• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Film Minggu Pagi di Victoria Park

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Film Minggu Pagi di Victoria Park"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

47

4.1 Gambaran Umum Film “Minggu Pagi di Victoria Park”

4.1.1 Sinopsis

Begitu banyak realitas yang dipilih dan dipilah berdasarkan ideologi dan sudut pandang untuk dituangkan dalam bentuk cerita dan diproyeksikan di layar lebar. Dalam film karya Lola Amaria Yang berjudul “Minggu Pagi Di Victoria Park” hampir tidak ada kisah pilu tenaga kerja wanita (TKW) yang diperkosa atau disiksa majikannya. Karena Hongkong keadaan lebih baik dari tempat lain, maka Lola pun menyajikan realitas yang lain seperti pasangan sejenis, toko tempat berkumpul TKW Indonesia, lembaga kredit, pekerja migran dari negara lain dan kehidupan cinta para TKW.

Minggu Pagi di Victoria Park merupakan film produksi Pic[k]lock Production yang berfokus pada Mayang anak pertama dari pasangan Sukardi dan Lastri. Mayang dipaksa oleh ayahnya untuk untuk mencari tahu keadaan Sekar yang tidak ada kabar beritanya lagi selama beberapa bulan. Sebenarnya antara Mayang dan Sekar ada hubungan sibling rivary atau persaingan antar saudara. Sang ayah selalu

(2)

memuji Sekar yang selalu mengirimkan uang dari Hongkong dan terus merendahkan Mayang yang masih hidup menumpang dan cuma menjadi petani tebu.

Realitasnya betapa banyaknya para TKW yang terjebak dalam hutang pada lintah darat yang digambarkan oleh film dengan lembaga kredit resmi Super Kredit. Salah satunya adalah Sekar, yang luntang lantung dan kerja serabutan untuk menyambung hidup dan menyicil hutang dengan cara apa pun termasuk menjadi teman minum tamu – tamu di bar. Dalam film ini TKW tidak hanya satu wajah , satu cerita dan satu masalah, Titien Watimena sebagai penulis naskah skenario juga menambahkan sublot yang terkesan minor yang merupakan representasi kisah – kisah perempuan bekerja menjadi TKW di Hongkong.

Seperti halnya Sari TKW yang menjadi teman Mayang. Sari yang bekerja di apartement yang sama dengan Mayang memiliki kekasih yang juga buruh migran asal Pakistan, Amar. Hubungan sari dan amar yang yang diawali terlihat serasi tetapi memperlihatkan permasalahan ditengah cerita. Amar yang tidak jelas status pekerjaannya sering kali memanfaakan perasaan Sari untuk membelikan banyak barang padanya.

Cerita lain datang dari Yati dan Agus yang merupakan teman satu kost Sekar. Yati dan Agus merupakan satu dari sekian banyak pasangan sesama jenis TKW Indonesia yang berada di Hongkong, dalam cerita ini Yati dan Agus merupakan juru kunci karena hanya mereka berdua yang mengetahui keberadaan Sekar di Hongkong.

(3)

Realitas warung tempat berkumpulnya para TKW di ceritakan di Film ini. Warung Bude merupakan warung yang sering kali dijadikan tempat berkumpul para TKW Hongkong yang rindu masakan Indonesia. Di warung ini Mayang mulai mengetahui keadaan adiknya sekar yang terlilit hutang dan dicari keberadaannya oleh teman – teman sesama TKW Tuti dan Menuk serta Mas Ghandi, staff konsulat yang merasa bersalah karena tidak bisa membantu Sekar membayar hutangnya, selain warung Bude, Victoria Park pun menjadi tempat berkumpulnya para TKW. Di taman inilah Mayang berkenalan dengan Tuti yang dulunya pernah bekerja satu Apartement dengan Sekar. Dari Tuti, Mayang mengetahui jika Sekar bekerja di Bar.

Realitas cintapun terjadi di film Minggu Pagi di Victoria Park ini, tokoh Vincent yang merupakan pengusaha muda asal Indonesia jatuh cinta kepada mayang saat pertama kali bertemu diwarung Bude. Gayung pun besambut Mayang yang mulai menceritakan masalahnya kepada mas Ghandi dan membantu Mayang semakin dekat dengan Vincent.

Titik klimaks dari film ini adalah saat mayang tahu jika adiknya rela menjadi teman minum tamu dibar. Mayang yang sedih melihat apa yang dilakukan adiknya pun mengubah rasa bencinya menjadi sayang . Disaat itulah mulai terungkap satu persatu masalah lain yang yang dialami oleh tokoh – tokoh dalam film ini. Seperti halnya Sari yang mengalami KDRT oleh pacarnya ,Yati yang ternyata memiliki masalah hutang yang lebih dari Sekar dan mengakiri hidupnya dengan bunuh diri.

(4)

Sekar yang sudah kehabisan cara mencari uang akhirnya menerima tawaran pemilik bar untuk menjadi pelacur. Pelanggan pertama Sekar adalah tiga orang lelaki hidung belang, di saat terjadi praktik prostitusi disaat yang sama Sekar mengingat masa kecilnya yang sangat dimanja oleh ayahnya. Sekar pun berontak dan lari dari kamar hotel dan mencoba bunuh diri. Tepat waktu Mayang, Vincent, dan Mas Ghandi menemukan Sekar yang sudah lemas karena kehilangan banyak darah. Mayang yang menangis meyakinkan Sekar jika dia akan membantu adiknya untuk pertama kalinya.

Diakhir kisah film suasana minggu pagi di Victoria Park pun tergambarkan secara jelas dimana banyak TKW yang berkumpul untuk mendapat hiburan atau sekedar berkumpul bersama TKW juga. Film ini juga ditutup dengan penampilan Kangen Band yang merupakan band favorit para TKW.

Film yang berdurasi 90 menit ini pun berhasil mengubah Hongkong menjadi panggung yang indah. Yadi Sugandi sang penata kamera dan Rico Marpaung sang art director berhasil menyajikan sudut – sudut kota dan memberikan identitas kota urban yang kuat pada Hongkong.

(5)

4.1.2 Karakteristik Tokoh Utama

1. Mayang

Karakter Mayang diawal film ini merupakan tokoh yang tidak bahagia, dan sedih. Hal ini diperlihatkan dengan warna baju yang selalu berwarna gelap. Selain itu Mayang juga mempunyai sifat yang tertutup dan sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Rasa bencinya dengan adiknya pun membuat dia tidak percaya diri. Di pertengahan film karakter Mayang perlahan mulai berubah mulai terbuka dan bisa beradaptasi dengan dengan lingkungan barunya di Hongkong. Dan semakin mempunyai kepercayaan diri.

2. Sekar

Karakter Sekar dalam film ini juga merupakan tokoh yang tidak bahagia, tertekan bingung dan selalu mempertahankan diri, hal itu terlihat dengan baju – bajunya berwarna merah, cokelat, orange, abu – abu. Selain itu kadang kala karakter Sekar berubah menjadi berani hal itu tergambarkan dengan sekar berani meminjam uang kepada Super Kredit padahal ia sebenarnya tidak pandai mengelola uang.

3. Vincent

Karakter Vincent dalam Film ini yaitu kalem, pendiam, tetapi juga pekerja keras. Dia memiliki prinsip harus menjadi laki – laki yang bekerja keras jika ingin

(6)

mendapatkan sesuatu yang dia inginkan bukan meminta kepada orang lain. Selain itu Vincent juga memiliki karakter yang setia kawan dan melindungi teman – temannya.

4. Mas Ghandi

Karakter Mas Ghandi dalam film ini yaitu ramah, super dan bertanggung jawab. Selain itu karena adanya kedekatan dengan para TKW Hongkong maka timbul sifat kebapakan yang mengayomi dan melindungi

4.1.3 Cast Film Minggu Pagi di Victoria Park

1. Mayang : Lola Amaria

2. Sekar : Titi Sjuman

3. Vincent : Donny Alamsyah

4. Ghandi : Donny damara

5. Sari : Imelda Soraya

6. Tuti : Ella Hamid

7. Amar : Bob Sigh

(7)

9. Yati : Permatasari Harahap

10. Agus : Fitri Fajar Asih

Sutradara : Lola Amaria

Produser : Dewi Umaya Rachman

4.2 Profil Sutradara

Lola Amaria lahir di Jakarta, 30 Juli 1977 adalah seorang pemain sinetron, bintang film, produser serta sutradara Indonesia. Karir Lola bermula saat dirinya menjuarai lomba model Wajah Femina 1997. Berawal dari situlah anak ketiga dari sembilan bersaudara ini kemudian memasuki ranah hiburan tanah air dengan membintangi iklan, antara lain Shampo Pantene, Mobil Suzuki Baleno, Viva Lipstik, dan Hemaviton Jreng.

Dimulai dengan karir sinetron Lola kemudian dalam sinetron "Penari" garapan Sutradara Nan Triveni Achnas. Dalam sinetron tersebut Lola berperan sebagai Sila, seorang penari erotis. Sinetron tersebut membuka kesempatan pada Lola untuk membintangi sinetron berikutnya, antara lain "Arjuna Mencari Cinta", "Tali Kasih", dan "Merah Hitam Cinta". Sinetron tersebut membuka kesempatan padanya untuk membintangi sinetron berikutnya, antara lain "Arjuna Mencari Cinta", "Tali Kasih", dan "Merah Hitam Cinta".

(8)

Tidak puas berkarir, Lola pun mencoba dunia layar lebar. Debut layar lebarnya berjudul "Tabir" (2000), kemudian menyusul film berlatar zaman penjajahan Jepang, "Dokuritsu" (2000), "Beth" (2001) dan "Ca Bau Kan" (2002) yang dibintanginya bersama Ferry Salim. Gadis berdarah Palembang-Sunda yang senang mencoba hal baru ini juga mulai mencoba menjadi produser untuk film "Novel Tanpa Huruf R" (2004) yang sekaligus dibintanginya dan menyutradarai film "Betina". Film "Betina" berhasil meraih penghargaan 'Netpac Award' dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2006.

"Betina" juga menjadi salah satu film produksi Indonesia yang akan ditayangkan di luar Indonesia, yaitu di Festival Film Internasional Singapura Ke-20. Awal tahun 2007, Lola bahkan pergi ke Taiwan untuk menyelesaikan syuting film produksi negeri tersebut, "Detour to Paradise". Dalam film garapan sutradara Lee Ti-Tsai alias Andy Lee itu, Lola menjadi salah seorang bintang utama. Lola berperan sebagai tenaga kerja wanita dengan profesi pembantu rumah tangga (PRT).

Menuju pertengahan tahun 2012 Lola Amaria kembali merambah film layar lebar, sebagai tokoh utama, fim Minggu Pagi di Victoria Park merupakan film drama Indonesia yang dirilis pada 10 Juni 2010 yang juga disutradarai oleh Lola Amaria yang dibintangi antara lain oleh Lola Amaria sendiri dan Titi Sjuman.

Karya-karyanya antara lain Betina, Minggu Pagi di Victoria Park, dan yang baru-baru ini digarapnya Sanubari Jakarta. Lola menjelaskan alasan memilih profesi

(9)

sutradara film karena menggemari film. Dari film Lola bisa belajar banyak hal dari mulai tentang hidup, akting, dan artistik secara teknis maupun non teknis. " Jadi, karena kecintaan saya terhadap dunia film, saya pilih profesi sutradara," papar perempuan berparas cantik kelahiran 35 tahun silam.

4.3 Hasil Penelitian

No. Teks/Tingkat

1 Adegan

(10)

Dialog

Ghandi : Sekar !

Sekar : Mas ?

Ghandi : Ayo !

Sekar : ngono, toh mas ?

Ghandi : Sekar, Saya tahu masalah kamu ! Tapi bukan ini jalan keluarnya!

Sekar : Eh, Mas Ghandi enggak tau apa – apa ya!

Ghandi : Ayolah, saya bisa bantu!

Sekar : Mas Ghandi telat! Jangan cari – cari aku lagi ya mas! Lagian mas ghandi bukan siapa – siapa aku ! Dan seharusnya saya sudah tau itu dari dulu! Yowes ! tak balik! kerjo

Ghandi : Sekar !

Posisi Subjek – Objek

Sekar sebagai subyek : Sekar memberikan gambaran bahwa seorang perempuan berhak bebas seperti kaum laki – laki dalam memilih pasangannya, bahkan bila ia hanya untuk sekedar bersenang – senang saja. Kalimat Sekar “ jangan cari – cari aku lagi ya! Lagian mas Ghandi bukan

(11)

siapa – siapa aku” sambil meyentak tangannya saat digenggam Ghandi sangat mewakilkan bahwa perempuan berhak atas pilihannya, bahwa perempuan bisa memilih bukan hanya untuk dipilih.

Ghandi sebagai objek : Ghandi ditolak oleh Sekar ketika hendak memberikan bantuan kepada Sekar. Bahkan Sekar dengan tegas menyatakan keberatanya atas bantuan yang akan diberikan Ghandi. Sekar menunjukan kepada gandi bahwa ia mandiri dengan ia mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Sekarpun lebih memilih laki – laki lain. Laki – laki lain disini juga sebagai objek yang yang dipilih oleh Sekar. Ghandi hanya bisa terdiam dan tidak bisa berkata – kata saat Sekar meninggalkannya.

Posisi Pembuat Film – Penonton

Posisi Sekar yang mendominasi percakapan benar – benar menunjukan bahwa perempuan bisa membuat keputusan. Pembuat film “mencetak” tokoh Sekar sebagai perempuan yang menyadarkan penonton bahwa perempuan juga punya andil besar dalam menentukan pilihan pada situasi – situasi penting. Pembuat film disini memberikan gambaran kepada penonton khususnya kaum perempuan untuk benar – benar menyadari bahwa perempuan mampu melakukan apa yang biasanya laki – laki lakukan. Pembuat film berharap agar kaum perempuan ingat bahwa mereka bukanlah individu yang lahir hanya sekedar menjadi pilihan kaum laki – laki, mereka

(12)

adalah individu yang mempunyai hak penuh dalam memilih pasangan sama seperti apa yang kaum laki – laki lakukan.

TEKS/TINGKAT

2 Adegan

Time Code (0 : 26 : 58)

Dialog

Sari : Mbak, saya mau kirim uang ke Indonesia, 3000 HKD

Teller : Baik mba mari saya bantu.

Posisi Subjek – Objek

Sari sebagai subyek : Sari memberikan informasi bahwa perempuan juga mempunyai hak yang sama seperti laki – laki dalam berkarir. Perempuan juga bisa menafkahi keluarga, bukan hanya tergantung kepada nafkah seorang laki – laki. Perempuan biasanya diidentikan bekerja mengurusi rumah, mengurus keluarga, menjaga anak, dan laki – laki yang bekerja

(13)

mencari uang. Pada gambar ini Sari mempunyai pekerjaan, berpenghasilan, dan menghidupi keluarganya . Ini sangat membuktikan perempuan setara dengan laki – laki.

Ayah Sari sebagai objek : Sadar atau tidak, ayah Sari dipaksakan untuk menyadari kehebatan anaknya, bahwa anak perempuannya mampu bekerja dengan baik sebaik laki - laki. Objek disini dianggap tidak lebih mengungguli perempuan. Ini dilandaskan atas kemampuan Sari dalam produktifitas dalam bekerja. Apapun profesinya Sari tetap seorang perempuan yang mampu melakukan apa yang seharusnya laki – laki lakukan, dimana ayahnya adalah seorang laki – laki yang tidak mempunyai pekerjaan seperti dirinya.

3 Posisi Pembuat Film – Penonton

Penonton diajak untuk memahami kemampuan seorang perempuan yang mampu menjadi tulang punggug dalam sebuah keluarga. Penonton khususnya perempuan diberikan motivasi agar selalu bangkit dan mampu bersaing dengan kaum laki – laki. Pada gambar ini pembuat film merepresentasikan betapa hebatnya seorang perempuan dalam sebuah keluarga. Pembuat film bermaksud menghilangkan ketimpangan hak antara kaum laki – laki dan kaum perempuan akibat pola pekerjaan yang biasanya dianggap hanya kaum laki – laki yang boleh mempunyai pekerjaan sehingga

(14)

perempuan dinalar tidak sanggup menjadi tulang punggung dalam keluarga.

TEKS/TINGKAT

3 TEKS

(0 : 15 : 25)

Dialog

Bapak : Lusa kau harus pergi ketempat pelatihan TKW!

Mayang : Tapi pak! Aku tidak mau ! Aku tidak pernah daftar pak !

Bapak : Bapak yang daftarkan ! pokoknya kau harus pergi ke hongkong mencari adikmu dan sebelum kambing – kambing ini mati!

(15)

Posisi Subjek – Objek

Mayang sebagai Subyek : Mayang menyatakan keberatannya atas paksaan bapaknya dengan wajah muram untuk menjadi TKW ke hongkong. Kalimat “tapi pak ! aku tidak mau, aku tidak pernah daftar” adalah kalimat penolakan, pernyataan keberatan Mayang kepada bapaknya yang tanpa seijinnya mendaftarkan dirinya menjadi TKW yang jelas ia tidak kehendaki. Sebagai perempuan dewasa Mayang mempunyai hak atas dirinya. Hal – hal yang menurutnya membuatnya tidak nyaman akan ia perdebatkan. Ini memberikan gambaran bahwa perempuan bisa mengeluarkan pendapat, menggambarkan perempuan tidak terima begitu saja atas paksaan kaum laki – laki sekalipun oleh bapaknya sendiri. Mayang mencontohkan sebagai perempuan yang tidak mau ditindas dan tidak mau dipaksa dalam menentukan masa depannya. Perempuan mepunyai hak yang sama seperti laki – laki mengenai karir juga masa depan perempuan, Karena masa depan perempuan ada ditangan perempuan itu sendiri.

Bapak Mayang sebagai objek : Bapak Mayang dianggap sebagai laki – laki yang akan dengan mudah menentukan masa depan Mayang namun pada adegan ini bapak Mayang harus menerima dengan sikap jantan bahwa Mayang sebagai perempuan mempunyai hak yang sama dengan kaum laki – laki untuk berpendapat, bahkan untuk menolak. Kaum laki – laki pun adakalanya menerima masukan atau pendapat dari kaum perempuan, terlebih

(16)

pada hal – hal yang sifat-nya penting bagi hidup seorang perempuan. Menyangkut karir, masa depan dan lain sebagainya Mayang mempunyai kebebasan penuh dalam memilih tanpa mendapatkan paksaan sedikitpun dari bapak-nya.

Posisi Pembuat Film – Penonton

Pembuat film mengingatkan kepada para penonton bahwa hal yang wajar, adakalanya pada percakapan – percakapan tertentu antara perempuan dan laki – laki, seorang perempuan tidak harus selalu menurut terhadap laki – laki. Perempuan berhak atas kata – kata “ tidak mau” dan laki – laki harus terima itu. Dengan begitu pembuat film berharap kaum perempuan sadar akan hak nya berpendapat. Begitu juga kepada kaum laki – laki disadarkan kembali terhadap hak – hak kaum perempuan yang mereka dilupakan. Pesan pada gambar ini dimaksudkan agar menjadi toleransi antar sesama individu dalam bermasyarakat dan keluarga antara kaum laki – laki dan perempuan.

Teks/Tingkat

4 Teks

(17)

Dialog

Sari : Hey ! sedang apa kamu disini ?

Amar : Aku mencarimu kemana – mana . kau seharusnya mengajakku belanja.

Sari : Baik! Ayo pergi tapi aku tidak akan belikan kan kau apa – apa! Kukirimkan uangnya kepada ayahku.

Amar : Apa ? kau seharusnya belikan aku baju!

Sari : kau sudah kubelikan banyak untukmu. Ayahku lebih penting.

Posisi Subjek – Objek

Sari sebagai subjek : Sari mengingatkan bahwa perempuan harus bangkit dari ketertindasan. Perempuan harus mengangkat derajatnnya yang paling tinggi dihadapan laki – laki. Sari mengajarkan agar kaum perempuan terhindar dari tindakan – tindakan yang dapat menurunkan harkat dan

(18)

martabat perempuan dimata laki – laki. laki – laki. Tindakan kaum laki – laki menguras harta perempuan, menggunakan uang perempuan untuk keuntungan pribadi, memaksa perempuan mengeluarkan uang untuk kebutuhan pribadinya adalah bentuk penindasan laki – laki terhadap perempuan. Dan sudah seharusnya seorang perempuan menolak atas bentuk – bentuk penindasan laki – laki terhadapnya. Kalimat sari “aku tidak akan membelikan kau apa – apa, uang nya sudah kuberikan kepada ayahku karena ayahku lebih penting” Sari berkata dengan tegas dan lantang disinilah yang menggambarkan bentuk anti penindasan perempuan atas laki - laki. Karena perempuan mempunyai hak penuh terhadap upahnya, sama seperti laki – laki. Ini juga membuktikan Sari adalah perempuan yang tangguh, mampu bertahan hidup bekerja dinegeri orang dan menolak bentuk – bentuk perlakuan yang merugikan kepada dirinya.

Arman sebagai obyek : sebagai pihak yang diberikan tindakan penolakan . Ia dingatkan bahwa tidak selamanya perempuan itu terima atas perlakuan laki – laki. Ini juga menggambarkan bahwa laki – laki butuh perempuan. Dan sudah seharusnya laki – laki menerima bahwa perempuan adalah makluk yang mempunyai akal pikiran, yang sama seperti laki – laki mampu berkata tidak atas apa yang tidak dikehendakinya.

(19)

bantuan dari seorang perempuan. Dianggap sebagai laki – laki yang hidupnya sepenuhnya bergantung atas mata pencaharian Sari. Laki – laki diminta untuk mengakui bahwa kaum perempuan mampu mengungguli kaum laki – laki.

Posisi Pembuat film – Penonton

Pembuat film mengajak para penonton khususnya perempuan agar sadar akan hak nya. Perempuan harus merubah sikap kaum perempuan dalam hubungannya dengan kaum laki – laki. Tuntutan ini dimaksudkan agar menyadarkan kaum laki – laki, supaya memperlakukan satu sama lain sebagai seorang yang setara, dan sebagai manusia yang sama berharganya untuk dicintai. Sekarang bukanlah saatnnya untuk dinjak – injak, ditindas oleh kaum laki – laki. Pembuat film memotivasi kaum perempuan untuk bangkit dari bentuk bentuk – bentuk penindasan kaum laki – laki. Sudah saat nya bagi perempuan untuk mengambil keputusan dan memegang kendali. Jangan terus menerus menjadi korban atas nama cinta kepada laki – laki. Penonton pun diingatkan bahwa laki – laki juga mempunyai titik kelemahan dan butuh bantuan perempuan. Dan yang paling penting adalah pembuat film mengingatkan bahwa perempuan berhak pergi dari laki – laki yang hanya Cuma bisa memberikan banyak kerugian dari pada keuntungan.

(20)

5 Teks/Tingkat

Teks

(0 : 28 : 31)

Dialog

Ghandi : Lalu selama kau disini tiga bulan, apa yang sudah kamu lakukan?

Mayang : Banyak mas, berapa kali aku datang ke apartement tempatnya dulu bekerja. Mau ketemu sama dia , yah tapi enggak berhasil

(21)

Mayang : Baru sekarang mas, aku berani cerita ke mas ghandi kata sari, mas Ghandi sudah seperti bapak buat para TKW disini, jadi kupikir mas Ghandi pasti kenal sekar

Ghandi : Semua orang kenal dengan Sekar, Mayang. Dan semua juga cari dia.

Mayang : Penting banget ya Sekar itu ?

Ghandi : saya ga ngerti maksud kamu ?

Mayang : Pamit mas !

Ghandi : Mayang ! kamu sudah punya handphone belom ? kamu minta anter Sari sana kamu beli HP, lalu isi kartunya. Dari situ kita bisa kontek - kontekan. Sementara itu saya dan teman – teman akan terus cari Sekar.

Mayang : Mas! Teman – temanku nda perlu tau kalau aku kakaknya sekar! Permisi mas!

Ghandi : Mayang !

Posisi Subjek – Objek

Mayang sebagai subjek : Ghandi memperingatkan Ghandi agar masalah pribadinya tidak diketahui teman – temannya. Dengan berkata “mas! Teman

(22)

– temanku nda perlu tau kalau aku kakaknya Sekar” menggambarkan perempuan bisa bersikap tegas terhadap laki – laki terutama pada hal – hal yang bersifat pribadi. Mayang juga menggambarkan sosok perempuan yang bisa menentukan sikap sama seperti laki - laki. Sudah saatnya bagi seorang perempuan untuk menunjukkan ia mampu mendominasi dalam sebuah percakapan dengan laki – laki. Dan bila perempuan tersebut sudah merasa tidak nyaman pada posisi tertentu ia berhak pergi meninggalkan laki – laki tersebut.

Ghandi sebagai objek : Ghandi dipaksa untuk menerima keadaan bahwa perempuan mempunyai hak atas dirinya, Ghandi harus terima terhadap sikap tegas Mayang yang tidak ingin masalah pribadinya diketahui oleh orang lain selain mas Ghandi. Ghandi pun diingatkan bahwa perempuan mempunyai hak yang sama seperti laki – laki untuk melindungi masalah pribadinya.

Posisi Pembuat Film – Penonton

Sebagai perempuan, penonton diajak untuk bisa bersikap tegas kepada laki – laki. Berkata tidak atas bentuk – bentuk tindakan yang mengusik masalah pribadinya, bahkan diberikan motivasi untuk bisa meninggalkan laki – laki. Penonton juga di berikan informasi perempuan tegas itu bukan perempuan yang tidak mempunyai sopan santun. Kalimat “permisi mas” memberikan informasi perempuan adalah individu yang tegas dan berattitude. Laki – laki

(23)

juga diminta untuk menerima bahwa tidak selamanya perempuan tinggal diam jika urusan pribadinya diusik orang banyak.

Teks/Tingkat

6 Teks

(0 : 35 : 15)

Dialog

Mayang : Shei Jun! Kenapa harus berantem segala ? nanti kalau ibumu tau pasti kamu dimarahin! Habis marahin kamu nyonya pasti marahin kamu ! Gak ngerti apa ? berapa kali harus dikasih tau ?

(24)

Sari : Hei ! Dia mana ngerti kamu ngomong kaya gitu juga ! Kamu yang lebih ngerti bahasa Chanton Kasih tau !

Sari : Shei Jun, Mayang marah kalau kamu berkelahi, Ibumu pasti memarahinya dirumah.

Shei Jun : Mereka mengejekku karena badanku lebih kecil! Badanku tak sebesar mereka! Aku benci !

Sari : oooh, Dia itu kesel, karena dia kecil jadi dia suka diremehin sama temen – temennya. begitu lo mayang.

Mayang : Bilang sama Shei jun , Sar! Enggak ada gunanya marah – marah sama orang – orang yang suka meremehkan kita. Dia harus belajar menerima kalau dia punya kekurangan, dia harus belajar menerima dari sekarang, atau dia tumbuh besar dalam frustasi! Dan itu rasanya enggak enak !

Sari : Mayang bilang, kamu harus terima kenyataan kalau tubuh kamu kecil, taka da gunanya marah. Kalau kamu tidak terima dari sekarang kau bias marah seumur hidup.

(25)

Posisi Subjek – Objek

Mayang sebagai subyek : mewakili perempuan yang berprinsip. Mewakili sebagai perempuan yang bisa menyampaikan apa yang ada didalam pikirannya. Mayang memarahi Shei Jun, secara tidak langsung Mayang mempunyai pandangan tersendiri dalam dirinya terhadap suatu masalah.. Mayang memberikan gambaran bahwa kaum perempuan juga sama seperti laki – laki, yang mempunyai prinsip dan menjalani hidup berlandaskan pikirannya sendiri. Mayang berharap Shei Jun terbebas dari belenggu dendam yang akan menyiksa Shei Jun seumur hidup.

Shei Jun sebagai obyek : Shei Jun dimarahi oleh Sekar karena dianggap sebagai anak laki – laki yang kelak akan tumbuh menjadi laki – laki dengan penuh dengan rasa dendam dihatinya jika ia terus tidak terima kondisi fisiknya. Shei jun dimarahi oleh Mayang , karena mayang berfikir apa yang dilakukan Shei Jun adalah salah. Kalimat “dia harus belajar menerima kalau dia punya kekurangan, dia harus belajar menerima dari sekarang, atau dia tumbuh besar dalam frustasi” inilah yang akan diterima kelak Shei Jun dewasa. Shei Jun juga dianggap sebagai laki – laki yang dapat diatur maka dari itu Sekar mengarahkan Shei Jun bagaimana memilih dan menentukan prinsip dalam hidupnya.

(26)

Posisi Pembuat Film – Penonton

Pembuat film mengingatkan kepada penonton bahwa perempuan juga memiliki keunggulan – keunggulan, melebihi laki – laki. Penonton diajak berfikir jauh kedepan jika seorang laki – laki yang tumbuh besar dalam belenggu rasa dendam dan kebencian , laki – laki tersebut akan besar menjadi laki – laki yang pendendam. Oleh sebab itu hadirnya seorang perempuan yang mempunyai pandangan dan pendirian atas makna hidup berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang seorang laki – laki. Ini memberikan informasi kepada penonton bahwa seorang perempuan bisa mengubah cara pandang seorang laki – laki bahkan mengubah seorang laki – laki dari sifat pendendam dan kelak tumbuh menjadi laki – laki yang lapang dada. Hal ini tentu nyata membuktikan bahwa perempuan setara bahkan lebih unggul dari laki – laki.

Teks/Tingkat

7 Teks

(27)

Dialog

Mayang : Apa perlu mas ? Semua orang tau , semua temenkulah, Vincentlah !

Ghandi : Vincent ?

Mayang : Ia siapalah !

Ghandi : Pertanyaanya adalah seberapa penting kamu untuk menemukan Sekar!

Mayang : Ia tapi kan engga perlu semua orang tau!

Ghandi : Sebelum kamu datang kesini dan tanpa kehadiran kamu kesini, kita semua akan mencari Sekar. Untuk membantu dia.

Mayang : Tapi kan enggak perlu ada yang tau kalau aku kakaknya!

Ghandi : Mayang, kalau Sekar tau ada kakaknya yang mencari, itu akan memancing sekar untuk keluar.

Mayang : Mas Ghandi enggak tau sih , gimana hubungan aku dengan sekar.

Ghandi : Dengan sikap kamu kayak gini aku jadi tahu bagaimana

hubungan kamu dengan Sekar. Kita ngobrol diwarung bude dulu yaah

(28)

Mayang : enggak mas ! aku mau jemput anak majikan aku dulu

Posisi Subjek – Objek

Mayang sebagai subjek : Mayang lagi – lagi menyatakan keberatannya, hal – hal pribadinya diketauhi semua orang. Ia bersikeras menyatakan keberatannya kepada Ghandi jika ia menceritakan masalahnya kepada orang lain. Karena Mayang mempunyai hak penuh atas hidupnya , tidak ada yang dapat mengusik hidupnya sekalipun seorang laki – laki. disini mayang mengajarkan untuk menjadi perempuan yang mampu mengambil keputusan, mampu berargument dengan laki. Dengan Kalimat “tidak perlu semua orang tau aku kakaknya Sekar” yang diucapkan berkali - kali dengan lantang memberikan informasi bahwa ia tidak suka, merasa terusik akan hidupnya. Dan ketika ia sudah merasa tidak nyaman ia mempunyai hak untuk meninggalkan Ghandi begitu saja, yang berarti perempuan bisa dengan mudah meninggalkan laki – laki. Kini bukannya lagi perempuan terus diam atas kenyamanan – kenyaman yang dilakukan oleh laki – laki. Perempuan pun harus mempertahankan haknya dihadapan laki – laki.

Ghandi sebagai objek : disadarkan bahwa perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki – laki, seperti berpendapat, menyatakan keberatan terhadap sebuah perdebatan, bahkan ada kalanya perempuan unggul dari laki – laki. Dan seorang laki – laki sebaiknya menerima, dan sadar akan hak – hak kaum

(29)

perempuan tersebut. Ghandi juga diarahkan oleh Mayang agar ia tidak memberikan informasi kepada orang lain atas masalah Sekar. Ghandi pun nyaris terdiam tanpa kata – kata saat Mayang memilih untuk meninggalkan .

Posisi Pembuat Film – Penonton

Penonton di berikan motivasi untuk menjadi perempuan yang tidak tinggal diam atas ketidak nyamanan yang di timbulkan oleh kaum laki – laki. Pembuat film menyampaikan pesan tebal kepada penonton khususnya perempuan, bahwa mereka bukanlah manusia yang lemah. Perempuan juga mempunyai akal, ia akan memberikan penolakan terhadap hal – hal yang akan membuatnya tidak nyaman kelak, terlebih pembuat film menyiratkan perempuan pada adegan ini sangat terganggu akibat laki – laki yang terlalu mencampuri urusanya. Pada kehidupan nyata jika posisinya di balik, laki – lakipun akan melakukan pemberontakan karena ia merasa terganggu atas masalah pribadinya di campuri orang lain. Pembuat film maka dari itu memberikan informasi bahwa perempuan mempunyai kebebasan, sebebas kaum laki – laki dalam menyimpan dan melindungi masalah pribadinya. Seorang perempuan pun bisa melakukan aksi protes atau pemberontakan kepada kaum laki – laki untuk mencapai titik kenyamanannya, sama seperti apa yang laki – laki lakukan dalam melakukan pertahanan dalam dirinya.

(30)

Teks/Tingkat

8 Teks

( 0 : 46 : 15 )

Dialog

Bapak : Sekar baru beberapa bulan kerja sudah bisa bikin rumahku bagus, aku bisa beli kulkas, kredit sepeda motor, ternak kambing.

Posisi Subjek – Objek

Sekar sebagai Subjek : Sekar menafkahi keluarganya. Sekar mewakili perempuan yang mandiri yang sanggup menjadi tulang punggung keluarga, bukan ayahnya. Perempuan mempuanyai hak yang sama atas suatu pekerjaan, mampu bersaing dengan pria. Bahkan kadang – kadang mampu mengungguli pria. Hal ini dilandasi oleh kata – kata ayah Sekar “Sekar baru beberapa bulan kerja sudah bisa bikin rumahku bagus, aku bisa beli kulkas, kredit sepeda motor, ternak kambing.”

(31)

Ayah Sekar sebagai Objek : Disadarkan bahwa perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki – laki, mampu bekerja sebaik kaum laki – laki bahkan ada kalanya mengungguli kaum laki – laki. Ayah sekar pun dijadikan sebagai pihak yang hanya bisa melangsungkan hidup bergantung kepada upah Sekar bekerja. Ia pun harus mengakui kehebatan anaknya dimana ayah Sekar tidak akan mungkin merenovasi rumah, mempunyai semua barang – barang elektronik tersebut tanpa biaya dari hasil jerih payah Sekar bekerja. Disamping itu ayah sekar yang juga tidak mempunyai pekerjaan kembali disadarkan bahwa perempuan yang mampu unggul dibanding laki – laki bukan berarti perempuan yang akan menyepelekan laki – laki.

Posisi Pembuat Film – Penonton

Pembuat film menyadarkan kaum perempuan bahwa mereka mempunyai hak yang sama dengan laki – laki. Disadarkan untuk selalu bangkit agar mampu bersaing dengan kaum laki – laki. Bahkan bisa menjadi tulang punggung dalam sebuah keluarga. Ini merupakan bukti nyata perempuan lebih unggul dari pada laki – laki. Pembuat film memberikan gambaran kepada masyarakat luas bahwa seorang perempuan itu bukan tidak mungkin untuk menjadi seorang pemimpin bagi kaum pria, apalagi menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga dengan memberikan nafkah kepada keluarganya.

(32)

Teks/Tingkat

9 Teks

(01 : 08 : 56)

Dialog

Vincent : Ngapain kamu disini?

Mayang : Ya kamu nngapain disini ?

Mayang : Aku Cuma Pengen tau , seperti apa kantor yang sudah membuat Sekar sudah!

Vincent : Kalau kamu sudah tau kamu mau apa ?

Mayang : Ya enggak tau juga, bukan urusanmu! Semua orang terlalu jauh ikut campur!

(33)

Posisi Subjek – Objek

Mayang sebagai subjek : Mayang kembali menggambarkan sebagai tokoh perempuan yang tidak tinggal diam ketika dia merasa masalah sangat pribadinya terusik. Kalimat “semua orang terlalu jauh ikut campur” merupakan salah satu bentuk kalimat protes seorang perempuan kepada laki – laki karena ia tidak nyaman atas sikap berlebihan laki – laki kepadanya. Mayang mengajarkan kaum perempuan untuk angkat bicara, untuk protes bahkan memutuskan untuk meninggalkan laki – laki, menyudahi percakapan. Bahwa bukan hanya laki – laki yang boleh, yang bisa menentukan akhir suatu pembicaraan, perempuan pun bisa melakukan apa yang laki laki biasa lakukan.

Vincent sebagai objek : Vincent diingatkan bahwa tidak semua perempuan bersedia untuk tinggal diam jika urusannya dicampuri oleh orang lain. Laki - laki diharuskan untuk menerima bahwa perempuan mempunyai privasi, perempuan juga mempuanyai hak untuk melakukan apa saja tanpa harus mendapatkan larangan atau penjagaan laki – laki. Dan seorang laki – laki harus bersikap jantan menerima atas penolakan perempuan yang tidak mau hidupnya dicampuri oleh laki – laki tersebut.

(34)

Posisi Pembuat Film – Penonton

Penonton khususnya perempuan diberikan informasi untuk menjadi perempuan yang berprinsip, yang bangkit untuk memperjuangkan hak mereka. Pembuat film, memberikan motivasi kepada perempuan agar tidak menjadi perempuan yang tinggal diam atas hak nya ketika dicampuri oleh orang lain. Penonton diajak untuk sama – sama menyadari bahwa bukan saatnya perempuan pasrah dalam menghidupi kehidupan, tidak mampu memegang kendali dan membuat keputusan.

(35)

4.3 Pembahasan

Setelah melakukan analisis dan sejumlah tabel yang mengandung unsur feminis liberal dapat diketahui bahwa gambaran sikap perempuan pada film “Minggu Pagi di Victoria Park” mengandur unsur bahwa perempuan menuntut kesetaraan terhadap laki – laki, dan ditemukan bahwa laki – laki masih merasa dirinya seorang pemimpin dimana pemikirannya itu selalu benar, namun terdapat bagian dimana ternyata kaum perempuan dibuktikan lebih unggul dibandingkan laki – laki.

Dalam film ini, beberapa tokoh perempuan dikisahkan sebagai perempuan yang dapat menaikan posisi mereka didalam keluarga. bentuknya seperti yang dijelaskan pada tabel nomer 8 . Pada gambar ini, bapak Sekar berbicara “Sekar baru beberapa bulan kerja sudah bisa bikin rumahku bagus, aku bisa beli kulkas, kredit sepeda motor, ternak kambing”. Adegan ini dapat dikonsepkan sebagai upaya memperbaiki peran seorang perempuan . Dimana yang biasanya laki – laki sebagai tokoh yang mensejahterakan keluarga, tetapi pada adegan ini tokoh seorang perempuan lah yang mampu memposisikan diri setara dengan laki – laki bahkan lebih.

Kaum liberal, menolak sebuah wacana perempuan biasa ditampilkan sebagai kaum yang lemah atas laki – laki, dan menolak dianggap sebagai kaum kaum yang menjadi pilihan laki - laki. Mengacu kepada tabel nomor 1 tokoh Sekar, bisa dengan bebas memilih pasangannya hidupnya merupakan tindakan penggunaan hak nya untuk memilih sebagai perempuan dewasa. Ini berarti seorang perempuan

(36)

mempunyai kekuasaan penuh atas dirinya sama seperti laki – laki. Pada tabel ini, Ghandi memaksa Sekar untuk pulang, tetapi sekar merasa dia tidak mau menuruti paksaan Ghandi untuk pulang, karena Ghandi bukan siapa – siapa bagi sekar. Ghandi tidak mempunyai hak apapun terhadap diri Sekar. Sekar pun merasa kesal dan memarahi Ghandi ia merasa bahwa ia tidak harus mengikuti kemauan Ghandi, kemudian Sekar meninggalkan Ghandi dan lebih memilik laki – laki lain meski hanya untuk bersenang – senang dengan laki – laki pilihannya yang lain.

Tabel nomer 6 menggambarkan bahwa seorang perempuan mampu mengubah pola pikir seorang anak laki – laki yang kelak akan menjadi laki – laki yang tumbuh besar mempunyai dendam dan rasa kebencian terhadap seseorang. Disini Sekar sebagai perempuan mengambil alih hak laki – laki untuk berpendapat. Tabel ini digambarkan bahwa seorang laki – laki membutuhkan bantuan seorang perempuan. Pada realitanya, ada pada kondisi dalam kehidupan tertentu perempuanlah yang menjadi pemimpin, dan laki – laki harus menerima itu.

Dalam masalah keluarga, menurut kaum liberal merupakan suatu ketikdakadilan bila seorang perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan mengasuh anak, bekerja dirumah mengurusi suami, dan tidak diberikan hak nya untuk berkarir. Hal ini sangat tidak menguntungkan seorang perempuan untuk mengejar karir. Pada tabel nomer 2 menceritakan Sari sebagai seorang perempuan yang mempunyai karir, dan bisa menggantikan posisi laki – laki untuk memberikan nafkah kepada keluarga. Sari berpendapat bahwa perempuan pun sanggup memikul beban yang lebih berat

(37)

dibandingkan laki – laki. Ini berarti posisi Sari lebih unggul dibandingkan bapak nya sebagai kepala keluarga. Apapun profesinya, Sari mampu mampu menghidupi dirinya sendiri bahkan mampu mensejahterakan keluarganya. Tentu tidak ada alasannya bahwa perempuan dipaksakan hanya untuk membesarkan anak dirumah.

Pandangan bahwa seorang laki – laki mampu menindas perempuan, memaksakan seorang perempuan atas kepentingan – kepentingan yang dimilikinya ditampik pada tabel nomer 3. ketika itu ayah Mayang memaksa Mayang untuk menjadi TKW ke Hongkong, bahkan tanpa persetujuan Mayang bapaknya telah mendaftarkan ia untuk mengikuti pelatihan menjadi TKW Mayang pun kesal dan menentang paksaan bapaknya, untuk menjadi TKW di Hongkong. Mayang melakukan penolakan atas paksaan Bapaknya terhadap hidupnya, Mayang bersikeras mempertahankan hak nya yang menurutnya menjadi seorang TKW bukanlah kemauannya. Mengingat bahwa perempuan mempunyai hak atas karirnya, sama dengan laki - laki.

Perlakuan tokoh laki – laki terhadap tokoh perempuan pada film “Minggu Pagi di Victoria Park”sedikit banyak menggambarkan bahwa perempuan dianggap tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan kaum laki – laki. Sering kali menganggap kedudukan perempuan tidak lebih tinggi dari posisi laki – laki. Tetapi mereka kaum perempuan dalam tokoh nya menyikapi dengan mempertahankan hak nya, menolak tindakan – tindakan kaum laki – yang menurutnya merugikan dirinya. Sehingga film ini jelas ingin menggambarkan

(38)

perempuan unggul, perempuan yang bangkit dari ketertindasan, perempuan yang mempunyai karir, perempuan yang mampu mempuat keputusan, perempuan yang mampu bersaing dengan pria . Bahkan dipercaya laki – laki masih membutuhkan bantuan seorang perempuan.

Film “Minggu Pagi di Victorian Park” menampilkan tokoh perempuan sebagai sosok yang memiliki peluang yang sama dengan kaum laki – laki, dan tidak menerima tekanan atas dasar cinta. Dan dengan itu, meningkatkan status kaum perempuan agar sederajat dengan kaum laki – laki. Seperti tabel yang dipaparkan pada tabel 4, Sari menolak permintaan Arman untuk membelikan barang – barang untuknya. Karena pada posisi ini, Arman seakan – akan memanfaatkan Sari yang memiliki pekerjaan, dan memiliki uang untuk kepentingan Arman sendiri. Sari tidak suka lantas Sari dengan lantang berkata tidak mau. Sari menolak perlakuan Arman yang memeras isi kantongnya. Memang sudah saat nya perempuan untuk tidak hanyut, tidak terbuai oleh laki – laki hanya karena ia mempuanyai wajah yang tampan. Seorang perempuan harus pandai memilih laki – laki yang menurutnya baik. Dan mana laki – laki yang hanya memberikan kerugian kepadanya. Perempuan pun berhak untuk meninggalkan pasangannya seperti Sari yang memilih untuk meninggalkan Arman. Karena perempuan sejatinya mendambakan laki – laki jantan yang berjiwa besar dan mempunyai semangat yang tinggi untuk bekerja, bersaing bahkan berkompetisi sebagai pendamping hidup mereka.

(39)

Pada umumnya, seorang laki – laki yang menggangap bahwa perempuan harus tunduk atas pemikiran seorang laki – laki. seorang laki – laki merasa ia adalah pemimpin atas laki – laki dimana semua baik perkataan atau perbuatannya selalu benar. Padahal pada kenyataannya tidak semua yang baik menurut laki - laki baik pula bagi perempuan. Perempuan pun mempunyai hak yang sama seperti laki – laki atas pemikirannya sendiri, apalagi pada hal – hal yang bersifat pribadi bagi perempuan.

Perempuan pun mempunyai privasi atas masalah dalam hidupnya, sama seperti laki – laki. Seperti yang dijelaskan pada tabel 5, 7 dan 9 Mayang merasa banyak yang terlaku ikut campur terhadap masalah pribadinya, Mayang merasa tidak nyaman dan menolak agar laki – laki, pada situasi ini Ghandi dan Vincen supaya tidak terlalu jauh mencampuri masalah pribadinya. Mayang dengan tegas mengatakan, semua orang terlalu ikut campur masalahnya dan Mayang tidak suka.

Tokoh perempuan yang dijabarkan pada tabel diatas tidak ingin hidupnya terganggu, dan perempuan mengutarakan suara hatinya dengan menyatakan keberatannya. Mayang mengajarkan menjadi perempuan yang mampu bangkit, bukan hanya pasrah dan diam dalam menanggapi hidup, tidak mampu memegang kendali dan keputusan. Sebagai perempuan, sudah saatnya untuk mendominasi suatu perdebatan terhadap kaum laki – laki.

Melalui film ini ada kemungkinan sang sutradara bermaksud untuk memberikan gambaran tentang hak perempuan, dan makna perjuangan, dimana

(40)

perempuan adalah sama dengan kaum laki – laki. Ada berbagai macam kemungkinan dalam mencari makna yang tersembunyi pada film Minggu Pagi di Victoria Park ini, seperti mungkin saja Lola Amaria sang sutradara merupakan “kaum” Liberal dimana ia menunjukkan bahwa bukan hanya laki – laki yang mampu menyajikan film sehebat Minggu Pagi di Victoria Park yang dibuktikan dengan banyaknya penghargaan atas film ini.

Hal lain yang ditemukan secara kasat mata pada film Minggu Pagi di Victoria Park adalah bahwa dibalik sisi kemandirian seorang perempuan, perempuan itu masih memerlukan bantuan dari seorang laki – laki.

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Untuk mengetahui pelaksanaan dan hasil belajar, digunakan

Salah satu fungsi lingkungan lahan pertanian adalah menahan air hujan sementara, meresapkan dan mengalirkannya secara alami dari hulu ke hilir DAS (daya sangga

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TELUR TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM RAS (GALLUS L) DI INSTALASI GIZI RSUP DR..

Dicatat persentase 10%, 6% dan 11% responden masing-masing untuk Kota Malang, Blitar dan kabupaten Pacitan me- nyatakan cocok dengan pertanyaan tahap- an penyikapan dasar,

Berdasarkan analisis pemodelan GWNBR didapatkan variabel global yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada 31 kecamatan di Kota Surabaya yaitu kepadatan penduduk (X 6 ),

Serangan adalah objek dapat menyerang objek lawan sesuai dengan nilai attack yang dimiliki oleh kartu dengan nilai defense objek lawan, hasil dari selisih nilai

[r]

Selain praktis dan murah, mikrokontrolerjuga mudah untuk diaplikasikan pada berbagai keperluan, contohnya untuk mengendalikan sistem-sistem otomatis yang berdiri