• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG

Ike Martha Monica1, Erna Juita2, Farida2

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat

2

Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat Ikemarthamonica20@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the analysis of population pressure on agricultural land in the city of Padang that can be seen from: 1) population pressure on agricultural land, 2) environmental carrying capacity of agricultural land and 3) the influence of population pressure on agricultural land related to agricultural land productivity. This type of research is descriptive quantitative. The population in this study is 11 districts in the city of Padang. The sample used in this research is total sampling. Data obtained from related agencies namely, BPS Kota Padang and Agriculture Department of Padang City. The data analysis technique of population pressure on agricultural land using the formula of Otto Soemarwoto model 1, the carrying capacity of land using Rahardjo formula and the influence of population pressure on agricultural land related to rice productivity that is comparing the value of productivity with the value of population pressure. The results showed as follows: 1) The level of population pressure in the city of Padang in the period of 5 years ie from 2011 to 2015 is 2.50 or are at high levels of population pressure. This means that the city of Padang has exceeded the threshold (TP>1) means that the existing population is not balanced with the carrying capacity of the land to meet food needs. 2) The level of carrying capacity of agricultural land in Padang City in 2015 is 0.60 means (<1) means Padang City is unable to self-sufficiency in food in the sense that the population has exceeded the optimal population. 3) The effect of population pressure on agricultural land related to land productivity in Padang City 2015 is 0.50 which means high (>1). This is due to the increasing number of population pressures resulting in a decrease in land productivity.

Keywords : population pressure, the carrying capacity of land, agricultural productivity

PENDAHULUAN

Peningkatan jumlah penduduk terkait erat dengan peningkatan kebutuhan terhadap lahan yang dapat

menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian sehingga berdampak pada perubahan ekologis yang mengarah ke degradasi

(2)

lingkungan (Sartohadi, 2008). Alih guna lahan yang tidak terencana dengan baik (tidak mempertimbangkan kemampuan dan daya dukung lahan) dapat menimbulkan berbagai dampak lingkungan seperti erosi, kurangnya daerah resapan air, banjir, pendangkalan sungai, penurunanan kesuburan dan produktivitas lahan dan lain-lain (Harianto dan Katharina, 2002).

Tekanan penduduk terhadap lahan disebabkan laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan tidak seimbang dengan ketersediaan lahan potensial untuk pertanian atau peruntukan lain mendorong penduduk untuk meningkatkan intensitas dan aktivitas pada lahan eksisting dan membuka lahan baru atau urbanisasi pergi ke kota (Soemarwoto, 2009).

Kota Padang memiliki luas wilayah 694,96 Km2 atau 1,65 % luas Propinsi Sumatera Barat yang membujur dari Utara ke Selatan terbagi dalam 11 (sebelas) Kecamatan dan 104 (seratus empat) Kelurahan. Sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang mengalami

pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Padang dalam satu tahun terakhir adalah 1,44 % dengan kepadatan penduduk 1.299/Km2 pada tahun 2015 (BPS, 2016).

Tahun 2015, penduduk Kota Padang mencapai 902.413 jiwa, naik sejumlah 12.767 jiwa dari tahun sebelumnya. Dengan demikian kepadatannya menjadi 1.280 jiwa/km2. Kecamatan terbanyak jumlah penduduknya adalah Koto Tangah dengan 182.296 jiwa, tetapi karena wilayahnya paling luas hingga mencapai 33% dari luas Kota Padang maka kepadatan penduduknya termasuk rendah yaitu 785 jiwa/km2 (BPS, 2016).

Berdasarkan fenomena konversi lahan yang terjadi akibat tekanan penduduk yang semakin meningkat dan mengakibatkan perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Kota Padang, maka peneliti tertarik untuk mengkaji Analisis Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Di Kota Padang.

(3)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis data dan membahas tentang:

1. Tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di Kota Padang.

2. Daya dukung lingkungan terhadap lahan pertanian di Kota Padang. 3. Pengaruh tekanan penduduk

terhadap lahan pertanian terkait produktivitas lahan di Kota Padang. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mengukur atau menjelaskan secara cermat fenomena-fenomena dan gejala-gejala tertentu yang dimaksudkan untuk menguji kebenaran di lapangan (Irawan Soehartono, 1999). Observasi lapangan dilakukan untuk melengkapi perolehan informasi yang berkaitan dengan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di Kota Padang.

Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan subyek penelitian. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).

Tabel 1. Populasi Kecamatan di Kota Padang N o Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Kecamatan (Km2) 1. Bungus Teluk Kabung 24.137 100,78 2. Lubuk Kilangan 52.757 85,99 3. Lubuk Begalung 115.286 30,91 4. Padang Selatan 59.038 10,03 5. Padang Timur 78.975 8,15 6. Padang Barat 45.846 7,00 7. Padang Utara 70.252 8,08 8. Nanggalo 59.654 8,07 9. Kuranji 138.584 57,41 10. Pauh 66.661 146,26 11. Koto Tangah 178.456 232,25

Sumber : Padang dalam angka tahun 2015, BPS

 Tekanan penduduk terhadap lahan dihitung dengan menggunakan formula dari Soemarwoto (1985): TPt =Zt

Keterangan:

TP = Tekanan Penduduk,

Z = rata-rata luas lahan yang diperlukan per orang untuk hidup yang dianggap layak,

(4)

f = fraksi penduduk yang hidup sebagai petani,

Po=jumlah penduduk waktu acuan to,

r = laju pertumbuhan penduduk tahunan,

t = periode waktu perhitungan, L = luas lahan pertanian

Nilai Z dihitung dengan menggunakan rumus:

Z= Keterangan:

LSI2 = luas lahan sawah irigasi panen > 2 kali setahun,

LSI1 = luas lahan sawah irigasi panen 1 kali setahun,

LST = luas sawah tadah hujan, LLK = luas lahan kering (tegal) Jumlah fraksi penduduk yang hidup sebagai petani diperoleh dari:

f

Laju pertumbuhan penduduk (r) tahunan dihitung dengan menggunakan rumus:

Pt = Po(1+r)n Keterangan:

Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke t

Po = Jumlah penduduk tahun awal r = laju pertumbuhan penduduk n= Jangka waktu, yang dinyatakan dalam tahun.

Kemudian hasilnya dimasukkan dalam standar evaluasi sebagai berikut:

TP < 1 : tekanan rendah TP > 1 : tekanan tinggi TP = 1 : tekanan sedang

 Daya dukung lahan dihitung dengan formula sebagai berikut (Rahardjo, 2003):

α =

keterangan:

α = daya dukung lahan

x = luas lahan yang tersedia untuk budidaya tanaman pangan/kelapa (x dicari dengan menggunakan rumus)

x =

k = luas lahan yang diperlukan untuk swasembada pangan.

(k dicari dengan rumus) k =

(5)

Konsumsi Fisik Minimum (KFM) dihitung kebutuhan beras sebesar 151,2 kg/org/thn. Produksi beras rata-rata dikonversikan dari pada ke beras sebesar 68 %. Nilai α, dipergunakan sebagai indikator kemampuan lahan tanaman padi terhadap jumlah penduduk di satu wilayah. Kriteria nilai α, dimasukkan pada standar evaluasi sebagai berikut:

α>1

α<1

α=1

berarti wilayah tersebut mampu swasembada pangan dalam arti jumlah penduduknya di bawah jumlah penduduk optimal berarti wilayah tersebut tidak mampu swasembada panag dalam arti jumlah penduduknya telah

melampaui jumlah

penduduk optimal

berarti wilayah tersebut memiliki daya dukung yang optimal

 Nilai produktivitas lahan (padi) diperoleh dari banyaknya jumlah produksi padi dibagi dengan luas

panen (BPS, 2016). Hasil produktivitas kemudian di bandingkan dengan nilai tekanan penduduk untuk mengetahui pengaruh terkanan penduduk terhadap produktivitas padi yang ada. Pengaruh antara tekanan penduduk dengan produktivitas, jika nilai tekanan penduduk rendah maka nilai produktivitas pertanian akan tinggi begitu pula sebaliknya jika nilai tekanan penduduk tinggi maka nilai produktivitas pertanian menjadi rendah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Kota Padang

(6)

Tabel 2. Perhitungan Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Kota Padang

N o Kecamatan Nilai Tekanan Penduduk (TP) Klasifikasi 1 Bungus Teluk Kabung 2,24 Tinggi 2 Lubuk Kilangan 3,34 Tinggi 3 Lubuk Begalung 5,47 Tinggi 4 Padang Selatan 87,64 Tinggi 5 Padang Timur 8,48 Tinggi

6 Padang Barat 0 -

7 Padang Utara 55,47 Tinggi

8 Nanggalo 3,95 Tinggi

9 Kuranji 4,78 Tinggi

10 Pauh 4,72 Tinggi

11 Koto Tangah 12,48 Tinggi

Sumber: Pengolahan Data Sekunder, Kota Padang Dalam Angka, 2015

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di Kota Padang sudah melebihi ambang batas (TP>1) artinya jumlah penduduk yang ada sudah melebihi daya dukung lahan untuk mencukupi kebutuhan bahan pangan. Hal ini dibuktikan dengan tekanan penduduk untuk Kota Padang didapatkan angka sebesar 2,50 (TP>1) yang tergolong tinggi.

Daya Dukung Lahan Pertanian Tabel 3.Daya Dukung Lahan Kota Padang Tahun 2015 Kecamatan Daya Dukung Lahan (α) Klasifikasi Bungus Teluk Kabung 3,73 Mampu swasembada pangan Lubuk Kilangan 1,05 Mampu swasembada

pangan Lubuk Begalung 0,37 Tidak mampu

swasembada pangan Padang Selatan 0,01 Tidak mampu

swasembada pangan

Padang Timur 0,08 Tidak mampu

swasembada pangan

Padang Barat - -

Padang Utara 0,01 Tidak mampu

swasembada pangan

Nanggalo 0,31 Tidak mampu

swasembada pangan

Kuranji 1,68 Mampu swasembada

pangan

Pauh 1,81 Mampu swasembada

pangan

Koto Tangah 0,85 Tidak mampu

swasembada pangan

Sumber: Pengolahan Data Sekunder, Kota Padang Dalam Angka, 201

Hasil perhitungan daya dukung lingkungan di Kota Padang menunjukan bahwa tingkat daya dukung lahan pertanian di Kota Padang tahun 2015 adalah 0,60 yang berarti (<1). Hal ini berarti Kota Padang memiliki daya dukung lahan yang sudah rendah. Variasi nilai daya dukung lahan pertanian dipengaruhi juga oleh beberapa faktor salah satunya adalah letak dari Kota Padang tersebut. Kota Padang yang merupakan

(7)

ibukota Sumatera Barat yang menjadi pusat dari kota-kota yang ada di Sumatera Barat. Hal ini menyebabkan Kota Padang menjadi pusat pertumbuhan. Wilayah ini menjadi devisit beras karena produksi padi yang sedikit disebabkan makin sempitnya lahan pertanian yang berubah menjadi lahan non pertanian.

Beberapa kecamatan di Kota Padang yang memiliki daya dukung lahan (>1) yaitu, Bungus Teluk Kabung 3,73, Lubuk Kilangan 1,05, Kuranji 1,68, Pauh 1,81 yang berarti Kecamatan tersebut mampu swasembada pangan dalam arti jumlah penduduknya di bawah jumlah penduduk optimal. Sedangkan daya dukung lahan (<1) yaitu, Lubuk Begalung 0,37, Padang Selatan 0,01, Padang Timur 0,08, Padang Utara 0,01, Nanggalo 0,31, Koto Tangah 0,85, yang berarti Kecamatan tersebut tidak mampu swasembada pangan dalam arti jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk optimal.

Pengaruh Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Terkait Produktivitas Kota Padang

Tabel 4.Pengaruh Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Terkait Produktivitas Kota Padang

Nilai Tekanan Pendudu k (TP) Produktivitas Tinggi (>1) Opti mal (=1) Rendah (<1) Tinggi (>1)  Bungus Teluk Kabung  Lubuk Kilangan  Nanggalo  Kuranji  Pauh  Lubuk Begalung  Padang Selatan  Padang Utara  Koto Tangah  Padang Timur Sedang (=1) Rendah (<1)

Sumber: Pengolahan Data Sekunder, Kota Padang Dalam Angka, 2016

Pengaruh tekanan penduduk terhadap produktivitas adalah jika nilai tekanan penduduk rendah maka nilai produktivitas pertanian akan tinggi begitu pula sebaliknya jika nilai tekanan penduduk tinggi maka produktivitas pertanian akan rendah.

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa Bungus Teluk Kabung, Lubuk Kilangan, Nanggalo, Kuranji dan Pauh memilki nilai tekanan penduduk (TP) tinggi namun

(8)

juga memiliki nilai produktivitas yang tinggi juga. Lubuk Begalung, Padang Selatan, Padang Utara, Padang Timur dan Koto Tangah memiliki nilai produktivitas rendah dan memiliki nilai tekanan penduduk rendah pula. Dapat disimpulkan dari sebelas kecamatan di Kota Padang hanya lima

Kecamatan yang memilki

produktivitas tinggi, jika dilihat dari daya dukung lahannnya juga tergolong tinggi.

KESIMPULAN

Berdasarkan uruaian pada deskriptif data dan pembahasan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Variasi Tekanan Penduduk penduduk terhadap lahan pertanian di Kota Padang tahun 2011-2015 adalah 2,50, artinya tinggi (TP>1) yang artinya terjadi tekanan penduduk melebihi batas kemampuan lahan.

2. Daya Dukung Lahan Pertanian Kota Padang menunjukan bahwa tingkat daya dukung lahan pertanian di Kota Padang tahun

2015 adalah 0,60 yang berarti (α<) Hal ini berarti Kota Padang memiliki daya dukung lahan yang masih rendah.

3. Pengaruh Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Terkait Produktivitas Kota Padang tahun 2015 adalah 0,50 yang berarti tinggi (<1) artinya tidak dapat memenuhi swasembada pangan bagi penduduknya. Hal ini disebabkab oleh tingginya tingkat tekanan penduduk sedangkan produktivitas yang dihasilkan tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang ada. DAFTAR PUSTAKA

Badan Statistik Kota Padang Dalam Angka 2016.

Harianto, K. 2002. Biaya lingkungan yang terabaikan dalam kebijakan ketahanan pangan. Prosiding Seminar Tekanan Penduduk, Degradasi Lingkungan dan Ketahanan Pangan. Bogor, 1 Mei 2002. Bogor: Pusat Studi Pembangunan Pusat Penelitian Institut PertanianBogor.

Sartohadi J, P. F. 2008. Evaluasi potensi degradasi lahan

(9)

dengan meng gunakan analisa kemampuan lahan dan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di KecamatanKokap Kabupaten Kulon Progo. Forum Geografi, 1-12.

Soehartono, Irawan. 1999. Metode Penelitian Sosial. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Soemarwoto, Otto. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA

Gambar

Tabel  1.  Populasi  Kecamatan  di  Kota  Padang  N o  Kecamatan  Jumlah  Penduduk  Luas  Kecamatan  (Km 2 )  1
Tabel 2. Perhitungan  Tekanan  Penduduk  Terhadap  Lahan  Pertanian Kota Padang
Tabel  4.Pengaruh  Tekanan  Penduduk  Terhadap  Lahan  Pertanian  Terkait  Produktivitas Kota Padang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung tempe dan tepung udang rebon yang berbeda pada pembuatan kukis sukun memberikan pengaruh nyata terhadap

Abstrak: Permasalahan menyangkut “penggusuran” ruang terbuka kota di Semarang dengan berbagai alasan, antara lain untuk “Bangunan komersial” dsb, merupakan hal yang tidak asing

Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik. Hukum yang mengatur tingkah laku manusia agar dapat tertib dalam berhubungan dengan sesamanya. UU 18 tahun 2013

lingkungan kabupten, kota dan propinsi dengan materi perkembangan teknologi. Metode Explicit Intructions ini untuk meningkatkan hasil belajar IPS yang dapat

Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat, yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan lansung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan

yang dilakukan oleh program studi: Komunitas Ibu Belajar Matematika yang diselenggarakan oleh Program Studi Matematika dan Bengkel Sains yang diselenggarakan oleh Program

Secara etimologi, dapat disimpulkan bahwa politik kriminal merupakan usaha yang ditempuh terkait penyelenggaraan pemerintahan dan negara, dengan merumuskan dan melaksanakan

rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan