Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
1 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG
Nurul Firdaus Mayasari* Rosalina** Heni Hirawati*** *Alumni Program Studi Keperawatan, STIKES Ngudi Waluyo **Dosen Program Studi Keperawatan, STIKES Ngudi Waluyo ***Dosen Program Studi D IV Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo
E-mail : mayasariimute@yahoo.com
ABSTRAK
Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung) dengan target organ di otak yang berupa stroke yang membawa kematian yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang.
Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang dengan sampel sebanyak 84 responden menggunakan teknik proportionate
random sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang
digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik lansia penderita hipertensi sebagian besar kategori baik (70,2%), tekanan darah lansia penderita hipertensi sebagian besar kategori sedang (42,9%). Ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang, dengan p value sebesar 0,012 (α = 0,05).
Sebaiknya penderita hipertensi meningkatkan aktivitas fisik terutama durasi dan frekuensinya. Upaya yang dapat dilakukan dengan membuat jadwal olah raga setiap harinya.
Kata Kunci : aktivitas fisik, tekanan darah, lansia penderita hipertensi Kepustakaan : 35 (2006-2015)
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
2 ABSTRACT
Hypertension is a state of increased blood pressure which cause symptoms that will continue to a target organ such as stroke (to the brain), coronary heart disease (for the blood vessels of the heart) and right ventricular hypertrophy (to the heart muscle) with target organ in the brain such as stroke that cause high mortality. The purpose of this study is to determine The correlation between physical activity and blood pressure in elderly patients with hypertension at Banyumanit Sub District Semarang.
The study design was descriptive correlation with cross sectional approach. The study population were patients with hypertension at Banyumanik Sub District Semarang with sample of 84 respondents by using proportionate random sampling technique. Data retrieval tool used a questionnaire. The data analysis used frequency distribution and chi square test.
The results showe physical activity of elderly patients with hypertension is mostlyin good category (70,2%), the blood pressure of elderly patients with hypertensions is mosply in middle category (42,9%). There is correlation between physical activity and blood pressure in elderly patients with hypertension at Banyumank Sub District Semarang, with p value 0,012 (α = 0,05).
It is suggested that patients with hypertension to increase physical activity, especially the duration and frequency by making daily exercise schedule.
Keyword : physical activity, blood pressure, elderly patients with hypertension Bibliographes : 35 (2006-2015)
PENDAHULUAN
Usia tua merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode di mana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Usia 60 tahun biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut (Hurlock, 2007:380).
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena penderita sering tidak merasakan adanya gejala dan baru mengetahui ketika memeriksa tekanan darah atau sesudah
kondisinya parah seperti timbulnya
kerusakan organ. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of
disease karena dapat menyerang siapa
saja, tidak memandang umur dan sosial-ekonomi (Martuti, 2009:6). Tekanan darah termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolik di atas 99 mmHg, dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut
selama selang waktu 2-8 minggu
(Martuti, 2009:4).
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi hipertensi adalah kota Semarang yaitu sebesar 67.101 kasus (19,56%) dibanding dengan jumlah keseluruhan
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
3
hipertensi di Kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Berdasarkan jumlah kasus keseluruhan di kota Semarang terdapat proporsi yang lebih besar (53,69%), sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar 36.002 kasus (10,49%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan di Kabupaten Banyumas adalah sebesar (57,01%). Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kebupaten Tegal yaitu 516 kasus (0,15%). Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013).
Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang dikategorikan dalam pengobatan farmakologis bagi penderita hipertensi. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, maka semakin sedikit tekanan darah pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun. Aktivitas fisik yang diajurkan bagi penderita hipertensi adalah aktivitas sedang yang dilakukan selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang terbakar sedikitnya 150 kalori per hari. Salah satu yang bisa dilirik adalah aerobic. Suatu aktivitas baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, sikatakan aerobic jika dapat meningkatkan kemampuan kerja
jantung, paru-paru dan otot-otot.
Aktivitas fisik ini terdiri dari aktivitas sehari-hari yang dikerjakan dan olahraga (Marliani dan Tantan, 2007:57).
Berdasarkan latar belakang di atas
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul, “Hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif korelasi. Penelitian deskriptif korelasi bertujuan mengungkap
hubungan korelatif antar variabel.
Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan cross sectional. Menurut
Nursalam (2011), pendekatan cross
sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel independen dan dependen hanya dengan satu kali pada satu saat. Penelitian
telah dilakukan di Kelurahan
Banyumanik Kota Semarang pada tanggal 25-26 Januari 2016. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang sebanyak 106 orang. sampel dalam penelitian ini adalah
penderita hipertensi di Kelurahan
Banyumanik Kota Semarang, sebanyak 84 orang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara
proportionate random sampling, dan alat
ukur aktivitas fisik menggunakan
kuesioner, sedangkan pengukuran
tekanan darah memakai
spigmomanometer warga lansia
Kelurahan Banyumanik Kota Semarang yang didiagnosa hipertensi. Analisis
univariat adalah analisis yang
menggambarkan setiap variabel dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi, sehingga tergambar fenomena yang berhubungan dengan variabel yang diteliti.
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
4 HASIL
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi aktivitas fisik lansia penderita hipertensi di kelurahan banyumanik kota semarang
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa aktivitas fisik lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang sebagian besar kategori baik yaitu sebanyak 59 orang (70,2%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tekanan
Darah Lansia Penderita
Hipertensi di Kelurahan
Banyumanik Kota Semarang
Tekanan Darah Frekuensi
(f) (%)
Hipertensi ringan 31 36,9 Hipertensi sedang 36 42,9 Hipertensi berat 17 20,2 Jumlah 80 100,0
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa tekanan darah lansia penderita hipertensi
di Kelurahan Banyumanik Kota
Semarang sebagian besar kategori sedang yaitu sebanyak 36 orang (42,9%).
Tabel 4.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di
Kelurahan Banyumanik Kota Semarang Aktivitas fisik Hipertensi χ 2 p- value Ringan Sedan g Berat Total f % f % f % f % Baik 25 42,4 27 45,8 7 11,9 59 100,0 8,865 0,01 2 Kurang baik 6 24,0 9 36,0 10 40,0 25 100,0 Jumlah 31 36,9 36 42,9 17 20,2 84 100,0
Berdasarkan hasil analisis
hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semaran,
diperoleh hasil responden yang
melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik sebanyak 59 orang dimana sebagian besar mempunyai tekanan darah kategori hipertensi sedang yaitu sebanyak 27 orang (45,8%) lebih banyak dari pada kategori hipertensi ringan yaitu sebanyak 25 orang (42,4%) dan kategori hipertensi berat yaitu sebanyak 7 orang (11,9%). Responden yang melakukan aktivitas fisik kategori kurang baik sebanyak 25 orang dimana yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi berat yaitu sebanyak 10 orang (40,0%) lebih banyak dari pada kategori hipertensi sendang yaitu sebanyak 9 orang (36,0%) dan kategori hipertensi ringan yaitu sebanyak 6 orang (24,0%).
Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji chi square didapatkan nilai χ2hitung (8,865) > χ2 tabel (3,84) dan
p value 0,012 (α = 0,05), maka dapat
disimpulkan ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Kelurahan
Banyumanik Kota Semarang.
Aktivitas Fisik Frekuensi (f) Persentase (%) Baik 59 70,2 Kurang baik 25 29,8 Jumlah 84 100,0
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
5 PEMBAHASAN
Gambaran Aktivitas Fisik Lansia Penderita Hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
Responden yang aktif melakukan aktifitas fisik menyatakan bahwa mereka melakukan lari-lari kecil secara rutin di pagi hari. Mereka melakukannya di jalan-jalan perumahan atau jalan-jalan kampung tempat mereka tinggal. Selain itu mereka
juga aktif berjalan-jalan memutari
komplek atau tempat mereka tinggal untuk meregangkan otot-otot kaki. Lansia dalam berjalan terkadang menggunakan
melangkah dengan panjang dan
mengayunkan lengan 10-20 kali untuk melenturkan tubuh. Aktivitas lain yang
dilakukan oleh lansia adalah
membersihkan halaman rumah. Mereka menyatakan merasa lebih bugar ketika
dapat mengeluarkan keringat dari
aktivitas fisik yang dilakukan.
Latihan fisik yang cocok bagi
lansia harus disesuaikan dengan
kemampuan mereka. Riwayat olahraga pada masa muda dan dewasa yang
dilakukan secara teratur sangat
menentukan kemampuan fisik seseorang lanjut usia. Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah murah, aman serta sangat bermanfaat bagi sebagian besar lansia. Gerakannya sangat mudah dilakukan, melangkah salah satu kaki ke depan kaki yang lain secara bergantian. Bermanfaat karena menguatkan otot jantung serta mencegah penyakit iskemik. Kebiasaan jalan kaki dapat mencegah terjadinya berat badan yang berlebihan karena lebih banyak kalori yang dibakar. Jalan kaki juga membakar lemak tubuh
sehingga mempebaiki kadar lemak dalam darah, kadar kolesterol LDL/ kolesterol jahat akan menurun dan kadar HDL meningkat, sehingga akan membantu lansia agar tidak mudah mendapat
serangan jantung dan menurunkan
tekanan darah (Santoso dan Ismail, 2009). Aktivitas fisik lansia penderita hipertensi
di Kelurahan Banyumanik Kota
Semarang kategori baik didukung oleh faktor penyakit.
Gambaran Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
Tekanan darah orang dewasa disebut tinggi jika tekanan sistoliknya 140 mmHg ke atas atau tekanan
diastoliknya 90 mmHg ke atas.
Responden yang berumur di atas 80 tahun sering mengalami hipertensi persisten dengan tekanan sistolik menetap di atas 160 mmHg. Jenis hipertensi yang khas sering ditemukan pada responden adalah isolated systolic hypertension, di mana tekanan sistoliknya saja yang tinggi (di
atas 140 mmHg), namun tekanan
diastolik tetap normal (di bawah 90 mmHg).
Tekanan darah menunjukkan
tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang
kompleks menyangkut pengendalian
ginjal terhadap natrium dan retensi air serta pengendalian sistem syaraf terhadap tonus pembuluh darah. Faktor utama yang mengatur tekanan darah yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer (Baradewo, 2008). Tekanan darah lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang kategori
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
6
ringan didukung oleh pembatasan asupan garam.
Diet rendah garam merupakan pengaturan makanan dan atau minuman
pada penderita hipertensi dengan
mengatur penggunaan garam dapur
(Garam Natrium) pada setiap makanan dan atau minuman yang akan dikonsumsi. Makanan yang dianjurkan bagi penderita hipertensi diantaranya sayuran dan buah-buahan. kandungan serat dan vitamin
cnya dapat membantu menurunkan
tekanan darah tinggi. Serealia juga berfungsi untuk membantu menyerap lemak dan kandungan seratnya membantu dalam poses pencernaan makanan. jenis ikan yang banyak mengandung lemak seperti salmon, makerel, dan sarden. Makanan yang harus dikurangi bagi penderita hipertensi makanan kaleng atau makanan yang sudah diproses dengan kandungan garam yang tinggi, jenis ikan yang banyak mengandung lemak seperti salmon, makerel dan sarden makanan berlemak, minuman beralkohol. Makanan yang harus dihindari makanan bergaram tinggi dan konsumsi alkohol berlebih dan merokok.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
Berdasarkan hasil analisis
hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang,
diperoleh hasil responden yang
melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi ringan yaitu sebanyak 25 orang (42,2%). Responden aktif melakukan berjalan kaki (20 menit per
1,6 km) (45,2%) dan menyapu daun kering (45,0%) sehingga tekanan darah sistolik paling tinggi 150 mmHg dan paling rendah 110 mmHg, dengan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Responden yang mempunyai aktivitas
fisik dengan kategori baik dan
mempunyai tekanan darah kategori
hipertensi ringan didukung oleh faktor olahraga.
Latihan olahraga merupakan suatu
aktivitas aerobik, yang terutama
bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi. Olahraga fisik mempunyai 4 komponen dasar yaitu
kekuatan otot, daya tahan otot,
fleksibilitas dan daya tahan
kardiorespirasi (Getchel, 2009).
Berdasarkan hasil analisis
hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang,
diperoleh hasil responden yang
melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik yang mempunyai tekanan darah
kategori hipertensi sendang yaitu
sebanyak 27 orang (45,8%). Responden yang melakukan aktivitas fisik lansia berjalan kaki (20 menit per 1,6 km) dan
menyapu daun kering mempunyai
tekanan darah sistolik paling tinggi 170 mmHg dan paling rendah 140 mmHg, dengan tekanan darah diastolik 100 mmHg. Responden yang melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik yang
mempunyai tekanan darah kategori
hipertensi sendang disebabkan oleh faktor riwayat keluarga.
Faktor keturunan dari responden memiliki peran penting dan menjadi
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
7
penentu seberapa besar kecenderungan
mereka untuk menderita hipertensi,
namun bila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi apapun, maka bersama
lingkungannya akan menyebabkan
hipertensi hingga menimbulkan tanda dan gejala. Sharing exposure atau pembagian paparan dari kebiasaan anggota keluarga lain yang secara tidak disadari dapat mempertinggi risiko kejadian hipertensi. Responden yang mengetahui memiliki orang tua hipertensi sebaiknya rutin
memeriksakan tekanan darah dan
menghindari gaya hidup yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Berdasarkan hasil analisis
hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang,
diperoleh hasil responden yang
melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi berat yaitu sebanyak 7
orang (11,9%). Responden yang
melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi berat kemungkinan
disebabkan oleh faktor konsumsi
makanan.
Konsumsi makanan berlemak
dapat mengakibatkan penyempitan
pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel pada pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat meningkat.
Makanan berlemak seperti daging
berlemak banyak mengandung protein, vitamin, dan mineral. Akan tetapi dalam daging berlemak dan jeroan mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Kadar lemak tinggi dalam darah dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel pada
dinding pembuluh darah.Keadaan seperti
ini dapat memacu jantung untuk
memompa darah lebih kuat sehingga
memicu kenaikan tekanan darah
(Agnesia, 2012).
Berdasarkan hasil analisis
hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang, responden yang melakukan aktivitas fisik kategori kurang baik yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi ringan
yaitu sebanyak 6 orang (24,0%).
Responden yang melakukan aktivitas fisik kategori kurang baik akan tetapi
mempunyai tekanan darah kategori
hipertensi ringan kemungkinan didukung oleh faktor status gizi.
Gizi lebih meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri,
yang akan menimbulkan terjadinya
kenaikan tekanan darah. Selain itu, kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung (Sheps, 2005).
Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji chi square didapatkan nilai χ2hitung (8,865) > χ2 tabel (3,84) dan
p value 0,012 (α = 0,05), maka dapat
disimpulkan ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Kelurahan
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang
8 KESIMPULAN
1. Aktivitas fisik lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik
Kota Semarang sebagian besar
kategori baik yaitu sebanyak 59 orang (70,2%).
2. Tekanan darah lansia penderita
hipertensi di Kelurahan Banyumanik
Kota Semarang sebagian besar
kategori sedang yaitu sebanyak 36 orang (42,9%).
3. Ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang, dengan p value sebesar 0,012 (α = 0,05)
SARAN
1. Bagi Penderita Hipertensi
Sebaiknya penderita hipertensi
meningkatkan aktivitas fisik terutama durasi dan frekuensinya. Upaya yang dapat dilakukan dengan membuat jadwal olah raga setiap harinya.
2. Bagi Masyarakat
Sebaiknya masyarakat meningkatkan dukungan bagi anggota keluarga yang
mengalami hipertensi dengan
membuatkan jadwal aktivitas fisik,
memberikan motivasi dan
memberikan fasilitas sehingga mereka
dapat mengendalikan tekanan
darahnya.
3. Peneliti Selanjutnya
Sebaiknya peneliti selanjutnya
meningkatkan hasil penelitian dengan mengendalikan faktor lain yang mempengaruhi penelitian ini misalnya
pola makan dengan menambahkan sebagai variabel independen.
4. Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak STIKES Ngudi Waluyo menambah literatur yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan
menjadikan hasil penelitian ini
sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2010. Prosedur penelitian :
Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi. Revisi). Jakarta :
Rineka Cipta.
Asmadi, 2008. Konsep Dasar
Keperawatan, Jakarta : EGC
Bandiyah, 2009. Lanjut Usia dan
Keperawatan Gerontik.
Yogyakarta: Nuha. Medika.
Baradero, 2008. Seri Asuhan
Keperawatan Klien
Gangguan Kardiovaskuler.
Jakarta: EGC
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta : Rineka
Cipta.
Cahyono, B. S. 2008. Gaya hidup dan penyakit modern. Yogyakarta : Kanisius
Dalimarta, 2008. Care Your Self
Hipertensi. Jakarta : Penebar