• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KANDUNGAN PASIR PADA MEDIA SEMAI TERHADAP PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc) PADA PERSEMAIAN TANAMAN CABAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KANDUNGAN PASIR PADA MEDIA SEMAI TERHADAP PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc) PADA PERSEMAIAN TANAMAN CABAI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

45

PENGARUH KANDUNGAN PASIR PADA MEDIA SEMAI TERHADAP

PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc)

PADA PERSEMAIAN TANAMAN CABAI

Sri Mulyati

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat – Jambi 36361

Telp./Fax: 0741-583051

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan perbandingan pasir pada media persemaian yang baik untuk menekan serangan Sclerotium rolfsii patogen rebah kecambah pada tanaman cabai.nPenelitian dilakukan dirumah kawat dan di laboratorium penyakit tanaman Universitas Jambi menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan yaitu A = campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan ½:1:1 ; B = campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 ; C = campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1½:1:1 ; dan D = campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1 yang masing-masing diulang 6 kali. Peubah yang diamati adalah : masa inkubasi dan persentase tanaman sakit rebah kecambah sebelum muncul kepermukaan tanah (Preemergence off), rebah kecambah setelah muncul kepermukaan tanah (post-emergnce damping-off). Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan A, B dan C. Perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang 2:1:1 perlakuan D adalah berpengaruh baik terhadap infeksi patogen rebah kecambah pada tanaman cabai dibanding perbandingan pasir ½:1:1 ; 1:1:1, dan 1½ :1:1.

PENDAHULUAN

Cendawan Sclerotium rolfsii merupakan patogen tular tanah (soil borne) dan dapat menyerang berbagai tanaman, diantaranya tanaman Famili Solanaceae. Walaupun penyakit yang disebabkan oleh S. rolfsii pada tanaman cabai di Indonesia umumnya tidak terlalu menimbulkan kerugian berarti, tetapi dalam beberapa kasus patogen ini dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar pada tanaman kacang-kacangan terutama kacang tanah (Sumartini, 1999).

Menurut Semangun (2000), penyakit umum yang disebabkan oleh S. rolfsii adalah rebah kecambah atau rebah bibit pada tanaman muda dan busuk pangkal batang pada tanaman menjelang dewasa. Soesanto (2008), menjelaskan cendawan tular tanah termasuk S. rolfsii sulit di tanggani karena mampu bertahan selama bertahun-tahun dalam tanah dalam bentuk sklerotium dan mempunyai kisaran inang yang luas.

Tanaman cabai adalah tanaman yang dalam teknik budidayanya tidak ditanam langsung dilahan tetapi harus lebih dahulu disemai, setelah kecambah berumur 7-12 hari bibit disapih yaitu dipindah kedalam kantong plastik kecil dan dipelihara selama 2 minggu setelah itu baru bibit dipindah atau ditanam dilahan (Sunaryono, 2000).

Media untuk persemaian tanaman cabai umumnya terdiri dari campuran tanah, pasir dan

pupuk kandang dengan komposisi tertentu tetapi biasanya dengan perbandingan 1:1:1. Komposisi ini bertujuan agar akar tanaman dapat berkembang dengan baik dan tidak rusak atau lebih mudah dicabut ketika akan dipindah. Adanya kerusakan atau luka pada akar menyebabkan bibit mudah terserang patogen yang berasal dari dalam tanah misalnya cendawan S. rolfsii.

Jamur Sclerotium rolfsii adalah golongan jamur yang bersifat parasit fakultatif yang tumbuh dan bertahan secara saprofit dalam tanah. Menurut Agrios (1997), Serangan jamur ini lebih hebat pada tanah berpasir karena cendawan ini butuh O2

secara aerob dan pada kondisi tanah dengan kandungan nitrogen yang rendah dan suhu yang tinggi. Hal ini berarti berat ringannya serangan S. rolfsii pada persemaian dan pertanaman adalah tergantung dengan kondisi utama kandungan pasir dan bahan organik pada media tanam. Terbukti bahwa media yang cocok untuk kultur cendawan S. rolfsii adalah media CMS (Corn Meal Sand) menurut Davet. P and Rouxel. F (2000) komposisi media CMS adalah pasir 98% dan 2% tepung jagung yang dilembapkan dengan 20% (dari campuran pasir dan tepung jagung) air.

Agar usaha pengendalian penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh S. rolfsii ini pada tanaman cabai berhasil dengan baik, maka cara-cara kultur teknis perlu diperhatikan terutama dalam persiapan media tanam. Perbandingan

(2)

46

komposisi antara pasir, tanah dan pupuk kandang yang tepat perlu diteliti sebab media semai yang merupakan campuran tanah, pasir dan pupuk kandang selain baik untuk persemaian tanaman juga cocok untuk perkembangan S. rolfsii.

Hasil penelitian Sabara (2005) persentase penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh S. rolfsii pada tanaman cabai yang disemai pada media yang terdiri dari campuran pasir. Tanah dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1:1 adalah 82%, sedangkan persentase busuk pangkal batang yang disebabkan S. rolfsii pada tanaman cabai yang ditanam pada media tanam yang terdiri dari campuran pasir, tanah dan pupuk organik 1:2:1 adalah sebesar 76%.

Pengendalian penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh jamur S. rolfsii oleh petani sering dilakukan dengan menggunakan fungisida. Akan tetapi karena semakin banyaknya perhatian terhadap keamanan lingkungan. Penggunaan fungisida untuk pengendalian penyakit mungkin efektif akan tetapi penggunaan yang tidak bijaksana akan menimbulkan banyak masalah yang lebih merugikan baik langsung maupun tidak langsung. Penggunaan zat kimia merupakan langkah terakhir dalam usaha pengendalian penyakit tanaman, oleh karena itu perlu dicari cara-cara yang dianggap aman bagi lingkungan dan bagi tanaman itu sendiri. Salah satu cara pengendalian yang dianggap aman tersebut adalah pengendalian secara terpadu. Pengendalian secara terpadu dilakukan dengan cara memadukan berbagai cara pengendalian compatibel terhadap patogen. Diantaranya adalah dengan memadukan cara pengendalian kultur teknis dengan penggunaan jasad antagonis misalnya : Trichoderma sp.

Hasil penelitian Mulyati, Yunita dan Novita (2002) diketahui bahwa Trichoderma sp dinilai mampu menekan jamur S. rolfsii patogen rebah kecambah pada persemaian cabai pada komposisi media pasir, tanah, pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Hal ini terjadi karena S. rolfsii tumbuh baik pada tanah berpasir sedangkan Trichoderma sp menyukai tanah yang banyak mengandung bahan organik.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang perbandingan kandungan pasir, pupuk kandang dan tanah pada media semai terhadap perkembangan penyakit rebah kecambah atau semai pada tanaman cabai, karena keberhasilan pengendalian patogen tanaman baik bila dilakukan secara terpadu terutama perpaduan antara cara kultur teknis dan pengendalian hayati.

BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di rumah kawat dan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan Juli 2007.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah pasir, pupuk kandang, tepung jagung, isolat jamur S. rolfsii, benih cabai varietas lokal, alkohol, formalin, aquadest, spiritus, media PDA.

Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, ceker, bak, bak kecambah, kantong plastik, timbangan, jarum OSE, cawan petri, becker glass, gelas objek, gelas penutup, haemocytometer, mikroskop, oven, autoclave, dan lampu spiritus serta hand sprayer kecil.

Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuannya adalah sebagai berikut : A = perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang

perbandingan ½ : 1 : 1

B = perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang perbandingan 1 : 1 : 1

C = perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang perbandingan 1½ : 1 : 1

D = perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang perbandingan 2 : 1 : 1

Pelaksanaan Penelitian Di Laboratorium

a. Penyiapan jamur Sclerotium rolfsii

Jamur S. rolfsii diambil dilapangan yaitu pada pertanaman cabai rakyat yang terserang penyakit rebah kecambah, lalu tanaman yang sakit tersebut dibawa ke laboratorium untuk di isolasi ke media PDA dan diidentifikasi kemudian dibuat biakan murni sebagai isolat untuk penelitian jamur S. rolfsii harus dibiakkan secara massal pada substrat campuran 98% pasir dan 2% tepung jagung. Campuran ini ditambah air sebanyak 20% dari berat total substrat. Substrat ini dimasukkan kedalam kantong plastik tahan panas dengan takaran 150gr. Pada mulut kantong plastik dipasang cincin paralon yang diikat dengan tali benang lalu disumbat kapas. Substrat ini disterilkan dulu dalam autoclave selama 60 menit dan didinginkan lalu diinokulasikan dengan biakan jamur S. rolfsii. Susbtrat yang berisi inokulum ini diinkubasikan selama 10 hari pada suhu kamar

(3)

(Sclerotium rolfsii Sacc) Pada Persemaian Tanaman Cabai

47 setelah terlebih dahulu dibuat sebanyak kebutuhan

(24 kantong).

b. Pengujian daya kecambah

Benih cabai yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih lokal. Benih dikecambahkan diatas 2 lapis kertas saring yang telah dilembabkan dan ditaruh dalam cawan petri dengan aquadest steril. Untuk setiap cawan ditempatkan 50 benih, kemudian cawan petri ditutup dan ditaroh dalam incubator, setelah 3 hari atau setelah terjadi perkecambahan, benih yang berkecambah (pengamatan dibatasi selama 15 hari) dihitung persentasenya.

Di rumah Kawat

a. Pembuatan naungan persemaian cabai

Naungan persemaian cabai dibuat dari plastik yang dibentang secara miring. Sehingga air hujan mudah mengalir, hal ini bertujuan untuk melindungi persemaian cabai dari siraman air hujan langsung.

b. Sterilisasi pasir, tanah dan pupuk kandang

Media persemaian yang digunakan adalah campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan volume sesuai dengan perlakuan yang ditetapkan. Kemudian media persemaian ini disterilkan dengan cara memanaskan di dalam dandang selama 1 jam dengan keadaan airnya mendidih, kemudian didinginkan selama 24 jam. Sterilisasi ini dilakukan sebanyak 3 kali berturut-turut secara “Tyndall effect”.

c. Penyiapan bak kecambah

Media persemaian yang telah disterilkan dimasukkan kedalam bak kecambah yang berukuran 40 x 70 x 15 cm sebanyak 10kg. kemudian dilakukan penyiraman untuk memantapkan struktur dan agregat tanah. Setelah kering dipupuk dengan urea sebanyak 5 gr/bak kecambah dan didiamkan selama seminggu.

d. Infestasi patogen

Infestasi jamur S. rolfsii dilakukan sebelum penyemaian benih cabai. Jamur S. rolfsii dilakukan sebelum penyemaian benih cabai. Jamur S. rolfsii yang telah dibiakkan secara massal pada substrat campuran pasir dan tepung jagung dicampur dengan tanah untuk persemaian pada lapisan/kedalaman ± 5 cm di permukaan tanah dan diinkubasikan selama 1 minggu.

e. Penyemaian benih cabai

Penyemaian benih cabai dilakukan pada bak kecambah untuk masing-masing satuan percobaan dilakukan 1 minggu setelah introduksi jamur S. rolfsii persemaian dilakukan sedemikian rupa karena jarak tanam benih dipakai 5 x 5 cm pada bak kecambah berukuran 40 x 70 x 15 cm, sehingga 1 bak semai terdapat 104 benih cabai.

f. Pemeliharaan

Untuk menjaga pertumbuhan bibit cabai dan perkembangan semua jamur pada tanah media semai, dilakukan penyiraman setiap hari dengan menggunakan hand sprayer kecil atau sesuai dengan kondisi tanah persemaian, begitu juga dengan pengendalian gulma, serta hama dilakukan secara mekanis.

Pengamatan

1. Waktu terlihatnya gejala pertama penyakit rebah kecambah / masa inkubasi (hari)

Diamati setiap hari dimulai dari hari pertama setelah benih berkecambah dan muncul ke permukaan tanah sampai timbul gejala pertama penyakit rebah kecambah sampai bibit berumur 1 bulan.

2. Persentase penyakit rebah semai a. Pre-emergence damping-off

Yaitu gejala rebah kecambah sebelum bibit muncul ke permukaan tanah.

Dihitung dengan rumus :

Keterangan:

S = persentase rebah kecambah A = jumlah benih ditanam

B = jumlah kecambah yang muncul ke permukaan tanah

D = daya kecambah

b. Post-emergence damping-off

Yaitu kecambah yang bergejala rebah dihitung sejak kecambah muncul kepermukaan tanah sampai bibit berumur 1 bulan dengan rumus

R = n/M x 100% Keterangan:

R = persentase bibit sakit n = jumlah kecambah rebah M = jumlah benih yang disemai

(4)

48

Penilaian tentang tingkat serangan patogen adalah sebagai berikut:

Persentase bibit Terserang damping off Penilaian serangan patogen ≥ 50 40-50 25-40 10-25 ≤10 Sangat berat Berat Agak berat Ringan Sangat ringan Analisis data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara statistika dengan uji-F dan uji lanjutan Duncan’s New Multiple Range (DNMRT) dengan taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Waktu terlihatnya gejala pertama penyakit rebah kecambah / masa inkubasi (hari). Waktu terlihatnya gejala pertama (masa inkubasi) dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 1. waktu terlihatnya gejala pertama (masa inkubasi) (hari)

perlakuan Ulangan Rata-rata

1 2 3 4 5 6 A B C D 7 8 8 8 8 8 7 8 8 8 8 8 8 7 8 8 8 7 7 7 7 8 7 7 7,67a 7,67a 7,50a 7,67a a. Pre-emergence damping-off

Hasil pengamatan terhadap semai yang terserang S. rolfsii yang meyebabkan penyakit pre-emergence damping-off dapat dilihatpada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 2. persentase penyakit pre-emergence damping-off

Perlakuan Rata-rata

A (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan ½ : 1 : 1) B (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1) C (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1½ : 1 : 1) D (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1)

20,14a 18,43ab 16,63bc 15,45c

b. Post-emergence damping-off

Hasil pengamatan terhadap semai yang terserang S. rolfsii yang menyebabkan penyakit Post-emergence damping-off dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 3. persentase penyakit Post-emergence damping-off

Perlakuan Rata-rata

A (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan ½ : 1 : 1) B (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1) C (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1½ : 1 : 1) D (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1)

11,70a 7,37b 4,81c 2,72d Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf 5%

Table 4. persentase penyakit damping-off pada persemaian cabai

Perlakuan Rata-rata

D (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1) C (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1½ : 1 : 1) B (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1) A (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan ½ : 1 : 1)

27,16a 23,97b 23,41b 22,81b

(5)

(Sclerotium rolfsii Sacc) Pada Persemaian Tanaman Cabai

49

Pembahasan

Persentase penyakit rebah bibit pada perlakuan D (perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang 2:1:1) berbeda nyata dengan perlakuan A (perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang ½:1:1) dan dengan perlakuan B (perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang 1:1:1). Hal ini terjadi karena pada perlakuan D perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang lebih tinggi yaitu 2:1:1 berarti kandungan pasirnya lebih banyak dibanding tanah dan pupuk kandang. Pada kondisi ini S. rolfsii dapat tumbuh dengan baik sehingga lebih mampu menginfeksi kecambah tanaman cabai. Sesuai dengan pendapat Agrios (1997) dan Semangun (2000), bahwa S. rolfsii sangat cocok tumbuh pada tanah yang berpasir karena cendawan ini membutuhkan O2 secara aerob. Seperti

diketahui pada tanah berpasir struktur tanahnya remah atau berpori sehingga S. rolfsii dapat dengan leluasa memperoleh O2 selain itu hasil penelitian

Sumartini (1999) disekitar permukaan tanah yang berpasir perkembangan S. rolfsii menjadi lebih baik karena propagul cendawan ini berkembang bebas, tidak mendapat hambatan dari bongkahan tanah.

S. rolfsii sebagai cendawan yang bersifat saprofit fakultatif, cendawan ini dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada pasir tanpa tanaman inang asalkan pada pasir tersebut terdapat bahan organik. Terbukti bahwa untuk perbanyakan massal S. rolfsii dianjurkan menggunakan media CMS merupakan campuran pasir 98%, tepung jagung 2% dan 20% air (dari campuran pasir + tepung jagung). Hanya saja perlu dipertimbangkan apakah pada komposisi media yang kandungan pasirnya lebih banyak dapat merupakan media yang cocok untuk perkecambahan tanaman cabai.

Pada awalnya penyakit rebah sebelum kecambah muncul dipermukaan tanah persentasenya cukup tinggi (Tabel 1). Menurut Agrios (1997), cendawan ini menyerang jaringan tanaman secara langsung dengan mengeluarkan asam oksalat dan enzim-enzim (pektinase, sellulotik dan lain-lain) sebelum melakukan penetrasi tanaman inang. Cendawan yang berada didalam tanah kemudian menyerang dengan cara sklerotia terlebih dahulu berkecambah yang dengan cepat membentuk miselium selama temperature dan kelembapan yang tinggi. Tingginya kadar asam oksalat yang dihasilkan mengakibatkan pH jaringan tanaman menurun dari 5,8 sampai 4 sehingga mengoptimalkan aktifitas enzim yang dihasilkan oleh S. rolfsii. Akan tetapi dengan seiring pertumbuhan tanaman dimana batang tanaman semakin mengeras maka infeksi S.

rolfsii pada tanaman cabai menurun (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan pendapat Djafaruddin (2000), bahwa tanaman memiliki mekanisme ketahanan diantaranya secara fungsional. Ketahanan fungsional berfungsi dapat menahan serangan S. rolfsii apabila tanaman yang pada masa kecambahnya singkat dan cepat membentuk jaringan kayu.

Tanaman cabai merupakan tanaman yang batangnya cepat mengeras atau cepat membentuk jaringan kayu karena itulah serangan S. rolfsii pada tanaman cabai lebih sedikit dibanding dengan serangan S. rolfsii pada tanaman kacang-kacangan. Diduga yang menjadi salah satu penyebab kesanggupan S. rolfsii menyerang tanaman yang lebih tua yaitu berhubungan dengan kemampuannya merombak kalsium pektat pada lamella tengah sel jaringan batang tanaman sehingga cepat hancur akibatnya dinding sel akan terhidrolisis dengan cepat (Agrios 1997 dan Semangun 2000).

Berdasarkan kriteria tingkat serangan patogen rebah kecambah maka perlakuan D (perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang 2:1:1) tergolong agak berat yaitu pada range 25-40% sedangkan perlakuan A, B dan C tergolong ringan karena berada pada range 10-25%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang 2:1:1 adalah berpengaruh baik terhadap infeksi patogen rebah kecambah dibanding perbandingan pasir ½:1:1 ; 1:1:1, dan 1½ :1:1

Saran

Agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang yang tepat sehingga selain dapat menekan serangan patogen rebah kecambah juga dapat mendorong pertumbuhan kecambah tanaman cabai.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. 1997. Plant Pathology. 2nd Edition.

Academic Press, New York.

Davet P dan Rouxel. 2000. Detection and Isolation of Soil Fungi. Science Publishers. Inc USA.

Djafaruddin. 2000. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

(6)

50

Mulyati, S., W. Yunita dan T. Novita. 2002. Efektifitas Penekanan Jamur Antagonis Trichoderma sp

terhadap Penyakit Rebah Kecambah yang

disebabkan oleh Jamur Sclerotium rolfsii pada Tanaman Cabai. Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Sinaga, M. S. 1986. Biological Control of Some Soil borne Fungal Pathogens of Soy bean (Glycine max L. Merr) with Gliocladium spp. University of Philippines los Banos, Phillipines.

Sumartini. 1999. Daya tahan Sclerotium rolfsii Sacc dan Rhizoctonia solani pada lingkungan yang berbeda. Jurnal Penelitian. Agrios Vol IV No 3 : 262 – 269. Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Penyakit

Tanaman. rajawali Pers. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Semangoen, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University press, Yogyakarta.

Sunaryono, H. 2000. Budidaya Cabai Merah. Sinar Baru Algesindo. Bogor.

Gambar

Tabel 2. persentase penyakit pre-emergence damping-off

Referensi

Dokumen terkait

Maka berdasarkan informasi diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Cabang

(1983), secam garis besamya penilaian manfaat dari perubahan kualitas lingkungan dapat dibagi atas tiga Megori, yam (1) teknik yang langsung didasarkan pada nilai

Melalui pengamatan presentasi powerpoint serta diskusi dan kerja kelompok, peserta didik dapat mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan

Dari tabel diatas terdapat beberapa item penilaian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bagaimana kondisi kerja kantor, sarana dan prasana yang dimiliki,

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajarandengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kelas V SDN

Diungkapkan Dwi Suci (1994), terdapat perkembangan tipomorfologi bangunan kantor yang terdapat di Belanda, sebagai serapan pengaruh dari negara-negara di sekitarnya,

ABSTRAK : Kajian deskriptif ini adalah bertujuan untuk mengenalpasti faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kursus Rekaan dan Jahitan Pakaian berdasarkan empat