakai memerlukan kecermatan. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan diantaranya iklim daerah tersebut dan kualitas bahan bangunan. Hal tersebut sangat mempengaruhi keawetan dan kenyamanan kandang. Selain itu dipertimbangkan pula faktor ekonomi sehingga sebaiknya dipilih dari bahan yang semurah mungkin tetapi tetap memenuhi persyaratan. Sebaiknya kandang dibuat dari bahan berwarna tidak gelap yang tidak begitu kuat menyerap panas (Priyatno, 1999).

(28)

3. METODOLOGI PERANCANGAN

3.1. METODE PERANCANGAN

Fasilitas fisik usaha ternak puyuh yang efektif serta bersifat komersil terdiri dari kandang inti, gudang, ruangan mesin tetas, kantor, tempat packing telur, tempat tinggal pekerja dan tempat pembuangan kotoran. Metode perancangan fasilitas usaha ternak puyuh dapat dilihat pada diagram alir yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram alir metode perancangan Persiapan

Penentuan lokasi dan tata letak bangunan

Pengambilan data

Analisis rancangan

Gambar rancangan Penentuan kapasitas dan produksi telur puyuh

(29)

Awal mula perancangan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan perancangan seperti ide perancangan. Kemudian menentukan lokasi dan tata letak fasilitas usaha ternak puyuh ini. Untuk menentukan lokasi harus sesuai dengan peraturan yang berlaku pada daerah tersebut. Penentuan tata letak berdasarkan fungsi bangunan tersebut.

Data rancangan diambil dari pengamatan langsung pada lahan yang dijadikan objek perancangan, wawancara, dan literatur yang mendukung. Kemudian data mengenai aturan peternakan diambil dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Lalu data iklim berupa suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga. Sedangkan data harga bangunan dan upah pekerja mengikuti harga pasar setempat diambil dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bogor.

Kapasitas usaha ternak puyuh ditentukan berdasarkan jumlah puyuh yang dipelihara. Untuk menentukan junlah ini perlu dicari jumlah permintaan terhadap telur puyuh selain itu kapasitas juga menentukan skala usaha yang dijalankan. Kapasitas puyuh yang akan dipelihara dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 1 :

A = C B

x 1 ekor...(1) keterangan : A = jumlah puyuh yang akan dipelihara (ekor)

B = asumsi jumlah permintaan (butir/tahun) C = kemampuan produksi puyuh (butir/tahun)

Sedangkan kapasitas satu unit sangkar puyuh yang terdiri dari lima lantai dihitung dengan menggunakan persamaan 2 dilanjutkan dengan persamaan 3.

NL = LP LL ...………...…(2) N = JL NL …….………(3) Keterangan : NL = kapasitas satu unit sangkar puyuh perlantai (ekor/lantai)

LL = luasan per satu lantai sangkar puyuh (cm2/lantai) LP = kebutuhan ruang untuk satu ekor puyuh (cm2/ekor) N = kapasitas satu unit sangkar puyuh (ekor)

(30)

Pada analisis rancangan fungsional, dikaji berupa tipe kandang, lokasi perkandangan, dan persyaratan lingkungan yang dapat menciptakan suasana kandang yang aman dan nyaman. Kemudian pada analisis rancangan struktural dikaji bentuk, ukuran, dan bahan konstruksi yang digunakan. Dan pemilihan berdasarkan sifat fisik dan mekanik bahan sesuai dengan fungsi komponen tersebut. Lalu dihitung beban yang terjadi pada bagian konstruksi, agar konstruksi tersebut dapat dikatakan kokoh/kaku.

Perencanaan analisis biaya ditujukan untuk dapat mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan untuk merealisasikan pembangunan satu unit kandang. Biaya yang diperhitungkan meliputi biaya untuk pembelian bahan bangunan dan upah tenaga kerja. Hasil dari analisis fungsional dan struktural dituangkan dalam bentuk gambar teknik untuk bangunan

3.2. WAKTU DAN TEMPAT PERANCANGAN

Perancangan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan di desa Pasir Gaok, stasiun klimatologi Bogor, Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bogor pada Akhir Oktober 2007 sampai dengan awal Maret 2008. Pada tahap ini dilakukan pengamatan langsung pada lahan yang akan dijadikan objek perancangan serta pengambilan data yang terkait perancangan.

Perancangan tahap kedua dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret sampai pertengahan bulan Juli 2008 di laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB. Selanjutnya tahap ini dilakukan pengolahan data untuk perencanaan rancangan dan penuangan hasil melalui gambar teknik.

(31)

4. PERENCANAAN UMUM USAHA TERNAK PUYUH

Perencanaan usaha ternak puyuh itu bisa dibilang mudah ataupun susah. Pada pelaksanaannya masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang mengakibatkan kerugian seperti penggunaan pakan yang berlebih dan produksi telur yang terus menerus turun. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai usaha ternak puyuh ini. Terutama bila dikaitkan dari sisi komersial. Tiga faktor penting dalam merencanakan usaha ternak puyuh yaitu penentuan lokasi dan tata letak, perencanaan skala usaha, dan penentuan sistem pemeliharaan.

Perancangan kandang puyuh ini dilakukan dengan memodifikasi kandang yang telah ada di Kabupaten Bekasi. Kandang yang ada di Bekasi memiliki atap dan dinding yang berbeda dengan yang dirancang. Atapnya merupakan atap biasa (gable) sedangkan dindingnya merupakan dinding yang tertutup. Sedangkan yang dirancang di Kecamatan Ranca Bungur menggunakan atap monitor dan berdinding terbuka.

4.1. PENENTUAN LOKASI DAN TATA LETAK

Perencanaan lokasi peternakan puyuh skala komersial memerlukan banyak pertimbangan. Daerah yang ditetapkan sebagai lokasi peternakan harus memiliki daya dukung yang cukup memadai. Keadaan topografi dan iklim akan turut menentukan pertumbuhan dan produktivitas ternak yang dipelihara.

Lokasi yang dijadikan sebagai peternakan tidak boleh menyalahi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Direktorat Jenderal Peternakan dalam Surat Keputusan No.92 Th.1994 menetapkan bahwa lokasi peternakan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan ketertiban wilayah setempat. Artinya lokasi terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk.

Lokasi peternakan puyuh yang direncanakan adalah di salah satu daerah Kabupaten Bogor. Berdasarkan Perda No.5 Th.2000, lahan untuk peternakan diutamakan daerah berlahan kering dan memiliki tanaman tahunan. Pemerintah Kabupaten Bogor tidak memiliki perda yang mengatur secara khusus tentang penempatan lahan untuk pertanian (tidak spesifik pada penunjukkan tempat).

(32)

Pemilihan tempat usaha didahului dengan pertimbangan terdapatnya sarana penunjang seperti listrik, sumber air, dan jalan masuk kendaraan yang cukup memadai. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dipilihlah desa Pasir Gaok, Kecamatan Ranca Bungur sebagai lokasi usaha ternak puyuh dikarenakan sesuai dengan sumber daya yang ada. Lokasi terletak sekitar 165 m di atas permukaan laut dengan relief yang agak berbukit-bukit. Luas wilayah Kecamatan Ranca Bungur kurang lebih 21.68 km2. Siteplan usaha ternak puyuh dapat dilihat pada Lampiran 10 (Lampiran Gambar Kerja). Data klimatologi seperti suhu, kecepatan angin, dan kelembaban udara rata-rata (tahun 2007) dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebaiknya data iklim yang diambil minimal berada dalam rentang kurun waktu 10 tahun untuk melihat perbedaaan rata-rata data iklim tiap tahun. Akan tetapi diasumsikan tidak ada perubahan drastis pada data iklim sehingga hanya data tahun 2007 yang diambil karena hanya data pada tahun tersebut yang digunakan pada perhitungan.

Letak kandang diatur sehingga hanya sinar matahari pagi yang dapat masuk secara tidak langsung ke dalam kandang. Sinar matahari pagi penting untuk sanitasi kandang, selain itu sebagai sumber vitamin D bagi puyuh. Pelaksanaan ternak puyuh skala usaha besar harus mempertimbangkan tata letak sesuai aturan, karena biasanya unit kandang berada dalam kandang yang besar. Oleh karena itu salah satu kandang inti menghadap ke timur dan unit kandang diletakkan saling berhadapan pintu. Dengan demikian sinar matahari pagi dapat sampai ke setiap kandang dan ikut meringankan kerja petugas karena petugas dapat melayani dua unit kandang sekaligus.

Fasilitas fisik usaha ternak puyuh yang efektif serta bersifat komersial dapat terdiri dari beberapa jenis bangunan. Yaitu dua unit kandang inti, gudang tempat penyimpanan pakan dan peralatan, ruangan mesin tetas, kantor, ruang packing telur, tempat tinggal pekerja dan tempat pembuangan kotoran terletak di dekat kandang. Tempat pembuangan kotoran dirancang agar kotoran dapat masuk dan keluar secara bergantian (tidak bersamaan) maka dipasang sekat di tengahnya. Fasilitas fisik ini terdiri dari bangunan permanen yang dibangun pada lahan seluas 1,428 m2.

(33)

4.2. PERENCANAAN SKALA USAHA

Banyaknya jumlah puyuh yang akan dipelihara mencerminkan besarnya skala usaha yang direncanakan. Jumlah puyuh yang akan dipelihara dapat ditentukan melalui besarnya asumsi permintaan terhadap telur puyuh. Jenis puyuh yang akan dipelihara adalah Coturnix coturnix japonica. Menurut Wahyuning (2001), puyuh jenis ini memiliki kemampuan bertelur yang cukup tinggi yaitu sekitar bertelur sebanyak 250-300 butir/tahun.

Permintaan untuk telur puyuh berasal dari pasar-pasar di daerah Bogor (seperti Pasar Anyar, Warung Jambu, Ciampea, Parung, Leuwiliang, Caringin, Gunung Batu, dan lain-lain). Kemudian permintaan juga datang dari pedagang sayur dan pasar yang dapat dijangkau oleh distribusi. Asumsi permintaan telur puyuh berjumlah 20 kardus/hari (1 kardus terdiri dari 750 butir) dengan kemampuan produksi puyuh sebesar 275 butir/tahun maka berdasarkan persamaan (1), kapasitas usaha ternak puyuh yang akan dipelihara adalah berjumlah 20,000 ekor.

Jumlah kapasitas usaha ternak puyuh ini akan dibagi sama rata ke dalam dua kandang inti. Pada satu unit kandang inti terdapat 68 sangkar baterai. Tiap satu unit sangkar baterai mampu menampung 150 ekor puyuh. Sehingga total 20000 ekor puyuh dapat ditampung pada dua unit kandang inti.

Menurut Elly Listyowati (2004), skala usaha ternak puyuh di atas termasuk skala besar karena lebih dari 8,000 ekor puyuh yang dipelihara. Skala ini memerlukan perencanaan dan pertimbangan yang lebih cermat karena mengarah kepada peternakan komersial. Untuk itu, lokasi puyuh ditempatkan di lokasi yang jauh dari perumahan tetapi tetap ditunjang sarana dan prasarana yang mendukung usaha ini agar usaha ini dapat menguntungkan.

4.3. PENENTUAN SISTEM PEMELIHARAAN

Sistem pemeliharaan yang dipilih adalah sistem baterai. DOQ (Day Old Quail) berumur 3 minggu yang baru dibeli segera dimasukkan ke sangkar baterai. Puyuh akan tetap berada dalam kandang baterai sampai puyuh tersebut diafkir. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam perawatan kandang dan pelaksanaan produksi telur puyuh.

(34)

Puyuh yang berumur lebih dari satu tahun akan diganti dengan yang baru karena produktivitasnya telah menurun. Kandang inti terdapat dua unit. Pada tiap satu unit kandang inti dikelompokkan ke dalam 4 baris, yang tiap baris terdapat 17 unit kandang. Pengelompokan ini tidak dipengaruhi oleh umur puyuh, pengelompokan ini dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan, pendataan, serta perawatan puyuh.

(35)

5. RANCANGAN FUNGSIONAL

Rancangan fungsional suatu bangunan memiliki arti penting dalam arah tujuan bangunan tersebut didirikan. Fungsi dari setiap rancangan yang akan dibuat harus benar-benar sesuai dengan keadaan. Analisa rancangan fungsional kandang puyuh mencakup hal-hal seperti pertimbangan pemilihan tipe kandang, lokasi perkandangan, dan persyaratan lingkungan.

5.1. TIPE KANDANG

Tipe kandang untuk unggas dapat dibagi menjadi dua. Tipe pertama adalah tipe litter dan tipe kedua adalah tipe baterai. Tipe litter umumnya digunakan pada kandang ayam agar mudah dalam perawatan dan praktis. Sedangkan tipe untuk ternak puyuh umumnya tipe baterai sangkar.

Pemilihan sangkar baterai untuk usaha ternak puyuh ini didasari beberapa faktor. Faktor yang menjadi pertimbangan diantaranya sangkar baterai dapat membuat pekerja mempermudah pengawasan dalam perawatan puyuh. Selain itu, pada sangkar baterai relatif lebih mudah untuk melakukan pendataan puyuh bila dibandingkan dengan kandang litter. Berikut ini akan dijelaskan kapasitas, luas, dan fasilitas sangkar baterai yang dijadikan sistem pemeliharaan untuk usaha ternak puyuh.

5.1.1. Kapasitas dan Luas Sangkar Baterai

Kapasitas sangkar baterai tergantung dari jumlah skala usaha ternak yang akan dijalankan. Berdasarkan perencanaan, puyuh yang akan dipelihara berjumlah 20,000 ekor sehingga sangkar baterai yang disediakan berjumlah 136 unit yang terbagi merata pada dua kandang inti. Jumlah ini didasari perhitungan kepadatan puyuh, dengan asumsi luas satu lantai pada satu unit kandang sebesar 5,400 cm2 (90 cm x 60 cm) dan kebutuhan ruang untuk satu ekor puyuh sebesar 180 cm2. Maka berdasarkan persamaan (2) dan (3), kapasitas satu unit sangkar puyuh yang terdiri dari lima lantai sebesar 150 ekor.

Penyusunan sangkar baterai pada kandang inti perlu dilakukan agar penggunaan luasan lantai teratur dan efisien. Luas kandang inti masing-masing sebesar 180 m2 (24 m x 7.5m). Pada bagian dalam kandang inti terdapat 68 unit

(36)

sangkar baterai yang disusun ke dalam 4 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 17 unit sangkar baterai yang berbaris lurus.

Jarak antar sangkar dibuat selebar 1 m dari sisi masing-masing panjang sangkar. Penentuan luas jalan selebar 1 m ini mempertimbangkan apabila dua pekerja berpapasan sewaktu melakukan aktivitas kerja sehingga tidak mengalami gangguan dalam bekerja. Lalu jarak antar lebar sangkar ditentukan sebesar 0.5 m. Penentuan ini mempertimbangkan kemudahan meletakkan tempat minum bagi puyuh dan aktivitas lainnya.

Ukuran sangkar baterai harus diperhatikan untuk kenyamanan puyuh dan pekerja. Panjang sangkar tidak boleh lebih dari 2 m karena sangkar terlalu luas dan puyuh terlalu aktif. Lebar sangkar tidak lebih dari 0.75 m agar pekerja leluasa bila akan membersihkan sangkar, merawat ataupun menangkap puyuh. Panjang dan lebar yang digunakan untuk unit sangkar baterai ini adalah 0.9 m dan 0.6 m (Elly Listyowati, 2004)

Sangkar baterai ini menggunakan alas dari kawat ram atau kasa, alas dari litter terlalu kotor dan tidak praktis. Di Indonesia yang lebih sering dipergunakan adalah alas dari kawat ram, karena lebih praktis dan bersih, sehingga puyuh lebih terjamin hidup sehat. Hanya perlu ada tambahan papan triplek di bawah alas sangkar sebagai wadah kotoran.

Tinggi satu lantai pada unit sangkar baterai diusahakan tidak lebih dari 0.30 m. Sangkar yang terlalu tinggi menyebabkan puyuh sering meloncat-loncat dan hal itu menyebabkan kepala puyuh sering terluka. Untuk mengurangi luka pada puyuh karena terbentur, maka di bawah atap dipasang net dari plastik atau jaring. Tinggi sangkar yang digunakan adalah 0.25 m dan 0.20 m. Tinggi sangkar berbeda untuk mendapatkan kemiringan pada lantai. Kemiringan lantai ini sekitar 5o. Kemiringan lantai ini berfungsi untuk mempermudah telur menggelinding menuju tempat telur untuk diambil.

Kemudian tinggi kolong sangkar dibuat setinggi 0.25 m agar sangkar pada lantai pertama tidak terlalu terpengaruh kelembaban lantai. Pada tiap lantai dipasang dropping board sebagai tempat kotoran jatuh. Pintu-pintu sangkar dibuat di bagian samping sangkar untuk mempermudah perawatan puyuh. Total tinggi

(37)

satu unit sangkar baterai sekitar 1.75 m (masih dalam batas ideal tinggi manusia Indonesia). Gambar 2 menunjukkan sketsa sangkar baterai tampak samping.

20 cm Tempat pakan Tempat telur 10 cm Tempat kotoran jatuh 25 cm 5 cm 25 cm 60 cm

Gambar 3. Sketsa sangkar baterai tampak samping

5.1.2. Fasilitas Kandang

Fasilitas kandang merupakan sarana dalam memudahkan dan membantu proses produksi. Produksi telur puyuh akan meningkat seiring dengan baiknya kualitas fasilitas yang digunakan. Fasilitas kandang termasuk di dalamnya tempat pakan, tempat minum, tirai plastik, lampu, dan peralatan lain-lain.

(38)

a. Tempat makan dibuat dari bambu yang dibelah melintang. Syarat tempat pakan antara lain mudah diisi, dibersihkan, dan puyuh mudah mengambil makanan darinya. Tempat pakan berada di bagian depan sangkar.

b. Tempat minum dapat menggunakan tempat minum unggas dari plastik atau buatan pabrik. Tempat minum yang terbuat dari plastik ini dipilih plastik yang berwarna merah. Karena warna tersebut secara tidak langsung menggairahkan daya hidup puyuh. Tempat minum berada di bagian samping sangkar.

c. Tirai plastik berfungsi untuk menutupi sekeliling kandang. Kandang perlu ditutup untuk melindungi puyuh dari cuaca yang kurang menguntungkan. Biasanya kandang ditutup pada saat suhu lingkungan kurang dari 20 oC, angin bertiup kencang dan saat kelembaban tinggi.

d. Lampu berfungsi untuk memberikan penerangan dan terkadang berguna sebagai pemanas buatan. Lampu yang digunakan untuk daerah panas pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt. Tetapi bila musim penghujan atau hari mendung pada siang hari juga memerlukan lampu 40-60 watt. Penerangan juga berfungsi sebagai pencegah kejutan pada puyuh. Sebab bila terkejut puyuh akan bergerombol di sudut selama beberapa waktu. Pada saat bergerombol ini kemungkinan ada beberapa puyuh mati akibat tergencet teman-temannya (Elly Listyowati, 2004) e. Peralatan lain-lain berguna untuk kelancaran usaha seperti sekop, ember,

selang, kawat, tali, alat-alat kesehatan, dan lain-lain.

5.2. LOKASI PERKANDANGAN

Usaha ternak puyuh yang akan dikembangkan merupakan skala besar sehingga memerlukan lokasi ideal. Penentuan lokasi perkandangan mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya luas lahan, keadaan topografi, keadaan lalu lintas angkutan sarana produksi ternak, ketersediaan sumber air dan listrik. Beberapa faktor ini dapat mempengaruhi produktivitas puyuh, distribusi telur dan kenyamanan pekerja.

Lokasi usaha ternak puyuh terletak di desa Pasir Gaok. Sebelah timur, selatan, barat, dan utara kandang berbatasan dengan kebun jagung, umbi-umbian,

(39)

dan sayuran. Hal ini dikarenakan letak perkandangan yang jauh dari rumah penduduk dan merupakan syarat awal untuk memulai pembangunan kandang. Lokasi perkandangan dapat dilihat pada siteplan yang ditunjukkan Lampiran 10.

Luas lahan yang akan digunakan adalah 1,428 m2 (42 m x 34 m). Lokasi terletak sekitar 165 m di atas permukaan laut dengan topografi yang agak berbukit-bukit. Kelancaran lalu lintas distribusi akan dipengaruhi kondisi jalan. Jalan yang terdapat di depan lokasi perkandangan merupakan jalan desa. Jalan ini masih belum diaspal atau menggunakan batu dan tanah. Meskipun demikian mobil dapat melewatinya dengan mudah karena jalannya rata dan lebar. Jalan desa ini tersambung pada jalan raya yang menghubungkan Ciampea dan Semplak sehingga untuk alur distribusi menuju Parung, Ciampea, Leuwiliang, Depok dan lain-lain dapat tersalurkan.

Sumber air untuk usaha ternak puyuh menggunakan air tanah. Peternakan ini menggunakan mesin pompa untuk mengangkat air dari dalam tanah (sumur). Mata air banyak ditemukan di sekitar lokasi usaha ternak puyuh. Banyaknya pepohonan dan mata air menyebabkan air tak akan kering meskipun musim kemarau berlangsung lama. Kedalaman permukaan air sumur sekitar 25 m. Kran air terdapat di luar kandang inti atau di sebelah gudang. Kran air diletakkan di luar kandang inti untuk menjaga kandang agar senantiasa tetap kering. Bila kandang basah dan lembab akan menyebabkan kesehatan puyuh dapat terganggu.

Berdasarkan pengalaman penulis, air yang dibutuhkan oleh seekor puyuh sekitar 50 ml/hari yang digunakan untuk minum. Sedangkan menurut standar DPU (Dinas Pekerjaan Umum), kebutuhan air untuk manusia sekitar 50 liter perorang perhari. Air yang tersedia di lokasi diasumsikan merupakan air dengan golongan B karena air tanah ini digunakan untuk dikonsumsi puyuh dan manusia. Standar kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 2.

Sumber listrik diambil dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Tenaga listrik yang digunakan untuk usaha ternak puyuh sebesar 1,200 Watt. Tenaga listrik digunakan untuk menyalakan lampu dan alat-alat kantor (selama 12 jam), mesin tetas (selama 16-18 hari), dan lain-lain. Mesin tetas menggunakan dua tenaga. Tenaga tersebut yaitu tenaga dari PLN dan tenaga diesel bila suatu ketika listrik padam. Pada sekeliling bangunan kandang dibangun tembok setinggi 2 m.

(40)

Fungsi tembok ini untuk meminimalisir angin yang kencang, mencegah binatang masuk serta mencegah pencuri masuk secara leluasa.

5.3. PERSYARATAN LINGKUNGAN

Lingkungan yang mendukung akan mempermudah perawatan dan pengendalian keadaan kandang. Akan tetapi bila lingkungan tak mendukung, perlu langkah antisipasi agar keadaan kandang tidak terlalu terganggu. Persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi yaitu suhu, kelembaban udara, dan ventilasi kandang.

5.3.1. Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu dan kelembaban udara merupakan dua unsur lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan puyuh. Suhu yang optimum akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan fisik dan metabolisme puyuh di dalam bangunan kandang. Daerah tropis sepanjang tahunnya rata-rata bersuhu dan berkelembaban tinggi. Hal ini dapat menjadi satu permasalahan bagi puyuh yang membutuhkan suhu ruangan ideal untuk hidupnya. Puyuh masih dapat bertahan hidup di atas dan di bawah keadaan ideal tetapi akan berpengaruh terhadap telur yang dihasilkan.

Suhu perlu diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keadaan ideal untuk kegiatan produksi puyuh-puyuh tersebut. Suhu ideal yang dibutuhkan adalah temperatur normal atau suhu ruangan (20-25 oC). Bila suhu kandang terlalu tinggi, fertilitas sperma yang dihasilkan oleh pejantan menjadi berkurang/menurun. Akibatnya ovum menjadi tidak terbuahi dan telur-telur yang dihasilkan banyak yang infertil (tidak berbibit).

Kelembaban udara ideal untuk puyuh berkisar 30-80 %. Kelembaban kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan puyuh mudah terserang penyakit. Hal tersebut terjadi karena kelembaban yang tinggi akan mendukung perkembangan mikroorganisme dan bakteri.

Besar kecilnya suhu dan kelembaban di dalam kandang dipengaruhi oleh penggunaan bahan konstruksi dan tipe konstruksi yang digunakan, terutama pada dinding dan atap. Bahan konstruksi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Bahan konstruksi tidak harus mahal yang terpenting adalah kenyamanan puyuh dan pekerja.

(41)

Atap yang akan digunakan bertipe monitor karena kandang berukuran luas dan puyuh yang dipelihara berjumlah banyak. Bahan atap yang akan digunakan adalah kombinasi asbes semen dan anyaman rumbia. Asbes semen akan dilapisi anyaman rumbia di bagian atasnya. Kedua bahan tersebut mempunyai daya refleksi yang baik yaitu 80 % (rumbia) dan 44 % (asbes). Penggunaan kombinasi ini dimaksudkan untuk mengurangi panas matahari yang masuk ke dalam kandang. Untuk wilayah Indonesia yang beriklim tropis, tinggi kandang dari lantai sampai atap teratas minimal 6 m sehingga kandang inti usaha ternak puyuh memiliki tinggi 6.5 m.

Kemiringan atap juga menjadi pembahasan tersendiri. Kemiringan atap berhubungan erat dengan sudut pantul radiasi matahari. Kemiringan atap yang digunakan membentuk sudut puncak lebih kecil (curam) karena akan mengurangi radiasi ke dalam kandang. Bila kemiringan atap yang digunakan sudut puncaknya lebar (landai) akan menyebabkan kandang menjadi lebih panas. Atap yang landai memang akan memantulkan panas yang lebih besar, tetapi radiasi matahari yang ditimbulkan ke dalam kandang akan lebih kuat.

Dinding kandang yang akan digunakan dibuat dengan sistem dinding terbuka agar hembusan angin dapat masuk dengan leluasa. Tipe dinding terbuka yang digunakan adalah tipe terbuka setengah dinding keatas. Setengah dinding terbuat dari batu bata sedangkan setengahnya lagi mengunakan anyaman kassa. Hembusan angin yang cukup akan mengurangi udara panas dalam kandang. Dinding terbuka juga berfungsi sebagai ventilasi udara. Penggunaan tirai plastik diperlukan untuk melindungi puyuh dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.

Menanam pepohonan yang rindang di sekitar kandang merupakan cara lain memanipulasi keadaan lingkungan. Bila hari panas pepohonan ini dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai peneduh dan penyuplai oksigen. Pohon-pohon peneduh itu jangan terlalu rimbun, sehingga kelembaban di dalam kandang tetap stabil antara 30-80 %. Kelembaban yang terlalu tinggi menyebabkan produktivitas puyuh menjadi berkurang.

(42)

5.3.2. Ventilasi kandang

Sistem ventilasi yang akan digunakan pada kandang inti adalah ventilasi alam. Ventilasi alam lebih sering digunakan karena mempunyai potensi mengurangi tenaga kerja dan memperkecil biaya pengoperasian dibandingkan dengan sistem ventilasi lainnya. Aliran udara ventilasi alam pada tipe bangunan terbuka memiliki hubungan yang linier dengan kecepatan aliran udara. Sistem ventilasi alam disebabkan oleh perbedaan tekanan yang melalui lubang, ditimbulkan oleh efek angin dan termal.

Angin menggerakkan aliran udara sepanjang luar kandang dan timbul perbedaan tekanan dimana tekanan luar kandang lebih tinggi. Sedangkan efek thermal ditimbulkan dari perbedaan suhu di dalam dan suhu di luar kandang yang mampu mengakibatkan fluktuasi laju aliran udara. Disamping itu, adanya panas hewan juga menyebabkan kenaikan temperatur udara dalam kandang dan menimbulkan laju ventilasi. Kontrol manual dari sistem ventilasi alam (natural ventilation) dapat dilakukan melalui pembukaan dan penutupan lubang ventilasi dan pengaturan bukaan pada dinding di samping kanan dan kiri kandang.

Lubang ventilasi pada kandang digunakan untuk mengendalikan besarnya temperatur, kelembaban udara, kadar amoniak serta pergerakan udara. Lubang ventilasi berfungsi untuk meningkatkan kenyamanan manusia dalam bekerja dan menciptakan kondisi lingkungan mikro yang dibutuhkan puyuh di dalamnya. Selain itu kebutuhan ventilasi utama untuk memperoleh dan mengontrol aliran udara dan suhu dalam bangunan.

Lubang ventilasi juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kenyamanan termal. Kebutuhan kesehatan meliputi penyediaan oksigen, pencegahan konsentrasi tinggi dari CO2 dan gas-gas lain yang berbahaya serta

peniadaan bau. Kenyamanan termal meliputi pemindahan panas keluar ruangan, membantu penguapan keringat, dan pendinginan struktur bangunan. Lubang ventilasi mutlak harus ada untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kebutuhan kenyamanan termal.

(43)

Pada perhitungan mengenai luas bukaan ventilasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan perhitungan didapat nilai luas bukaan ventilasi untuk kondisi yang diinginkan sekitar 8.676 m2. Nilai ini dapat juga dikatakan sebagai nilai luas bukaan ventilasi minimum yang dibutuhkan untuk satu unit kandang puyuh dengan jumlah puyuh 10,000 ekor. Sehingga nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai bukaan sesungguhnya sebesar 72 m2 yang berasal dari bukaan dinding kassa.

(44)

6. RANCANGAN STRUKTURAL

Rancangan struktural bertujuan agar bagaimana suatu rancangan kandang yang sudah ada dapat menahan beban yang dideritanya. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan apakah setiap bagian dari kandang dapat berfungsi dengan baik. Bentuk, ukuran, serta bahan konstruksi yang digunakan hendaknya dipilih berdasarkan biaya yang tersedia, kemudahan memperoleh bahan di pasaran, dan umur bangunan kandang yang dirancang. Rancangan untuk desain struktural dibagi menjadi atap, tiang, lantai, pondasi, pemeriksaan pembebanan, analisa biaya pembangunan unit kandang.

6.1. ATAP

Pemilihan bahan untuk atap ditentukan dengan pertimbangan sifatnya terhadap radiasi matahari yang dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban di dalam kandang. Bahan penutup atap kandang direncanakan menggunakan asbes semen bergelombang. Atap jenis ini dipilih karena daya tahannya terhadap api, hujan, panas matahari, dan korosi yang baik. Penutup atap asbes semen bergelombang yang digunakan berukuran 2,400 x 1,050 x 0.3 cm untuk atap monitor bawah dan 2,100 x 1,050 x 0.3 cm untuk atap monitor atas.

Kandang yang direncanakan menggunakan atap monitor agar sirkulasi udara dapat berjalan lancar. Udara panas akibat radiasi atap asbes pada siang hari dan udara berbau busuk dapat keluar melalui celah atap monitor. Tinggi atap monitor kandang puyuh adalah 1.2 m.

Atap kandang dilengkapi dengan atap tirisan. Atap tirisan ini berfungsi sebagai pencegah masuknya tetesan air hujan dan sinar matahari secara langsung. Panjang atap tirisan yaitu 1 m dan diasumsikan cukup memadai untuk mengantisipasi keadaan tersebut. Pada bagian atap terdapat gordeng yang berfungsi sebagai tempat penyangga atap sekaligus penahan beban atap tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dan ukuran gordeng yaitu beban-beban yang bekerja pada gordeng. Beban yang bekerja pada gordeng diantaranya beban mati dan beban hidup. Menurut Peraturan Muatan Indonesia (1970), beban mati terdiri dari berat penutup atap dan berat gordeng itu sendiri. Sedangkan beban hidup yaitu beban seorang pekerja beserta peralatannya.

Gambar

Gambar 1. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)
Tabel 1. Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas.
Tabel 2. Luas kandang berdasarkan umur puyuh.
Tabel 3. Interaksi yang berkaitan dengan tersedianya O 2  dan CO 2    Interaksi
+5

Referensi

Dokumen terkait