• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi

Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM. Hauser dan Dudley Duncan (1959) dalam Mantra (2000:2) mempelajari jumlah, persebaran territorial dan komposisi penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social. Demografi mempelajari aspek kependudukan yang dinamis (kelahiran, kematian dan migrasi) dan yang statis (cacah jiwa). Kedua komponen tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain. Demografi biasanya dikaji oleh para ahli dari bidang ilmu lain terutama ilmu sosial. Ilmu sosial adalah disiplin ilmu yang mempelajari teantang aspek – aspek yang berhubungan dengan manusia.

Shryock dan Siegel (1976) dalam Yasin (2011:5) membagi pengertian demografi dalam arti sempit dan luas. Pengertian secara sempit, disebut sebagai formal demography, menekankan pada masalah jumlah, distribusi, struktur dan pertumbuhan penduduk. Sementara itu, dalam arti luas, demografi mencakup semua karakteristik penduduk termasuk di dalamnya budaya, sosial, dan ekonomi. Berdasarkan pengertian dan sejarah perkembangan demografi maka demografi saatini tidak saja dipelajari secara murni, tetapi juga dipelajari secara lebih luas dengan mengindahkan variabel-variabel non demografis (sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan politik). Dengan kata lain demografi bukan

(2)

13

lagi merupakan disiplin ilmu yang tersendiri, tetapi lebih merupakan ilmu yang interdisipliner (Yasin, 2010:5).

2.1.2 Tenaga Kerja Wanita Pada Sektor Informal dan Partisipasinya dalam Pembangunan Ekonomi

Dalam studi kependudukan sering disebut ‘tenaga kerja’ yang diterjemahkan dari istilah manpower, yakni seluruh penduduk yang dianggap mempunyai potensi untuk bekerja secara produktif. Di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang berumur lima belas tahun keatas sedangkan untuk penduduk yang masih berusia dibawah sepuluh tahun tidak dikategorikan angkatan kerja (Yasin, 2010:199).

Tenaga kerja atau manpower terditi atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labour of force terdiri atas: (1) golongan yang bekerja, (2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan, sedangkan yang bukan angkatan kerja terdiri dari : (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan yang mengurus rumah tangga, (3) golongan lain- lain yang terdiri dari orang lanjut usia, cacat, dalam penjara dan lain sebagainya. Oleh karena itu kemampuan ini sering disebut sebagai potensial force. Tinggi rendahnya angkatan kerja tidak terlepas dari tinggi rendahnya pertumbuhan dan struktur penduduk. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, menyebabkan semakin tinggi pula pertumbuhan angkatan kerjanya (Simanjuntak, 1985: 3).

Mantra (2000:300), mengatakan bahwa penyediaan lapangan kerja yang semakin luas akan memperluas kesempatan kerja bagi tenaga kerja untuk masuk dalam pasar kerja. Tenaga kerja dalam pasar kerja ada yang dimanfaatkan secara

(3)

14

penuh (full employment) dan ada pemanfaatan secara tidak penuh (under employment). Ehrenberg dan Smith (1988:172) menjelaskan, seseorang mengambil keputusan untuk bekerja merupakan jalan akhir tentang seperti apa individu tersebut menggunakan waktu. Melakukan aktivitas-aktivitas menyenangkan di waktu senggang merupakan bagian dari cara memanfaatkan waktu yang tersedia. Cara umum lainnya untuk memanfaatkan waktu adalah dengan cara bekerja. Penggunaan waktu untuk bekerja dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan seseorang, seperangkat pilihan dari seseorang, dan biaya kesempatan (opportunity cost).

Menurut Sihotang (2011) salah satu alasan wanita bekerja adalah untuk membantu pendapatan rumah tangga. Tergangguanya stabilitas perekonimian rumah tangga di akibatkan oleh harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, pendapatan rumah tangga yang cenderung tidak meningkat. Motivasi kerja tenaga kerja wanita adalah membantu suami menghidupi keluarga dan karena memungkinkan memiliki otonomi keuangan agar tidak selalu tergantung pada pendapatan suami. Makna bekerja untuk mendapatkan upah/gaji seringkali berbenturan dengan pekerjaan mengurus rumah tangga sendiri tanpa mendapatkan upah. Tinggi rendahnya angka TPAK wanita banyak berhubungan dengan aspek sosial budaya dan modernisasi dalam hubungannya dengan hakekat bekerja (Tukiran, 2005).

Berkaitan dengan pengerahan sumber daya ekonomi yang dimiliki rumah tangga miskin, maka telah menuntut wanita sebagai istri untuk dapat menopang ketahanan ekonomi keluarga. Kondisi demikian merupakan dorongan yang kuat

(4)

15

bagi wanita untuk bekerja di luar rumah. Dalam beberapa tahun terakhir ini keterlibatan wanita pada sektor publik menunjukkan angka yang terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi wanita untuk bekerja di sektor publik semakin tinggi (Haryanto, 2008).

Keterlibatan wanita dalam kegiatan-kegiatan ekonomi terjadi melalui dua tahapan. Tahap pertama, peran serta wanita dalam kegiatan ekonomi beralih dari kegiatan-kegiatan rumah tangga ke kegiatan jasa. Tahap Kedua, terjadi perpindahan kegiatan dari kegiatan jasa ke kegiatan sektor-sektor industri, misalnya bekerja di pabrik-pabrik atau perusahaan modern lainnya (Sajogyo, 2002:130).

2.1.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

TPAK adalah angka yang menunjukan presentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Angka TPAK dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetehui penduduk yang aktif bekerja mupun mencari pekerjaan. Bila angka TPAK kecil maka dapat diduga bahwa penduduk usia kerja banyak yang tergolong bukan angkatan kerja baik yang sedang sekolah maupun mengurus rumah tangga dan lainnya. Dengan demikian angka TPAK dipengaruhi oleh fakor jumlah penduduk yang masih bersekolah dan penduduk yang mengurus rumah tangga. Kedua faktor tersebut dapat pula dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan sosial budaya. Oleh karena itu di negara-negara yang sudah maju, TPAK cenderung tinggi pada golongan umur dan tingkat pendidikan terentu. Pola TPAK wanita ini dapat memberikan petunjuk yang berguna dalam mengamati arah dan perkembangan aktifitas ekonomi di suatu negara atau daerah. Berlainan dengan

(5)

16

laki-laki, umumnya wanita mempunyai peranan ganda sebagai ibu yang melaksanakan tugas rumah tangga, mengasuhdan membesarkan anak dan bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Oleh karena itu tingkat partisipasi angkatan kerja wanita amat dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya dan ekonomi (Mantra, 2000:230-231).

2.1.4 Teori Alokasi Waktu

Gary Becker dengan teori A Theory of the Allocation of Time menyatakan bahwa semua orang memiliki waktu yang akan dialokasikan untuk bekerja ataupun untuk kegiatan lainnya. Tentu saja karena seluruh waktu tidak hanya dialokasikan untuk kegiatan makan, tidur, rekreasi, waktu lainnya sebaiknya dialokasikan untuk kegiatan memaksimumkan pendapatan. Penurunan pendapatan akan memperngaruhi penurunan waktu di kegiatan konsumsi karena waktu akan menjadi semakin mahal (Becker, 1965:498).

Waktu yang dimiliki individu dibagi dan dialokasikan ke dalam dua aktivitas yaitu untuk waktu luang dan waktu kerja. Waktu yang dimiliki individu akan digunakan untuk bekerja sebanyak X jam, maka waktu luang yang dimiliki adalah sebesar (24-X) jam perhari (Sudarsono dalam Marhaeni dan Manuati, 2004:11). Waktu luang ini akan digunakan untuk makan, tidur, mengurus rumah, mengasuh anak, rekreasi dan sebagainya. Secara ekonomi dapat dikatakan orang yang menggunakan waktuya untuk waktu luang dapat disebut mengkonsumsi waktu luang dan dia akan memperoleh kepuasan atau utilitas, sedangkan individu yang menggunakan sebagian waktunya utuk bekerja juga akan memperoleh kepuasan atau utilitas karena dapat mengkonsumsi barang dan jasa

(6)

17 dari upah yang didapat karena bekerja.

Secara lebih umum, rumah tangga dapat menggunakan waktu yang tersedia paling tidak dengan cara; (a) waktu dapat dijual di pasar kerja untuk memperoleh pendapatan untuk kegiatan di pasar kerja; (b) waktu untuk produksi rumah tangga yaitu; mengkombinasikan barang-barang tertentu yang diperoleh melalui waktu pasar dengan waktu produksi rumah tangga; dan (c) waktu yang digunakan untuk mengkonsumsi barang dan jasa atau disebut juga dengan waktu konsumsi. Sebagai contoh; waktu pasar kerja (waktu yang digunakan untuk bekerja) dan waktu produksi rumah tangga (merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan makanan), dan waktu konsumsi (adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyantap makanan).

Waktu yang dimiliki individu dibagi dan dialokasikan ke dalam dua aktivitas yaitu untuk waktu luang dan waktu kerja. Waktu yang dimiliki individu akan digunakan untuk bekerja sebanyak X jam, maka waktu luang yang dimiliki adalah sebesar (24-X) jam perhari (Sudarsono, 1988 dalam Marhaeni dan Manuati, 2004:11). Persoalan dari alokasi waktu adalah mengambil keputusan untuk memaksimalkan kepuasan berdasarkan berbagai waktu yang digunakan untuk berbagi aktivitas dalam rumah tangga, yang berarti memaksimalkan fungsi utilitas rumah tangga.

Teori keputusan untuk bekerja (A Theory of the Decision to Work) merupakan pengaturan alokasi waktu kerja dan leisure. Menurut Ehrenberg dan Smith (2012: 171) pengalokasian waktu untuk bekerja atau waktu luang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu.

(7)

18

1) Biaya kesempatan (opportunity cost). Dilihat seseorang yang mengalokasikan waktunya untuk bekerja, maka ia perlu waktu untuk tidak bekerja. Dimana harga dari waktu luang yang mereka miliki tergantung dari besarnya tingkat upah yang diterima. Bila penghasilan meningkat dengan biaya kesempatan waktu luang konstan maka seseorang akan menginginkan menghabiskan lebih banyak waktu luang.

2) Tingkat kesejahteraan seseorang. Kesejahteraan seseorang dapat dilihat dari jumlah tabungannya di bank, investasi finansial, dan harta benda fisik lainnya. Keahlian dari pekerja dapat diperhitungkan sebagai sesuatu yang dapat diharapkan. Bila seorang pekerja memiliki banyak tabungan yang dapat dihargakan maka cenderung memilih meningkatkan waktu luang dibandingkan waktu kerja.

3) Seperangkat pilihan dari seseorang. Pilihan-pilihan tersebut biasanya ditentukan sendiri dan tidak secara seketika. Seseorang memutuskan untuk mempergunakan waktunya lebih banyak untuk bekerja atau lebih banyak waktu luang tergantung pada pilihan –pilihan yang tersedia.

Keputusan untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh adanya non labor income, tingkat upah, dan karakteristik lainnya. Suatu keputusan untuk bekerja pada akhirnya merupakan keputusan tentang bagaimana menghabiskan waktu yang tersedia secara absolut. Dalam aktivitas sehari-hari terdapat pilihan secara pasti yakni apabila ia menggunakan waktu untuk menambah leisure time, maka akan mengurangi waktu untuk bekerja. Setiap individu harus memutuskan berapa jam untuk bekerja dan berapa jam untuk mengkonsumsi berbagai barang

(8)

19

dan berapa banyak curahan waktu untuk aktivitas rumah tangga lainnya, seperti melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga (household production). Jadi, pilihan yang dapat digunakan untuk mendatangkan pendapatan guna membeli barang konsumsi, yakni bekerja di pasar (Ehrenberg ,1988 ; dalam Marhaeni dan Manuati, 2004 : 11).

2.1.5 Pendapatan Buruh wanita

Pendapatan pada dasarnya merupakan penghasilan yang di terima seluruh anggota rumah tangga dalam perekonomian (atau yang di terima rumah tangga) dari penggunaan faktor-faktor produksi yang di milikinya dan dari pembayaran pindahan (Sukirno, 2004:61). Menurut Meydianawathi (2009) besarnya upah bagi para buruh merupakan pendapatan bagi mereka, sehingga besar kecilnya pendapatan akan menentukan tingkat kesejahteraan pekerja. Pendapatan dalam penelitian ini adalah penerimaan yang diperoleh responden dalam satu hari selama satu bulan sebagai buruh di Pasar Badung. Penerimaan buruh dipengaruhi oleh beberapa situasi, seperti: jumlah penjual dan pembeli yang datang ke pasar, jumlah barang/kebutuhan yang dibeli konsumen, hari-hari menjelang perayaan keagamaan, jumlah buruh yang ikut bekerja, kondisi fisik buruh itu sendiri, keinginan buruh untuk bekerja atau tidak.

Konsep tingkat kontribusi pendapatan pekerja wanita di kelas atas atau

menengah ke atas, bahwa istri bekerja untuk menghilangkan kebosanan, untuk

memenuhi berkreatif, untuk meneruskan hobi yang sebelumnya sudah digeluti, juga

menambah penghasilan keluarga atau campuran dari motif-motif ini (Schnecler,

(9)

20 2.1.6 Umur

Simanjuntak (dalam Martini, 2012) mengatakan umur seseorang yang semakin bertambah akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan diperoleh. Seseorang yang semakin dewasa maka keterampilan dalam bidang tertentu dan kekuatan fisik umumnya akan semakin meningkat sehingga akan meningkatkan pendapatan yang diterimanya. Sisi lain yang perlu diperhatikan adalah tidak produktifnya usia, keterampilan dan fisik seseorang akan mengalami penurunan. Banyak pensiunan dan atau secara fisik sudah kurang mampu bekerja, sesuai dengan kenyataan bahwa umur yang tidak produktif akan mempengaruhi keterampilan dan fisik seseorang.

Meydianawathi (2009) mengatakan umur menjadi penting untuk dibahas, karena umur biasanya akan berpengaruh terhadap kondisi fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab responden terhadap sesuatu. Pekerja yang berada dalam rentang usia muda, umumnya memiliki fisik yang kuat, dinamis dan kreatif, tetapi cepat bosan dan kurang bertanggung jawab serta cenderung absensi. Sebaliknya pekerja yang berada dalam rentang usia lebih tua, kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet dan memiliki tanggung jawab yang besar.

2.1.7 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga responden dapat diartikan sebagai jumlah seluruh anggota keluarga yang harus ditanggung dalam satu keluarga. Setiap masing-masing keluarga memiliki jumlah tanggungan keluarga yang berbeda-beda. Asumsinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka kebutuhan dalam keluarga tersebut semakin banyak. Tanggungan keluarga merupakan salah

(10)

21

satu alasan utama bagi para ibu rumah tangga turut serta dalam membantu suami untuk memutuskan diri untuk bekerja untuk memperoleh penghasilan. Besarnya jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kemauan untuk melakukan pekerjaan. Karena semakin banyak responden mempunyai anak dan tanggungan, maka waktu yang disediakan responden untuk bekerja semakin efektif. Efektivitas waktu ini adalah berguna untuk meningkatkan penghasilan responden sendiri (Sihol Situngkir dkk, 2007).

Menurut Mantra (2000:303) pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap tingkat partisipasi kerja anggota keluarga adalah positif. Hal ini berarti semakin tinggi jumlah anggota keluarga maka semakin tinggi tingkat partisipasi kerja anggota keluarga. Suatu keluarga dengan tanggungan keluarga yang banyak cenderung mengerahkan anggota keluarga yang mampu bekerja untuk memasuki pasar kerja. Hal tersebut terkait dengan tingginya biaya hidup yang ditanggung sehingga semakin banyak jumlah anggota keluarga yang bekerja, sehingga biaya hidup lebih dapat dicukupi.

Jumlah anggota keluarga menentukan tingkat curahan jam kerja dari hasil yang dikerjakan karena anggota keluarga dalam usia kerja merupakan sumbangan tenaga kerja maka usaha untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan kerja akan dapat dipenuhi dengan demikian akan dapat meningkatkan taraf hidup. Disamping itu dengan semakin banyaknya anggota keluarga yang ikut makan dan hidup, memaksa anggota keluarga dalam usia kerja untuk mencari tambahan pendapatan (Bakir dan Manning, 1984:335).

(11)

22

2.1.8 Hubungan Umur Terhadap Alokasi Waktu Kerja

Menurut Payaman (1985) dalam Ayu Kusumastuti (2012) umur mempunyai hubungan terhadap responsibilitas seseorang akan penawaran tenaga kerjanya. Semakin meningkat umur seseorang semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Selama masih dalam usia produktif, karena semakin tinggi usia seseorang semakin besar tanggung jawab yang harus ditanggung. Meskipun pada titik tertentu penawaran akan menurun seiring dengan usia yang makin bertambah tua. Dengan adanya teori tersebut, selama pekerja wanita dalam umur produktif maka curahan jam kerja akan meningkat dan semakin tua usia seorang wanita tersebut maka curahan jam kerja akan semakin menurun. Contohnya buruh yang berusia 50 tahun akan memiliki jam kerja (curahan jam kerja) yang relatif lebih sedikit dibanding buruh yang berusia 30 tahun dengan kondisi badan dan kesehatan yang relatif stabil.

Menurut Wirya Gupta (2007), umur bagi seorang perempuan berperan dalam

menghadapi kehidupan rumah tangga, karena umur berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan dalam siklus hidupnya. Salah satu siklus bagian dari siklus hidup tersebut

yang dapat mempengaruhi kesempatan kerjanya adalah periode perkawinan dan

hadirnya anak-anak. Perempuan yang memiliki anak yang masih kecil cenderung

memiliki kesempatan kerja (curahan jam kerja yang terbatas). Namun dengan

bertambahnya umur pekerja wanita tersebut maka pekerja wanita tersebut dapat

mencurahkan waktunya untuk bekerja. Selanjutnya semakin tua umur seorang wanita

tersebut, maka daya tubuh akan berkurang dan semakin berkurang intensitas jam

(12)

23

2.1.9 Hubungan Jumlah Tanggungagan Terhadap Alokasi Waktu Kerja Hubungan Antara Jumlah Tanggungan dengan Curahan Waktu Kerja Tanggungan keluarga merupakan salah satu alasan utama bagi para wanita rumah tangga turut serta dalam membantu suami untuk memutuskan diri untuk bekerja memperoleh penghasilan. Semakin banyak responden mempunyai anak dan tanggungan, maka waktu yang disediakan responden untuk bekerja semakin efektif (Sihol Situngkir, 2007). Peranan wanita pekerja memperlihatkan bahwa disamping urusan rumah tangga seperti mengasuh anak, memasak, dan lain-lain, juga mampu menghasilkan uang, juga dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga. Seberapa besar wanita mampu memberikan kontribusi dalam perekonomian keluarga, disamping tugas wanita dalam mengurus rumah tangga.

Jumlah anggota keluarga menentukan tingkat curahan jam kerja dari hasil yang dikerjakan karena anggota keluarga dalam usia kerja merupakan sumbangan tenaga kerja maka usaha untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan kerja akan dapat dipenuhi dengan demikian akan dapat meningkatkan taraf hidup. Disamping itu dengan semakin banyaknya anggota keluarga yang ikut makan dan hidup, memaksa anggota keluarga dalam usia kerja untuk mencari tambahan pendapatan (Bakir dan Manning, 1984:335).

Payaman (1985) dalam Riana (2013) menjelaskan bahwa bagaimana suatu rumah tangga mengatur siapa yang bersekolah, bekerja, dan mengurus rumah tangga bergantung pada jumlah tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga mempunyai hubungan positif terhadap curahan jam kerja wanita, artinya

(13)

24

setiap penambahan jumlah tanggungan keluarga dalam keluarga, akan pekerja wanita tersebut akan menambah jam kerja dirinya, dikarenakan tingginya biaya keperluan keluarganya, seperti sekolah, makan, dan lain-lain.

2.1.10 Hubungan Umur Terhadap Pendapatan Buruh Wanita

Makin bertambahnya umur seseorang maka akan berdampak pada pendapatan yang akan dicapainya. Semakin dewasa seseorang maka ketrampilan dalam bidang tertentu umumnya akan semakin meningkat, lekuatan fisik juga semakin meningkat sehingga akan meningkatkan pendapatan yang diterimanya. Pekerjaan pada sektor informal kebanyakan mengandalkan kemampuan fisik yang akan berpengaruh pada umur. Hal ini menunjukan bahwa usia berpengaruh positif terhadap kontribusi pendapatan pada rumah tangga, namun disisi lain pada usia yang sudah tidak produktif lagi, ketrampilan dan fisik akan mengalami penurunan. Ini sesuai kenyataan bahwa dalam umur tersebut, banyak orang pensiun dan atau yang secara fisik kurang mampu bekerja lagi (Simanjuntak, 2001:48).

2.1.11 Hubungan Jumlah Tanggungan Terhadap Pendapatan Buruh wanita Menurut Yasin (2010:30) rasio ketergantungan merupakan angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk usia nonproduktif (penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun atau lebih) dengan banyaknya penduduk usia produktif (15-64 tahun). Jadi, mereka yang berusia non produktif akan menjadi tanggungan usia produktif sehingga dapat mempengaruhi keputusan wanita bekerja secara sukarela agar mendapatkan pendapatan lebih bagi keluarganya serta kebutuhan hidup keluarganya terpenuhi.

(14)

25

Semakin banyak seseorang memiliki tanggungan rumah tangga, maka seseorang tersebut akan memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap orang yang ditanggungnya tersebut. Hal ini akan memotivasi para wanita untuk lebih giat bekerja, sehingga waktu yang dialokasikan untuk bekerja juga akan meningkat (Komala, 2012).

2.1.12 Hubungan Alokasi Waktu Kerja Terhadap Pendapatan Buruh wanita Kaitan pendapatan dan alokasi jam kerja dalam arti sempit adalah lamanya seseorang bekerja untuk pekerjaan publik (pekerjaan yang mampu membuat kita memperoleh pendapatan) akan dipengaruhi oleh upah yang berlaku untuk satu jenis pekerjaan. Terdapat dua akibat yang timbul karena adanya kenaikan upah yaitu: (1) Subtitution effect, pekerja mengkonsumsi waktu luangnya semakin sedikit dan akan memperpanjang jam kerjanya di sektor publik apabila upah adalah harga dari waktu luang yang menjadi mahal, (2) Income effect, bila tingkat upah naik maka pendapatan atau kesejahteraan pekerja akan semakin meningkat termasuk mampu membeli waktu luang sehingga mereka akan bekerja lebih singkat dan menikmati waktu luang lebih banyak (Ehrenberg dan Smith, 1988:177).

Banyaknya curahan jam kerja yang dihabiskan buruh dalam bekerja selama

seminggu akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diperoleh. Jumlah jam

kerja bisa digunakan sebagai dasar dalam menentukan apakah seseorang termasuk

pekerja penuh atau tidak penuh. Waktu jam kerja yang dimiliki para buruh

perempuan di Pasar Badung adalah selama 24 jam. Mereka dapat dengan bebas

(15)

26

kondisi fisik, keinginan untuk bekerja, dan kondisi ramai tidaknya pasar pada

hari-hari tertentu (Meydianawathi, 2009).

2.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian terdahulu serta teori dan konsep yang telah dikemukakan, maka disusun hipotesis sebagai berikut.

1) Umur berpengaruh negatif terhadap alokasi waktu kerja buruh wanita.

2) Jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap alokasi waktu kerja buruh wanita.

3) Umur berpengaruh negatif terhadap pendapatan buruh wanita.

4) Jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap pendapatan buruh wanita. 5) Alokasi waktu kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan buruh wanita. 6) Umur berpengaruh tidak langsung terhadap pendapatan buruh wanita melalui

alokasi waktu kerja.

7) Jumlah tanggungan berpengaruh tidak langsung terhadap pendapatan buruh wanita melalui alokasi waktu kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Di samping itu, fokus penting lainnya yang bisa ditujukan pada isu-isu tersebut adalah eksis- tensi konstruksi sosial terhadap tubuh seorang Hester Prynne sebagai

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembatasan Pertemuan/Rapat Di Luar Kantor dalam

Pengaruh Jumlah Asam Sitrat dan Waktu Kempa Panas Terhadap Sifat Papan Partikel dari Ampas Tebu.. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah

hasil penelitian sosiologis/empiris, yaitu dilakukan langsung.. di dalam masyarakat, teknik yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Data primer ini bersumber

Senyawa yang diisolasi dari tumbuhan terpilih Michelia champaca L., yaitu liriodenin memiliki aktivitas inhibitor topoisomerase I dan II yang merupakan salah satu

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan kaki pada pasien DM yaitu usia, tingkat pendidikan, lama menderita DM, dan pernah mendapat penyuluhan tentang

Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang berasal dari fosil yaitu minyak bumi dan batubara. Jawaban