• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata Kunci : aktivitas fisik, tekanan darah, lansia penderita hipertensi Kepustakaan : 35 ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata Kunci : aktivitas fisik, tekanan darah, lansia penderita hipertensi Kepustakaan : 35 ( )"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

1 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH

PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG

Nurul Firdaus Mayasari* Rosalina** Heni Hirawati*** *Alumni Program Studi Keperawatan, STIKES Ngudi Waluyo **Dosen Program Studi Keperawatan, STIKES Ngudi Waluyo ***Dosen Program Studi D IV Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo

E-mail : mayasariimute@yahoo.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung) dengan target organ di otak yang berupa stroke yang membawa kematian yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang.

Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang dengan sampel sebanyak 84 responden menggunakan teknik proportionate

random sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang

digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik lansia penderita hipertensi sebagian besar kategori baik (70,2%), tekanan darah lansia penderita hipertensi sebagian besar kategori sedang (42,9%). Ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang, dengan p value sebesar 0,012 (α = 0,05).

Sebaiknya penderita hipertensi meningkatkan aktivitas fisik terutama durasi dan frekuensinya. Upaya yang dapat dilakukan dengan membuat jadwal olah raga setiap harinya.

Kata Kunci : aktivitas fisik, tekanan darah, lansia penderita hipertensi Kepustakaan : 35 (2006-2015)

(2)

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

2 ABSTRACT

Hypertension is a state of increased blood pressure which cause symptoms that will continue to a target organ such as stroke (to the brain), coronary heart disease (for the blood vessels of the heart) and right ventricular hypertrophy (to the heart muscle) with target organ in the brain such as stroke that cause high mortality. The purpose of this study is to determine The correlation between physical activity and blood pressure in elderly patients with hypertension at Banyumanit Sub District Semarang.

The study design was descriptive correlation with cross sectional approach. The study population were patients with hypertension at Banyumanik Sub District Semarang with sample of 84 respondents by using proportionate random sampling technique. Data retrieval tool used a questionnaire. The data analysis used frequency distribution and chi square test.

The results showe physical activity of elderly patients with hypertension is mostlyin good category (70,2%), the blood pressure of elderly patients with hypertensions is mosply in middle category (42,9%). There is correlation between physical activity and blood pressure in elderly patients with hypertension at Banyumank Sub District Semarang, with p value 0,012 (α = 0,05).

It is suggested that patients with hypertension to increase physical activity, especially the duration and frequency by making daily exercise schedule.

Keyword : physical activity, blood pressure, elderly patients with hypertension Bibliographes : 35 (2006-2015)

PENDAHULUAN

Usia tua merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode di mana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Usia 60 tahun biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut (Hurlock, 2007:380).

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena penderita sering tidak merasakan adanya gejala dan baru mengetahui ketika memeriksa tekanan darah atau sesudah

kondisinya parah seperti timbulnya

kerusakan organ. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of

disease karena dapat menyerang siapa

saja, tidak memandang umur dan sosial-ekonomi (Martuti, 2009:6). Tekanan darah termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolik di atas 99 mmHg, dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut

selama selang waktu 2-8 minggu

(Martuti, 2009:4).

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi hipertensi adalah kota Semarang yaitu sebesar 67.101 kasus (19,56%) dibanding dengan jumlah keseluruhan

(3)

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

3

hipertensi di Kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Berdasarkan jumlah kasus keseluruhan di kota Semarang terdapat proporsi yang lebih besar (53,69%), sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar 36.002 kasus (10,49%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan di Kabupaten Banyumas adalah sebesar (57,01%). Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kebupaten Tegal yaitu 516 kasus (0,15%). Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013).

Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang dikategorikan dalam pengobatan farmakologis bagi penderita hipertensi. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, maka semakin sedikit tekanan darah pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun. Aktivitas fisik yang diajurkan bagi penderita hipertensi adalah aktivitas sedang yang dilakukan selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang terbakar sedikitnya 150 kalori per hari. Salah satu yang bisa dilirik adalah aerobic. Suatu aktivitas baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, sikatakan aerobic jika dapat meningkatkan kemampuan kerja

jantung, paru-paru dan otot-otot.

Aktivitas fisik ini terdiri dari aktivitas sehari-hari yang dikerjakan dan olahraga (Marliani dan Tantan, 2007:57).

Berdasarkan latar belakang di atas

peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengambil judul, “Hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

desain deskriptif korelasi. Penelitian deskriptif korelasi bertujuan mengungkap

hubungan korelatif antar variabel.

Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan cross sectional. Menurut

Nursalam (2011), pendekatan cross

sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel independen dan dependen hanya dengan satu kali pada satu saat. Penelitian

telah dilakukan di Kelurahan

Banyumanik Kota Semarang pada tanggal 25-26 Januari 2016. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang sebanyak 106 orang. sampel dalam penelitian ini adalah

penderita hipertensi di Kelurahan

Banyumanik Kota Semarang, sebanyak 84 orang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara

proportionate random sampling, dan alat

ukur aktivitas fisik menggunakan

kuesioner, sedangkan pengukuran

tekanan darah memakai

spigmomanometer warga lansia

Kelurahan Banyumanik Kota Semarang yang didiagnosa hipertensi. Analisis

univariat adalah analisis yang

menggambarkan setiap variabel dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi, sehingga tergambar fenomena yang berhubungan dengan variabel yang diteliti.

(4)

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

4 HASIL

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi aktivitas fisik lansia penderita hipertensi di kelurahan banyumanik kota semarang

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa aktivitas fisik lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang sebagian besar kategori baik yaitu sebanyak 59 orang (70,2%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tekanan

Darah Lansia Penderita

Hipertensi di Kelurahan

Banyumanik Kota Semarang

Tekanan Darah Frekuensi

(f) (%)

Hipertensi ringan 31 36,9 Hipertensi sedang 36 42,9 Hipertensi berat 17 20,2 Jumlah 80 100,0

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa tekanan darah lansia penderita hipertensi

di Kelurahan Banyumanik Kota

Semarang sebagian besar kategori sedang yaitu sebanyak 36 orang (42,9%).

Tabel 4.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di

Kelurahan Banyumanik Kota Semarang Aktivitas fisik Hipertensi χ 2 p- value Ringan Sedan g Berat Total f % f % f % f % Baik 25 42,4 27 45,8 7 11,9 59 100,0 8,865 0,01 2 Kurang baik 6 24,0 9 36,0 10 40,0 25 100,0 Jumlah 31 36,9 36 42,9 17 20,2 84 100,0

Berdasarkan hasil analisis

hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semaran,

diperoleh hasil responden yang

melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik sebanyak 59 orang dimana sebagian besar mempunyai tekanan darah kategori hipertensi sedang yaitu sebanyak 27 orang (45,8%) lebih banyak dari pada kategori hipertensi ringan yaitu sebanyak 25 orang (42,4%) dan kategori hipertensi berat yaitu sebanyak 7 orang (11,9%). Responden yang melakukan aktivitas fisik kategori kurang baik sebanyak 25 orang dimana yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi berat yaitu sebanyak 10 orang (40,0%) lebih banyak dari pada kategori hipertensi sendang yaitu sebanyak 9 orang (36,0%) dan kategori hipertensi ringan yaitu sebanyak 6 orang (24,0%).

Hasil uji statistik dengan

menggunakan uji chi square didapatkan nilai χ2hitung (8,865) > χ2 tabel (3,84) dan

p value 0,012 (α = 0,05), maka dapat

disimpulkan ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi di Kelurahan

Banyumanik Kota Semarang.

Aktivitas Fisik Frekuensi (f) Persentase (%) Baik 59 70,2 Kurang baik 25 29,8 Jumlah 84 100,0

(5)

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

5 PEMBAHASAN

Gambaran Aktivitas Fisik Lansia Penderita Hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

Responden yang aktif melakukan aktifitas fisik menyatakan bahwa mereka melakukan lari-lari kecil secara rutin di pagi hari. Mereka melakukannya di jalan-jalan perumahan atau jalan-jalan kampung tempat mereka tinggal. Selain itu mereka

juga aktif berjalan-jalan memutari

komplek atau tempat mereka tinggal untuk meregangkan otot-otot kaki. Lansia dalam berjalan terkadang menggunakan

melangkah dengan panjang dan

mengayunkan lengan 10-20 kali untuk melenturkan tubuh. Aktivitas lain yang

dilakukan oleh lansia adalah

membersihkan halaman rumah. Mereka menyatakan merasa lebih bugar ketika

dapat mengeluarkan keringat dari

aktivitas fisik yang dilakukan.

Latihan fisik yang cocok bagi

lansia harus disesuaikan dengan

kemampuan mereka. Riwayat olahraga pada masa muda dan dewasa yang

dilakukan secara teratur sangat

menentukan kemampuan fisik seseorang lanjut usia. Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah murah, aman serta sangat bermanfaat bagi sebagian besar lansia. Gerakannya sangat mudah dilakukan, melangkah salah satu kaki ke depan kaki yang lain secara bergantian. Bermanfaat karena menguatkan otot jantung serta mencegah penyakit iskemik. Kebiasaan jalan kaki dapat mencegah terjadinya berat badan yang berlebihan karena lebih banyak kalori yang dibakar. Jalan kaki juga membakar lemak tubuh

sehingga mempebaiki kadar lemak dalam darah, kadar kolesterol LDL/ kolesterol jahat akan menurun dan kadar HDL meningkat, sehingga akan membantu lansia agar tidak mudah mendapat

serangan jantung dan menurunkan

tekanan darah (Santoso dan Ismail, 2009). Aktivitas fisik lansia penderita hipertensi

di Kelurahan Banyumanik Kota

Semarang kategori baik didukung oleh faktor penyakit.

Gambaran Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

Tekanan darah orang dewasa disebut tinggi jika tekanan sistoliknya 140 mmHg ke atas atau tekanan

diastoliknya 90 mmHg ke atas.

Responden yang berumur di atas 80 tahun sering mengalami hipertensi persisten dengan tekanan sistolik menetap di atas 160 mmHg. Jenis hipertensi yang khas sering ditemukan pada responden adalah isolated systolic hypertension, di mana tekanan sistoliknya saja yang tinggi (di

atas 140 mmHg), namun tekanan

diastolik tetap normal (di bawah 90 mmHg).

Tekanan darah menunjukkan

tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang

kompleks menyangkut pengendalian

ginjal terhadap natrium dan retensi air serta pengendalian sistem syaraf terhadap tonus pembuluh darah. Faktor utama yang mengatur tekanan darah yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer (Baradewo, 2008). Tekanan darah lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang kategori

(6)

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

6

ringan didukung oleh pembatasan asupan garam.

Diet rendah garam merupakan pengaturan makanan dan atau minuman

pada penderita hipertensi dengan

mengatur penggunaan garam dapur

(Garam Natrium) pada setiap makanan dan atau minuman yang akan dikonsumsi. Makanan yang dianjurkan bagi penderita hipertensi diantaranya sayuran dan buah-buahan. kandungan serat dan vitamin

cnya dapat membantu menurunkan

tekanan darah tinggi. Serealia juga berfungsi untuk membantu menyerap lemak dan kandungan seratnya membantu dalam poses pencernaan makanan. jenis ikan yang banyak mengandung lemak seperti salmon, makerel, dan sarden. Makanan yang harus dikurangi bagi penderita hipertensi makanan kaleng atau makanan yang sudah diproses dengan kandungan garam yang tinggi, jenis ikan yang banyak mengandung lemak seperti salmon, makerel dan sarden makanan berlemak, minuman beralkohol. Makanan yang harus dihindari makanan bergaram tinggi dan konsumsi alkohol berlebih dan merokok.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

Berdasarkan hasil analisis

hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang,

diperoleh hasil responden yang

melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi ringan yaitu sebanyak 25 orang (42,2%). Responden aktif melakukan berjalan kaki (20 menit per

1,6 km) (45,2%) dan menyapu daun kering (45,0%) sehingga tekanan darah sistolik paling tinggi 150 mmHg dan paling rendah 110 mmHg, dengan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Responden yang mempunyai aktivitas

fisik dengan kategori baik dan

mempunyai tekanan darah kategori

hipertensi ringan didukung oleh faktor olahraga.

Latihan olahraga merupakan suatu

aktivitas aerobik, yang terutama

bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi. Olahraga fisik mempunyai 4 komponen dasar yaitu

kekuatan otot, daya tahan otot,

fleksibilitas dan daya tahan

kardiorespirasi (Getchel, 2009).

Berdasarkan hasil analisis

hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang,

diperoleh hasil responden yang

melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik yang mempunyai tekanan darah

kategori hipertensi sendang yaitu

sebanyak 27 orang (45,8%). Responden yang melakukan aktivitas fisik lansia berjalan kaki (20 menit per 1,6 km) dan

menyapu daun kering mempunyai

tekanan darah sistolik paling tinggi 170 mmHg dan paling rendah 140 mmHg, dengan tekanan darah diastolik 100 mmHg. Responden yang melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik yang

mempunyai tekanan darah kategori

hipertensi sendang disebabkan oleh faktor riwayat keluarga.

Faktor keturunan dari responden memiliki peran penting dan menjadi

(7)

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

7

penentu seberapa besar kecenderungan

mereka untuk menderita hipertensi,

namun bila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi apapun, maka bersama

lingkungannya akan menyebabkan

hipertensi hingga menimbulkan tanda dan gejala. Sharing exposure atau pembagian paparan dari kebiasaan anggota keluarga lain yang secara tidak disadari dapat mempertinggi risiko kejadian hipertensi. Responden yang mengetahui memiliki orang tua hipertensi sebaiknya rutin

memeriksakan tekanan darah dan

menghindari gaya hidup yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Berdasarkan hasil analisis

hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang,

diperoleh hasil responden yang

melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi berat yaitu sebanyak 7

orang (11,9%). Responden yang

melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi berat kemungkinan

disebabkan oleh faktor konsumsi

makanan.

Konsumsi makanan berlemak

dapat mengakibatkan penyempitan

pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel pada pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat meningkat.

Makanan berlemak seperti daging

berlemak banyak mengandung protein, vitamin, dan mineral. Akan tetapi dalam daging berlemak dan jeroan mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Kadar lemak tinggi dalam darah dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel pada

dinding pembuluh darah.Keadaan seperti

ini dapat memacu jantung untuk

memompa darah lebih kuat sehingga

memicu kenaikan tekanan darah

(Agnesia, 2012).

Berdasarkan hasil analisis

hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang, responden yang melakukan aktivitas fisik kategori kurang baik yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi ringan

yaitu sebanyak 6 orang (24,0%).

Responden yang melakukan aktivitas fisik kategori kurang baik akan tetapi

mempunyai tekanan darah kategori

hipertensi ringan kemungkinan didukung oleh faktor status gizi.

Gizi lebih meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri,

yang akan menimbulkan terjadinya

kenaikan tekanan darah. Selain itu, kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung (Sheps, 2005).

Hasil uji statistik dengan

menggunakan uji chi square didapatkan nilai χ2hitung (8,865) > χ2 tabel (3,84) dan

p value 0,012 (α = 0,05), maka dapat

disimpulkan ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi di Kelurahan

(8)

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang

8 KESIMPULAN

1. Aktivitas fisik lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik

Kota Semarang sebagian besar

kategori baik yaitu sebanyak 59 orang (70,2%).

2. Tekanan darah lansia penderita

hipertensi di Kelurahan Banyumanik

Kota Semarang sebagian besar

kategori sedang yaitu sebanyak 36 orang (42,9%).

3. Ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang, dengan p value sebesar 0,012 (α = 0,05)

SARAN

1. Bagi Penderita Hipertensi

Sebaiknya penderita hipertensi

meningkatkan aktivitas fisik terutama durasi dan frekuensinya. Upaya yang dapat dilakukan dengan membuat jadwal olah raga setiap harinya.

2. Bagi Masyarakat

Sebaiknya masyarakat meningkatkan dukungan bagi anggota keluarga yang

mengalami hipertensi dengan

membuatkan jadwal aktivitas fisik,

memberikan motivasi dan

memberikan fasilitas sehingga mereka

dapat mengendalikan tekanan

darahnya.

3. Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya peneliti selanjutnya

meningkatkan hasil penelitian dengan mengendalikan faktor lain yang mempengaruhi penelitian ini misalnya

pola makan dengan menambahkan sebagai variabel independen.

4. Institusi Pendidikan

Sebaiknya pihak STIKES Ngudi Waluyo menambah literatur yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan

menjadikan hasil penelitian ini

sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2010. Prosedur penelitian :

Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi. Revisi). Jakarta :

Rineka Cipta.

Asmadi, 2008. Konsep Dasar

Keperawatan, Jakarta : EGC

Bandiyah, 2009. Lanjut Usia dan

Keperawatan Gerontik.

Yogyakarta: Nuha. Medika.

Baradero, 2008. Seri Asuhan

Keperawatan Klien

Gangguan Kardiovaskuler.

Jakarta: EGC

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi

Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta : Rineka

Cipta.

Cahyono, B. S. 2008. Gaya hidup dan penyakit modern. Yogyakarta : Kanisius

Dalimarta, 2008. Care Your Self

Hipertensi. Jakarta : Penebar

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media audio visual dalam mengembangkan kemampuan menyimak anak usia 5- 6 tahun di TK Mutiara Hati

Global Education: The Opportunities for Danyl Carter 0.5 hours Collaboration. Developing Schools Competitive Advantage Anthony van Ruiten

[r]

Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan dari kegiatan – kegiatan seperti menjangkau, merenggut, menggenggam, merangkak dan berjalan.berpindah. Pada usia 3 tahun

Adapun aspek yang dimaksud untuk mengukur efektivitas dalam penelitian ini dapat dilihat dari pertama, perbedaan hasil belajar yang signifikan diperoleh siswa

Dengan kembali menilik sejarah pertumbuhan kelompok Iba>d} iyyah, sebagaimana sudah disinggung di muka, bahwa Abu> Bila>l Mirda>s sebagai pelopor dan

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi F, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat

It also means that it was a trivial matter for the author to load up protocol analysis software on his workstation client and see, quite literally, activity on the cable