1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) saat ini diarahkan untuk mengubah SDM menjadi tenaga kerja yang profesional sehingga SDM dapat dimanfaatkan secara optimal dalam pembangunan. SDM yang berkualitas tinggi sangat dibutuhkan untuk menunjang pembangunan yang sedang berlangsung sekarang ini. Untuk mewujudkan maksud tersebut jawabannya adalah meningkatkan kualitas SDM, baik melalui peningkatan pendidikan maupun pelatihan tenaga kerja. Keterlibatan SDM dalam pembangunan tidak hanya, pada sektor formal tetapi juga menonjol pada sektor informal (Subri, 2003). Sumbangan sektor informal dalam perkembangan perekonomian Indonesia sangat memegang peranan penting. Keberadaan dan kelangsungan kegiatan sektor informal dalam sistem ekonomi kontemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatan yang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional. Hal ini terjadi, paling tidak ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi pencari kerja (Haris, 2011).
Sektor informal sangat penting bagi kehidupan yang perekonomiannya kurang dengan keterampilan yang dimiliki mereka dapat bekerja dan dapat menambah perekonomian sektor ini juga merupakan kunci penambahan
2
perekonomian dengan bekerja berbagai kegiatan sehingga dapat memaksimalkan keuntungan (Neves dan Du Toit, 2012). Sektor informal meliputi bidang kegiatan yang bervariasi; pekerjanya menghasilkan beragam barang dan jasa, rawan penggusuran dan obyek pengejaran SATPOL dan TIBUM. Sering pula mereka dianggap sebagai biang kemacetan lalu-lintas, dan pencemar lingkungan. Namun bila dicermati secara mendalam, ternyata banyak hal menarik. Misalnya, produknya tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, namun juga di luar negeri. Banyak yang menyadari bahwa sektor informal pernah menunjukkan peran penting sebagai penyerap tenaga kerja di masa krisis ekonomi (Hesti, 2008). Sektor informal dapat mengurangi beban masyarakat dan pemerintah, bahwa mereka dengan keterampilan sedikit dapat membuat pekerjaannya sendiri (Hatipoglu dan Ozbek, 2011).
Segi umur, penyerapan tenaga sektor informal sangat fleksibel. Artinya bahwa pekerjaan ini tak mengenal usia. Mulai dari anak-anak sampai orang tua renta laki-laki maupun perempuan dapat mengambil peranan dalam sektor informal. Sekalipun ideologi jender mendomestikasi perempuan-perempuan, namun mereka tetap dapat bekerja mengais rejeki mencari nafkah dengan menggunakan rumah sendiri sebagai tempat kerja, baik sebagai buruh maupun sebagai pengusaha. Secara sosio-religius, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan cukup mendapat pengakuan sebagaimana nampak dalam pandangan purusa dan predana di Bali. Tetapi dalam kenyataannya ada penyimpangan yang menyebabkan posisi perempuan di Bali menjadi lemah. Situasi ini menempatkan perempuan lebih banyak pada tugas-tugas kerumahtanggaan, sedangkan laki-laki
3
pada tugas-tugas di luar rumah tangga yaitu pada sektor publik (Meydianawathi, 2011).
Wanita sebagai salah satu sumber daya manusia di pasar tenaga kerja terutama di Indonesia mempunyai kontribusi yang cukup besar, dalam arti bahwa jumlah wanita yang menawarkan dirinya untuk bekerja cukup besar (Ajuzie, 2012). Peran wanita dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi menjadi suatu keharusan, akibat semakin mendesaknya kebutuhan hidup. Sulitnya keadaan ekonomi keluarga sering kali memaksa beberapa anggota keluarga khususnya wanita untuk mencari nafkah, mengingat kebutuhan hidup semakin sukar dipenuhi oleh penghasilan suami, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Hal ini terlihat pada keluarga dengan ekonomi rendah, wanita terdorong untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di sektor publik. Wanita dari keluarga ekonomi menengah ke atas juga tidak sedikit yang terjun ke dalam dunia kerja (Nilakusmawati,2012). Seseorang akan terdorong masuk pasar tenaga kerja khususnya perempuan disebabkan oleh keadaan perekonomian rumah tangga yang serba kekurangan dengan jumlah tanggungan yang banyak, penghasilan suami tidak mencukupi, membiayai keperluan anak, maka wanita akan cenderung mencari nafkah dengan tidak mengabaikan tugas rumah tangga mereka. Sektor informal merupakan wujud pilihan lapangan kerja karena untuk memasuki sektor informal tidak banyak persyaratan yang diperlukan. Meskipun sering kali sektor informal dianggap rendah dan aparat berusaha menertibkan usaha sektor informal, seperti pedagang
4
keliling yang mengganggu keretiban umum, tanpa disadari sektor informal dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada.
Negara berkembang seperti Indonesia, dimana peranan sektor informal sangat besar, diperlukan sebuah pemahaman baru terhadap situasi ketenagakerjaan, bahwa masalahnya bukanlah orang bekerja atau tidak bekerja, melainkan kesejahteraan pekerja yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang mereka peroleh (Priyono, 2002).Kapasitas sektor informal menyediakan lapangan kerja luar biasa. Dari jumlah pekerja sektor informal itu sendiri, hanya dapat diperkirakan bahwa jumlah mereka beberapa kali lipat pekerja sektor formal. Sektor informal tidak hanya di perkotaan tetapi juga terdapat di pedesaan. Salah satu terdapat di pulau Bali tepatnya di Kabupaten Tabanan yang banyak bekerja pada sektor informal.
Situasi ketenagakerjaan di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 dapat diikuti pada Tabel 1.1. Mereka yang digolongkan sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja dapat dipilah menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Lebih jauh, angkatan kerja dapat dibedakan menjadi bekerja dan mencari pekerjaan. Di sisi lain, bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang sekolah, mengurus rumah tangga, penerimaan pendapatan, dan lainnya.
5
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Tabanan Berumur 15 Tahun keatas Hasil Sakernas Menurut Jenis Kegiatan Tahun 2010
Jenis Kegiatan Laki-Laki Perempuan
Jumlah Jumlah I Angkatan Kerja 135.150 113.552 248.702 1. Bekerja 132.795 113.546 246.041 2. Mencari Pekerjaan 2.355 306 2.661 II Bukan Angkatan Kerja 25.931 54.099 80.030 1. Sekolah 9.278 9.477 18.755 2. Urusan RumahTangga 11.216 39.656 50.872 3. Lainnya 5.437 4.966 10.403 Penduduk Usia Kerja 161.081 167.651 328.732
Sumber : BPS Kabupaten Tabanan, Dalam Angka 2011
Dari Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah sebesar 328.732 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 161.081 orang dan perempuan sebanyak 167.651 orang. Jika dilihat dari status ketenagakerjaannya maka diketahui bahwa jumlah angkatan kerja adalah sebesar 248.702 orang dan bukan angkatan kerja adalah sebanyak 80.030 orang. Tetapi yang perlu diketahui bahwa yang tergolong mencari pekerjaan secara total berjumlah 2.661 orang.
Selain gambaran tentang situasi ketenagakerjaan secara umum, berikut ini disajikan pula data jumlah penduduk di Kecamatan Baturiti. Jumlah penduduk di Kecamatan Baturiti yang menjadi lokasi penelitian ini adalah sebesar 51.089 orang. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 12 desa yang secara rinci terlihatpada
6
Tabel 1.2 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 25.761 orang dan perempuan sebanyak 25.328 orang. Desa yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Desa Baturiti yaitu sebanyak 6.784 orangdan yang terkecil sebanyak 2.093 orang berada di Desa Perean Tengah.
Tabel 1.2 Penduduk Kecamatan Baturiti Menurut Jenis Kelamin dan Ratio Jenis Kelamin Per Desa Tahun 2010
No Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Ratio Jenis Kelamin 1 Perean 2.173 2.090 4.263 104 2 Perean Tengah 1.025 1.068 2.093 96 3 Perean Kangin 1.555 1.661 3.216 94 4 Luwus 2.325 2.179 4.504 107 5 Mekarsari 2.369 2.305 4.674 103 6 Apuan 2.146 2.029 4.175 106 7 Angseri 2.050 1.799 3.849 114 8 Bangli 2.237 2.285 4.522 98 9 Baturiti 3.389 3.395 6.784 100 10 Batunya 1.563 1.622 3.185 96 11 Antapan 1.551 1.514 3.065 102 12 Candi kuning 3.378 3.381 6.759 100 Jumlah 25.761 25.328 51.089 102
Sumber : BPS Kabupaten Tabanan, Dalam Angka 2011
Jumlah penduduk yang bekerja di Desa Baturiti adalah 4.385 orang. Jumlah penduduk sudah mencakup penduduk laki-laki dan perempuan. Kalau diamati secara langsung, kaum perempuan di Desa Baturiti ikut membantu kaum laki-laki untuk bekerja. Keterlibatan perempuan, terutama di bidang pertanian banyak dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai lahan atau mereka yang
7
mempunyai lahan garapan sempit. Atau mereka yang tidak menjadi petani, tetapi menjadi pengepul yaitu membeli dari petani dengan harga murah kemudian menjual secara tunai maupun kredit. Pengepul ini mempunyai modal yang cukup besar, karena sebagian ada yang menjual atau memasok barangnya ke hotel-hotel. Dewasa ini, sektor informal banyak diminati tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan, seperti yang ditemukan di Desa Baturiti. Meskipun desa ini berlatar belakang agraris, namun banyak menekuni sektor informal. Banyaknya penduduk yang terlibat di sektor informal; disebabkan mereka tidak dapat mengandalkan pendapatan dari sektor pertanian. Pada Tabel 1.3 dapat dilihat distribusi jumlah penduduk Desa Baturiti menurut mata pencaharian. Tabel 1.3Distribusi Penduduk Desa Baturiti Menurut Mata Pencaharian
Tahun 2010
No Mata Pencaharian Jumlah
(Orang) Persentase (%) 1 Petani 2031 46,30 2 Pegawai Swasta 777 17,70 3 PNS 507 11,60 4 TNI/Polri 69 1,60
5 Dokter, Perawat, dan Bidan 41 1,00
6 Pengrajin 63 1,40
7 Pedagang 897 20,40
Jumlah 4385 100
Sumber : Kantor Desa Baturiti, 2011
Pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa penduduk Desa Baturiti masih tetap menekuni sektor primer yaitu sektor pertanian. Disamping itu sebagian besar penduduk bekerja pada sektor informal, yaitu sebagai pengrajin dan pedagang.
8
Menurut informasi Kepala Desa Baturiti di desa ini hampir tidak ada penduduk miskin, semua penduduk bekerja sehingga pendapatan masih dapat memenuhi kebutuhan minimal rumah tangga.
Secara teoritis pendapatan seseorang dapat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, modal, dan alokasi waktu. Pekerja yang berada dalam rentang usia muda, umumnya memiliki fisik yang kuat, dinamis dan kreatif, tetapi cepat bosan dan kurang bertanggung jawab serta cenderung kurang disiplin. Sebaliknya pekerja yang berada dalam rentang usia lebih tua, kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet dan memiliki tanggung jawab yang besar (Meydianawathi, 2011). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena dengan meningkatnya pendidikan maka seseorang akan dapat memperoleh pekerjaan dengan imbalan yang relatif tinggi (Amnesi, 2013). Modal merupakan salah satu elemen yang penting yang harus mendapat perhatian oleh pihak manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya (Laksmi Dewi, dkk, 2012). Menurut Taniguchi (2012) dalam mengalokasikan waktu sektor informal dapat menghabiskan waktu lebih banyak kepada keluarga daripada untuk bersosialisasi kepada sesama.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan judul Determinan Pendapatan Pekerja Wanita Sektor Informal Di Desa Baturiti Kabupaten Tabanan. Determinan yang dimaksud adalah faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan pekerja wanita di Desa Baturiti, seperti umur, pendidikan, modal kerja dan alokasi waktu.
9 1.2 Rumusan Masalah Penelitian
1) Bagaimana determinan secara serempak terhadap pendapatan pekerja wanita sektor informal Di Desa Baturiti Kabupaten Tabanan?
2) Bagaimana determinan secara parsial terhadap pendapatan pekerja wanita sektor informal Di Desa Baturiti Kabupaten Tabanan?
3) Variabel manakah yang dominan memengaruhi pendapatan pekerja wanita sektor informal di Desa Baturiti Kabupaten Tabanan?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Untuk menganalisis determinan secara serempak terhadap pendapatan pekerja wanita sektor informal Di Desa Baturiti Kabupaten Tabanan. 2) Untuk menganalisis determinan secara parsial terhadap pendapatan pekerja
wanita sektor informal di Desa Baturiti Kabupaten Tabanan.
3) Untuk mengetahui variabel manakah diantara keempat variabel tersebut yang berpengaruh dominan terhadap pendapatan pekerja wanita di Desa Baturiti Kabupaten tabanan.
10 1.4 Kegunaan Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan terkait dengan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan pekerja wanita sektor informal.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian, bahan pertimbangan dan bahan evaluasi untuk pemecahan masalah-masalah ketenagakerjaan bagi instansi terkait, terutama dalam halpeningkatan pendapatan pekerja wanita dalam sektor informal.
1.5 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penelitian ini disusun ke dalam 5 bab yang dapat diuraikan sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian ini, peneliti menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang terdiri dari hal-hal apa saja yang mendasari penelitian ini. Selain itu, dalam bab ini peneliti juga menjelaskan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II : KAJIAN PUTAKA DAN HIPOTESIS
Pada bab ini, peneliti menguraikan mengenai landasan teori yang berkaitan dengan pendapatan pekerja wanita sektor
11
informal, peran wanita dalam pembangunan,umur, pendidikan, modal kerja, dan alokasi waktu dengan menyertakan penjelasan mengenai penelitian sebelumnya yang melandasi penelitian ini.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab metode penelitian, peneliti menguraikan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menguraikan mengenai determninan pendapatan pekerja wanita sektor informal di Desa Baturiti Kabupaten Tabanan. Deskripsi hasil penelitian sesuai dengan analisis yang dilakukan serta pembahasan mengenai hasil tersebut.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab simpulan dan saran, peneliti menyampaikan serta menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam pembahasan serta saran-saran yang diberikan sesuai dengan simpulan yang diperoleh dari penelitian.