• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman yang semakin berkembang pesat ini, kegiatan perdagangan merupakan kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan karena adanya saling ketergantungan antara produsen dan konsumen. Kegiatan dimulai dari produksi yang berdasarkan permintaan pasar. Dari hal tersebut maka dihasilkanlah produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah sebelumnya melalui pendistribusian. Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan.1

1 Happy Susanto, Hak-hak Konsumen Jika dirugikan, (Jakarta : Transmedia Pustaka, 2008) hal. 1.

Banyak sekali produk yang dapat dihasilkan oleh produsen untuk memenuhi keinginan masyarakat, misalnya produk elektronik. Produk elektronik merupakan produk yang sangat banyak dicari dan digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam penggunaannya, produk elektronik dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mendapatkan kepastian atas kenikmatan yang dirasakan oleh konsumen yang diperoleh dari produsen tanpa mengakibatkan kerugian.

(2)

Proses globalisasi ekonomi yang sekarang berlangsung serta didukung dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatkan kesadaran konsumen akan kualitas dan keamanan produk yang dikonsumsinya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menyebabkan produk-produk elektronik yang diperdagangkan semakin bertambah dan semakin beranekaragam. Keadaan ini membuat konsumen semakin selektif dalam memilih suatu produk yang berhubungan dengan standar-standar nasional yang sudah dilegalkan oleh pemerintah sehingga produk tersebut layak untuk dikonsumsi. Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk elektronik yang diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eksploitasi dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang yang dikonsumsinya.2

Menurut Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK), faktor utama yang menjadi penyebab eksploitasi terhadap konsumen sering terjadi adalah masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen akan haknya. Oleh karrena itu, keberadaan UUPK adalah sebagai landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen.3

Produk elektronik yang berkualitas baik juga menunjukkan bahwa adanya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah dirasakan oleh masyarakat sebagai konsumen. Namun, apabila kualitas dari produk elektronik

2 Ibid, hal. 2. 3 Ibid, hal. 3.

(3)

tersebut tidak memenuhi standar yang telah ditentukan oleh pemerintah maka akan berdampak negatif kepada masyarakat, yakni tidak mendapatkan kesejahteraan dan kepastian atas barang/produk elektronik yang diperoleh dari perdagangan serta mengakibatkan kerugian. Konsumen di Indonesia layak mendapatkan perlindungan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan konsumen. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.4

Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara materil maupun formal semakin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung atau tidak langsung, maka konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan dampaknya. Dengan demikian upaya-upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak, untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia, mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen, lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang.5

Permasalahan yang timbul dalam hal perlindungan konsumen menyongsong era perdagangan bebas ialah sangat penting untuk lebih

4

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab I, Pasal 1 angka 1.

5 Husni Syawali, Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hal. 33.

(4)

memperhatikan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menetapkan standar atas produk yang akan dihasilkan oleh produsen baik berupa barang maupun jasa. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara Nasional.6

Dengan demikian untuk menjamin keberterimaan dan pemanfaatan SNI secara luas, penerapan norma keterbukaan bagi semua pemangku kepentingan, transparan dan tidak memihak, serta selaras dengan perkembangan standar internasional, merupakan faktor yang sangat penting. Namun untuk keperluan melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, pemerintah dapat saja memberlakukan SNI tertentu secara wajib.

Standar inilah yang akan menjadi acuan untuk menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan telah layak untuk dikonsumsi oleh produsen di Indonesia bahkan di seluruh dunia.

7

Kementrian Perindustrian (Kemenperin) akan melindungi pasar dalam negeri dari serbuan produk impor dengan mengeluarkan ketentuan SNI wajib bagi barang elektronik yang telah memiliki kompetensi tinggi di Indonesia.8

6 Republik Indonesia, Peraturan Pemertintah Republik Indonesia No. 102 Tahun 2000, tentang SNI, Bab I, Pasal 1angka 3.

Sedangkan Ketua Gabungan Elektronik (Gabel) Ali Soebroto Oentaryo mengatakan, pada dasarnya pemanfaatan hasil SNI mempunyai beberapa keuntungan. “SNI pada produk elektronik akan mengurangi ketergantungan

7 http://www.bsn.go.id/main/sni/isi_sni/24, (diakses pada tanggal 20 Mei 2016). 8 www.kemenperin.go.id/artikel/3545/Kemenperin-Segera-Terapkan-SNI-Produk-Elektronik, (diakses pada tanggal 22 Mei 2016).

(5)

kepada barang-barang impor. SNI akan meningkatkan daya saing dan kualitas produk nasional sehingga bisa diminati masyarakat.”9

B. Perumusan masalah

Setelah membicarakan latar belakang masalah tersebut, perlu diketahui bahwa dengan adanya UUPK beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha. Pada kenyataannya, belakangan ini masih banyak pelaku usaha/produsen elektronik yang seolah-olah lepas tangan dan tidak mau bertanggung jawab atas produk yang dipasarkan untuk diperdagangkan tetapi tidak memenuhi dan tidak memiliki sertifikasi SNI. Oleh karena itu, berkaitan dengan hal diatas penulis tertarik untuk memilih topik tentang “Perlindungan Konsumen Atas Pembelian Produk Elektronik Berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999.”

1. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen atas pembelian produk elektronik berlabel SNI dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999?

2. Bagaimana tanggung jawab produsen terhadap konsumen atas pembelian produk elektronik berlabel SNI?

3. Bagaimana upaya pemerintah dalam melindungi konsumen dalam menangani masalah sengketa terhadap pembelian barang elektronik berlabel SNI?

(6)

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk serta instrumen perlindungan konsumen atas pembelian produk elektronik berlabel SNI dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

2. Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab produsen terhadap konsumen atas pembelian produk elektronik berlabel SNI.

3. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam melindungi konsumen dalam menangani masalah sengketa terhadap pembelian barang elektronik berlabel SNI.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan dan akademisi di bidang hukum. Secara khusus untuk menambah literatur dalam bidang hukum ekonomi, yaitu hukum perlindungan konsumen.

2. Manfaat Praktis a. Bagi konsumen

Dapat mengetahui kualitas produk yang ditawarkan sehingga dapat melakukan evaluasi baik terhadap kualitas maupun harga, serta dapat memperoleh pengetahuan untuk memperoleh hak perlindungan terhadap konsumen.

(7)

b. Bagi pemerintah

Dapat menjamin hak konsumen serta melindungi produk dalam negeri dari produk-produk luar yang murah tapi tidak terjamin kualitas maupun keamanannya, dan meningkatkan keunggulan kompetitif produk dalam negeri di pasar internasional.

c. Bagi produsen/pelaku usaha

Dapat mengetahui hak-hak dan kewajibannya pada saat melakukan penjualan dan pemasaran produk kepada konsumen serta tidak menimbulkan kerugian bagi para konsumen.

E. Keaslian penulisan

Berdasarkan hasil pemeriksaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penulisan skripsi dengan judul “Perlindungan Konsumen Atas Pembelian Produk Elektronik Berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999” merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Hasil pemeriksaan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara juga ditemukan karya tulis yang memiliki kemiripan dengan skripsi ini, yaitu skripsi yang berjudul “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) Terhadap Industri Elektronik Rumah Tangga Di Sumatera Utara (Studi Pada PT. Neo National)” yang ditulis oleh mahasiswi Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yang bernama Roli Harni

(8)

Yance S. Garingging yang membahas cara mendapatkan kepastian hukum bagi pelaku usaha yang mengimplementasikan SNI.

Penelitian yang dilakukan pada skripsi yang berjudul “Perlindungan Konsumen Atas Pembelian Produk Elektronik Berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999” secara khusus membahas tentang bagaimana memperoleh perlindungan hukum bagi konsumen dengan tanggung jawab yang dipenuhi oleh pelaku usaha produk elektronik berlabel SNI.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian tersebut yang juga membahas tentang produk elektronik berlabel SNI, karena terdapat perbedaan mengenai substansi pembahasan. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan hasil pemikiran sendiri tanpa ada meniru hasil karya orang lain secara mutlak yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Perlindungan Konsumen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “perlindungan” memiliki arti tempat berlindung; Hal (perbuatan sebagainya) yang bertujuan untuk memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung).10

10 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), hal. 595.

(9)

“konsumen” memiliki arti: Pemakai barang-barang hasil produksi (bahan makanan, pakaian dan sebagainya); penerima pesanan iklan; pemakai jasa.11

Istilah konsumen sendiri sebenarnya berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari consumer atau consument itu tergantung dari posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata consumer itu adalah “(lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang”.12 Konsumen umumnya juga diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan oleh mereka kepada pengusaha, yaitu setiap orang yang mendapatkan barang untuk dipakai dan untuk tidak diperdagangkan lagi atau diperjualbelikan lagi.13

Menurut Munir Fuadi, konsumen adalah “Pengguna akhir (end user) dari suatu produk, yaitu setiap pemakaian barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”14

11 Ibid, hal. 522.

12 A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit Media,2002), hal. 3.

13

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2000), hal. 17.

14 Munir Fuadi, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Globalisasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 228.

Dalam literatur ekonomi dikenal dua macam konsumen, yaitu konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya, sedangkan konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk. Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan

(10)

kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.15

Pengertian perlindungan konsumen berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.16

2. Standar Nasional Indonesia (SNI)

Upaya yang dilakukan meliputi upaya secara preventif, yakni upaya yang dilakukan dengan memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai suatu produk serta mendapatkan garansi atau jaminan terhadap barang yang akan dikonsumsi oleh konsumen. Selain itu, upaya represif juga dilakukan untuk memberikan kepastian hukum terhadap konsumen apabila terjadi masalah sengketa konsumen dari tindakan produsen yang tidak beritikad baik melalui penyelesaian sengketa konsumen di pengadilan.

Standardisasi adalah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara dan mengawasi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan.17

15 Ibid, hal. 9. 16

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab I, Pasal 1 angka 1.

17 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Bab I, Pasal 1 angka 1.

Di dalam Undang-Undang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian pengertian Standar Nasional Indonesia (SNI) terdapat pada Pasal 1 angka 7 adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Indonesia (SNI)

(11)

adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai panitia teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).18

1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja

dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pemberlakuan SNI terhadap semua bentuk kegiatan dan produk dimaksudkan untuk melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Ketentuan mengenai standardisasi nasional telah diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 berisi tentang Standardisasi Nasional yang ditetapkan oleh Presiden RI pada tanggal 10 November 2000. Ketentuan ini adalah sebagai pengganti PP No. 15/1991 tentang Standardisasi Nasional Indonesia dan Keppres No. 12/1991 tentang Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia.

Pada prinsipnya tujuan dari standardisasi nasional adalah :

2. Membantu kelancaran perdagangan.

3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.19

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, Sasaran utama dalam pelaksanaan standardisasi, adalah meningkatnya ketersediaan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mampu memenuhi kebutuhan industri dan pekerjaan instalasi guna

18 http://www.bsn.go.id/main/sni/isi_sni/5, (diakses pada tanggal 22 Mei 2016). 19 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 102 Tahun 2000 berisi tentang Standardisasi Nasional, Bab III, Pasal 3.

(12)

mendorong daya saing produk dan jasa dalam negeri, secara umum SNI mempunyai manfaat, sebagai berikut:

1. Dari sisi produsen

Terdapat kejelasan target kualitas produk yang harus dihasilkan sehingga terjadi persaingan yang lebih adil.

2. Dari sisi konsumen

Dapat mengetahui kualitas produk yang ditawarkan sehingga dapat melakukan evaluasi baik terhadap kualitas maupun harga.

3. Dari sisi Pemerintah

Dapat melindungi produk dalam negeri dari produk-produk luar yang murah tapi tidak terjamin kualitas maupun keamanannya, dan meningkatkan keunggulan kompetitif produk dalam negeri di pasaran internasional.

Salah satu poin yang menarik dalam penerapan SNI, seperti yang terdapat pada Pasal 18 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional adalah pelaku usaha yang sudah memperoleh sertifikat produk atau tanda SNI dilarang memproduksi dan mengedarkan barang/jasa yang tidak memenuhi SNI. Namun pada kenyataannya masih banyak para pelaku usaha yang ditemui di pasaran tetap mengedarkan barang elektronik yang tidak memenuhi SNI. Dengan demikian, posisi para konsumen rentan untuk dieksploitasi oleh para produsen yang tidak taat pada peraturan tersebut. Dengan seperangkat aturan hukum dan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maka ketimpangan tersebut dapat diatasi. Aturan hukum dan peraturan

(13)

perundang-undangan tersebut dapat memberikan perlindungan hukum kepada konsumen.

G. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam mencari data guna mendukung penulisan skripsi ini adalah :

1. Jenis Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini Penulis menggunakan Metode Penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian Hukum Normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder yang tata kerjanya memberikan data seteliti mungkin tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan perlindungan konsumen, hak-hak dan kewajiban konsumen, tanggung jawab produsen/pelaku usaha, sengketa antara produsen dan konsumen, dan gejala-gejala lainnya saat pembelian produk elektronik berlabel SNI. Karena penelitian ini menggunakan metode hukum normatif, maka data yang diperoleh berasal dari pustaka sehingga merupakan penelitian kepustakaan.

2. Data Penelitian

Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat atau disebut sebagai data primer dan data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang disebut dengan data

(14)

sekunder.20 Penelitian ini menggunakan data sekunder. Menurut Ronny Hanitijo, data sekunder adalah “Data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan.”21

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari :

Data sekunder meliputi :

1) Undang-Undang Dasar 1945 2) Peraturan Perundang-undangan :

a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

b) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian; dan

c) Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2002 tentang Standardisasi Nasional Indonesia.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hokum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang (RUU), hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hokum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum) dan ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Bahan diperoleh dengan cara melakukan penelitian kepustakaan, yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku, perundang-undangan, makalah,

20 Ibid, hal 12.

21 Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1998), hal. 76.

(15)

artikel, maupun laporan penelitian ataupun literatur lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian. Kemudian bahan-bahan tersebut dikelompok-kelompokkan menjadi bahan hukum primer, sekunder, maupun tersier lalu disusun secara sistematis, dianalisa dan kemudian dikembangkan menjadi skripsi.

4. Analisis Data

Bahan Hukum primer, dan bahan hukum sekunder, termasuk pula bahan tersier yang telah disusun secara sistematis sebelumnya kemudian akan dianalisis secara normatif kualitatif. Dengan demikian akan merupakan analisis data tanpa menggunakan rumus dan data matematis.

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Deduktif adalah cara pengambilan kesimpulan dari umum ke khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif dilakukan untuk menyimpulkan pengetahuan-pengetahuan konkret mengenai kaidah yang benar dan tepat untuk diterapkan dalam menyelesaikan suatu masalah.22

H. Sistematika Penulisan

Dalam menulis karya ilmiah diperlukan penulisan yang sistematis. Secara sistematis penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan di setiap bab mempunyai subbab-subbab yang dimaksudkan untuk memudahkan penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

22 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 74.

(16)

BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi pengantar yang diuraikan mengenai latar belakang penulisan skripsi, permasalahan yang diangkat, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan diakhiri oleh sistematika penulisan.

BAB II Perlindungan hukum bagi konsumen atas pembelian produk elektronik berlabel SNI, dasar hukum SNI dan hubungannya dengan perlindungan konsumen, pelabelan standardisasi produk elektronik, kebijakan dan praktek pelaksanaan SNI, dan hak-hak yang diperoleh oleh konsumen sebagai bentuk perlindungan hukum.

BAB III Tinjauan umum tentang tanggung jawab produsen terhadap konsumen, pada bab ini menguraikan tentang hak dan kewajiban produsen (pelaku usaha), bentuk-bentuk tanggung jawab produsen, dan bagaimana tanggung jawab produsen terhadap konsumen atas pembelian produk elektronik berlabel SNI.

BAB IV Upaya pemerintah dalam menerapkan regulasi mengenai tanggung jawab produsen terhadap konsumen di Indonesia, pada bab ini diuraikan tentang peran pemerintah dalam perlindungan konssumen, kendala-kendala dalam menerapkan perlindungan konsumen, serta cara menerapkan regulasi mengenai tanggung jawab produsen elektronik terhadap konsumen di Indonesia.

BAB V Penutup, pada bab ini merupakan bab terakhir dalam skripsi ini dimana penulis mengambil kesimpulan terhadap pembahasan pada Bab I sampai Bab IV dan memberi saran yang didapat.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengajaran materi nominalisasi dan penerapannya dalam tulisan ilmiah terbukti mampu membuat tulisan tersebut memiliki tingkat

Penjilidan terbitan ialah suatu penjilidan yang menyelesaikan pekerjaan untuk diterbitkan, sedangkan dalam penjilidan khusus (partikelir) dikhususkan untuk kertas yang

Manajemen pemasaran berperan penting dalam proses meningkatkan keunggulan suatu produk serta dapat menjaga kestabilan pangsa pasar terdapat bermacam-macam strategi pemasaran

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Iklan Layanan Kesehatan

dengan merubah µ(step size) Setelah dilakukan pergantian nilai beta, maka dapat diketahui bahwa nilai beta yang paling cocok digunakan adalah 6E-11, karena bila

Dalam penelitianya dapat disimpulkan bahwa subyek khitbah menurut Jama’ah Tabligh adalah laki-laki yang baligh, hal-hal yang dapat dilihat ketika khitbah adalah

Setelah menyimak video pembelajaran peserta didik dapat secara aktif dan tekun menentukan nilai variabel pada sistem persamaan linier dua variabel dalam masalah

Penjelasan diatas berdasarkan teori dan contoh kasus maka jika dilhat dalam situasi konkret pada kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain