• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KETERAMPILAN KONSELING MAHASISWA BK DALAM MELAKSANAKAN PPL DI SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KETERAMPILAN KONSELING MAHASISWA BK DALAM MELAKSANAKAN PPL DI SEKOLAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KETERAMPILAN

MENGAJAR DAN KETERAMPILAN KONSELING

MAHASISWA BK DALAM MELAKSANAKAN PPL DI

SEKOLAH

(2)
(3)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP Unsyiah Volume 1 No. 1 Tahun 2016 Hal 57-64 Periode Wisuda Agustus 2016 PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KETERAMPILAN KONSELING MAHASISWA BK DALAM MELAKSANAKAN PPL DI SEKOLAH Khairul Misbah Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala Email: iruel080@gmail.com ABSTRAK Mahasiswa BK sebagai calon guru BK yang sedang melaksanakan PPL disekolah mereka sering dihadapkan pada dua posisi yang masih rancu atau memiliki tugas ganda. Di satu sisi, mereka wajib melaksanakan praktik mengajar mata pelajaran/bidang studi yang diampu guru pamongnya Sementara disisi lain, mereka juga harus melakukan layanan bimbingan dan konseling atau praktik konseling sesuai program studinya. Sejauh mana mereka mampu melaksanakan praktik mengajar dan praktik konseling melalui berbagai aspek keterampilan, yang harus dinilai oleh guru pamongnya. Bagaimana guru pamong mempersepsikan terhadap berbagai keterampilan mengajar dan keterampilan konseling mahasiswa BK dalam melaksanakan PPL di sekolah. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk

mengetahui persepsi guru pamong terhadap keterampilan mengajar dan keterampilan konseling mahasiswa BK dalam melaksanakan PPL disekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah guru pamong selaku guru

pembimbing mahasiswa PPL program studi BK. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan interview. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara analisi

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru pamong mempersepsikan

keterampilan mengajar mahasiswa PPL dengan pandangan serta kesan baik begitu pula mengenai keterampilan konseling, para mahasiswa dapat menerapkan berbagai macam aspek-aspek

keterampilan dalam mengajar maupun konseling. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru pamong memiliki persepsi positif atas tanggung jawab mahasiswa selama PPL yang dibuktikan dengan pemberian nilai akhir mahasiswa PPL oleh guru pamong dengan kategori sangat baik. Kata Kunci: Persepsi, Guru Pamong, Keterampilan, Mahasiswa Praktek PENDAHULUAN Profesionalisasi pada dasarnya merupakan

serangkaian proses pengembangan

profesional (professional development), baik dilakukan melalui pendidikan/pelatihan prajabatan maupun dalam jabatan. Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi. Kualifikasi yang dimaksud meliputi kompetensi intelektual, sikap atau kepribadian dan ketrampilan

(skill)

(Soetjipto

dan

Raflis Kosasi, 1994). Dengan kualifikasi tersebut guru diharapkan dapat menjalankan profesionalitasnya yakni melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. 57

Selain sebagai pendidik dan pengajar juga guru punya peran sebagai pembimbing. Perkembangan anak tidak selalu mulus dan lancar, adakalanya lambat dan mungkin juga berhenti sama sekali. Dalam situasi seperti itu mereka perlu mendapatkan bantuan atau bimbingan. Dalam upaya

membantu anak mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam siklus perkembangannya, guru berperan sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahami segala potensi dan kelemahannya, masalah dan

(4)

itu, guru perlu banyak mendekati para siswa, membina hubungan yang

lebih

dekat,

melakukan

pengamatan, serta

mengadakan dialog-dialog langsung. Dalam situasi hubungan yang akrab dan bersahabat, para siswa akan lebih terbuka dan berani mengemukakan segala persoalan dan hambatan yang dihadapinya. Melalui situasi seperti itu pula, guru dapat membantu para siswa memecahkan

persoalan-persoalan yang dihadapinya. Senada dengan uraian di atas, Prayitno (2005), berpendapat; guru mempunyai peran dan kedudukan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru memikul berbagasi tugas dalam pengembangan potensi anak secara optimal. Sebagai pembimbing, ia merupakan tangan pertama dalam menangani masalahmasalah yang dialami murid-murid di kelas. Dengan demikian tugas guru bukan hanya terbatas pada pengalihan berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada muridmuridnya, tetapi ia harus mampu menangani masalah-masalah yang dialami muridnya. Guru dituntut untuk dapat mengenali setiap masalah yang muncul di kelasnya, meneliti latar belakang timbunya masalah tersebut, dan bersama staf lain ikut terlibat dalam menangani permasalahan yang dimaksudkan. Guru BK/konselor yang ada pada saat ini di sekolah, pada hakikatnya melaksanakan tugas sebagai konselor, namun sering diperlakukan dan diberi tugas layaknya guru mata pelajaran. Apabila tidak digariskan penegasan dan pencermatan yang benar, kerancuan seperti ini bisa muncul kembali dari Permendiknas No. 22 Tahun 2006, karena payung Standar Isi sebagai dasar pengembangan KTSP pada dasarnya menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja guru dan bukan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Pernyataan di atas tidak dapat dipungkiri, karena pada kenyataanya saat ini masih banyak guru BK/Konselor yang belum mampu merancang program-program BK, atau hanya mengadopsi program-program guru BK/Konselor lain, hal ini tentunya tergantung dari kompetensi guru BK/Konselor itu sendiri Sudianto, (2012:16). Kondisi ini, dikhawatirkan akan berdampak terhadap kualitas kinerja guru BK/Konselor di sekolah, pada giliranya pencapaian standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru melalui PKBnya tidak 58

terpunuhi. Padahal mereka dianggap sudah cukup berpengalaman dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Jika fenomena dan kondisi seperti diungkapkan diatas yang terjadi, maka yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana dengan mahasiswa BK (calon guru BK/Konselor) yang sedang melaksanakan PPL di sekolah. Sebagai mahasiswa PPL mereka bahkan didihadapkan pada dua posisi yang masih rancu atau memiliki tugas ganda. Di satu sisi, mereka wajib

melaksanakan praktik mengajar (peer teaching) mata pelajaran/bidang studi yang diampu guru pamongnya atau mengisi ruang kelas yang kosong, karena guru bidang studi berhalangan.

Sementara di sisi lain, mereka juga harus melakukan layanan bimbingan dan konseling atau praktik konseling, sesuai program studinya. Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahannya sekarang adalah sejauhmana mereka mampu melaksanakan praktik mengajar dan praktik konseling melalui berbagai aspek ketrampilan, yang harus dinilai oleh guru pamongnya. Bagaimana guru pamong mempersepsikan terhadap berbagai keterampilan mengajar dan keterampilan Konseling mahasiswa BK dalam melaksanakan PPL disekolah latihannya. Persoalan ini patut dikemukakan karena berbagai fenomena pendidikan memperlihatkan kondisi yang relatif kurang

menggembirakan. Oleh karena itu, peneliti terinspirasi untuk mengadakan penelitian tentang

(5)

Guru

Pamong

terhadap Keterampilan Mengajar dan Keterampilan

Konseling Mahasiswa BK dalam Melaksanakan PPL di Sekolah” (Penelitian pada Guru Pamong di Sekolah Latihan dalam Kota Banda Aceh).

METODE Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek

penelitian adalah guru pamong selaku guru pembimbing mahasiswa PPL program studi BK. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan interview. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara analisi deskriptif kualitatif. HASIL PENELITIAN Berdasarkan pertanyaan tentang Bagaimana mahasiswa mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, di peroleh jawaban sebagai berikut.

“Mahasiswa PPL menyampaikan materi yang telah di persiapkan dengan baik dan telah di

pelajarinya pada saat ia menjelaskan di awal ia mmengulang sedikit materi minggu lalu kemudian dia menyampaikan materi yang saling terkait dan begitu pula di akhir pembelajaran dia memberikan evaluasi dan mengenai materi yang akan di sampaikan minggu selanjutnya di sertai dengan contoh-contoh dengan 59

begitu siswa akan dapat dengan mudah mengaitkan materi-materi yang di berikan”. (wawancara dengan responden, 8 Oktober 2015). Terhadap pertanyaan Bagaimana teknik mahasiswa PPL mngajar dalam menghadapi berbagai macam karakteristik siwa? Di peroleh jawaban sebagai berikut.

“Dalam mengajar mahasiswa PPL harus menghadapi berbagai macam karakteristik siswa dengan cara menerapkan berbagai macam metode mengajar,serta dengan menerapkan strategi mengajar yang menarik dan dengan gaya mengajar yang unik akan membuat siswa lebih dapat menyerap apa yang di sampaikan mahasiswa karena boleh jadi kalau mahasiswa terfokus pada suatu metode mengajar akan membuat siswa cepat bosan dalam menerima materi yang di ajarkan”. (wawancara dengan responden, 8 Oktober 2015). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pamong/informan tentang persepsi guru pamong terhadap keterampilan mengajar maka dapat di simpulkan bahwa mahasiswa PPL khususnya program studi BK dalam hal penyampaian materi sudah mencapai tahap yang baik, dan dalam mengaitkan materi pelajaran dengan sesuatu yang relevan mengunakan berbagai macam cara atau metode, dengan kata lain mengajak siswa untuk berpikir lebih luas yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, hal tersebut dilakukan untuk memperluas wawasan siswa tentang apa yang telah dipelajari tentang materi ajar yang disampaikan dengan sesuatu yang relevan serta sesuai dengan karakteristik siswa. Salah satu responden mengatakan dalam

membangun hubungan konseling apakah mahasiswa menunjukan rasa empati terhadap kebutuhan konseli.

“Mahasiswa ini mampu menunjukan rasa empatinya terhadap permasalahan yang di hadapi oleh siswa, disini siswapun dapat lebih santai dan nyaman dalam menjelaskan masalahnya di bandingkan di saat mereka harus bercerita pada kami langsung, jadi dia bisa membuat siswa ini nyaman dan terbuka dalam menyelesaikan masalahnyapun lebih mudah”.dan beliau mengatakan “Dia

(6)

mengulang terhadap hal yang di anggap perlu pada saat proses konseling” (wawancara dengan responden, 15 Oktober 2015).

Dari hasil wawancara dan di peroleh hasil mengenai keterampilan konseling maka dapat

disimpulakan bahwa setiap guru pamong memiliki penilaian sendiri namun tetap sesuai dengan standar begitupula mahasiswa memiliki cara mereka sendiri dalam melakukan konseling baik itu dalam segi pemahaman, terhadap gerakan tubuh, empati, 60

mendengarkan serta merespon pernyataan konseli namun tetap sesuai dengan alur permasalahan dan memiliki tujuan yang sama yaitu terentaskannya masalah yang dihadapi konseli. Dengan demikian nilai akhir masing – masing mahasiswa yang diperoleh dari guru pamong di sekolah mereka selama melaksanakan PPL berupa angka melalui nilai akhir PPL di sekolah latihan (NPS) yaitu sebagai berikut :

Secara singkat nilai akhir PPL di sekolah latihan (NPS) yang di peroleh oleh mahasiswa PPL dapat di lihat dibawah ini: No

Sekolah

Guru Pamong

Mahasiswa

NPS

1

SMAN 3 Banda Aceh

M

NM

3.8

2

SMAN 4 Banda Aceh

FT

NM

3.86

3

SMAN 5 Banda Aceh

(7)

YS

3.93

4

SMA 8 Banda Aceh

U

S

-5

SMAN 12 Banda Aceh

T. Is

IB

3.66

Berdasarkan data di atas dapat di simpulkan bahwa setiap mahasiswa memperoleh nilai berupa angka yang baik dari guru pamong mereka. Nilai NPS tersebut peneliti peroleh dari UP-PPL unsyiah namun ada satu mahasiswa yang tidak ditemukan data berupa buku nilai PPL telah dicari di UP- PPL kemungkinan terselip di tempat lain. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di beberapa SMAN di Banda Aceh menunjukan bahwa setiap guru pamong memiliki persepsi yang berbeda terhadap mahasiswa PPL di sekolahnya. Hal ini terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan responden yang mana dari setiap pertanyaan yang peneliti ajukan rata-rata guru pamong

memberikan tanggapan yang berbeda namun juga ada pernyataan yang hampir sama bahkan sama. Serta hasil yang di peroleh dari pertanyaan peneliti tentang keterampilan mengajar dari setiap butir pertanyaan seperti salah satu pertanyaan yang peneliti tanyakan yaitu tentang penguasaan materi pembelajaran disimpulkan bahwa persepsi guru pamong terhadap mahasiswa PPL ksususnya program studi BK dalam hal penguasaan materi sudah mencapai tahap yang baik, karena mampu menyampai materi kepada siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan tidak lupa pula bahwa setiap mahasiswa atau guru harus menguasai prinsip-prinsip dasar belajar yang mana prinsip ini akan di terapkan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan

61

sesuai dengan ungkapan beberapa responden bahwa sebahagian mahasiswa ini sudah dapat memahami prinsip-prinsip dasar belajar. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pendapat Turney (Uzer Usman, 2010:74) mengemukakan ada 8

(delapan) keterampilan mengajar/membelajarkan yang

sangat

(8)

menyimpulkan bahwa persepsi guru pamong terhadap keterampilan mengajar mahasiswa PPL merupakan suatu proses untuk memahami karakteristik siswa dan menerapkan metode-metode mengajar yang tepat kepada sisawa-siswanya, hal tersebut sudah dianggap baik karena mahasiswa mampu menyampai materi melalui metode-metode mengajar yang bervariasi dan dapat memahami karakteristik siswa itu sendiri Dari beberapa pertanyaan yang peneliti tanyakan ada beberapa pertanyaan yang memberikan ungkapan jawaban dari responden rata-rata hampir sama atau memiliki tujuan yang sama. Berikut hasil yang diperoleh tentang

keterampilan

konseling

mencakup seluruh indikator yang ada yaitu membangun hubungan, memposisikan tempat duduk/gerakan tubuh, mengamati/mendengarkan dan merespon. Dari setiap indicator tersebut responden mengatakan rata-rata mahasiswa sudah mampu melaksanakan dari setiap bagian dengan terurut walaupun ada sebagian yang belum dapat melakukannya dengan baik. Keterampilan

konseling tersebut sesuai menurut Ivey (Willis 2007) ia mengatakan bahwa keterampilan konseling dapat juga dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor profesional, sehingga

penguasan akan keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Dengan

harapan bahwa konseli dapat memecahkan masalahnya sendiri demi

perkembangan optimal diri konseli sendiri. Di

dalam melakukan proses konseling seorang konselor

(9)

harus

memiliki

keterampilan-keterampilan konseling yang baik biasanya dalam proses konseling memiliki tiga tahap yaitu tahap awal, tahap pengembangan dan tahap akhir serta dari setiap tahap tadi memiliki

keterampilan masing-masing yang harus dilakukan secara sistematis. Hal tersebut di ungkapkan oleh (Pieter B. Mboeik, 1988) Di dalam proses konseling dikenal adanya tiga tahap, dan ini harus diketahui oleh konselor sekolah. Tiga tahap tersebut adalah tahap awal, tahap pengembangan, dan tahap terminal konseling, Setiap tahap ada keterampilan- keterampilan

tertentu

yang

menyatu

di dalam

membangun suatu proses konseling yang utuh. Apabila proses ini gagal untuk dibangun maka suatu keterampilan yang dilakukan dapat mengganggu konseling secara keseluruhan. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa persepsi guru pamong terhadap keterampilan konseling

mahasiswa PPL secara menyeluruh ialah dari setiap mahasiswa PPL memiliki cirri dan karakteristik masing-masing dalam memecahkan masalah konseli serta 62

cara mereka dalam melakukan proses konseling yang rata-rata dapat membuat siswa lebih nyaman bercerita kepada mahasiswa PPL di bandingkan dengan guru BK langsung, hal ini lah yang membuat guru bangga pada mahasiswa bimbingan selama PPL. Maka dengan demikian keterampilan

mengajar dan keterampilan konseling yang mahaasiswa PPL laksanakan di sekolah dapat dikatakan mampu mereka laksanakan dengan baik kedua hal tersebut dapat mereka selaraskan dengan pembagian waktu yang baik dan sesuai arahan guru pembimbing begitu pula dengan segala hal yang berkaitan yang diberikan tanggung jawab kepada mahasiswa PPL baik itu tugas non teaching maupun teaching serta pemberian layanan konseling. Dan dengan pemberian nilai akhir oleh guru pamong disekolah adapun nilai akhir laporan PPL yang diberikan oleh Dosen pembimbing yang berupa huruf dari keseluruhan penilaian yang mana masing- masing mahasiswa mendapatkan nilai A, dengan perolehan nilai A maka dapat di kategorikan kedalam kategori sangan baik.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti laksanakan tentang Persepsi Guru Pamong Terhadap Keterampilan Mengajar Dan Keterampilan Konseling Mahasiswa BK dalam Melaksanakan PPL, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari beberapa responden maka ditemui bahwa guru pamong memiliki persepsi positif terhadap mahasiswa PPL bimbingannya. Hal ini terlihat dengan kerja keras mahasiswa saat PPL untuk benar-benar menjalankan tugas sebagai calon guru nantinya baik itu dari segi mengajar maupun kegiatan diluar mengajar termasuk aspek-aspek keterampilan dalam mengajar dan konseling yang harus di pelajari dan di pahami oleh mahasiswa

2. Setiap mahasiswa PPL memiliki karakter, ciri dan cara mengajar yang berbeda namun tetap sesuai arahan guru pamong dan sesuai alokasi waktu yang diberikan. Begitupula dalam memberikan layanan bimbingan konseling kepada siswa yang mana di dalamnya mencakup berbagai macam aspek-aspek keterampilan dalam konseling yang harus di pahami dan dipraktikkan oleh mahasiswa dalam memberikan bimbingan konseling langsung kepada siswa. Selaku guru pamong merasa

(10)

bangga pada mahasiswa PPL bimbingannya, guru merasa mahasiswa mampu melakukan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik.Hal ini di buktikan dengan perolehan nilai akhir mahasiswa masing-masing dengan nilai A dan dapat di kategorikan kedalam kategori sangan baik. SARAN

1. Bagi Guru Pamong atau Guru Bimbingan dan Konseling, di harapkan dapat memberikan bimbingan yang lebih maksimal lagi kepada

mahasiswa

mahasiswa PPL nantinya bisa lebih kreatif baik dalam

PPL bimbingannya mengajar

maupun

agar dalam 63

konseling serta lebih bertanggung jawab atas apa yang dibebankan kepada mereka.

2. Bagi pihak sekolah, diharapakan perlunya bekerjasama dengan semua pihak baik guru maupun mahasiswa PPL dalam membantu siswa dengan memfasilitasi media mengajar serta ruang konseling dan lain sebagainya yang dianggap perlu.

3. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam meneliti persepsi guru pamong mengenai keterampilan mengajar dan keterampilan konseling mahasiswa PPL di sekolah, Sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat berguna bagi semua pihak dalam lingkup pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA Prayitno 2005. Layanan bimbangan kelompok, konseling kelompok./ padang : FIP Universitas Negeri Padang Usman, M.Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kemendikbud 2013. Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG. Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Jakarta. Akur Sudianto, Kons. 2012. Kurikulum Bimbingan dan Konseling Berbasis Karakter, Penilaian Kinerja Guru BK dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru BK/Konselor. Majalah Bimbingan dan

Konseling. Edisi I Th. I. Paramita Publishing. Bandung. Moleong, LexyJ. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung Mochammad Nursalim, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Unnesa University Press. Surabaya. Sunarto, dan Ny. B. Agung H. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Depdiknas & Rineka Cipta. Jakarta Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Grasindo Persada, Jakarta.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai Dasar Hukum dalam penyusunan pembuatan Rencana Strategis Satuan Kerja Unit Perangkat Daerah (SKPD) adalah Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

4.43 Kepuasan Responden Mengenai Location and Accessibility (Keterjangkauan

saung lesehan dengan aneka makanan pedesaan khas sunda, namun yang akan penulis bahas yaitu khusus restoran khas sunda di d’Riam. Pengelolaan yang baik

Persentase implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Kupang adalah sebesar 62,38 %. Dari persentase ini

Q: Menurut teori CREW dikatakan penyiangan yang baik seharusnya dilakukan tanpa melihat jangka waktu tetapi berdasarkan masa kegunaan buku mengapa perpustakaan USU tidak

Keduanya dapat digunakan sebagai pewarna alami makanan, namun untuk mengetahui daun pandan wangi atau pandan suji yang lebih efektif digunakan sebagai pewarna alami

Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.Komunikasi interpersonal

1. Salah satu sifat yang membedakan barang publik dengan barang lain adalah apakah orang dapat dikecualikan dari manfaat barang tersebut atau tidak. Bagi kebanyakan