• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYIAPAN SDM NUKLIR DI STTN-BATAN YOGYAKARTA MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYIAPAN SDM NUKLIR DI STTN-BATAN YOGYAKARTA MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENYIAPAN

SDM NUKLIR DI STTN-BATAN

YOGYAKARTA

MENYONGSONG

ERA PLTN DI

INDONESIA

SUPRIYONO

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

J/. BabarsariKotakPos 6101/YKBB Yogyakarta. Email: masprie_sttn@yahoo.com

Abstrak

PENYIAPAN SDM NUKLIR DI STTN-BATAN YOGYAKARTA MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA. Telah dilakukan suatu kajian penyiapan SDM (sumber Daya Manusia) yang dihasilkan oleh STTN untuk menyongsong kehadiran PLTN di Indonesia. Dalam makalah ini dibahas tentang kebutuhan SDM yang akan berkiprah pada saat sekarang sampai operasinya PLTN di tahun 2016 serta kebutuhan SDM untuk persia pan PLTN berikutnya. STTN sebagai perguruan tinggi kedinasan dibawah BATAN yang berdiri pada tahun 1985 dengan program Diploma III, pada tahun 2001 ditingkatkan menjadi program Diploma IV dengan Jurusan Teknojisika Nuklir dan Teknokimia Nuklir. Sebagai perguruan tinggi yang menghasilkan Sarjana Sains Terapan yang khusus dalam bidang teknologi nuklir, sudah sepantasnya lulusannya siap menyongsong era PLTN di Indonesia. Kajian dilakukan dengan melakukan penelusuran pustaka, baik karya-karya ilmiah dari Kementerian ESDM, BATAN, maupun dari perguruan tinggi,

sedangkan kajian tentang lulusan.STTN dilakukan dengan melihat buku Panduan Akademik STTN dan telaahan langsung di STTN. Hasil kajian menunjukkan bahwa lulusan STTN layak untuk ikut berkiprah pada kegiatan PLTN, baik kegiatan yang langsung berhubungan dengan pembangunan dan pengoperasian PLTN, maupun kegiatan ikutannya.

Kata kunci: Listrik, reaktor nuklir, sumber daya manusia, STTN.

Abstract

PREPARING THE NUCLEAR HUMAN RESOURCES IN STTN-BATAN YOGYAKARTA KEEPS UP WITH THE ERA OF NUCLEAR-POWER PLANTS IN INDONESIA. A review was conducted on the preparation of human resource produced by STTN to keep up with the era of Nuclear-Power Plant (NPP) in Indonesia. The review addressed the demand on human resource participating in the recent operation until the fUture operation in 2016 and the demand of human resource for the next plants. STTN as the national college under BATAN was established in 1985 with Diploma III program, and in 2001 it is modified into Diploma IV program with Nuclear Technophysic and Nuclear Technochemistry. As the college which yields the applied science graduates in the Nuclear Technology, it is reasonable that the graduates are ready to take part in the era of Nuclear-Power Plant in Indonesia. The analysis was conducting by reviewing literature, particularly those from the ESDM ministry, BATAN or from colleges. The analysis on the graduate of STTN was conducted by reviewing the academic handbook of STTN or directly observed STTN. The analysis indicated that the graduates of STTN were reasonable to participate in the work of Nuclear-Power Plant, both the immediate activities associating with the

development and operation of Nuclear-Power Plant and the supporting activities. Keywodrs: Electricity, Nuclear reactor, human resourse, STTN.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan manusia modern,

listrik adalah suatu kebutuhan pokok yang hams tersedia sebagai mesin penggerak nadi kehidupan. Listrik tidak serta merta muncul sebagai energi yang tiba-tiba datang dari langit, tetapi listrik hams dibangkitkan dari suatu pembangkit listrik buatan manusia. Tidak semua bahan yang ada di bumi saat ini dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik, tetapi hanya bahan-bahan tertentu saja yang berpotensi menjadi sumber daya energi. Bahan-bahan tersebut antara lain : minyak bumi, batubara, gas, air, panas bumi, dsb. Ada suatu persoalan yang hams dijadikan perhatian dengan sumber daya energi tersebut, yaitu :

1 Keterbatasan sumber minyak yang dimiliki Indonesia.

2 Keterbatasan lahan dan sumber air di Pulau Jawa.

3 Masalah lingkungan akibat emisi gas

berbahaya (SOx, NOx) dan gas rumah kaca.

4 Mahalnya biaya modal awal untuk

pembuatan pembangkit daya untuk

pembangkit listrik tenaga-tenaga tertentu. Dengan adanya permasalahan tersebut di

atas, maka pemerintah telah mengambil

langkah-langkah kebijakan, yaitu [Perdanahari, E., 2006]:

1. Mengatur pemanfaatan energi yang efisien,

seimbang, berkelanjutan dan akrab

lingkungan.

2. Meningkatkan program diversifikasi energi,

yaitu penganekaragaman pemanfaatan

sumber energi primer non-fosil, serta energi barn dan terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik.

3. Menggalakkan program konversi energi. Dari ketiga butir di atas nampak bahwa pemerintah cenderung menggalakkan program konversi energi yang telah dituangkan dalam PERPRES No.5 Tahun 2006 tentang energi barn dan terbarukan. Salah satu program jangka panjang pemerintah untuk membangkitkan listrik adalah penggunaan Pembangkit Listrik

Tenaga Nuklir (PLTN). Menurut rencana

pembangunan PLTN akan dimulai pada tahun 2011 dan PLTN pertama akan dioperasikan

pada tahun 2016 di Semenanjung Muria

[Perdanahari, 2006]. Dalarn pembangunannya,

PLTN hams melalui tahapan-tahapan yang

sudah di rencanakan (Lihat Lampiran 1.). Pada setiap tahapan kegiatan tersebut diperlukan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang

professional dan handal di bidangnya. Oleh karena itu, jika tahapan yang dilaksanakan mulai tahun 2008 adalah ijin tapak dan 2011

adalah mulai dilakukannya proses

pembangunan konstruksi PLTN, maka akan ada kegiatan pekeIjaan yang hams dilaksanakan oleh anak-anak muda lulusan perguruan tinggi

yang mempunyai basis pendidikan dalam

bidang teknologi nuklir.

Untuk menjawab tantangan kesiapan

SDM tersebut, Sekolah Tinggi Teknologi

Nuklir (STTN)-BATAN Yogyakarta sebagai

perguruan tinggi kedinasan di bawah BATAN yang berdiri pada tahun 1985 dengan program

Diploma III, dan pada tahun 2001 telah

ditingkatkan menjadi program Diploma IV

dengan Jurusan Teknofisika Nuklir dan

Teknokimia Nuklir, yang menghasilkan SaIjana

Sains Terapan yang khusus dalam bidang

teknologi nuklir, lulusannya siap menyongsong

era PLTN di Indonesia. Untuk menguji

kesiapan tersebut, telah dilakukan kajian tentang hubungan antara PLTN mulai dari pra konstruksi sampai pembangunan PLTN berikutnya sampai tahun 2024, dengan lulusan STTN ditinjau dari jumlah kuantitatif dan kualitas lulusannya. Dalam kajian ini tidak

disinggung jenis PLTN yang akan

dipilih/dibangun, sebab asumsinya jenis PLTN apapun yang dipilih akan membutuhkan SDM yang hampir sarna. Diasumsikan untuk sebuah PLTN berdaya 1000 MW dan sampai tahun 2024 akan dibangun sebanyak 4 (empat) buah PLTN.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR Dalam Pedoman Akademik STTN 2006, berdirinya Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir dilatarbelakangi atas adanya suatu gagasan diperlukannya program diploma bagi para teknisi. Pada awal tahun 1983, gagasan ini

dikembangkan dengan membentuk Satuan

Tugas Persiapan Pendidikan Ahli Teknik Nuklir

berdasar SK Dirjen BATAN No.

08/DJ/07/I/1983. Mengingat proses untuk

melaksanakan tugas tersebut memerlukan

waktu, tugas Satgas diperpanjang dengan SK

Dirjen BATAN No. 81/DJN/1984, diikuti

(3)

pengelola Pendidikan Ahli Teknik Nuklir dengan SK Dirjen BATAN No. 53/DJIIV/I985. baru pada tanggal 3 Agustus 1985 kegiatan

Pendidikan Ahli Teknik Nuklir dengan

singkatan PATN di Yogyakarta dibuka dengan resmi oleh Direktur Jendral BATAN, Bapak Ir. Djali Ahimsa. Ijin operasional dari Dirjen Dikti diperoleh sesuai dengan SK Dirjen Dikti No.

1640/D/O/86 tanggal 15 September 1986.

Peningkatan PATN (yang

menyelenggarakan Program Diploma III ke bawah) menjadi STTN, ditujukan dalam rangka

mencukupi kebutuhan SDM terdidik yang

terampil dengan kemampuan teknis dan

akademis yang lebih baik. Pada bulan Agustus

1999 diadakan pertemuan antara BATAN

dengan Depdiknas (dahulu Depdikbud) yang

membahas rencana pendirian STTN.

Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 1999,

BATAN mengajukan permohonan pendirian

STTN-BATAN ke Depdikbud. STTN-BATAN dinyatakan layak didirikan dengan persetujuan Depdiknas tanggal 15 Maret 2001.

Pembukaan Jurusan dan Program Studi di STTN-BATAN Yogyakarta dilakukan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi pada tanggal 20 Maret 2001 dengan 2 Jurusan dan 3 Program Studi, yaitu Jurusan Teknokimia Nuklir dengan 1 Program Studi Teknokimia, dan Jurusan Teknofisika Nuklir dengan 2 Program Studi, yaitu Prodi Elektronika Instrumentasi dan Prodi Elektromekanik.

Setelah dilakukan pembahasan antara BATAN dengan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN), akhimya pada tanggal 8 Juni 2001 diterbitkan KEPPRES

nomor 71 tahun 2001 tentang Pendirian

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. Keputusan ini ditindak lanjuti dengan Keputusan Kepala

BATAN Nomor 360/KANII/2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja STTN, dan

Keputusan Kepala BATAN Nomor

542lKA!XI/2002 tentang Statuta Sekolah

Tinggi Teknologi Nuklir.

Organisasi

Visi STTN adalah menjadi Sekolah

Tinggi idaman terdepan dalam pendidikan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir,

dengan mengemban misi menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang mendukung pembangunan dalam bidang teknologi nuklir, menjadikan Sekolah Tinggi yang disegani, melakukan pelayanan prima kepada masyarakat

dan konsumen, serta membina kehidupan

akademik yang sehat dengan mengoptimalkan

pendayagunaan sumberdaya yang tersedia

(panduan Akademik STTN, 2006). Untuk

terlaksananya visi dan misi tersebut, STTN mempunyai organisasi yang tersusun seperti dalam Lampiran 2.

Kompetensi

Agar organisasi dapat berjalan sesuai dengan amanat yang tertuang dalam KEPPRES

nomor 71 tahun 2001 tentang Pendirian

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir dan

Keputusan Kepala BATAN Nomor

360/KANII/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja STTN, serta Keputusan Kepala BATAN

Nomor 542/KA/XI/2002 tentang Statuta

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, maka STTN

menfokuskan arah organisasi dengan

kompetensi serta harapan peluang kerja kepada lulusannya seperti ditampilkan pada Tabel 1

Infrastruktur

Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, STTN mempunyai fasilitas milik sendiri seperti pada Tabel 2.

Fasilitas-fasilitas tersebut di atas berdiri di atas tanah seluas 7585 m2 dan berbentuk bangunan berlantai IV. Selain fasilitas-fasilitas milik sendiri seperti Tabel 2. di atas, proses belajar mengajar juga dilaksanakan di Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB) BATAN Yogyakarta yang memiliki fasilitas, Reaktor Nuklir Kartini, Akselerator, Lab. Proses Bahan Nuklir, Lab. Kimia Analisis, Lab. Proteksi Radiasi, Lab. Pengelolaan Limbah, Bengkel Mekanik, Lab. Elektronika dan Instrumentasi, dsb. Proses belajar mengajar juga dilaksanakan di UGM khususnya di Lab. Pengujian Bahan.

(4)

TEKNOKIMIA Program Studi ELEKTRO MEKANIK ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI Peluan~a Batan/Lembaga penelitianlWirausaha Batan/lndustri/Lembaga PenelitianlWirausaha Batan/lndustril Lembaga PenelitianlWirausaha

Tabell. Program Studi, Kompetensi, dan Peluang Kerja

Kompetensi Proses Kimia Proses Kimia Radiasi

Analisis Kimia

Proteksi Radiasidan Aplikasi T. Nuklir bidang Industri PengelolaanLingkungan

Aplikasi Nuklir/Reaktor Aplikasi Medis Aplikasi Industri

Proteksi Radiasidan Aplikasi T. Nuklir bidang Industri Mekanik

Elektro

InstrumentasiElektromekanik

Proteksi Radiasidan Aplikasi T. Nuklir bidang Industri

Sumber : Pedoman Akademik STTN (2006)

Tabel 2. Fasilitas STTN

No. Nama Ruang Jumlah No. Laboratorium Jumlah

1. Ruang Ketua STTN 1 1. Lab. Kimia Dasar 1

2. Ruang Staf Adm. dan Pimpinan 9 2. Lab. Kimia Organik 1

3. Ruang PengelolaJurusan 2 3. Lab. Bengkel Mekanik 1

4. Ruang Kelas 18 4. Lab. Bengkel Gelas 1

5. RuangWidyaiswara 1 5. Lab. Radiografi 1

6. Ruang Badan EksekutifMhs 1 6. Lab. X-Ray 1

7. Perpustakaan 1 7. Lab. Kimia Proses 1

8. Ruang Baca Perpustakaan 1 8. Lab. Elektronika 1

9. Auditorium 1 9. Lab. Komputer 1

10. Ruang UPPM 1 10. Lab. Fisika Dasar 1

11. Musholla 1 11. Lab. KimiaAnalisis 1

12. WC/Kamar Mandi 10 12. Lab. Bahasa 1

13. Ruang Sidang 1 13. Lab. InstrumentasiNuklir 1

14. Mobil Dinas 5 14. Lab. Listrik 3

15. Tempat Parkir Mobil 1 15. Lab. Mekatronika 1

16. Tempat Parkir Motor 1 16. Lab. Kendalidan Robotika 1

17. Masjid 1 17. Lab. GambarTeknik 1

18. Ruang Pengemudi 1 18. Lab. Proteksi Radiasi 1

Sumber : Data dari STTN.

Staf Pengajar

Pada saat ini, jumlah dosen tetap STTN sebanyak 36 orang, yang terdiri dari 1 orang berpendidikan S3, 7 orang berpendidikan S2, 2 orang sedang menempuh program S2, 12 orang berpendidikan SIIDIV dan 3 orang sedang menempuh DIY. Ke 36 orang dosen tersebut, komposisinya adalah seperti yang tertampil pada Tabel 3 dan Tabek 4.

Ke 36 dosen tetap tersebut semuanya merupakan alumni fakultas MIPA atau Fakultas Teknik dan 90 % nya berbasis pendidikan

nuklir. 15 % dosen STTN merupakan alumni Perguruan Tinggi dari luar negeri (Perancis, Inggris dan Jepang) dan sebagian pemah traininglkursus di luar negeri (Jepang, Australia, Perancis, India, Pakistan, Singapura, Malaysia dan Republik Dominika). Selain didukung oleh 36 orang dosen tetap, STTN juga

didukung dosen tidak tetap dari

PTAPB-BATAN, DGM, UNY, DIN dan Dewan Gereja serta Parisada Hindu, dan Dharma Budha.Dntuk kelancaran administrasi, STTN didukung 33 tenaga administrasi.

(5)

Tabel3. Jumlah Dosen per Program Studi Berdasarkan Jenjang Pendidikan ProdiElektronikaInstrumentasi Pendidikan Jumlah 83 1 82 2 8edang 82 1 81/DIV 7 8edang DIV Jumlah 11

Sumber: Data Kepegawaian STTN

ProdiElektroMekanik Pendidikan Jumlah 83 82 2 8edang 82 81/DIV 8 8edang DIV 1 Jumlah 11 ProdiTeknikKimia Pendidikan Jumlah 83 82 3 8edang 82 1 81/DIV 8 8edang DIV 2 Jumlah 14

Tabel 4. Jum1ah Dosen per Program Studi Berdasarkan Pangkat/Golongan Prodi ElektronikaInstrumentasi Pendidikan Jumlah IVD-IVE IVA-IVC 3 IIIC-IIiD 5 lilA-illS 3 Jumlah 11

Sumber : Data Kepegawaian STTN

ProdiELMEK Pendidikan Jumlah IVO-IVE IVA-IVC 4 11iG-IIiD 3 lilA-illS 4 Jumlah 11 ProdiTeknikKimia Pendidikan Jumlah IVD-IVE 1 IVA-IVC' 4 11iG-IIiD 5 iliA-illS 4 Jumlah 14

Perkembangan Jumlah Mahasiswa dan

Alumni STTN

Di tengah persaingan yang semakin ketat, keberadaan STTN sebagai perguruan tinggi masih mendapat kepercayaan tinggi dari masyarakat, karyawan BAT AN dan Pemda

yang dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah mahasiswa. Data-data mahasiswa dan

alumni selama 5 tahun terakhir ditampilkan pada Tabel5.

Tabel5. Jumlah Mahasiswa dan Alunmi 2001-2006 Tahun Masuk ProdiELiN ProdiELMEK ProdiTeknikKimia Reg. Alja AlumniAljaReg. AlumniAlumniAljaReg. 2001 19 143013 17 21 265 27 2002 13 21304 1112 19182 2003 13 22 6 -191313 2004 27 - 4 1715 20 2005 32 10 -163 -352 2006 43 2 -339 -38 Jumlah 147 497662 57 48 1575822 Catatan : Reg = Reguler,

Alja = Alih Jalur. Sumber : Data Sub Bagian Alunmi dan Kemahasiswaan STTN

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Tahapan Kegiatan Proyek Pembangunan PL TN dan Komponennya

Menurut Wardhana, W.A.[3], tahapan kegiatan proyek pembangunan PL TN terdiri atas:

1. Kegiatan Pra Proyek yang meliputi kepastian hukum dan perundang-undangan, studi tapak, studi kelayakan dan sosialisasi.

2. Manajemen proyek, meliputi kegiatan penyiapan Dokumen tender beserta pemilihan kontraktor utama.

3. Keteknikan proyek, meliputi penyiapan daya dukung pembangunan PL TN dengan menitik beratkan pada industri dalam negeri. 4. Pengadaan barang, meliputi pengadaan

barang untuk pembangunan PLTN. 5. Aktivitas Jaminan KualitaslPengawasan

Kualitas, meliputi pembuatan Dokumen

(6)

keselamatan dan Dokumen pengawasan beserta prosedurnya.

6. Konstruksi PLTN, meliputi pembangunan bangunan utama PL TN dan bangunan-bangunan penunjang lainnya.

7. Komisioning.

8. Operasi dan Perawatan PL TN.

9. Perencanaan pembangunan PLTN berikutnya.

Menurut Sutrisnanto, A.J.[4].

komponen-komponen dalam pembangunan PL TN terdiri dari :

Sistem

I. Sistem perundang-undangan sebagai payung hukum PLTN.

2. Program energi nuklir nasional. 3. Studi kelayakan ekonomi. 4. Studi tentang pembiayaan. 5. Penerimaan publik.

6. Infrastuktur dan studi tapak.

7. Pengembangan distribusi kelistrikan. 8. Transportasi.

9. AMDAL.

10. Regulasi tentang Nuklir.

Organisasi

I. Tim Persiapan Pembangunan PL TN secara Nasional

2. Regulasi Badan Pengawas.

3. Institusi Pe1aksana Pendidikan dan Latihan. 4. Pemilihan dan penyeleksian pemilik PLTN. 5. Perencanaan tentang kedaruratan Nuklir. 6. Pusat penelitian dan pengembangan nuklir. 7. Perencanaan dan rekayasa.

8. Manajemen proyek dan komisioning. 9. Pengadaan bahan bakar PLTN.

10. Manajemen pengelolaan limbah.

Dampak Pada Industri Dalam Negeri

Melihat kegiatan dan komponen-komponen yang diperlukan pada proyek PL TN tersebut, Kusnanto [5] menyatakan bahwa pada

prinsipnya yang akan dibangun hams terdiri dari 2 (dua) sistem pokok, yaitu:

I. Sistem Primer : bagian atau komponen-komponen yang ada pada containment

PLTN, bahan bakar nuklir, core/teras reaktor, pompa primer, steam generator, pressurizer, dsb.

2. Sistem Sekunder : bagian atau komponen-komponen yang ada pada sistem sekunder, turbin, generator, kondensor, transmisi listrik, dsb.

3. Apabila dilakukan turn key proyek, proses pembangunan, biasanya disyaratkan bermitra dengan partner dalam negeri, dan dibangun oleh kontraktor dalam negeri dengan komponen import atau lokal.

4. Pembangunan tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak langsung pada industri dalam negeri, yaitu :

5. Pada turnkey maupun local project,

kebutuhan komponen dan bahan-bahan pendukung PL TN diperkirakan me1ibatkan peran industri lokal sebesar 25% dari total nilai PL TN (dengan komposisi kebutuhan barang untuk teknik sipil 19 % dan lainnya 6 %).

6. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebelum pembangunan, saat pembangunan dan pada saat beroperasinya PL TN kurang lebih

±

3500 tenaga kerja, baik untuk pekerjaan langsung dengan pembangunan dan pengoperasian PLTN, maupun kegiatan ikutannya. Kegiatan terbesar yang membutuhkan tenaga ketja sebanyak itu adalah kegiatan land clearing, konstruksi dan industri-industri ikutannya.

7. PLTN sebagai lokomotif kegiatan dan pembangunan, sehingga dapat menarik industri lain yang cukup untuk menggerakkan roda kegiatan ekonomi. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Wardhana, W.A.,[3] dan Soentono,[6] menyatakan bahwa untuk membangun sebuah PL TN, diperkirakan diperlukan tenaga kerja langsung seperti yang tercantum dalam Tabel 6. Jika diasumsikan kegiatan awal dimulai tahun 2007, maka ada kemungkinan lulusan STTN tahun 2007 sebanyak 38 lulusan be1um bisa langsung berkiprah pada pembangunan PLTN, tetapi kemungkinan diantara ke 38 lulusan terse but ada sebagian yang direkrut untuk tenaga "training" yang kelak dapat bekerja langsung di PL TN, sedangkan sisanya dapat bekerja di temp at calon-calon pemasok teknologi, jasa maupun barang, baik pemasok dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini dimungkinkan karena lulusan STTN adalah tenaga profesional dalam bidang iptek nuklir. Jika tidak dapat terekrut untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan PLTN, lulusan STTN masih dapat mengisi posisi-posisi sebagai Petugas Proteksi Radiasi.

(7)

Hal yang sama untuk periode 2008-2010, karena kegiatannya masih banyak yang berbentuk manajemen, maka lulusan STTN angkatan 2004, 2005 dan 2006 masih belum banyak yang direkrut untuk aktivitas pembangunan PLTN. Tetapi sekali lagi, lulusan STTN dapat mengisi industri-industri lokal

calon pemasok Teknologi, jasa maupun barang. Dengan bekal ilmu yang kompeten seperti Tabel 1 dan didukung dengan tenaga pengajar yang handal, serta dukungan infrastruktur yang memadai, lulusan STTN masih dapat eksis di bidangnya.

Tabel6. Perkiraan Tenaga Kerja Untuk Pembangunan PLTN

Profesional 24-38 48-63 27-36 180-240 17-28 30-50 70-100 38-50 40-55 45-65 KESIMPULAN

1. Dapat diprediksi bahwa lulusan STTN mulai angkatan 2003 sid angkatan 2026 angkatan 2012 dan angkatan 2013 dari lulusan STTN.

Menurut gambar dalam Lampiran 1, jika PL TN berikutnya akan beroperasi tahun 2023 dan 2024, maka pada tahun 2017 sudah akan dimulai kegiatan yang mirip dengan aktivitas pembangunan PL TN sebelumnya, sehingga generasi STTN angkatan 2014 sid 2019 dapat digunakan untuk tenaga pembangunan konstruksi PL TN dan industri-industri pemasoknya, dan generasi angkatan 2020 sid 2026 dipersiapkan sebagai tenaga yang handal dalam pengoperasian PL TN.

Dari uraian di atas, dengan adanya rencana pembangunan PLTN 1, 2, 3 dan 4, maka untuk 20 - 25 tahun ke depan, lulusan STTN akan tetap optimis dalam persaingan tenaga kerja,. Hal yang sama juga akan dirasakan oleh dunia industri, khususnya industri nuklir, dimana industri-industri terse but akan lebih ring an bebannya karena telah tersedia SDM yang profesional dengan jumlah yang cukup memadai, yaitu paling tidak setiap tahunnya mulai tahun 2010 jumlah lulusan STTN berkisar antara 90-100 orang.

Jumlah 2~0 56-74 30-40 310-430 2~0 80-120 2350-3200 158-230 170-270 Tukang Ahli 2000-2700 80-120 20-35 Teknisi 1-2 8-11 3-4 130-190 8-12 50-70 280-400 40-60 110-180 Jenis Kegiatan Pre Project Project Management - Utility - Main Contractor Project Engineering Procurement AQIQC Activity Plant Construction Commisioning O&M Licensing &Regulating

Sumber : [Soentono, 2005]

]

Barn setelah tahun 2011 sid tahun 2016, sebagai tahun pembangunan konstruksi PL TN, dengan asumsi bahwa diantara ribuan orang, 5 % nya harns berkualifikasi nuklir, maka 50 orang lulusan STTN tiap tahun langsung dapat bekerja di pembangunan PLTN. Dari tabel di atas, jika tiap tahun STTN meluluskan 90 orang, maka 50 % nya diasumsikan dapat bekerja di pembangunan PLTN, sedangkan sisanya, sesuai dengan kompetensinya, diasumsikan 25 % bekerja di industri pemasok pembangunan PL TN dan sisanya lagi dapat mengisi jalur-jalur yang sekarang ditempuh para seniornya, yaitu sebagai tenaga PPR di industri nuklir non-energi. Tahun 2011 sid tahun 2016 akan diisi oleh lulusan-lulusan STTN angkatan tahun 2007 sid angkatan tahun 2011. Jika pada tahun 2017 sudah dapat beroperasi 2 buah PL TN seperti yang tergambar pada Lampiran 1, maka seluruh lulusan STTN diharapkan dapat terserap semuanya ke pembangunan PLTN.

Untuk tahun 2017 ke atas, untuk 2 buah PLTN, maka dalam operasinya juga diperlukan tenaga berbasis teknologi nuklir paling tidak 20 %. Jika sebuah PL TN memerlukan tenaga ketja 400 orang, maka 2 buah PL TN akan memerlukan tenaga 800 orang, sehingga 20 % dari 800 orang adalah 160 orang. Dan ini dapat dipasok dari 2 angkatan saja, yaitu generasi

(8)

dapat berkiprah dalam era PLTN di Indonesia.

2. Telah tersedia SDM lulusan STTN yang terampil dan professional yang cukup untuk mengisi tenaga kerja, baik untuk job pada pembangunan maupun pada pengoperasian PLTN.

3. Industri-industri nuklir baik untuk energi maupun non-energi tidak perlu mempunyai kekhawatiran terhadap ketersediaan SDM nuklir di Indonesia.

4. Simbiose mutualistis antara STTN dengan industri nuklir dapat dibentuk dengan pola yang saling menguntungkan.

DAFTARPUSTAKA

1. PERDANAHARI, E., 2006, "Kebijakan Pengembangan Ketenaga1istrikan Nasional", Seminar Sosialisasi Peningkatan Pemahaman

Masyarakat Terhadap PLTN Sebagai

Pembangkit Listrik yang Arnan Bagi

Masyarakat,Yogyakarta..

2. TIM STTN,2006, PedomanAkademikSTTN-BATAN.

3. WARDHANA, W.A., 2006, "Penyiapan

Sumber Daya Manusia Untuk Persiapan

Pembangunan dan Pengoperasian PLTN di Indonesia", Orasi I1miah Widyaiswara, Oleh Pusdiklat- BATAN, Jakarta.

4. SOETRISNANTO,A.J., 2006, "Dampak PembangunanPLTN TerhadapLingkungandan MasyarakatSekitarTapak", SeminarSosialisasi Peningkatan PemahamanMasyarakatTerhadap PLTN Sebagai PembangkitListrik yang Arnan Bagi Masyarakat,Yogyakarta.

5. Kusnanto, 2006, "Dampak Pembangunan PembangkitListrik TenagaNuklir (PLTN)pada Industri dan Sumber Daya manusia", Seminar

Sosialisasi Peningkatan Pemahaman

Masyarakat Terhadap PLTN Sebagai

Pembangkit Listrik yang Aman Bagi

Masyarakat,Yogyakarta.

6. SOENTONO, S., 2005,"Bahan Pidato" Di Depan Civitas Akademika STTN-BATAN, Yogyakarta.

7. Data-dataadministrasiSTTN. TANYAJAWAB

Dari Herlambang (BAPETEN Jakarta)

Pertanyaan : Indonesia belum mempunyai

pengalaman langsung dalam membangun dan mengoperasikan PLTN, yang secara teknologi agak berbeda dengan reactor riset. Bagaimana strategi STTN dalam mensiasati hal tersebut ? Jawab : STTN mengenalkan PLTN dengan melalui 4 jalur, yaitu :

1. Jalur kuliah : melalui pelajaran di semester

5 berupa mata kuliah Reaktor dan

Pembangkit Daya.

2. Jalur kuliah umum atau kapita selekta dengan mengundang pembicara yang ahli dalam bidang reaktor untuk memberikan kuliah umum dengan topik PLTN.

3. Jalur studi eskursi atau kuliah lapangan dengan mengunjungi Pembangkit Listrik yang sudah berjalan di Indonesia.

4. Jalur tugas akhir dengan mendorong

mahasiswa untuk membuat simulasi PLTN. Dari Yusri (BAPETEN)

Pertanyaan : 1. Belum dijelaskan, kompetensi mana SDM dari STTN yang akan masuk ke pembangunan PLTN. 2. Perlu dilakukan kajian tentang lulusan perguruan tinggi lainnya yang dapat berpartisipasi pada pembangunan PLTN. Jawab : Dari makalah kami yang ditampilkan pada table 6, maka lulusan STTN dapat mengisi pos-pos kegiatan anatar lain : Project engineering, AQ/QC Activity, Commisioning, Licensing dan Regulating (dengan bekeIja pada lembaga yang mengurusi lisensi dan regulasi). Jawaban no. 2, kami belum mengkaji kearah tersebut, tetapi menarik sebagai masukan. Dari Solikhah (UAD Yogyakarta)

Pertanyaan : Mengapa hanya menyoroti SDM STTN saja ?

Jawab : Karena kajian ini akan digunakan sebagai strategi STTN dalam pengembangan kurikulum ke depan dan kajian ini dapat menjadi Public Relation STTN kepada

pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

pembangunan PLTN di Indonesia.

(9)

Saran : Dosen STTN supaya distandarisasi seperti perguruan tinggi lainnya.

Jawab : Dosen STTN sudah mulai

distandarisasi dengan adanya fungsional dosen LAMPlRAN 1:

clan akan dilanjutkan sehingga semua dosesn STTN sudah terstandarisasi.

2005

rabun

Catalan:

l1ap unft 1.000MW~1pffJ'lcn loohooloW

~ yCiJ!coostrucDcnfllflil,cap fqcfor85%}

Beriungsinya bidang energ! nukilr

201U 2015 2025

Gambar 1. Rencana Operasi PL TN di Indonesia (Sumber : Soetrisnanto, 2006)

(10)

LAMPlRAN 2. : tNi'XMUSf,i;;ot."AH LH r»;:01.1AJTD1. LMTIl'E,Q;jiI. nWJQI1 t"'»:y:.:;1""~ ··~(,r;lw;""l"OCil:!~ri ::r .H.*i:.:t;.l~

i

Gambar 2. Struktur Organisasi STTN-BATAN (Sumber: Pedoman Akademik STTN, 2006).

Gambar

Tabel 2. Fasilitas STTN
Tabel 4. Jum1ah Dosen per Program Studi Berdasarkan Pangkat/Golongan Prodi ElektronikaInstrumentasi Pendidikan Jumlah IVD-IVE IVA-IVC 3 IIIC-IIiD 5 lilA-illS 3 Jumlah 11
Gambar 1. Rencana Operasi PL TN di Indonesia (Sumber : Soetrisnanto, 2006)
Gambar 2. Struktur Organisasi STTN-BATAN (Sumber: Pedoman Akademik STTN, 2006).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya proses pengolahan yaitu untuk mencegah terlanjur diproduksinya obat yang tidak memenuhi.. Laboratorium pengujian IPC terletak

Dari deskripsi yang dipaparkan di atas, peneliti ingin mengamati dan meneliti wanita Jawa dengan semua tanggapan yang berlaku dalam masyarakat Jawa tentang pengambilan

Salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan pasangan ialah faktor agama. Tingkat religiusitas yang dimiliki oleh individu dan dukungan dari keluarga menjadi dorongan

Hasil tampilan pemblokiran filter content web via graphic interface melalui mandriva Untuk konfigurasi selanjutnya pada file /etc/dansguardian/list , sisipankan lokasi

Pengujian terhadap sampel dilakukan dalam bentuk pengujian sifat fisik aspal yang meliputi uji penetrasi, uji titik lembek, uji daktilitas, uji berat jenis dan

Pada tahun 1988 Nurcholish Madjid pernah menjadi anggota MPR RI, anggota komnas HAM RI, menjadi fellow dalam Eisenhover Felowship tahun 1990, menjadi tamu di Institut of

Dalam salah satu nota Islamic education in Indonesia yang disusun oleh bagian pendidikan Departemen Agama pada tanggal 1 September 1956, tugas bagian pendidikan

Hasil jadi batik lukis pada kain lycra ini ditinjau dari aspek daya serap warna dasar dengan menggunakan zat warna napthol menurut hasil analisis statistik,