• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 2015

TENTANG

RENCANA STRATEGIS

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

TAHUN 2015 – 2019

RENCANA STRATEGIS

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015 – 2019 KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... i BAB I : PENDAHULUAN ... 1 1.1. Kondisi Umum ... 1

1.2. Potensi dan Permasalahan ... 35

BAB II : VISI, MISI, NILAI DAN TUJUAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA ... 45

2.1. Faktor Strategis Kementerian Hukum dan HAM ... 45

2.2. Strategi Kementerian Hukum dan HAM ... 46

2.3. Visi Kementerian Hukum dan HAM ... 48

2.4. Misi Kementerian Hukum dan HAM ... 48

2.5. Nilai dan Tujuan Kementerian Hukum dan HAM ... 48

2.6 Sasaran Strategis Kementerian Hukum dan HAM ... 50

BAB III : ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ... 51

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ... 51

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Hukum dan HAM ... 54

3.3. Kerangka Regulasi ... 56

3.4. Kerangka Kelembagaan ... 60

BAB IV : TARGET KINERJADAN KERANGKA PENDANAAN ... 63

4.1. Target Kinerja ... 63 4.2. Kerangka Pendanaan ... 66 BAB V : PENUTUP ... 68 LAMPIRAN Lampiran 1 Matriks Kinerja dan Pendanaan Kementerian Hukum dan HAM ... 69

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum

Renstra Kementerian Hukum dan HAM tahun 2015-2019 ini adalah penjabaran RPJMN ke-3 yang ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.Dalam mendukung prioritas Presiden program dan kegiatan Kementerian/Lembaga ditujukan untuk menciptakan supremasi hukum; memberdayakan masyarakat untuk sadar hukum dan hak asasi manusia; memperkuat manajemen dan kelembagaan secara nasional; dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Program dan kegiatan tersebut dijadikan kerangka dasar dan arah pelaksanaan kebijakan dan kegiatan prioritas pembangunan di Kementerian Hukum dan HAM.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah salah satu Kementerian yang mempunyai peran sangat strategis antara lain sebagai:

1. Satu-satunya Kementerian yang memegang

fungsi utama penyusunan dokumen perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan di lingkungan Pemerintah dan melaksanakan penyelarasan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang;

2. Penanggung jawab dalam perumusan dan

pelaksana kebijakan serta standarisasi teknis di bidang Peraturan Perundang-undangan;

3. Penanggung jawab dalam perumusan dan

pelaksana kebijakan dan standarisasi teknis dibidang pemasyarakatan;

4. Penjaga pintu gerbang terdepan negara melalui

fungsi keimigrasian terkait penegakan hukum terhadap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara;

5. Penanggung jawab dalam perumusan dan

pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang administrasi hukum umum;

6. Penanggungjawab dalam perumusan dan

pelaksana kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kekayaan intelektual;

7. Penanggungjawab dalam merumuskan

pemajuan HAM agar aparatur pemerintah dapat menerapkan norma dan standar HAM dengan melibatkan peran dan partisipasi masyarakat;

8. Penanggungjawab pelaksanaan bantuan

hukum kepada orang atau kelompok masyarakat miskin.

Sebelum menguraikan perencanaan strategis tahun 2015-2019, terlebih dahulu diuraikan capaian Kementerian Hukum dan HAM dalam kurun waktu 2010-2014. Capaian ini sekaligus menjadi prespektif bagi penyusunan renstra tahun 2015-2019, banyak hal

(3)

yang telah dilakukan oleh kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam usaha mengartikulasikan dan menterjemahkan seluruh amanat ke dalam sasaran program dan kegiatan pada masing-masing bidang yang dapat dilihat dalam uraian berikut;

a. Sekretariat Jenderal

Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sesuai dengan tugas dimaksud, capaian kinerja Sekretariat Jenderal antara lain :

1) Diterimanya 470 CPNS dari 1000 formasi (sedang mengajukan afirmasi khusus Papua dan Papua Barat.

2) Pembayaran tunjangan Kinerja Pegawai di Kementerian Hukum dan HAM di Seluruh Indonesia.

3) Dokumen ORTA Kantor Wilayah (Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor 28 tahun 2014, tanggal 17 Oktober 2014 tentang ORTA Kanwil)

4) Terbentuknya 9 (Sembilan) Lembaga Pemasyarakatan (Telah terbit Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-06.OT.01.01, Tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pembentukan 9 Lapas Klas III)

5) Terbentuknya 4 (empat) Rumah Tahanan Negara (Telah terbit Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-07.OT.01.02, Tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pembentukan Rutan Klas IIB)

6) Perubahan Nomenklatur Kanim Kotabaru menjadi Kanim Batulicin (Telah terbit Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-05.OT.01.01 tanggal 3 Juli 2014 tentang Perubahan Nomenklatur Kanim Kotabaru menjadi Kanim Batulicin)

7) Pelayanan ketatausahaan Kementerian yang memenuhi standar pelayanan prima dalam ketatausahaan antara lain terlaksananya sistem persuratan elektronik SiMaya di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM yang tujuannya untuk mempermudah pelaksanaan penyampaian surat atau dokumen secara elektronik, penyempurnaan tata naskah dinas Kemenkumham.

8) Pembinaan mental kesehatan dan kesejahteran pegawai yang memenuhi standar pelayanan prima antara lain Peningkatan Pemahaman Pegawai terhadap nilai-nilai agama, terbentuknya karakter keteladanan pegawai, terlaksananya

(4)

pelayanan kesehatan pegawai untuk meningkatkan kesehatan jasmani dalam mendukung produktifitas kinerja pegawai.

b. Direktorat Jenderal Perundang-Undangan

Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Kementerian Hukum dan HAM memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam setiap proses penyusunan mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan/penetapan, dan pengundangannya. Peran strategis tersebut dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan yang tertuang dalam program pembentukan hukum, baik yang dilaksanakan di tingkat pusat maupun daerah (fasilitasi pembentukan produk hukum di daerah). Secara garis besar capaian prioritas program pembentukan hukum yang sudah dihasilkan pada kurun waktu 2011-2014, antara lain:

1. Kegiatan Perancangan Peraturan Perundang-Undangan

Program dan kegiatan perancangan peraturan perundang-undangan telah dilaksanakan berdasarkan target capaian yang telah ditetapkan. Selain melakukan Penyusunan dan Pembahasan Rancangan atas prakarsa sendiri, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga terlibat dalam penyusunan dan pembahasan RUU yang di prakarsai oleh Kementerian/Lembaga lain.

Dalam periode 2010-2014 Rancangan Undang-Undang (RUU) prakarsa Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang telah disusun sebanyak 42 (empat puluh dua) RUU, yang terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) RUU Prioritas Program Legislasi Nasional Tahun, 6 (enam) RUU Kumulatif Terbuka, dan 3 (tiga) RUU di luar prolegnas. Dari 42 RUU tersebut 11 RUU telah menjadi Undang-Undang, 2 RUU sedang dibahas di DPR, 5 RUU telah disampaikan kepada Presiden, 20 (dua puluh) RUU telah selesai disusun dan 4 (empat) RUU belum disusun. Grafik Penyusunan Rancangan Undang-Undang Tahun 2010-2014:

(5)

2. Kegiatan Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan

Pada tahap penyusunan dan pembahasan, Kementerian Hukum dan HAM yang menjadi Panitia Antar Kementerian (PAK), pengharmonisasian peraturan perundang-undangan, dan pembahasannya. Pelaksanaan Harmonisasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan dari instansi terkait selama tahun 2010-2014 sebagai berikut:

Tabel Pengharmonisasi Peraturan Perundang-undangan Tahun 2010 s/d 31Desember 2014

Harmonisasi PUU 2010-2014 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 PERMOHONAN MASUK BARU 140 84 171 225 224 SISA TH SEBELUMNYA 0 84 49 55 33 JUMLAH PERMOHONAN 140 168 220 280 257 SELESAI 56 119 165 247 207 BELUM SELESAI 84 49 55 33 50

3. Kegiatan Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah

Pada tingkat daerah, Kementerian Hukum dan HAM sebagai instansi yang salah satu tugas dan fungsinya memfasilitasi secara substansial proses pembentukan Peraturan Perundang-undangan di daerah dengan memperkuat kelembagaan instansi vertikal Kementerian Hukum dan HAM di daerah (kantor-kantor wilayah). Bentuk kegiatan fasilitasi perancangan peraturan daerah yaitu pemetaan peraturan daerah, mediasi, konsultasi dan kajian peraturan daerah. Dalam periode 2010-2014 capaian yang telah dihasilkan Direktorat Fasilitasi Peraturan daerah diantaranya melakukan:

- 1.017 (seribu tujuh belas) kegiatan fasilitasi perancangan peraturan daerah terhadap Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota;

- publikasi peraturan daerah dalam sistem informasi peraturan daerah sebanyak 7.159 (tujuh ribu seratus lima puluh sembilan) Peraturan Daerah;

- pembinaan teknis perancangan Peraturan Daerah kepada Kantor Wilayah sebanyak 68 kegiatan.

- Penerbitan Buku Panduan Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah sebagai penjabaran teknis dalam penyusunan peraturan-peraturan daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

(6)

Grafik Capaian Kegiatan Fasilitasi Peraturan Daerah Tahun 2010-2014:

c. Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum

Sesuai dengan tugas dan fungsi di bidang administrasi hukum umum, maka pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) peran strategis yang meliputi beberapa kegiatan, antara lain:

1. Kegiatan Bidang Pelayanan Jasa Hukum, antara lain meliputi:

a. Pemberian Persetujuan Mempekerjakan Advokat Asing oleh Kantor Advokat Indonesia;

b. Pemberian Legalisasi;

c. Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas; d. Pengesahan Badan Hukum Yayasan;

e. Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan; f. Penerbitan Sertifikat Jaminan Fidusia; g. Pemberian Surat Keterangan Wasiat;

h. Rekomendasi ijin pelaksanaan penjualan boedel (pelaksanaan penjualan harta kekayaan orang yang dinyatakan tidak hadir) dan harta peninggalan yang tak terurus (onbeheerde nalatenschap);

i. Pemberian Surat Tanda Terdaftar Kurator; j. Pengangkatan Notaris;

k. Permohonan Pelayanan Administrasi dan Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS);

l. Penyusunan Pertimbangan Menteri Tentang Permohonan Grasi;

m. Penyusunan Pertimbangan Pendapat Hukum Pidana dan Keterangan Ahli Hukum Pidana;

n. Penelaahan dan Pembahasan terhadap Penerapan Hukum Pidana; o. Pendaftaran Partai Politik;

p. Pemberian Analisa dan Pertimbangan Hukum Tata Negara; q. Penentuan Status Kewarganegaraan;

r. Permohonan Pewarganegaraan, Perolehan, Pembatalan, dan Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia;

(7)

s. Perumusan dan Identifikasi Sidik Jari (Daktiloskopi).

2. Kegiatan Bidang Hukum Internasional, antara lain meliputi:

a. Melakukan Kerjasama Hukum melalui Otoritas Pusat sebagai tindak lanjut permintaan Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana dan Ekstradisi dari dan kepada Negara lain;

b. Penyusunan Draft Perjanjian Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana dan Ekstradisi dengan Negara lain;

c. Penyusunan Kajian/Telaahan/Pendapat Hukum dan Kerjasama di bidang Hukum Ekonomi Internasional, Hukum Perdata Internasional, Lembaga Internasional, Hukum Laut, Hukum Udara, Hukum Lingkungan dan Hukum Humaniter serta Pemindahan Narapidana Internasional;

3. Kegiatan Pelaksanaan Teknis Operasional Pelayanan Hukum, antara lain meliputi: a. Pembinaan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas Balai Harta Peninggalan di

seluruh Indonesia;

b. Pemberian pertimbangan/tanggapan atas permasalahan di bidang hukum perdata umum;

c. Penyiapan bahan atas pemberian pendapat hukum (legal opinion);

d. Pemberian bimbingan dan pertimbangan mengenai masalah di bidang hukum tata negara.

4. Pelayanan Teknis dan Administrasi (Bidang Kesekretariatan), antara lain meliputi: a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran;

b. Pengelolaan urusan kepegawaian; c. Pengelolaan urusan keuangan;

d. Pengelolaan urusan tata usaha dan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum;

e. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum; dan Pengelolaan urusan umum

Beberapa capaian Kinerja bidang Administrasi Hukum Umum sepanjang tahun 2010-2014 sebagai berikut:

1. Pelayanan Fidusia

Penyelesaian pelayanan Fidusia yaitu Pendaftaran Sertifikat Jaminan Fidusia pada tahun 2013 sebesar 5.862.747 permohonan dan tahun 2014 sebesar 8.177.692 sangat jauh meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya 2010-2012. Hal ini disebabkan karena penyelesaian pelayanan Fidusia sudah secara online, sejak tanggal 15 Maret 2013.

(8)

Penyelesaian Pelayanan Fidusia Tahun 2010-2014

Tahun Pendaftaran Sertifkat Jaminan Fidusia Perubahan Sertifkat Jaminan Fidusia Penghapusan Sertifikat Jaminan Fidusia (Roya)

2010 0 70 67

2011 0 64 57

2012 0 51 32

2013 5.862.747 5.732 281

2014 8.177.692 10.459 77.670

2. Penyelesaian Pelayanan Jasa Hukum Pendirian PT, Yayasan, Perkumpulan dan layanan kenotariatan

Penyelesaian Pelayanan Jasa Hukum

SK Pendirian PT, Yayasan, Perkumpulan dan layanan Kenotariatan Tahun 2010-2014 Tahun SK Pendirian PT SK Yayasan SK Perkumpulan Kenotariatan 2010 88.432 7.155 199 2.305 2011 94.513 8.560 297 2.241 2012 111.280 6.421 243 1.329 2013 113.579 10.780 341 3.659 2014 223.685 24.077 1.840 750

(9)

3. Pelayanan Pemberian Status Kewarganegaraan RI Baik Dalam Negeri Maupun Luar Negeri

Penyelesaian Pemberian Status Kewarganegaraan RI Tahun 2010-2014

Tahun Dalam Negeri Luar Negeri

2010 533 0

2011 49 13.728

2012 42 8.571

2013 210 87.584

2014 253 102

Pada tahun 2013 untuk capaian penyelesaian pemberian status kewarganegaraan terkait dengan pelaksanaan pemberian legalisasi status kewarganegaraan Republik Indonesia kepada 87.584 Warga Negara Indonesia di wilayah Kerajaan Saudi Arabia. Kegiatan legalisasi ini sebagai tindak lanjut dari Program Amnesty yang diberikan oleh Kerajaaan Saudi Arabia kepada pekerja atau warga asing di Saudi Arabia yang overstayer maupun tidak memiliki dokumen

(10)

kewarganegaraan (undocumented).

Sedangkan tahun 2014 diselesaikan pemberian status kewarganegaraan RI di dalam negeri sebanyak 253 permohonan dan luar negeri sebanyak 102 permohonan melalui kegiatan detasering terkait Permasalahan Kewarganegaraan Republik Indonesia di KBRI Kuala Lumpur (66 permohonan) dan KRI Tawao (36 permohonan). 4. Pelayanan Badan Hukum Partai Politik dan Pendaftaran Perubahan AD/ART dan

Susunan Kepengurusan Partai Politik.

Kementerian Hukum dan HAM dalam hal ini Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum juga bertugas sebagai verifikator partai politik baru dan menerima perubahan AD/ART dan Susunan kepengurusan.

Penyelesaian Pelayanan Badan Hukum Partai Politik dan Perubahan AD/ART dan Susunan Kepengurusan

Tahun 2010-2014 Tahun Pelayanan Badan Hukum Partai Politik 2010 19 2011 15 2012 32 2013 10 2014 9

Adanya hambatan dalam pelayanan yaitu masih belum adanya regulasi Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang verifikasi Partai Politik yang dilakukan secara administratif dan periodik untuk pelaksanaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik pada angka 4 pasal 4 ayat (1) bunyinya Penelitian dan/atau verifikasi Partai Politik dilakukan secara administratif dan periodik oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bekerjasama dengan

(11)

instansi terkait.

5. Pelayanan Pemberian Pendapat Hukum di Bidang Grasi

Pelayanan Pemberian Pendapat Hukum dibidang Grasi berupa pertimbangan Menteri tentang Permohonan Grasi yang diselesaikan tepat waktu dan sesuai ketentuan.

Penyelesaian Pendapat Hukum di Bidang Grasi Tahun 2010-2014 Tahun Pendapat Hukum Bidang Grasi 2010 0 2011 0 2012 14 2013 26 2014 9

Informasi penting terkait hal tersebut diatas yaitu sebagaimana yang ditetapkan dalam UUD 1945 bahwa Grasi adalah Hak Prerogatif Presiden, dan dalam pelaksanaan hak tersebut yang berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi, antara lain diatur tentang kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam meneliti dan melaksanakan proses pengajuan grasi dari Terpidana. Penyelesaian Grasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Permohonan Grasi sebagai berikut terhadap proses permohonan grasi yang diajukan berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 1950, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengirimkan salinan dan petikan Keppres Grasi Nomor 41/G Tahun 2011 tanggal 6 Desember 2011 ke Pengadilan Negeri dan salinan ke Kejaksaan Negeri sebanyak 489 Salinan dan petikan Keppres grasi.

(12)

6. Permohonan Bantuan Hukum Timbal Balik dan Ekstradisi yang diteruskan dari dan kepada pihak terkait.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam menangani permintaan Mutual Legal Assistance (MLA) dan ekstradisi dari negara peminta bekerjasama dengan beberapa kementerian, lembaga dan instansi antara lain Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia, Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Penyelesaian Bantuan Timbal Balik dan Ekstradisi Yang diteruskan dari dan kepada pihak terkait

Tahun 2010-2014 Tahun Bantuan Hukum Timbal Balik Ekstradisi 2010 61 33 2011 26 37 2012 39 4 2013 39 70 2014 57 12

Capaian kinerja tersebut terkait dengan pelayanan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI yang mewakili negara dengan fungsi kelembagaan sebagai Otoritas Pusat.

(13)

7. Pelayanan Perumusan dan Identifikasi Sidik Jari

Penyelesaian Pelayanan Perumusan dan Identifikasi Sidik Jari

(TNI, Warga Binaan, Pemohon Paspor, instansi internal Kementerian Hukum dan HAM, permohonan perorangan, serta insidentil)

Tahun 2010-2014 Tahun Permohonan Selesai 2010 1.149.365 2011 121.435 2012 61.072 2013 52.923 2014 18.215

(14)

d. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

Selama periode 2010-2014, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah melakukan berbagai upaya dalam rangka melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diamanatkan melalui tugas fungsi bidang Kekayaan Intelektual. Beberapa capaian yang telah dihasilkan yaitu :

1. Pelayanan permohonan Kekayaan Intelektual sebagaimana terlihat dalam tabel dan grafik berikut:

Tabel

Realisasi Penerimaan Permohonan Kekayaan Intelektual dan Penyelesaian Permohonan Kekayaan Intelektual 2010-2014 JENIS PERMOHON AN 2010 2011 2012 Permo honan Penyele saian Permoh onan Penyele saian Permoh onan Penyele saian Hak Cipta 4.882 3.793 5.542 6.308 4.782 2.401 Paten 5.830 4.671 6.130 7.712 6.274 2.310 Merek 47.794 63.018 53.196 62.813 31.876 46.672 Desain Industri 4047 8.221 4.196 4.256 5.300 1.566 JENIS PERMOHONAN 2013 2014 (per 30 Desember) Permohon an Penyelesaia n Permohona n Penyelesai an Hak Cipta 3.052 4.117 6.382 7.302 Paten 1.092 4.904 7.032 5.667 Merek 17.084 59.913 62.455 39.103 Desain Industri 1.253 5.987 4.612 7.981 Grafik

Permohonan dan Penyelesaian Permohonan Hak Cipta

Grafik

Permohonan dan Penyelesaian Permohonan Merek 4882 5542 4782 3052 6362 3793 6308 2401 4117 7302 0 2000 4000 6000 8000 2010 2011 2012 2013 2014 Penyelesaian Hak …

(15)

Grafik

Permohonan dan Penyelesaian Permohonan Paten

Grafik

Permohonan dan Penyelesaian Permohonan Desain Industri

2. Penegakan hukum atas tindak pidana di bidang Kekayaan Intelektual antara lain berupa pemusnahan barang barang bajakan dan barang barang yang dihasilkan dari

47794 53196 31876 17084 62455 63018 62813 46672 59913 39103 0 20000 40000 60000 80000 2010 2011 2012 2013 2014 Penyelesaian … Permohonan … 5830 6130 6274 1092 7032 4671 7712 2310 4904 5667 0 2000 4000 6000 8000 10000 2010 2011 2012 2013 2014 Penyelesaian Paten Permohonan Paten 4047 4196 5300 1253 4612 8221 4256 1566 5987 7961 0 2000 4000 6000 8000 10000 2010 2011 2012 2013 2014

Penyelesaian Desain Industri Permohonan Desain Industri

(16)

pelanggaran kekayaan intelektual. Dengan upaya penegakan hukum ini diharapkan akan tercipta iklim berusaha dan berinvestasi yang kondusif;

Tabel Perkembangan Penyidikan 2011 – 2014 No Jenis Kekayaan Intelektual Penerimaan Laporan Pengaduan Laporan Pengaduan Dalam Proses Penyelesaian Laporan Pengaduan 1 Hak Cipta 14 8 6 2 Paten 3 2 1 3 Merek 71 36 35 4 Desain Industri 11 4 7 Tabel Perkembangan Penyidikan 2011 – 2014

1. Penyebaran informasi di bidang Kekayaan Intelektual dalam bentuk pemberian sosialisasi kepada para pemangku kepentingan di antaranya kalangan perguruan tinggi, para pelaku Usaha Kecil dan menengah, serta masyarakat secara umum. Selain itu, telah ditetapkan Kawasan Berbudaya Kekayaan Intelektual kepada kawasan, wilayah dan institusi dengan kriteria tertentu serta yang dianggap mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap kemajuan sistem Kekayaan Intelektual. Hal ini dilakukan dalam rangka peningkatan kesadaran hukum akan arti pentingnya Kekayaan Intelektual. Kementerian Hukum dan HAM telah memiliki laman www.dgip.go.id sebagai salah satu sarana memperoleh informasi terkait Kekayaan Intelektual. Adapun jumlah masyarakat yang mengakses melalui laman tersebut yakni tahun 2012 sebanyak 334.524 kunjungan, Tahun 2013 sebanyak 1.097.547 kunjungan dan 2014 sebanyak 2.701.693 kunjungan.

2. Penerapan sistem Industrial Property Automation System (IPAS) untuk penerimaan permohonan Kekayaan Intelektual hingga penyelesaiannya. Hal ini bertujuan agar kualitas pelayanan publik dapat ditingkatkan serta percepatan penyelesaian permohonan Kekayaan Intelektual secara efektif dan efisien.

(17)

3. Kerja sama, baik secara internasional, regional dan bilateral di antaranya penandatanganan Beijing Treaty dan Marrakesh Treaty. Selain itu juga dilakukan berbagai kerja sama dengan instansi pemerintah maupun non pemerintah. Hal ini dilakukan dalam rangka penguatan sistem Kekayaan Intelektual.

4. Pengundangan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Permohonan, Penerbitan Izin Operasional dan Evaluasi Lembaga Manajemen Kolektif. Hal ini dalam rangka penyesuaian terhadap perkembangan jaman dan untuk lebih memberi perlindungan hukum yang memadai bagi para pemangku kepentingan.

5. Penyelesaian pendaftaran Indikasi Grografis (IG) sebanyak 30 IG terdaftar sebagai wujud perlindungan terhadap potensi kekayaan alam di seluruh wilayah Indonesia.

e. Direktorat Jenderal Imigrasi

Menjaga pintu gerbang negara Republik Indonesia serta pengawasan Keimigrasian, merupakan salah satu tanggung jawab dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui perumusan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis dibidang Keimigrasian.

Penegakan hokum dan pelayanan bidang keimigrasian menjadi “core bussiness” dari tugas fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bidang keimigrasian. Beberapa capaian selama periode 2010-2014 sebagai berikut :

1. Pengesahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang telah disesuaikan dengan perkembangan Keimigrasian secara nasional dan internasional dan menggantikan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian.

2. Pengesahan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang telah mencabut Peraturan Pemerintah pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992, yang tersebar dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian, dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1994 tentang Surat Perjalanan Republik Indonesia;

3. Pelaksanaan penyampaian pernyataan memilih bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda yang membuka ruang dilaksanakannya di Kantor Imigrasi sebagai wujud pelayanan prima dalam memfasilitasi secara administratif yang mendekatkan jangkauan geografis, efektif dan efisien secara fungsional dengan terintegrasinya data secara kesisteman, melalui Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-19.AH.10.01 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyampaian Pernyataan Memilih Kewarganegaraan Bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda. 4. Penghapusan Arrival/Departure Card terhadap WNI dilakukan mulai tanggal 23

Maret 2012 sesuai dengan terbitnya Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-01.GR.01.06 tahun 2012. Kemudahan ini diberikan kepada WNI yang

(18)

pos lintas batas yang menggunakan Sistem Manajemen Pengawasan Wilayah Perbatasan (Border Control Management).

5. Penggunaan autogate untuk WNI pemegang paspor elektronik dan non elektronik di Bandara Soekarno Hatta di Jakarta dan Bandara Ngurah Rai di Denpasar, Bali. 6. Pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing di pusat dan daerah melalui

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Kepala Kantor yang melaksanakan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, dan sebagai perwujudan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai leading sector dalam pelaksanaan pengawasan Orang Asing di Indonesia.

7. Pembentukan Unit Layanan Paspor (ULP) untuk mewujudkan pelayanan prima dalam penerbitan paspor guna pendekatan pelayanan dan peningkatan kepuasan publik.

8. Penerapan e-passport untuk meningkatkan pelayanan dan pengamanan paspor yang disesuaikan dengan rekomendasi oleh International Civil Aviation

Organization (ICAO).

9. Meningkatkan pelayanan dan pengamanan dalam pemberian dokumen Keimigrasian bagi Orang Asing berupa implementasi Penerbitan Kitas dan E-Kitap.

10. Penerapan pelayanan sistem penerbitan paspor one stop service / Sistem Penerbitan Paspor Terpadu (SPPT) 120 (seratus dua puluh) Kantor Imigrasi pada tahun 2014.

11. Menyederhanakan persyaratan penggantian paspor dengan tidak mewajibkan melampirkan bukti identitas diri melalui terbitnya Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-01.GR.01.01 Tahun 2012 tentang perubahan keenam atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-IZ.03.10 Tahun 1995 tentang Paspor Biasa, Paspor untuk Orang Asing, Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Indonesia dan Surat Perjalanan Laksana Paspor Untuk Orang Asing.

12. Penyediaan “MAP gratis” kepada Pemohon Dokumen Perjalanan dan Izin Tinggal mulai tanggal 04 Februari 2013 dengan terbitnya Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-144.UM.01.01 Tahun 2013 tanggal 25 Januari 2013.

13. Proses penyidikan keimigrasian yang dilaksanakan di Direktorat Jenderal Imigrasi dan Kantor Imigrasi di seluruh wilayah Indonesia.

14. Pemulangan WNI tersangka tindak pidana korupsi yang bekerja sama dengan instansi penegak hukum lainnya.

15. Pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing di tingkat Pusat dan Daerah baik di Divisi Keimigrasian maupun Kantor Imigrasi.

16. Pelaksanaan fungsi Intelijen Keimigrasian sebagai tugas dan fungsi, dan juga pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara; 17. Penerapan SIMKIM di Perwakilan RI sebanyak 14 lokasi.

f. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia berkewajiban untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana (UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan). Pemasyarakatan memiliki Core

Business dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yaitu pembinaan dan pembimbingan warga

binaan pemasyarakatan. Core Business tersebut dilaksanakan oleh 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yaitu Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan

(19)

Negara, Balai Pemasyarakatan, dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat pelaksanaan pembinaan berdasarkan putusan hakim dalam rangka mewujudkan reintegrasi sosial terhadap narapidana. Reintegrasi sosial merupakan upaya pengembalian hidup, kehidupan, dan penghidupan narapidana guna mengembalikan ikatan narapidana dengan masyarakat. Bagi seseorang yang dalam proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan ditempatkan di Rumah Tahanan Negara. Rumah Tahanan Negara adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan (PP Nomor 58 Tahun 2010 tentang perubahan atas PP Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP). Bagi seseorang yang berada dalam bimbingan Balai Pemasyarakatan atau disebut Klien Pemasyarakatan ditempatkan di Balai Pemasyarakatan. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS adalah pranata untuk melaksanakan bimbingan Klien Pemasyarakatan (UU No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan). Pada proses peradilan, benda sitaan dan barang rampasan Negara sebagai aset tindak pidana ditempatkan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara (Rupbasan). Rupbasan adalah tempat benda yang disita oleh Negara untuk keperluan proses peradilan (UU. No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan).

Berlakunya Undang-Undang nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak membuat fungsi Pemasyarakatan lebih strategis mengingat proses peradilan pidana anak dimulai sejak penyidikan melalui upaya diversi dan restorative justice hingga pendampingan pada sidang anak yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Undang-Undang ini menuntut adanya pelaksanaan penelitian kemasyarakatan pada kasus anak yang berhadapan dengan hukum yang dijadikan pertimbangan dan rekomendasi putusan hakim sehingga peran pemasyarakatan sangat terlihat dalam penyusunan litmas. Selain itu, peran aktif Pembimbing Kemasyarakatan juga diperlukan khususnya pada pelaksanaan sidang peradilan anak.

Undang-undang tersebut juga menuntut adanya pembangunan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS) di tiap provinsi. LPKA adalah lembaga atau tempat Anak menjalani masa pidananya. Sedangkan LPAS adalah tempat sementara bagi Anak selama proses peradilan berlangsung, sehingga Pemasyarakatan perlu melakukan upaya-upaya terhadap pengimplementasian UU tersebut.

Selain UU SPPA, isu over crowded juga menjadi salah satu permasalahan yang belum dapat diselesaikan oleh pemasyarakatan. Sehingga perlu adanya kebijakan guna upaya untuk mengurangi tingkat over crowded yang terjadi di Lapas dan Rutan. Berikut data yang menjelaskan tentang jumlah penghuni :

Tabel Data Penghuni Tahun 2010-2014

URAIAN T a h u n

2010 2011 2012 2013 2014

(20)

URAIAN T a h u n

2010 2011 2012 2013 2014

Penghuni

Tahanan Dewasa dan Pemuda 47.617 48,785 46.301 49.398 51.271

Tahanan Anak 1.932 2,201 2.081 2.049 1.936

Narapidana Dewasa 79.953 86,905 99.072 106.531 107.767

Anak Didik 3.750 3,317 3.315 3.130 3.182

Jumlah 133.252 141,208 150.769 161.108 164.156 Data diatas menyebutkan bahwa adanya peningkatan jumlah penghuni baik tahanan dewasa dan pemuda, tahanan anak, narapidana dewasa, dan anak didik mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Jumlah penghuni pada tahun 2010 sebanyak 133.252, tahun 2011 sebanyak 141.208, tahun 2012 sebanyak 149.151, tahun 2013 sebanyak 161.108, dan pada tahun 2014 adalah sebanyak 164.156 orang. Mulai dari tahun 2010-2014 semuanya telah memperoleh registrasi dan klasifikasi secara tepat waktu dan sesuai standar. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat over crowded antara lain : 1. Optimalisasi pemindahan narapidana

Pelaksanaan pemindahan narapidana pada dasarnya tidak mengurangi tingkat over kapasitas secara keseluruhan. Namun pelaksanaan pemindahan narapidana tersebut diharapkan agar terjadi pemerataan penghuni antara Lapas/Rutan yang mengalami over kapasitas dengan yang tidak.

2. Optimalisasi pelaksanaan program reintegrasi

Sebagai salah satu upaya mengurangi tingkat over crowded, pemasyarakatan mempunyai program reintegrasi yang dilaksanakan melalui kegiatan asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK), Cuti Menjelang Bebas (CMB), Cuti Bersyarat (CB), dan Pembebasaan Bersyarat (PB). Untuk mengetahui capaian dari indikator ini dapat diukur dari jumlah narapidana yang telah mendapat PB, CMB, CB, Asimilasi, dan CMK sampai dengan April tahun 2014 telah dilaksanakan Program Reintegrasi kepada narapidana berupa Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Cuti Bersyarat, Asimilasi, dan Cuti Mengunjungi Keluarga dengan perincian sebagai berikut :

GRAFIK DATA PB, CMB, CB, ASSIMILASI DAN CMK Tahun 2010 – 2014

NO URAIAN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

1. Pembebasan Bersyarat 25.737 20.262 24.802 34.533 38.710

2. Cuti Menjelang Bebas 310 1.024 622 600 305

3. Cuti Bersyarat 4971 11.017 7.527 14.225 7.376

(21)

NO URAIAN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

5. Cuti Mengunjungi Keluarga 68 109 38 13 30

Jumlah 33.097 34.694 37.386 52.109 48.370 3. Rehabilitasi narapidana pengguna narkoba ke Panti Rehabilitasi

Melakukan rehabilitasi terhadap narapidana pengguna narkoba merupakan tanggung jawab yang harus dijalankan oleh negara. Pada sisi lain, rehabilitasi pengguna narkoba di panti rehabilitasi berdampak langsung pada menurunnya tingkat hunian Lapas/Rutan. Terapi rehabilitasi narapidana pengguna narkoba di Panti Rehabilitasi juga merupakan salah satu kegiatan dalam kerangka untuk assimilasi.

4. Penambahan kapasitas hunian dengan melakukan pembangunan infrastruktur (rehabilitasi dan pembangunan Lapas/Rutan)

Penanganan masalah over crowded dapat dilakukan dengan pemenuhan sarana dan prasarana pada lapas/rutan dengan melakukan rehabilitasi dan pembangunan UPT Pemasyarakatan. Langkah ini diperkirakan secara signifikan akan mengurangi permasalahan over crowded.

5. Penguatan koordinasi dengan Instansi terkait dalam hal Restoratif Justice.

Peran Pembimbing Kemasyarakatan (PK) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pengadilan Anak sangat penting yaitu dalam melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana. Setiap anak yang berhadapan dengan hukum harus dilakukan pendampingan semenjak diduga melakukan tindak pidana dalam pemeriksaan di kepolisian sampai dengan putusan hakim sidang pengadilan. Karena sarandan rekomendasi PK sangat mempengaruhi putusan hakim dalam memutus perkara anak jika putusan hakim tanpa Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) maka putusan tersebut batal demi hukum.

Untuk melengkapi deskripsi kinerja PK Bapas dibawah ini disajikan tabel/grafik anak yang mendapatkan pendampingan dalam sidang anak adalah sebagai berikut: Tabel Data Jumlah Anak yang Mendapatkan Pendampingan dalam Sidang Anak Tahun

Diversi Putusan Pidana

Jumlah

Akot Sosial Akot Panti

Sosial Bersyarat Penjara

2011 98 11 - 41 384 2217 2.751

2012 392 20 420 104 666 3.712 5.314

2013 132 31 138 37 275 1.520 2.133

2014 139 14 191 108 255 2069 2.776

Capaian strategis lainnya di bidang pemasyarakatan yang juga sangat bersinergi dengan percepatan program reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat disebutkan berupa :

1. Program Getting to zero HALINAR di LAPAS/ RUTAN. 2. Pengendalian Isi Hunian Lapas/Rutan.

3. Pelaksanaan Layanan Pemasyarakatan berbasis Informasi dan Teknologi (IT). 4. Program Penguatan Pengawasan Internal Pemasyarakatan dan Penegakan Kode

Etik.

5. Implementasi Undang-Undang No 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Gambar

Tabel Pengharmonisasi Peraturan Perundang-undangan  Tahun 2010 s/d 31Desember 2014
Grafik Capaian Kegiatan Fasilitasi Peraturan Daerah Tahun 2010-2014:
Tabel   Perkembangan Penyidikan 2011 – 2014  No  Jenis Kekayaan  Intelektual  Penerimaan Laporan  Pengaduan  Laporan  Pengaduan  Dalam Proses  Penyelesaian Laporan Pengaduan  1  Hak Cipta  14  8  6  2  Paten  3  2  1  3  Merek  71  36  35  4  Desain Indust
Tabel Data Penghuni Tahun 2010-2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lapas dan Rutan yang terakhir dirubah dengan Peeraturan Menteri Hukum dan Hak

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Pada umumnya kartu jaringan ada yang sudah built-in dengan Motherboard dari komputer atau laptop, akan tetapi banyak komputer rakitan sendiri tidak memasukkan kartu jaringan

(3) Jenis kesenian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat( 2) yang dapat dipertunjukkan di Hotel/Restaurant/Puri/Tempat lain yang dianggap layak adalah seni kreasi

Tanpa seka kultural apapun (termasuk sekat etnis, ras, agama. geografis, dan strata sosial) individu bebas melalukan aktivítas di ruang cyberpublik. la

Melalui penjelasan guru dan latihan, siswa dapat menentukan hasil perkalian dan pembagian berbagai pecahan dalam bentuk yang paling

Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang

Kemampuan berpikir divergen akan meningkat jika kepada siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang bersifat terbuka yaitu pertanyaan atau soal yang mempunyai