• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMBANGUNAN PLTA PUMP STORAGE SEMARANG 2x300 MW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PEMBANGUNAN PLTA PUMP STORAGE SEMARANG 2x300 MW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI SEMARANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMBANGUNAN PLTA PUMP STORAGE SEMARANG 2x300 MW

UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI SEMARANG

Satria Duta Ninggar

Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya – 60111

Email : satria_duta@yahoo.co.id

Abstrak : Kebutuhan akan energi listrik sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan di bidang perekonomian, teknologi, industri dan informasi maka kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tentu harus diimbangi dengan ketersediaan pasokan tenaga listrik yang mencukupi. Pada kenyataannya penyediaan tenaga listrik di Indonesia dirasakan masih belum cukup, sering terjadinya pemadaman listrik secara bergilir hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Kebutuhan akan sarana dan prasarana guna menampung debit air hujan di kota Semarang sangat penting. Hal ini dapat mengurangi bencana banjir yang sering melanda kota Semarang pada khususnya. Pada tugas akhir ini akan membahas pembangunan PLTA Pump Storage Semarang 2 x 300 MW dengan parameter yang akan dianalisa antara lain adalah aspek teknis, ekonomi, dan lingkungan. Sehingga kebutuhan energi listrik di Semarang khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya dapat terpenuhi dengan baik serta dapat membantu pemerintah daerah guna menanggulangi banjir.

Kata kunci : Banjir, Pumped Storaged Power Plan, techno-economic-environment.

1 . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, makin berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari, seiring dengan pesatnya pembangunan di bidang teknologi, industri dan informasi. Namun pelaksanaan penyediaan energi listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero), selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik secara keseluruhan. Sehingga mengakibatkan terjadinya krisis akan energi listrik di berbagai daerah khususnya Semarang.

Masalah penyediaan pasokan listrik merupakan masalah penting yang harus dipecahkan oleh PT PLN (Persero) Distribusi Jateng-DIY dan pemerintah daerah serta masyarakat Semarang. Pemadaman bergilir yang rutin terjadi belakangan ini tentunya sangat merugikan masyarakat dan para investor yang telah ada ataupun hendak datang berinvestasi di Semarang. Krisis energi listrik berkepanjangan yang melanda sistem interkoneksi

Jawa-Madura-Bali (Jamali) mengakibatkan Jateng-DIY mengalami defisit hingga 135 megawatt (MW) dari total defisit Jawa-Bali yang sudah mencapai angka 750 MW. Dari beberapa Area Pelayanan Jaringan (APJ) di Jateng-DIY, Kota Semarang mendapat beban pemadaman terbesar mencapai 18,18%. Selanjutnya disusul Surakarta (15,06%), Yogyakarta (11,53%), dan Kudus (11,13%).Tingkat kebutuhan listrik saat beban puncak di Jamali mencapai 16.000 MW dan Jateng-DIY mendapat porsi hingga 2.500 MW. Di Jamali produksi PLTU Batubara 27%, Combine Cycle Gas 21%, Combine Cycle BBM 18%, PLTA 16%, PLTU Gas 6%, PLTU BBM 5%, Gas Turbine 4%, PLTP 2%, PLTD 1%. Dengan komposisi ini maka dapat dilihat bahwa di Jamali masih mengandalkan PLTU khususnya batubara dan penggunaan BBM. Hal ini mengakibatkan PLN menderita kerugian yang cukup besar mengingat harga BBM yang tinggi transportasi yang cukup jauh mengakibatkan harga biaya pokok penyediaan (BPP) pun akan tinggi sedangkan harga jual listrik rendah.

Selain itu penggunan bahan bakar minyak dirasa sudah tidak ekonomis lagi, karena harga bahan bakar minyak yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun belum lagi dari segi transportasi yang cukup jauh. Oleh karena itu PLN berusaha untuk mengurangi pemakaian bahan bakar minyak untuk pembangkit yang ada, yaitu dengan mulai menggalakkan penggunaan potensi selain bahan bakar minyak untuk proses pembangkitan seperti air, batu bara maupun panas bumi.

Dengan adanya Pembangunan PLTA Pump Storage Semarang 2 x 300 MW diharapkan dapat mengatasi pertambahan beban di Semarang dan sekitarnya serta mengingat kebijaksanaan pemerintah dalam diversifikasi dan konservasi energi, mendorong untuk melakukan studi tentang ketenagalistrikan pada PLTA Pump Storage Semarang untuk memenuhi kebutuhan listrik di Jamali dan khususnya Semarang. Selain itu karena PLTA menggunakan sistem Pump Storage maka diharapkan waduk yang ada dapat untuk menampung debit air yang berlebihan di Semarang sehingga dapat mencegah bencana banjir.

.

2. DASAR TEORI

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pump Storage

Pembangkit Listrik Tenaga Pompa adalah sebuah tipe khusus dari pembangkit listrik konvensional. Keistimewaan dari stasiun pembangkit listrik ini terletak pada keadaannya apabila stasiun pembangkit demikian tidak memproduksi tenaga listrik, maka dapat dipergunakan sebagai stasiun pompa yang memompa air

(2)

dari waduk bawah ke waduk atas saat cadangan air tinggi.Pada saat demikian, stasiun pembangkit mempergunakan persediaan tenaga listrik untuk dialirkan ke unit pompa.

2.2 Proses Produksi Pembangkit Listrik Tenaga Air Pump Storage.

Cara kerja stasiun pembangkit dapat dikenal sebagai tingkat menggerakkan turbin-turbin sebagai stasiun pembangkit listrik dan stasiun pemompaan ketika pompa dan motor ada dalam operasi. Selama tingkat penggerakan turbin-turbin, aliran air dari tempat yang tinggi masuk kedalam power house lalu kemudian masuk ke kolam penampung bawah. Pada saat pemompaan akan terjadi sebaliknya.

Dasar-dasar pengaturan terdiri dari dua kolam, satu pada lokasi yang tinggi dan lainnya pada lokasi yang rendah dengan menempatkan pompa di rumah stasiun pembangkit di tengah-tengah. Air yang mengalir dari kolam pada lokasi yang lebih tinggi dari rumah pembangkit dan dari rumah pembangkit ke kolam yang lebih rendah.

Gambar 2.1 PLTA Pump Storage 2.3 Metode Peramalan Kebutuhan Energi Listrik 2.3.1. Regresi Linear Berganda

Dalam Metode Regresi diperlukan faktor yang akan dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam peramalan kebutuhan energi listrik faktor-faktor yang dipakai adalah sebagai berikut :

1 Energi terjual

2. Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga

3.

Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang bisnis 4. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang industri

5.

Pertumbuhan jumlah pelanggan publik

6. Pertumbuhan jumlah penduduk 7. Peningkatan PDRB suatu wilayah 2.3.2. DKL 3.01. PT PLN

Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan energi listrik model sektoral yakni dengan umenyusun perkiraan kebutuhan energi listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empat sektor yaitu :

1. Sektor Rumah Tangga 2. Sektor Bisnis

3. Sektor Publik

4. Sektor Industri. 2.4 Ekonomi Pembangkit

Tiap pembangkit listrik mempunyai harga energi listrik yang berbeda-beda yang besarnya bervariasi tergantung pada biaya pembangunan, perawatan dan biaya operasi dari pembangkit listrik tersebut.

Tinjauan opsi energi dari aspek ekonomi didasarkan atas biaya modal pembangkitan yang dikeluarkan dalam pemanfaatan energi alternatif menjadi energi listrik, yaitu biaya pembangkitan dan harga energi. Metode perhitungan yang digunakan adalah metoda perhitungan biaya pembangkitan tahunan, terdiri dari tiga komponen biaya, yaitu :

 Biaya investasi modal (capital cost)  Biaya bahan bakar (fuel cost)

 Biaya operasi dan perawatan (O&M cost) 2.5 Ekonomi Investasi Pembangkit

Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian proyek investasi, yaitu :

A. Net Pressent Value (NPV)

Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilaksankan dan jika nilai NPV negatif investasi tidak layak dilaksanakan.

B.Internal Rate of Return (IRR) Jika

IRR > suku bunga, maka investasi dikatakan layak IRR ≤ suku bunga, maka investasi dikatakan tidak layak.

3 . KONDISI KELISTRIKAN JAWA TENGAH

Tabel 3.1

Pelanggan PLN Provinsi Jawa Tengah

Tahun Rumah Tangga /BisnisUsaha Industri Publik Total 2001 4.393.173 131.844 4.288 129.46 4.658.766 2002 4.548.767 135.636 4.194 139.938 4.828.535 2003 4.723.057 138.862 4.168 146.43 5.012.517 2004 4.788.259 130.095 4.187 151.801 5.074.342 2005 5.080.088 153.058 4.198 159.667 5.397.011 2006 5.309.803 158.670 4.222 169.244 5.641.939 2007 5.597.242 174.740 4302 179.104 5.955.388

Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah pelanggan PLN semakin bertambah. Dapat diketahui juga bahwa pelanggan terbesar adalah pelanggan dari sektor Rumah Tangga.

Data mengenai penyebaran konsumsi energi listrik menurut jenis pelanggannya terdapat pada Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2

Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan (GWh) Jawa Tengah

Tahun Rumah Tangga Usaha /Bisnis Industri Publik Total 2001 3.945,88 3.012,11 555,86 407,79 7.321,63 2002 4.338,44 3.300,47 645,49 499,29 8.783,69

(3)

2003 4.383,72 3.151,95 686,25 555,26 8.777,17 2004 4.648,19 3.132,65 823,38 843,64 9.447,86

Lanjutan abel 3.2

Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan (GWh) Jawa Tengah

Tahun Rumah Tangga Usaha /Bisnis Industri Publik Total 2005 5.065,74 3.616,99 1.056,12 782,2 10.521,06 2006 5.346,00 3.879,98 1.013,31 825,19 11.064,48 2007 5.727,68 4.255,79 1.164,52 875,51 12.023,49 4. ANALISA PEMBANGUNAN PLTA PUMP

STORAGE SEMARANG 2x300 MW 4.1 Kebutuhan Pelanggan Saat ini

Tabel 4.1 :

Jumlah Pelanggan dan Kebutuhan Listrik

Dari tahun ketahun terdapat peningkatan jumlah pelanggan untuk sektor rumah tangga sebesar 4,13% daya meningkat menjadi 4,81%. Pada sektor industri jumlahnya meningkat 0,04% dan daya tersambung meningkat 3,58%. Pada sektor bisnis jumlahnya meningkat 5,06% dan daya tersambung meningkat 8,49%. Pada sektor publik jumlahnya meningkat 5.56% dan daya tersambung meningkat 9.93%.

Dengan peningkatan beban puncak pada tahun sampai 2007 rata-rata sebesar 4,75% sedangkan daya mampu pembangkit yang ada hanya 3301,37 MW. 4.2 Analisa Debit,Head,dan Daya PLTA

Untuk perencanaan pembangunan PLTA Pumped Storage 2x300 MW di semarang maka diperlukan 2 buah waduk dengan elevasi ketinggian yang berbeda. Waduk atas meliputi kelurahan Jatibarang, Jatirejo, Kandri dengan daya tampung / volume mencapai 20,4 juta m3 dan luas genangan 110 hektar atau 44,51

km2. Waduk bawah terdiri dari 3 buah waduk dengan

ukuran yang sama satu dengan yang lainnya. Waduk 1 terletak pada kecamatan Tugu, wduk 2 terletak antara kecamatan Semarang Utara, dan waduk 3 terletak di kecamatan Genuk. Di antara ketiga waduk tersebut terhubung antara satu dengan yang lain. Sedangkan yang terhubung dengan waduk atas yaitu waduk 2 yang terletak di kecamatan Semarang Utara. Jarak antara waduk atas dan waduk 2 tersebut yaitu 10,56 km dengan beda ketinggian (head) sebesar 300m.

Dari data yang diperoleh yaitu : Flow rate (Q) = 240 m3/s

Head (H) = 300 m

Gravitasi (g) = 9,81 Effisiensi (η) = 0,8

Maka akan diperoleh daya yang terbangkitkan:

P = Q x H x g x η

P = 240 x 300 x 9,81 x 0,8

P = 565.056 kW

P = 565 MW

Energi Listrik per tahun :

Energi Listrik = P x jam operasi x faktor kapasitas Energi Listrik = 565 x 8760 x 0,8

Energi Listrik = 3.959.520 MWh = 3.959,52 GWh / tahun

Untuk ukuran pipa yang digunakan dapat dihitung :

Luas pipa = Flowrate / Kecepatan

Bila diasumsikan kecepatan di pertahankan konstan pada 10 mph atau sama dengan 4,47 m/s maka dapat dihitung :

Luas pipa = 240 / 4,47

Luas Pipa = 53,69 m2

Jari-jari Pipa = 2,92 m Diameter Pipa = 5,84 m

Gambar 4.1 :

Spektrum PLTA Pump Storage

Gambar 4.2 : Turbine chart

Dengan menggunakan chart seperti diatas, dengan parameter yang digunakan yaitu :

• Flowrate (m3/s)

• Head (m)

Maka dapat ditentukan bahwa pada PLTA Pump Storage 2 x 300 MW dipakai turbin jenis Francis Turbune.

4.3 Peramalan dengan Metode Regresi Linier

Tabel 4.2

Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan(GWh) Jawa Tengah

Tahun Rumah Tangga Bisnis Industri Publik Total 2008 5984,199 1268,145 4423,69 944,6246 12626,921 2009 6252,206 1380,992 4598,214 1019,195 13260,636 2010 6532,216 1503,88 4779,623 1099,653 13926,157 2011 6824,767 1637,704 4968,19 1186,461 14625,078 2012 7130,419 1783,436 5164,195 1280,123 15359,076 2013 7449,761 1942,135 5367,934 1381,179 16129,912 2014 7783,404 2114,957 5579,71 1490,212 16939,435 2015 8131,99 2303,158 5799,842 1607,852 17789,585 2016 8496,188 2508,106 6028,658 1734,779 18682,403 2017 8876,697 2731,291 6266,502 1871,726 19620,029

(4)

2018 9274,247 2974,336 6513,728 2019,484 20604,712 4.4 Peramalan dengan Metode DKL 3.01

Tabel 4.3

Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan (GWh) Jawa Tengah

Tahun Rumah Tangga Bisnis Industri Publik Total 2008 5659,64 1165,70 4257,66 876,35 11959,34 2009 5912,23 1269,43 4425,63 945,53 12552,82 2010 6176,39 1381,60 4602,60 1019,20 13179,79 2011 6452,49 1505,31 4779,62 1099,65 13837,08 2012 6740,90 1637,70 4968,19 1186,46 14533,26 2013 7042,04 1783,44 5164,20 1280,12 15269,79 2014 7357,20 1942,14 5367,93 1381,18 16048,45 2015 7685,93 2114,96 5579,71 1490,21 16870,81 2016 8029,59 2303,16 5799,84 1607,85 17740,44 2017 8388,66 2508,11 6028,66 1734,78 18660,20 2018 8763,64 2731,29 6266,50 1871,73 19633,15 Tabel 4.4

Perbandingan Proyeksi Konsumsi Energi Listrik Antara Regresi Linier Berganda Dengan DKL 3.01.

(GWh)

Tahun Regresi DKL Selisih

2008 12626,92 11959,34 667,58 2009 13260,64 12552,82 707,82 2010 13926,16 13179,79 746,37 2011 14625,08 13837,08 788,00 2012 15359,08 14533,26 825,82 2013 16129,91 15269,79 860,12 2014 16939,43 16048,45 890,98 2015 17789,59 16870,81 918,78 2016 18682,40 17740,44 941,96 2017 19620,03 18660,20 959,83 2018 20604,71 19633,15 971,56

Dari hasil peramalan dengan metode regresi linear berganda bahwa laju pertumbuhan rata-rat konsumsi energi sebesar 5,02 % sedangkan dengan metode DKL3.01 sebesar 5,08%.

4.5 Neraca Daya Sistem Kelistrikan Jawa Tengah Dengan selesai dibangunnya PLTA Pump Storage 2 x 300 MW Semarang pada tahun 2011 maka secara otomatis neraca daya Jawa Tengah juga mengalami perubahan, yaitu pada bagian daya mampu mulai tahun 2011 seperti pada table berikut ini.

Pada tabel diatas yang dikatakan defisit oleh PLN adalah Puncak Beban Mampu Daya Margin Reverse =

Reserve Margin < 1,2 termasuk defisit Reverse Margin > 1,2 termasuk surplus

Tabel 4.5

Proyeksi Neraca Daya Jawa Tengah Setelah Penambahan Pembangkit

Tahun Mampu Daya (MW) Beban Puncak (MW) Selisih (MW) 2008 3301 2686 615 2009 3301 2786 515 2010 3301 2889 412 2011 3601 2996 605 2012 3601 3107 494 2013 3601 3222 379 2014 3601 3342 259 2015 3601 3466 135 2016 3601 3594 7 2017 3601 3727 -126 2018 3601 3865 -264 4.6 Analisa Ekonomi

4.6.1 Perhitungan Pembangkitan Energi listrik

Pada kasus pembangunan PLTA Pump Storage Semarang 2x300 MW. Maka diambil asumsi secara umum bahwa akan dibangun PLTA dengan dengan kapasitas total 2x300 MW. dengan faktor kapasitas 80 % dan memiliki umur pembangkit 25 tahun.

4.6.1.1 Biaya modal

 Perhitungan Biaya Pembangunan Biaya pembangunan adalah sebesar:

kW USD 3 9 10 x 600 10 x 1,2 Capacity Installed Cost Investment Capital n Pembanguna Biaya = = = 2000 US$ / kW  Perhitungan Jumlah Pembangkitan Tenaga

Listrik (kWh/Tahun)

Dengan daya terpasang 600 MW dan faktor kapasitas 80 % maka Jumlah Pembangkitan Tenaga Listrik (kWh/tahun)

= Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 8760 = 600 MW x 0,8 x 8760

= 4.204.800.000 kWh/tahun

Jadi biaya modal / Capital Cost (CC) adalah sebagai berikut: Listrik Tenaga Neto an Pembangkit Jumlah CRF x Pembangkit kapasitas n x pembanguna Biaya Cost Capital =

Untuk suku bunga i = 9 %

kWh cent / 2,911 kWh / USD 02911 , 0 000 4.204.800. 102 , 0 000 . 600 2000 = = = x x CC

Untuk suku bunga i = 12 %

kWh cent / 3,624 kWh / USD 03624 , 0 000 4.204.800. 127 , 0 000 . 600 2000 = = = x x CC

4.6.1.2 Perhitungan Biaya Operasi Dan Perawatan Biaya operasi dan perawatan PLTA pompa terdiri dari beberapa komponen antara lain biaya operasional, biaya pemeliharaan pembangkit listrik, biaya pemeliharaan lapangan yaitu :

Tabel 4.6

Biaya Operasi dan Pemeliharaan

(5)

Jenis Data Nilai

Operation cost/kWh 4,05 mills (0,4 cent)

Maintenance cost/kWh 2,62 mills (0,3 cent)

OM = 0,4 + 0,3

= 0,7 cent/kWh 4.6.2 Perhitungan Biaya Pembangkitan Total

Berdasarkan beberapa biaya diatas, maka persamaan biaya pembangkitan total dalam pembangkitan tahunan dapat dinyatakan sebagai berikut:

TC = CC + FC + OM Tabel 4.7

Biaya Pembangunan Energi Listrik

Perhitungan 9 %Suku Bunga12%

Biaya Pembangunan (US$ / kW) 2000 2000

Umur Operasi (Tahun) 25 25

Kapasitas (MW) 600 600

Biaya Bahan Bakar (US$ / kWh) 0 0

B. O & M (US$ / kWh) 0.007 0.007

Biaya Modal (US$ / kWh) 0.02911 0.03624

Total Cost (US$ / kWh) 0.03611 0.04324

Investasi (jutaUS$) 1200 1200

Investasi pd th ke-1 (,jutaUS$) 1308 1344

4.7 Analisa Investasi Pembangkit 4.7.1 Analisa Net Present Value

Metode Net Present Value (NPV) ini menghitung jumlah nilai sekarang dengan menggunakan

Discount Rate tertentu dan kemudian

membandingkannya dengan investasi awal (Initial Invesment). Selisihnya disebut NPV. Apabila NPV tersebut positif, maka usulan investasi tersebut diterima, dan apabila negatif ditolak. Setelah pembangkit beroperasi 25 tahun, maka NPV nya untuk suku bunga 9% ditunjukkan seperti berikut:

Tabel 4.8

Nilai Net Present Value Berdasarkan Suku Bunga dan Harga Listrik per kWh

Suku Bunga Harga Jual (US$/kWh)

0,07 0,08

9% -639.229.986 -246.861.151 12% -1.076.277.761 -762.978.863 4.7.2 Analisa Internal Rate of Return

Tabel 4.9

Nilai Internal Rate of Return Berdasarkan Suku Bunga dan Harga Listrik per kWh

Harga Listrik (USD/Kw)

Internal Rate of Return % i = 9 % i = 12 % 0,07 1,38% -4,35% 0,08 6,35% 1,18%

Suatu usulan proyek investasi diterima jika IRR lebih tinggi atau sama dengan biaya modal/tingkat suku bunga. Dan usulan proyek investasi ditolak jika IRR lebih rendah dari biaya modal/tingkat suku bunga. Dari hasil perhitungan internal rate of return dan NPV, maka dapat dianalisa bahwa proyek ini layak untuk dilaksanakan apabila :

♦ Menggunakan suku bunga 9% dengan harga

listrik US$

0.07/kWh atau lebih.

♦ Menggunakan suku bunga 12% dengan harga listrik US$

0.08/kWh.

4.8. Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik

Secara garis besar biaya pokok peyediaan tenaga listrik terdiri atas 3 komponen yakni ; Pembelian tenaga listrik, biaya bahan bakar dan biaya pemeliharaan. Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik di Provinsi Jawa Tengah dan DIY dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10

Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik di Jawa Tengah dan DIY

Provinsi (Rp/kWh)BPP-TT (Rp/kWh)BPP-TM (Rp/kWh)BPP-TR Jawa

Tengah dan DIY

783 849 1.011

Biaya Pokok Penyediaan tenaga listrik ini disesuaikan dengan pembangkit yang ada di daerah tersebut dimana pemerintah menetapkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik yang disediakan PT PLN (persero) sebagai acuan penghitungan harga listrik. Tabel 4.9 merupakan perbandingan BPP sebelum dan sesudah pembangunan PLTA Pump Storage Semarang.

Tabel 4.11

Perbandingan BPP sebelum dan setelah PLTA Pump Storage Semarang dibangun

Pembangkit Di Jawa

Tengah

PLTU PLTGU PLTG PLTA Total Kapasitas (MW) 300 1.033,90 95,06 346,64 1.775,60 BPP (Rp/kWh) 68,58 508,80 114,41 23,19 715,98 Pembangkit Di Jawa Tengah

PLTU PLTGU PLTG PLTA Total Kapasitas

(MW) 300 433,90 95,06 946,64 1.775,60 BPP

(Rp/kWh) 68,58 213,53 114,41 63,34 460,85 4.9 Perhitungan Daya Beli Masyarakat

Kemampuan konsumsi masyarakat akan energi listrik sangat menentukan seberapa besar harga jual listrik nantinya yang mampu dibayar. Biaya pembangkitan total dengan tingkat suku bunga (i) akan menjadi acuan untuk menentukan harga jual listrik. Besarnya biaya pembangkitan total akan dibandingkan dengan harga energi listrik yang dapat dikonsumsi masyarakat. Untuk mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik masyarakat Jawa Tengah, digunakan data kelistrikan dan kependudukan Propinsi Jawa Tengah sebagai acuan dalam analisa.

Pengeluaran per kapita = Rp 603.060,00/kapita

Diasumsikan 1 rumah tangga ada 4 anggota keluarga sehingga didapat :

(6)

= Rp 2.412.240,00

Sedangkan pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi energi listrik rata-rata adalah 10%. Maka pengeluaran rumah tangga untuk energi listrik adalah Rp. 241.224,00.

Dengan sambungan daya pelanggan pada 1300 VA maka dengan asumsi power faktor 0,8 didapat sambungan daya dalam watt adalah :

1300 VA x 0,8 = 1,04 kW

Dengan faktor beban = 64,91%, maka konsumsi listrik dalam 1 bulan didapat :

kWh/bulan= 1,04 kW x 30(hari) x 24 (jam) x Load Factor kWh/bulan= 1,04 kW x 30(hari) x 24(jam) x 0,6491 kWh/bulan= 486,05 kWh/bulan

Dengan biaya beban sebesar Rp. 11.000 (sesuai Keppres no. 103 tahun 2003 mengenai Tarif Dasar Listrik), dan tarif TDL rumah tangga untuk wilayah Propinsi Jawa Tengah adalah 514,66 seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.12

Harga Jual Listrik Rata-rata per sektor

Maka didapat biaya sebesar = 486,05 kWh x Rp. 514,66 = Rp. 250.150,49

Dengan penjumlahan biaya beban sebesar Rp. 11.000 didapat total biaya sebesar Rp. 261.150,49. Maka daya beli listrik rumah tangga diperoleh dari perbandingan antara total biaya energi listrik dengan pengeluaran untuk energi listrik, kemudian dikalikan dengan rata-rata tarif dasar listrik di Propinsi Jawa Tengah, maka :

/kWh Rp.492,98 Rp.514,66 ,49 Rp.261.150 250.150,49 Rp. = ×

4.10Analisa Dampak Lingkungan

(Gambar 4.3

Perbandingan emisi CO2 per pembangkit

Dari gambar grafik 4.3 diatas untuk pembangkit dengan bahan bakar air tidak memiliki emisi. Jika Pembangunan PLTA Pump Storage Semarang 2x300 MW tidak menghasilkan karbon kredit maka mendapat uang sebesar 0,5 cent./KWh. Karena PLTA memiliki 0 kg/KWh dengan ambang batas rata-rata 728 kg/kWh, maka CDM yang di dapat adalah sebagai berikut:

kWh

Rp

US

cent

cent

CDM

/

00

,

50

$

005

,

0

5

,

0

5

,

0

728

0

728

=

=

=

×

=

4.11

Analisis Indikator Ekonomi dan Sosial Provinsi Jawa Tengah

Keberhasilan kenerja pembangunan dapat dinilai dari seberapa besar persoalan yang mendasar dapat diatasi, seperti kemiskinan, pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan dan penegakan demokrasi. Indeks Pembangunan manusia di Indonesia menunjukan seberapa besar kemajuan tiap propinsi dalam membangun penduduknya.

Daftar IPM dan reduksi shortfall Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam tabel 4.13.

Kota Semarang merupakan daerah dimana PLTA Pump Storage Semarang didirikan. Dari penyusunan IPM pada tebel 4.13 dapat dilihat bahwa Kota Semarang mempunyai IPM tinggi dan reduksi shortfallnya rendah sehingga memungkinkan dilakukan pembangunan di berbagai sektor termasuk pembangunan PLTA Pump Storage Semarang.

Tabel 4.13

IPM, pendapatan per kapita, dan Reduksi Shortfall Provinsi Jawa Tengah

No Kabupaten / Kota Pengeluaran per Kapita(Rp 1.000) IPM ShortfallReduksi

1 Kab. Cilacap 625.07 71.21 2.17 2 Kab. Banyumas 622.38 72.36 2.30 3 Kab. Purbalingga 623.06 71.50 2.33 4 Kab. Banjarnegara 623.98 69.62 2.07 5 Kab. Kebumen 625.40 71.21 2.37 6 Kab. Purworejo 628.56 71.65 2.19 7 Kab. Wonosobo 624.60 70.24 2.20 8 Kab. Magelang 626.51 72.26 2.34 9 Kab. Boyolali 622.37 70.79 2.26 10 Kab. Klaten 638.07 73.52 2.46 11 Kab. Sukoharjo 639.00 73.57 2.56 12 Kab. Wonogiri 635.55 71.21 2.09 13 Kab. Karanganyar 640.92 72.80 2.43 14 Kab. Sragen 621.57 70.06 2.67 15 Kab. Grobogan 623.07 70.79 2.26 16 Kab. Blora 629.88 70.34 2.47 17 Kab. Rembang 635.04 71.76 2.61 18 Kab. Pati 635.27 72.99 2.06 19 Kab. Kudus 629.99 72.92 2.37 20 Kab. Jepara 623.61 72.68 3.01 21 Kab. Demak 626.28 72.26 2.54 22 Kab. Semarang 628.23 74.09 2.62 23 Kab. Temanggung 627.37 74.21 2.32 24 Kab. Kendal 627.91 70.06 2.36 25 Kab. Batang 622.50 69.80 2.10 26 Kab. Pekalongan 633.17 70.88 2.23 27 Kab. Pemalang 628.00 69.22 2.39 28 Kab. Tegal 629.67 70.08 2.64 29 Kab. Brebes 625.37 68.04 2.51 30 Kota Magelang 641.40 77.14 2.59 31 Kota Surakarta 641.60 77.78 2.45 32 Kota Salatiga 639.50 76.49 2.39 33 Kota Semarang 638.78 77.24 2.32 34 Kota Pekalongan 628.79 74.88 2.92 35 Kota Tegal 641.73 74.35 2.66 Rata-rata 623,06 71,05 2,38 V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan 6

(7)

antara lain :

1. Permasalahan energi listrik di Jawa Tengah adalah selalu mengalami perkembangan baik itu daya mampu maupun beban puncak yang terjadi di Jawa

Tengah. Pertumbuhan itu mengalami

ketidakseimbangan antara daya mampu dan beban puncak, ketidakseimbangan itu diatasi dengan sistem interkoneksi Jawa-Bali dan pembangunan pembangkit baru.

2.

Propinsi Jawa Tengah mempunyai rata-rata IPM sebesar 70,05 reduksi shortfall sebesar 2,38 tingkat pendidikan sebesar 6,46 pengeluaran perkapita sebesar 623,06. Dari data-data tersebut maka Propinsi Jawa Barat berpotensi untuk mengalami pembangunan di berbagai sektor dan untuk mencapai peningkatan rasio elektrifikasi maka harus dibangun pembangkit baru.

3. Dari perhitungan kelayakan investasi PLTA Pump Storage 2x300 MW Semarang, tampak bahwa pada kombinasi suku bunga 9% dan 12% dengan harga jual listrik 0,07 US$/kWh maupun 0,08 US$/kWh, maka nilai NPV-nya negatif, hal ini berarti investasi untuk PLTA ini masih kurang layak.

4. Dari sisi dampaknya terhadap lingkungan, PLTA merupakan pembangkit listrik yang relatif bersih dibandingkan PLTU, PLTG,PLTGU,PLTP.Hal ini disebabkan karena PLTA tidak menyebabkan polusi udara yang dikarenakan pembakaran

5.2 Saran

1. Perlunya segera dilakukan upaya-upaya efisiensi dalam penyediaan tenaga listrik di Jawa Tengah seperti salah satunya PLTA Pump Storage Semarang agar dapat membantu menekan biaya pokok penyediaan tenaga listrik dan mencapai tingkat keuangan yang diinginkan.

2. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga didapatkan alternatif untuk diversifikasi dan mendapatkan harga energi yang lebih kompetitif untuk jangka panjang.

3.

Strategi pembangunan pembangkit di Jawa Tengah haruslah mengutamakan pembangkit yang memanfaatkan energi dengan efisien, ekonomis, serta ramah lingkungan.

4. Dengan kerugian materi dari bencana banjir di semarang yang mencapai nilai Rp 75.000.000,00 maka apabila PLTA Pump Storage di bangun dan mendapatkan keuntungan maka dapat mengurangi kerugian materi karena bencana yang ada dapat dimanfaatkan menjadi suatu proyek yang menguntungkan.

5.

Dengan adanya program CDM (Clean Development Mechanism) maka bagi pembangkit-pembangkit yang dapat menekan nilai karbon kredit yang ada maka akan mendapatkan keuntungan dengan jumlah tertentu sehingga dapat digunakan untuk menekan Biaya Pembangkitan yang ada sehingga di dapat harga yang Lebih murah Lagi. Nilainya Rp 361,10 – Rp 50,00 = Rp 311,10 / kWh.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Kadir, Abdul, 1995. Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

2.

Mahmudsyah, Syarifuddin, Ir. M.Eng., Kenaikan Harga BBM dan Problematikanya, Serta Diversivikasi Energi Menghadapi Era Pengurangan Subsidi BBM, Seminar, ITS- Surabaya, 24 April 2002

3.

Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga. 2005.

4.

Muslim, Supari, Pembangkit Tenaga Listrik, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008.

5. ...,Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Tengah tahun 2007, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2007.

6.

...,2006. Statistik PLN, URL:http://www.pln.co.id

7.

...,2009. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, URL: http://www.jawatengah.go.id

8.

...,2009. Pemerintah Kota Semarang, URL: http://www.semarang.go.id

9.

...,2006. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2006-2026, Departemen Energi dan Sumber daya mineral, 2006.

BIOGRAFI PENULIS

Penulis dilahirkan di Semarang - Jawa Tengah pada Tanggal 10 Mei 1986 dengan nama lengkap Satria Duta Ninggar, dilahirkan sebagai putra pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Djatmiko Eko Warno dan Mardiana Relawati Utami yang bertempat tinggal di Semarang, Jawa Tengah.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepeluh Nopember Surabaya dengan NRP : 2204 100 016

Gambar

Gambar 2.1 PLTA Pump Storage 2.3 Metode Peramalan Kebutuhan Energi Listrik 2.3.1.  Regresi Linear Berganda
Gambar 4.2 : Turbine chart

Referensi

Dokumen terkait

laporan bulanan, dapat dilihat sudah ada pemisahan tugas yang cukup dalam prosedur penerimaan kas daerah yaitu pemisahan tugas penerima pajak/retribusi oleh bagian Bendahara

Pada bayi yang mengalami intoleransi susu sapi dan ASS sebaiknya tidak juga memakai susu formula kambing, karena dapat mengakibatkan anemia, iritasi intestinum, serta

Pernyataan ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa hasil analisa berkas rekam medis menentukan peringkat suatu unit atau sarana kesehatan. Apabila hasil analisa dari

Sedangkan apabila orang tersebut mengetahui ukuran kerangka tubuhnya maka orang tersebut dapatmengontrol berat badannya agar dapat selalu berada dalam keadaan

Dalam kegiatan praktik pengalaman lapangan, guru pembimbing sangat berperan dalam kelancaran penyampaian materi. Hal ini dikarenakan guru pembimbing sudah

Ditinjau dari kandungan NaCl dalam sludge kotor yaitu 48,5% dan kandungan padatan tak larut 40%,maka besar kemungkinannya sludge kotor ini dapat

Setelah melakukan kegiatan PPL2 di SMA Negeri 1 Pekalongan yang merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ini, pembelajaran masih dilakukan dalam bahasa Indonesia,

Tidak hanya berhenti pada pertanyaan-pertanyaan tersebut, pertanyaan masih dilanjutkan oleh Dadan, yang menanyakan program apa yang akan dibawa oleh Winni, sebagai