10 A. Tinjauan Teori
1. Wanita Pekerja Seksual a. Pengertian
Pengertian Wanita Pekerja Seksual (WPS) adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual untuk uang. Pekerjaan ini selain meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit menular akibat perilaku seks bebas tanpa pengaman bernama kondom. Pelacur adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan badannya (Hariadhi, 2010).
b. Faktor pendorong timbulnya pelacuran
Seseorang yang terjerumus ke dalam prostitusi antara lain disebabkan oleh karena konflik mental, situasi hidup yang tidak menguntungkan pada masa anak-anak dan remaja, pola perilaku yang kurang dewasa, dan intelegensia yang rendah (Dhohiri, 2007).
1) Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran, juga tidak adanya larangan-larangan terhadap orang-orang yang melakukan pelacuran.
2) Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks, khususnya diluar ikatan perkawinan.
3) Memberontak terhadap otoritas orang tua.
4) Adanya kebutuhan seks yang normal akan tetapi tidak dapat dipuaskan oleh pihak suami, misalnya karena suami impoten. 5) Ajakan teman- teman sekampung atau sekota yang sudah terjun
lebih dahulu dalam dunia pelacuran (Romauli, 2012). 2. Gonorrhea
a. Definisi Gonorrhea
Gonorrhea atau “raja singa” adalah penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual, disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae (Soedarto, 2009).
Gonorrhea atau kencing nanah merupakan penyakit kelamin yang mudah menular akibat peradangan yang disebabkan oleh bakteri gonokokus neisseria gonorrheae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rectum, tenggorokan dan bagian putih mata (konjungtiva). Gejala Gonorrhea lebih jelas terlihat pada pria, seperti keluarnya nanah dari saluran kencing yang terasa membakar. Pada wanita infeksi ini dapat terjadi pada saluran kencing, vagina, ataupun
servik. Bila tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat mengakibatkan kemandulan. Pada wanita hamil, penyakit ini dapat ini dapat ditularkan kepada bayinya sebelum proses persalinan (Philips, 2003).
b. Penyebab Gonorrhea
Etiologi Gonorrhea adalah infeksi saluran menular yang disebabkan oleh diplokokus intrasel gram negatif anaerob Neisseria gonorrhoeae.
1) Organisme gonokokus (gonokokukus, GC) adalah bakteri diplokokus berbentuk kacang merah, yang bersifat pathogen pada epitel. Lokasi infeksi yang umum mencakup :
a) Orofaring
b) Konjungtiva mata c) Uretra pria
d) Saluran reproduksi wanita. GC menetap dalam vagina hingga menstruasi, saat kanalis serviks terbuka dan kemudian naik ke uterus serta tuba fallopi.
e) Rektum
2) Infeksi sebelumnya memberikan antibodi namun bukan imunitas. Baik virulensi bakteri maupun daya tahan tubuh individu bervariasi (Morgan, 2009).
Kuman Gonorrhea berbentuk diplokokus yang pada pewarnaan bersifat Gram-negatif, dengan ukuran garis tengah kuman sekitar 1mikron. Pada biakan di medium Thayer-Martin pada suhu kamar (35°-36°C) di dalam inkubator CO2, koloni berbentuk cembung, tembus sinar, dengan ukuran garis tengah 1-2 mm. koloni kuman tidak membentuk pigmen dan tidak menimbulkan hemolisis pada medium (Soedarto, 2009).
c. Tanda Gejala
Gejala penyakit Gonorrhea pada wanita awalnya menyerang organ reproduksi wanita. Akibat selanjutnya, terasa pedih saat buang air kecil, pendarahan setelah hubungan seksual, keluar nanah berwarna kuning ataupun berdarah dari alat kelamin wanita, perdarahan tidak pada masa menstruasi, dan terasa kram dan mual. Pada laki-laki penyakit ini ditandai dengan keluarnya nanah saat buang air kecil yang disertai dengan rasa perih dan terbakar, juga disertai pembengkakan testis. Kalau gejalanya berlanjut, akan terasa gatal dianus dan rasa sakit saat mengejan yang disertai perdarahan tinja (Muhajir, 2007).
Penyakit Gonorrhea apabila dibiarkan dapat menyebabkan ketidaksuburan. Pada perempuan penyakit ini dapat menyebabkan kehamilan diluar rahim. Pada pria, penyakit ini menyebabkan peradangan testis. Seorang wanita yang hamil dan terinfeksi
Gonorrhea dapat menyebabkan kebutaan, penyakit pneumonia, meningitis dan atritis (Muhajir, 2007).
a. Infeksi Gonorrhea pada pria
Bentuk yang paling sering adalah uretritis Gonorrhea anterior akuta yang dalam bahasa awam disebut kencing nanah. Gejala umumnya adalah rasa gatal dan panas diujung kemaluan, rasa sakit saat kencing dan banyak kencing, diikuti pengeluaran nanah diujung kemaluan dan dapat bercampur dengan darah (Manuaba, 2009).
b. Infeksi Gonorrhea pada wanita
Wanita yang terkena infeksi pertama adalah mulut rahim apalagi bila telah terdapat perlukaan sehingga penyebarannya ke bagian bawah dan bagian atas alat kelamin semakin cepat,. Gejala klinisnya akan semakin menonjol yaitu rasa nyeri pada daerah punggung, mengeluarkan keputihan encer seperti nanah. Pemeriksaaan servix akan tampak berwarna merah, membengkak dan tertutup lender bernanah. Menjalarnya infeksi ke daerah liang dubur, dapat menimbulkan infeksi yang disebut proktitis Gonorrhea dengan keluhan sakit saat buang air besar. Infeksi menyebar ke bagian atas menuju saluran telur, indung telur dan sekitarnya. Dengan jalan perkontinuitatum yang menimbulkan bentuk penyakit radang panggul wanita akut (Manuaba, 2009).
c. Penularan Gonorrhea
Gonorrhea dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita Gonorrhea dapat naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi (Setiowati, 2007).
Menularnya penyakit kencing nanah karena terjadinya hubungan seksual dengan orang yang terjangkit penyakit ini. Artinya wanita yang terjangkit penyakit ini akan menulari lelaki yang menidurinya, Demikian juga sebaliknya. Sekedar bersentuhan anggota saja sudah bisa menularkan penyakit ini. Pakaian yang dikotori nanah dari orang yang terjangkit penyakit ini, juga bisa menularkan penyakit ini. Demikian juga dengan jarum suntik yang telah dipakai untuk menyuntik orang berpenyakit ini juga bisa menular (Syalabi, 2003).
Wanita dan pria homo seksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus dapat menderita Gonorrhea pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral seks) dengan seorang penderita Gonorrhea dapat menyebabkan Gonorrhea pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang
menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka dapat terjadi infeksi mata luar atau disebut konjungtivitis Gonorrhea (Setiowati, 2007).
d. Komplikasi Gonorrhea
Komplikasi penyakit Gonorrhea pada wanita hamil meningkatkan risiko kehamilan ektopik. Dan bayi yang dikandung dapat terinfeksi Gonorrhea dari ibunya, yaitu selama proses kelahiran sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak mata bayi dan dari mata bayi keluar nanah. Jika infeksi ini tidak segera diobati maka dapat menyebabkan kebutaan (Corwin, 2009). e. Penatalaksanaan Gonorrhea
Pilihan terapi mencakup antibiotik dosis–tunggal, seperti benzyl penisilin prokain intramuscular dengan probenesid, amoksisilin oral dengan probenesid atau siprofloksasin oval jika mikro organismenya resisten penisilin. Terapi dosis tunggal bermanfaat pada keadaan khusus, karena mengatasi masalah ketidakpatuhan berobat. Pasien diminta untuk puasa beraktifitas seksual sampai pemeriksaan kedua memastikan bahwa pengobatan efektif. Kesempatan ini harus digunakan untuk memberi informasi pada pasien tentang pemakaian kondom adalah mencegah
penyebaran infeksi menular seksual. Penulusuran kontak disertai pemberitahuanharus dibicarakan dengan pasien (Brooker, 2008).
Pengobatan infeksi neiseria gonorrheae adalah obat pamungkas yaitu kelompok sering dipropagandakan bahwa upaya preventif lebih murah dari pengobatan yang memerlukan biaya, waktu, dan ditambah pemeriksaan laboratorium dikalangan wanita pekerja seksual telah dilakukan pengawasan intensif dengan memberi antibiotik berkala, sehingga memperkecil terjadinya penularan infeksi pada pelanggan. Disamping itu para pria telah menyadari bahaya infeksi sehingga melakukan upaya preventif dengan menggunakan kondom untuk hubungan seksual, datang ke dokter untuk mendapatkan suntikan antibiotik sehingga tidak akan menularkan kepada orang lain (Manuaba, 2009).
Infeksi mata konjungtivitis Gonorrhea berbahaya karena dapat merusak kornea sampai seluruh bola mata dan menimbulkan kebutaan.untuk itu, memerlukan pengobatan antibiotik lokal langsung pada mata. Upaya preventif agar tidak terinfeksi Gonorrhea pada mata dengan pemberian tetes mata Nitras argental 1% secara crede dan tetes mata dengan antibiotik langsung (Manuaba, 2009).
f. Pencegahan Gonorrhea
Pencegahan merupakan perhatian utama professional asuhan kesehatan. Metode kontrasepsi seperti kondom yang tambahan spermisida, menawarkan perlindungan terbaik untuk mencegah penyakit menular seksual dan komplikasi seriusnya (Sutarna, 2008).
Penularan Gonorrhea dapat dicegah diantaranya dengan :
1) Penggunaan kondom secara tetap (konsisten) dapat memainkan peranan penting dalam pencegahan Gonorrhea. Sekalipun kondom bukan barang yang sempurna, karena kualitasnya bervariasi. Sudah diketahui bahwa penggunaan kondom merupakan cara paling efektif untuk mencegah penularan Gonorrhea. Paling tidak, bisa mengurangi risiko tertularnya bakteri tersebut.
2) Hindarilah pemakaian jarum suntik bekas sedapat-dapatnya, jika perlu disuntik. Bila anda harus disuntik, pastikan bahwa jarum itu steril atau lebih baik lagi yang satu kali pakai (disposable).
3) Tidak berganti-ganti pasangan.
4) Untuk mencegah penularan Gonorrhea, WPS penderita Gonorrhea harus diobati dengan cepat dan tepat, karena merupakan sumber penularan utama Gonorrhea. Pemeriksaan
kesehatan WPS harus dilakukan dengan teratur (Soedarto, 2009).
3. Kondom
a. Pengertian Kondom
Kondom merupakan selubung atau karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari bahan sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitas (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual (saifudin, 2006).
b. Tipe dan Jenis Kondom Tipe kondom terdiri : (1) Kondom biasa
Kondom yang terbuat dari bahan lateks yang divulkanisir tipis tapi kuat (Hartono, 2003).
(2) Kondom bergerigi
Kondom yang terbuat dari silikon yang berbentuk ring dan lentur seperti karet dan luarnya ada bintik-bintik (Panji, 2008).
(3) Kondom beraroma
Kondom yang terbuat dari bahan karet atau plastik yang beraroma berbagai rasa seperti coklat, strawberi (Saifudin, 2006).
(4) Kondom tidak beraroma
Kondom yang terbuat dari bahan karet atau plastik yang tidak beraroma (Saifudin, 2006).
Jenis Kondom yaitu : (1) Kondom pria
Sarung membrane lateks poliuretan atau alami yang dikenakan pada penis saat hubungan seksual untuk mencegah kehamilan atau mencegah infeksi (Morgan, 2009).
(2) Kondom wanita
Sarung poliuretan sekali pakai yang terdapat bagian menyerupai cincin yang mudah digerakkan pada bagian ujungnya, digunakan dengan cara dimasukan di vagina (Morgan, 2009).
c. Macam – Macam Kondom (1) Kulit
Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum), tidak meregang atau mengkerut, menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama senggama, lebih mahal, jumlahnya < 1% dari semua jenis kondom (Handayani, 2010).
(2) Lateks
Paling bayak dipakai, murah, elastik (Handayani, 2010). (3) Plastik
Sangat tipis (0, 025-0,035 mm), juga menghantarkan panas tubuh, lebih mahal dari kondom lateks (Handayani, 2010).
d. Manfaat Kondom
Efektif bila digunakan dengan benar, Dapat mencegah penularan IMS, Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks), Mencegah imuno infertilitas (Hartanto, 2002).
e. Syarat Standart yang harus dipenuhi oleh Kondom
Beberapa syarat standart yang harus dipenuhi oleh kondom yaitu : (1) Test elektronik
Untuk menemukan lubang kecil / “lubang jarum” pada kondom, Dasar test ini: karet tidak menghantarkan arus listrik (Hartanto, 2002).
(2) Tes pengisian air
Untuk menemukan ada tidaknya lubang pada kondom, Kondom diisi dengan 300ccair, diikat, dan diletakkan pada kertas absorbent atau kain (Hartanto, 2002).
(3) Umur kondom
Dilakukan pemanasan dari kondom 70 + 2°C selama 166 ± 2 jam, lalu didiamkan pada suhu 23 ± 5° selama 12-96 jam, lalu kondom dibuka dan diperiksa ada tidaknya kerusakan (Hartanto, 2002). (4) Kemasan Kondom
Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak karet, Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya udara dapat mempercepat kerusakan karet (Hartanto, 2002).
(5) Ukuran Kondom
Ada 2 kelas ukuran kondom:
Kelas I : panjang 160 mm, lebar 52± 2mm. Kelas II : panjang 150 mm, lebar 48± 2mm. Umumnya ukuran standart kondom adalah :
Panjang: minimal 160 mm,Lebar : 45 - 55 mm, Tebal maksimal 0.07 – 0.16 mm (Hartanto, 2002).
4. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Sunaryo, 2004).
b. Manfaat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sngat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni :
(1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
(2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.
(3) Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
(4) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.
(5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
c. Tingkat Pengetahuan
tingkat pengetahuan didalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu :
(1) Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan (Sunaryo, 2004).
(2) Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan (Notoatmodjo, 2010).
(3) Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata Sunaryo, 2004). (4) Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek
struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi (Nursalam, 2008).
(5) Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemamapuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan dan menyasuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada (Nursalam, 2008).
(6) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri (Notoatmodjo, 2010).
d. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (1) Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan, sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Tingkat pendidikan juga menentukan mudah tidaknya seseorang merayap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pengetahuannya (Arikunto,2005).
(2) Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat mempengaruhi pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Arikunto,2005).
(3) Budaya
Budaya di masyarakat akan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Budaya merupakan sikap dan kepercayaan masyarakat disuatu daerah. Jadi apabila suatu daerah mempunyai budaya yang bernilai positif maka pengetahuan masyarakatnya juga akan ikut baik (Nursalam,2009).
(4) Sosial Ekonomi
Sosial Ekonomi seseorang atau masyarakat sangat berpengaruh terhadap pengetahuan. Masyarakat yang sosial ekonominya rendah biasanya tingkat pengetahuannya juga masih kurang atau rendah (Nursalam,2009).
(5) Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Lingkungan biasanya terdiri dari keluarga atauteman serta tetangga yang sangat mempengaruhi pengetahuan seseorng dalam menentukan perilaku. Karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
bersifat langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Arikunto,2005).
e. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat tersebut (Notoatmodjo,2005).
Kualitas pengetahuan pada masing- masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan kriteria, yaitu :
(1) Pengetahuan baik bila skor = 76-100% dari skor benar (2) Pengetahuan cukup bila skor = 56-75% dari skor benar
(3) Pengetahuan kurang bila skor =< 55% dari skor benar (Arikunto, 2005).
5. Kepatuhan a. Pengertian
Kepatuhan adalah perilaku positif yang diperlihatkan klien saat mengarah ke tujuan terapeutik yang ditentukan bersama. Kepatuhan harus dilihat secara keseluruhan yakni kepatuhan atau ketidakpatuhan (Carpenito, 2009).
b. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
Menurut Lawrence Green (1980) faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan antara lain :
1) Faktor predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor ini mencakup pengetahua, sikap, umur dan pendidikan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam perilaku kesehatan.
a) Pengetahuan
Pengetahuan dapat diartikan pengumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh dari proses belajar selama hidup maupun sumber informasi lain. Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, maka apa yang dipelajari perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Juliasti, 2010) berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agus Siswanto tahun 2006 “Hubungan Antara Karateristik dan Pengetahuan tentang risiko tertularnya HIV/AIDS dengan kepatuhan pemakaian kontrasepsi kondom pada wanita pekerja seksual di lokalisasi sunan kuning kota semarang” bahwa tingkat kepatuhan responden di lokalisasi sunan kuning masih rendah (51,8%) dan ada hubungan antara karateristik dan pengetahuan dengan kepatuhan menggunakan kondom pada wanita pekerja seksual di lokalisasi sunan kuning kota semarang.
b) Sikap
Sikap memiliki pengaruh dalam menentukan sebuah perilaku seseorang. Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat secara positif atau secara negative terhadap obyek-obyek tertentu (Azwar, 2003). c) Umur
Umur seseorang akan mmpengaruhi perilaku. Umur yang lebih dewasa cenderung lebih mengutamakan risiko yang akan terjadi sebelum bertindak (Arifianti, 2008).
d) Pendidikan
Pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap wawasan dan cara pandangnya dalam menghadapi suatu masalah. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung akan mengutamakan risiko yang akan terjadi dibanding responden dengan pendidikan lebih rendah. Jadi pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi seseorang untuk selalu menggunakan kondom untuk meminimalkan risiko yang akan terjadi (Afrianti, 2008).
2) Faktor Pendukung (Enabling Factor)
Faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku atau kepatuhan. Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas yang mendukung kelancaran kepatuhan. Fasilitas meliputi:
a) Ketersediaan Kondom
Kesediaan kondom di lokalisasi sangat membantu untuk mencegah penularan Penyakit Menular Seksual. Petugas kesehatan rutin membagikan kondom secara cuma-cuma. Hal ini diharapkan untuk menurunkan kejadian PMS. Tersedianya kondom saat melakukan hubungan seksual sangat mempengaruhi kejadian penularan penyakit seksual (Amalya, 2010).
b) Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayaan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap suatu penyakit. Pengobatan dan perawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit, Puskesmas (Effendy, 1998).
3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan dukungan dari masyarakat. a) Teman
Teman akan mempengaruhi perilaku seseorang baik positif maupun negatif. Dan teman menawarkan dukungan lebih dari pada orang tua atau keluarga. Teman yang memberi dukungan positif maka akan patuh dalam memakai kondom saat
hubungan seksual dan sebaliknya apabila teman member dukungan negatif maka tidak memakai kondom saat hubungan seksual (Satiadarna, 2001).
b) Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan sangat menentukan pencegahan terhadap suatu penyakit.Upaya yang dilakukan tenaga kesehatan di daerah lokalisasi dalam memberikan informasi, pendidikan dan penyuluhan kesehatan sangat mempengaruhi perilaku responden untuk mencegah penyakit menular seksual dengan memakai kondom saat melayani tamu (Priharjo, 2008).
c) Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat di lokalisasi sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat terutama Wanita Pekerja Seksual karena tokoh masyarakat menjadi pengurus lokalisasi yang selalu memberikan pembinaan dan pendidikan tentang PMS dan cara pencegahannya yang salah satunya dengan memakai kondom saat hubungan seksual (Supriatna, 2006).
d) Lingkungan
Lingkungan memberikan peluang seseorang secara positif mauapun secara negatif. Apabila lingkungan memberikan peluang positif maka responden kan selalu memakai kondom saat melayani tamu dana sebaliknya apabila lingkungan
memberikan peluang negatif maka responden tidak memakai kondom saat hubungan seksual (Irawati, 2002).
f. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka teori
Modifikasi Lawrence Green (1980) dan Carpenito (2009) Predisposing Factor (faktor Predisposisi) a. Pengetahuan b. Sikap c. Umur d. Pendidikan Enabling Faktor (Faktor Pendukung) a. Ketersediaan kondom b. Fasilitas kesehatan Reinforcing Faktor (Faktor Penguat) a. Teman b. Sikap petugas kesehatan c. Sikap tokoh masyarakat d. Lingkungan Kepatuhan pemakaian kondom
g. Kerangka Konsep
Dari uraian tinjauan pustaka diatas, maka disusun kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
h. Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan tentang Gonorrhea dengan kepatuhan pemakaian kondom (studi pada wanita pekerja seksual) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang.
Pengetahuan tentang Gonorrhea
Kepatuhan pemakaian kondom