• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Taman

Eckbo (1964) mengemukakan bahwa taman adalah ruang yang memiliki keterbatasan penggunaan dan bentuk yang fleksibel, dibangun dengan konstruksi yang minimum dan memaksimalkan material alami tanpa diproses terlebih dahulu, untuk beristirahat, viewing, kontemplasi, mediasi, tidur, bermimpi, sosialisasi yang pasif dan bermain bebas.

Selanjutnya Crow (1981) juga mengemukakan bahwa dalam pembuatan sebuah taman lebih baik berbeda dengan yang sudah ada atau yang jarang ditemui. Desain taman adalah sebuah seni, seperti dalam pengetahuan melukis dan bermusik yang tidak hanya mementingkan tampilannya tetapi juga memperhitungkan sampai kenyamanan secara keseluruhan sehingga dapat dinikmati, jadi ilmu desain lanskap tidak hanya untuk dinikmati oleh satu pribadi, tapi untuk kesenangan orang lain juga yang melihat taman tersebut.

2.2 Taman Vertikal atau Vertical Garden

Vertical garden dipelopori oleh Patrick Blanc yang berasal dari Perancis. Vertical garden adalah suatu jawaban untuk mengatasi permasalahan saat ini yaitu pemanasan global. Selain itu dorongan lain muncul karena lahan yang semakin sempit dipenuhi bangunan-bangunan tinggi. Hal tersebut juga diikuti dari isu-isu pemanasan global yang semakin marak.

Dengan konsep vertical garden, sumbangan oksigen (O2) bagi manusia akan semakin bertambah. Konsep ini akan membuat bangunan-bangunan di perkotaan menjadi friendly. Karena salah satu syarat bangunan yang eco-friendly adalah mengurangi pertambahan emisi dan zat-zat yang dapat mengurangi ozon serta energi yang efisien. Vertical garden dapat membuat gedung pencakar langit di perkotaan menjadi bertambah nilai estetikanya serta menjadi ramah lingkungan (eco-friendly).

Vertical garden dapat menciptakan iklim sendiri yang spesifik dan menciptakan iklim mikro yang nyaman di sekitarnya. Model ini didominasi oleh

(2)

tanaman, karena tanaman berperan penting dalam keseimbangan lingkungan. Tanaman dapat menyediakan ruang yang sejuk dan kaya oksigen untuk manusia. Konsep ini memberikan manfaat antara lain: (1) menambah keindahan alami lingkungan, (2) menciptakan taman indah di lahan terbatas, (3) menahan panas dari luar, (4) mengurangi tingkat kebisingan suara, (5) mengurangi polusi udara, (6) menangkap partikel-partikel polutan, (7) meningkatkan suplai oksigen (Blanc, 2008).

Vertical garden bisa membantu mengurangi dampak global warming dengan skala mikro. Vertical garden juga bisa menjadi solusi bagi orang-orang yang ingin memiliki taman untuk menambah nilai keindahan dari bangunan atau rumahnya, walau dengan lahan yang terbatas. Pembuatan taman ini sebenarnya juga cocok bila dikembangkan di kota-kota besar di Indonesia. Namun, menurut Papilaya (2012), faktor kendala dalam perkembangan perancangan vertical garden di Indonesia adalah karena material konstruksi yang sulit dan harga yang mahal, serta jarangnya sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan.

Vertical garden terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: bingkai logam, lapisan PVC dan lembaran holding. Bingkai logam digantungkan di dinding dan berdiri sendiri. Hal ini dapat memberikan lapisan udara yang bertindak sebagai sistem isolasi yang efisien. Lapisan PVC, lapisan ini memberikan ke seluruh struktur sehingga membuat struktur tersebut tahan air. Lapisan holding, lapisan ini terbuat dari poliamida dan tahan korosi serta mempunyai kapilaritas tinggi yang memungkinkan distribusi air homogen (Blanc, 2008).

Perancangan vertical garden merupakan hasil kreasi yang inovatif untuk menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Ditemukannya sistem pertumbuhan vertical garden, maka berkurangnya beban yang harus ditopang pada sebuah dinding sehingga memudahkan dalam penataan desain taman vertikal dalam skala dinding yang luas. Perancangan vertical garden dapat menjadi solusi pembuatan taman pada lokasi lahan yang terbatas.

Dalam perancangan vertical garden, menurut Tambayong (2009), ada beberapa teknik yang digunakan yaitu dengan planter box, modul, dan substrat.

(3)

Penggunaan teknik tersebut disesuaikan dengan kondisi bangunan. Teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. teknik planterbox menggunakan wadah yang disusun secara tegak yang di dalamnya diberi media,

b. teknik modul, merupakan modifikasi pot yang dirancang khusus untuk taman vertikal. Modul dipasang pada kerangka besi yang direkatkan pada dinding bangunan,

c. teknik substrat, merupakan teknik penanaman vertical garden dimana tanaman yang digunakan langsung ditanam pada kulit bangunan. Akar tanaman berpegang pada substrat yang ditempelkan dengan teknik khusus pada dinding. Dinding dapat dilindungi dengan lapisan kedap air pada bagian bawah substrat.

Menurut Blanc (2008), media penanaman taman vertikal yang digunakan untuk bangunan yang tinggi yaitu menggunakan felt. Felt adalah bahan semacam kain yang dibuat dari bulu binatang. Bahan ini digunakan untuk tempat pegangan akar. Sehingga memungkinkan membuat zona perakaran yang tipis, tidak lebih dari 5 cm.

2.3 Taman Atap atau Roof Garden

Pengembangan taman atap modern (roof garden atau green roof) merupakan fenomena yang relatif baru. Teknologi taman atap pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke berbagai negara Eropa lainnya seperti Swiss, Belanda, Austria, Inggris, Italia, Perancis, dan Swedia.

Keberadaan taman atap, khususnya di kota-kota besar (metropolis) memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap eksistensi RTH akibat pembangunan infrastruktur-infrastruktur kota dapat diimbangi atau dikompensasi dengan mengembangkan taman atap. Pada umumnya manfaat taman atap (roof garden) adalah sebagai berikut (Tecta Green, 2010):

1. mengurangi tingkat polusi udara, vegetasi pada taman atap mampu merubah polutan (toksin) di udara menjadi senyawa tidak berbahaya

(4)

melalui proses reoksigenasi; taman atap juga berperan dalam menstabilkan jumlah gas rumah kaca (karbon dioksida) di atmosfir kota sehingga dapat menekan efek rumah kaca,

2. menurunkan suhu udara, keberadaan taman atap dapat mengurangi efek panas radiasi sinar matahari yang berasal dari dinding bangunan maupun dari tanah (heat island effect),

3. mengurangi polusi suara/kebisingan, komposisi vegetasi pada taman atap memiliki potensi yang baik dalam meredam kebisingan yang berasal dari luar bangunan (suara bising kendaraan bermotor atau aktivitas industri), 4. menampilkan keindahan pada aspek bangunan (estetika), sama halnya

dengan fungsi taman pada umumnya, taman atap (green roof) menyediakan keindahan bagi aspek bangunan sehingga tampak lebih hidup, asri, dan nyaman,

5. meningkatkan keanekaragaman hayati kota, taman atap dapat berfungsi sebagai habitat sekaligus penghubung bagi pergerakan organisme (wildlife) antar ruang hijau di kawasan perkotaan.

Melihat jenis, ragam tanaman, dan ketebalan media tanam, taman atap bisa dibedakan menjadi taman atap intensif dan taman atap ekstensif. Meskipun sama-sama menarik, keduanya memiliki detil pembuatan peruntukan fungsi utama dan tingkat pemeliharaan yang berbeda. Berikut adalah jenis roof garden tersebut (Lestari, 2008):

1. Intensive Roof Garden

Jenis ini memiliki desain yang lebih rumit daripada jenis ekstensif. Ketebalan media yang digunakan minimum 6 inci dengan beban lebih dari 200 kg/m2 . Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden ini cukup seimbang. Hal ini dikaernakan oleh adanya perkerasan pada taman digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai dari groundcover, semak, hingga pohon tinggi sehingga mampu menghadirkan sebuah ekosistem.

2. Extensive Roof Garden

Taman atap jenis ini memiliki beban 60-150 kg/ m2 dan ketebalan media tanah minimum 3-6 inci. Umumnya taman bersifat pasif, artinya taman

(5)

digunakan sekedar sebagai estetika dan penghijauan. Perawatannya tak sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang lazim digunakan ialah rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal.

Pada kawasan perkotaan yang sebagian besar ruangnya dipenuhi dengan bangunan-bangunan besar (pencakar langit), memiliki potensi besar untuk dikembangkan taman atap (roof garden). Aplikasi taman atap saat ini telah berkembang luas, tidak hanya terbatas pada gedung-gedung pencakar langit melainkan dapat dikembangkan pada bangunan rumah sekalipun.

Dalam membuat taman di atas gedung harus dipertimbangkan dulu konstruksi atap bangunan, apakah memang didesain untuk mendukung beban media tanam berupa tanah dan pepohonan yang akan ditanam di atasnya atau tidak. Taman atap harus didukung struktur dan konstruksi atap yang kuat. Timbunan tanah dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan tambahan beban air pada atap bangunan dan gedung juga harus memiliki sistem drainase yang berfungsi baik.

Untuk menanam pohon berukuran besar, plat lantai lokasi harus didukung kolom struktural agar plat beton tidak runtuh. Selain itu, perlu dibuat dinding penahan tanah karena pohon memerlukan ketebalan tanah yang cukup, atau membuat lubang pada atap bangunan di bawah pohon.

Perlu diingat juga bahwa konstruksi atap rawan bocor, sehingga harus dilengkapi saluran pembuangan air. Lapisan drainase seperti kerikil, pasir, dan batu apung perlu ditambahkan agar air mudah mengalir ke lubang saluran pembuangan. Filter disarankan terbuat dari geotextile atau ijuk karena berfungsi mengalirkan air ke bawah tetapi tetap menahan butiran tanah agar tidak menyumbat lubang pembuangan.

2.4 Perancangan Lanskap

Perancangan adalah sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, warna dan ruang, hasil dari pemikiran yang saling berhubungan (Simonds dan Starke, 2006).

(6)

Christensen (2005) mengemukakan bahwa perancangan lanskap merupakan kegiatan menggambar, membuat permodelan atau melakukan pengaturan struktur, merancang kesesuaian aktivitas pada suatu lahan, merancang fasilitas untuk rekreasi, merancang vegetasi dan tutupan lahan, memperhitungkan metode pengairan dan irigasi serta memperhitungkan dan merancang untuk antisipasi area yang rawan bencana.

Prinsip-prinsip desain menurut Ingles (2004) yaitu: 1. Balance (keseimbangan)

Keseimbangan adalah sesuatu yang bagus dilihat. Apabila tidak seimbang akan merasa tidak nyaman dalam penglihatan. Terdapat tiga macam keseimbangan yaitu symmetric (simetris), asymmetric (asimetris) dan proximal/distal.

2. Focalization of interest (pusat perhatian)

Focal points (pusat perhatian) dapat diciptakan dengan menggunakan tanaman, elemen keras, elemen arsitektur, warna, pergerakan, tekstur, atau kombinasi dari beberapa fitur tersebut.

3. Simplicity

Seperti keseimbangan, simplicity juga dimaksudkan agar membuat nyaman sesuatu untuk dilihat pada suatu lanskap. Simplicity bukan berarti sederhana, membosankan, atau kurang imajinasi. Hanya saja menghindari terlalu banyak penggunaan banyak spesies, terlalu banyak warna, tekstur, bentuk, kurva, dan sudut dalam area.

4. Rhythm and Line (ritme dan garis)

Ketika terjadi pengulangan terhadap sesuatu dalam suatu waktu dengan adanya standar jarak dan memiliki interval diantara pengulangan tersebut, maka akan terbentuk rhythm (ritme). Garis tercipta ketika material yang berbeda bertemu. Kesatuan dari dua batas suatu material akan membentuk garis pula.

5. Proportion (proporsi)

Proporsi terpusat pada hubungan ukuran antara semua fitur lanskap, termasuk hubungan vertikal dan horizontal.

(7)

6. Unity (kesatuan)

Kesatuan merupakan sesuatu yang paling mudah untuk diukur jika kelima prinsip desain sebelumnya telah dimasukkan ke dalam desain. Sebuah kesatuan desain adalah satu dari banyak bagian yang berkontribusi untuk mengkreasikan desain keseluruhan.

Proses desain menurut Booth (1983) yaitu: penerimaan proyek (project acceptance), riset dan analisis (research and analysis), desain (design), gambar konstruksi (construction drawings), dan setelah keempat tahap tersebut dilaksanakan tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan, serta evaluasi setelah konstruksi, dan pengelolaan.

Penerimaan proyek (project acceptance) merupakan tahap pertama, pada tahap ini proposal proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu arsitek lanskap dan klien. Pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada arsitek lanskap, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Selanjutnya arsitek lanskap mempersiapkan proposal detail yang mencakup pelayanan, produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak.

Tahap kedua adalah riset dan analisis (research and analysis) pada tahap ini arsitek lanskap membutuhkan rencana dasar tapak dan mengadakan inventarisasi tapak dan analisis. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi (survey) tapak merupakan hal yang penting untuk melengkapi tahap ini, mewawancarai pemilik dan menyusun program.

Setelah tahap riset dan analisis, tahap ketiga adalah desain atau perancangan (design), pada tahap desain terdapat hal penting yaitu :

a. diagram fungsi ideal (ideal functional diagram), yaitu permulaan dari pembuatan grafis suatu desain. Tujuan dibuat diagram ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan yang paling tepat antara fungsi usulan utama dengan ruang perancangan/desain,

b. diagram fungsi keterhubungan tapak (site-related functional diagram), tahap ini mengadopsi hubungan yang telah terbentuk dalam diagram fungsi ideal untuk mengetahui kondisi dari tapak tersebut,

(8)

c. rencana konsep (concept plan) merupakan perkembangan langsung menjadi besar dari diagram keterhubungan fungsi tapak. Secara keseluruhan, area terdiri dari diagram fungsi keterhubungan tapak dan membagi semuanya ke dalam beberapa penggunaan yang spesifik pada area tersebut,

d. studi tentang komposisi bentuk (form composition study) dalam tahap ini desainer telah setuju dengan rasional, pertimbangan yang praktis dari fungsi dan lokasi. Dengan kata lain desainer telah mampu menyelesaikan masalah, e. desain awal (preliminary master plan), dalam desain awal semua elemen

desain dimasukan dan dipelajari kesatuan antara satu dengan yang lainnya, gaya grafis semi komplit. Semua elemen desain dipertimbangkan, untuk pertama kalinya, sebagai komponen yang berhubungan dalam keseluruhan lingkungan,

f. rencana induk (master plan) merupakan perbaikan/penghalusan dari desain awal. Perbedaannya dengan desain awal yaitu revisi desain dalam gaya grafis. Walaupun sama memakai gambar tangan tapi memiliki ketepatan bagian-bagian tertentu seperti garis properti, garis bangunan, dan batas dari struktur elemen keras (dinding, lantai, jalan, dek, dll.),

g. desain skematik (schematic design), untuk beberapa proyek proses desain dilanjutkan dengan rencana skematik. Pada skala kecil seperti perumahan atau vest-pocket park, rencana induk dan rencana skematik dianggap sama. Namun, pada skala yang besar dengan tata guna lahan yang banyak, desain skematik dipelajari lagi lebih dalam dengan detail yang dalam pula,

h. design development merupakan tahap terakhir dalam proses mendesain. Dalam tahap ini desainer lebih berkonsentrasi terhadap detail penampilan dan kesatuan dari material,

Tahap keempat adalah pengerjaan gambar konstruksi (construction drawings). Dalam tahap ini desainer mempersiapkan gambar-gambar konstruksi. Gambar-gambar tersebut yaitu gambar rencana layout, grading plan, rencana penanaman, dan detail konstruksi dengan spesifikasinya. Semua gambar-gambar tersebut dipersiapkan sebagai komunikasi bagaimana membangun semua elemen dalam proyek.

(9)

2.5 Pemanasan Global (Global warming)

Pemanasan global adalah gejala naiknya suhu permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca. Terjadinya efek rumah kaca ini juga disebabkan adanya gas rumah kaca yang berada di lingkungan seperti CO2, CFC (Chloro Fluoro Carbon), Metana, NO2, dan Ozon (Soemarwoto, 1991).

Salah satu hal yang menyebabkan pemanasan global adalah gas rumah kaca. Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Ketika energi ini tiba di permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi inframerah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.

2.6 Konsultan Lanskap

Konsultan lanskap adalah individu kunci atau organisasi yang bertanggung jawab memberikan saran dan mendesain sebuah proyek. Di dalam sebuah konsultan lanskap terdapat kontrak, yaitu persetujuan antara pemilik dan desainer dalam menetapkan tanggung jawab untuk mendesain sebuah proyek (Morrow, 1988).

Menurut Gold (1980), konsultan lanskap adalah pengembang yang memiliki tanggung jawab moral dalam hal penyediaan ruang dan fasilitas rekreasi dalam kota. Perencana kota dan arsitektur lanskap berperan penting dalam kegiatan preservasi, perancangan ruang terbuka, pembangunan fasilitas rekreasi, dan program sosial sebagai pelayanan kebutuhan rekreasi bagi manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data penelitian yang telah dilakukan tentang Pengaruh susunan lamina komposit berpenguat serat E-glass dan serat Carbon terhadap kekuatan tarik

Zn dalam tanah dikelompokkan dalam bentuk-bentuk kelompok mudah tersedia sampai tidak tersedia bagi tanaman, yaitu bentuk terlarut dalam air, dapat dipertukarkan (terikat

Universitas Widyatama berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disamping melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagaimana diamanahkan

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Mitra Bestari adalah para ahli di bidang hukum yang berasal dari Universitas di Indonesia dan / atau dari luar negeri, yang mempunyai kompetensi untuk menelaah naskah sesuai

Bahkan pada ceruk pasar tertentu, konsumen mencari komoditas yang berasal dari masyarakat sekitar hutan agar dapat membantu masyarakat tetap berdaya melanjutkan kehidupannya

Dari sisi teknis produksi, pembuatan garam rakyat di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara dilakukan dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana dan 3

Dari hasil analisis data didapatkan bahwa nilai r = .476 (p< .001), yang berarti bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara empati dengan kepuasan