• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

22

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Restoran

Restoran berasal dari bahasa Perancis yaitu restaurer yang artinya tempat menyediakan makanan. Restoran merupakan penyedia ragam makanan yang lengkap dan merupakan kegiatan berskala besar dan kompleks, biasanya memiliki jenis makanan yang dihidangkan bervariasi sehingga pelanggan dapat dengan leluasa memilih dan menikmati makanan yang dikehendaki (Moehyi, 1992). Tujuan operasi restoran adalah untuk mencari keuntungan dan memuaskan para tamu yang berkunjung (Atmodjo, 2005).

Restoran adalah salah satu jenis usaha pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan permanen, dilengkapi peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya dan memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan ini Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.95/HK.103/MPPPT-87 tahun 1987 (Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi dalam Hasibuan, 2004). Menurut Simatupang (2004), restoran merupakan industri pangan yang bergerak dalam pengolahan dan penyajian makanan siap santap, menempati sebagian atau seluruh bangunan permanen yang dilengkapi peralatan dan perlengkapan proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan bagi umum.

Definisi restoran berdasarkan pengertian di atas adalah salah satu jenis usaha pangan yang terdapat pada suatu bangunan atau gedung permanen yang menyediakan beragam makanan yang lengkap sehingga pelanggan leluasa memilih dan menikmati makanan sesuai dengan keinginan konsumen. Tujuan berdirinya restoran adalah meberikan pelayanan berupa makanan dan minuman serta fasilitas tertentu kepada semua orang dalam rangka mencari keuntungan dan memberikan kepuasan kepada setiap konsumen yang berkunjung ke restoran.

Torsina (2000) membagi jenis-jenis restoran yang ada di luar hotel ke dalam beberapa jenis yang disesuaikan dengan target dan segmen pasar, tujuan utama, lokasi dan jenis makanan maupun minuman yang ditawarkan, yaitu :

(2)

23 a. Automat Restaurant, menggunakan mesin otomatis dan seseorang dapat mengambil makanan yang dikehendaki dengan memasukkan sejumlah koin sesuai dengan harga makanan yang tertera.

b. Delicatessent, restoran khusus yang menjual makanan khusus.

c. Bistro, restoran kecil model Prancis. Restoran jenis ini biasanya ada di pertokoan yang ramai dimana orang banyak melalui tempat tersebut.

d. Canteen, restoran yang menyediakan makanan kecil. Pada awalnya restoran ini berada di bawah kamp militer. Sekarang istilah kantin seringkali digunakan sebagai restoran untuk karyawan pada perusahaan atau gedung perkantoran. e. Cafe, merupakan restoran informal sejenis coffe shop hotel, namun berdiri

sendiri di luar hotel, mengutamakan penjualan makanan cepat saji dan menyediakan iringan musik seperti lounge hotel.

f. Rail Road Catering, restoran yang berada di dalam kereta api. Tamu dapat makan di restoran atau memesan pada waiter dan disajikan dengan menggunakan kereta dorong atau nampan.

g. Cafetaria, restoran self service, dimana para tamu mengambil sendiri hidangan yang disukai.

h. Steak house, yaitu restoran dengan spesialisasi menjual makanan yang dibakar.

i. Coffe pot, restoran kecil yang informal dengan harga yang dijangkau oleh golongan ekonomi manapun, biasanya berupa warung dan berada di tepi jalan. j. Drive Inn, berada di teater mobil, makanan dihidangkan dalam mobil, hanya

menjual makanan yang praktis, seperti sandwich, es krim, dan sebagainya. k. Rathkller, restoran ciri khas Jerman yang biasanya terletak di bawah tangga

atau di dalam basement.

l. Common, restoran yang menghidangkan makanan untuk banyak orang dalam satu meja panjang, baisanya terdapat dalam satu lembaga.

m. Specialies restaurant, restoran khusus yang menyajikan hidangan-hidangan khas dari daerah atau negara tertentu.

Berdasarkan jenis-jenis restoran di atas, maka Obonk Steak & Ribs Kota Bogor termasuk ke dalam Steak House yaitu restoran dengan spesialisasi menjual makanan yang dibakar. Restoran ini menyediakan makanan yang dibakar seperti

(3)

24 ribs, tenderloin, T-bone, blackpepper, tender pepper, hot tuna, gindara, cumi dan lain-lain. Selain makanan yang dibakar, restoran ini juga menyediakan snack, aneka jus, aneka punch, dan dessert.

2.2 Steak

Sejarah steak bermula pada cara orang Hawai mengolah daging yang mereka sebut ”barbacoa” atau ”membakar” daging secara perlahan dengan bumbu khusus. Tahun 1871 seorang pedagang daging di Detroit bernama G.H Hanharmand memperkenalkan cara pengiriman daging dengan kereta refrigerator yang menigkatkan konsumsi daging masyarakat Amerika. Setelah Perang Dunia II, daging sapi menjadi simbol kemakmuran Amerika.

Steak seolah-olah identik dengan negara Amerika Serikat karena negeri Paman Sam ini merupakan salah satu penghasil daging sapi yang berkualitas tinggi. Oleh sebab itu, banyak steak house (restoran khusus steak), restoran, hotel yang menggunakan daging sapi impor dari Amerika Serikat untuk steak, seperti US T-Bone Steak, US Tenderloin, US Sirloin, dan lain sebagainya. Di Indonesia daging steak tidak hanya berasal dari daging impor saja, seperti daging yang berasal dari Amerika Serikat dan New Zealand, tetapi juga dari daging lokal.

Pengertian steak dari kata beef steak adalah sepotong besar daging, biasanya daging sapi. Akan tetapi dada ayam dan ikan juga dapat dijadikan steak. Steak dikenal sebagai menu makanan mewah yang hanya bisa dinikmati di tempat-tempat mahal, restoran-restoran mewah, dan hotel. Oleh sebab itu, mengkonsumsi steak dapat menaikkan gengsi. Sekarang ini, steak tidak lagi menjadi sajian yang mahal bahkan dapat ditemui di tenda-tenda kaki lima. Steak biasanya dimasak dengan dipanggang, tetapi juga dapat digoreng. Daging yang bagus untuk dijadikan steak adalah daging sirloin dan terderloin yang empuk dan juicy. Steak dapat disajikan di atas hotplate dengan batu yang dibakar agar daging steak tetap panas, namun bisa juga di piring biasa. Steak didampingi dengan buncis, wortel, jagung manis, dan kentang bakar atau kentang goreng serta kacang-kacangan. Untuk mengkonsumsi steak menggunakan garpu dan pisau.

(4)

25 2.3 Bisnis Waralaba

2.3.1 Waralaba

Waralaba (franchise) merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal oleh dunia, dimana untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh perusahaan mesin jahit Singer di Amerika Serikat pada tahun 1851, yang kemudian diikuti oleh General Motors Industry pada tahun 1898 (IFBM, 2007). Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun 1950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau sering juga disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negeri asalnya, Amerika Serikat menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu bisnis di berbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS.

Waralaba atau franchising (dari bahasa Prancis untuk kejujuran atau kebebasan) adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, waralaba adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

Di Indonesia, istilah franchise mulai banyak dikenal pada tahun 1990-an. Awalnya ketika lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) International Labour Organization (ILO) tahun 1991 menyarankan kepada pemerintah Indonesia agar mengembangkan sistem franchise untuk meningkatkan lapangan kerja. Setelah itu dibentuklah Franchise Resource Center (FRC) yang merupakan wadah pemberdayaan usaha-usaha menjadi franchise, memasyaratkan, mensosialisasikan sistem franchise, serta mendorong pertumbuhan franchise lokal. Lembaga ini berada di bawah Departemen Perdagangan (Setiawan, 2006).

Franchise adalah suatu bentuk sinergi usaha yang ditawarkan oleh suatu perusahaan yang sudah memiliki kinerja unggul karena didukung oleh sumber daya berbasis pengetahuan dan orientasi kewirausahaan yang cukup tinggi dengan governance structure (tata kelola) yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh pihak lain dengan melakukan hubungan kontraktual untuk menjalankan usaha di bawah

(5)

26 format usaha dengan imbalan yang disepakati (Racmadi, 2008). Menurut Peraturan pemerintah R.I. No. 16 Tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997, waralaba adalah suatu bentuk kerjasama dimana pewaralaba (franchisor) memberikan ijin pada terwaralaba (franchisee) untuk menggunakan hak atas kekayaan intelektualnya, seperti nama, merek usaha dagang produk dan jasa serta sistem operasi usahanya. Sebagai timbal baliknya, terwaralaba membayar suatu jumlah tertentu atas kekayaan intelektual yang dimiliki oleh pawaralaba dalam kurun waktu tertentu.

2.3.2 Franchisor dan Franchisee

Franchisor adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki. Sedangkan franchisee adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki franchisor (IFBM, 2007).

Franchisor dan franchisee memiliki banyak ikatan antara lain : kesepakatan konseptual antara kedua belah (kontrak), adanya hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas atau merek/nama dagang yang dimiliki satu pihak yang digunakan pihak lainnya. Imbalan (fee) yang diberikan pihak pengguna pada pemilik hak kekayaan intelektual, penemuan, ciri khas usaha, atau merek/nama dagang, kemudian adanya pemeliharaan kepentingan terus-menerus yang dilakukan pihak pertama dalam bidang-bidang pengetahuan dan pelatihan, adanya format atau prosedur yang dimiliki dan dikendalikan satu pihak, serta adanya dana investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengguna. Terdapat dua hubungan franchise yang diakui, yaitu :

1. Franchise format bisnis, seorang pemegang franchise memperoleh hak untuk memasarkan dan menjual produk atau pelayanan dalam suatu wilayah atau lokasi spesifik dengan menggunakan standar operasional dan pemasaran. 2. Franchise distribusi produk, seorang pemegang franchise memperoleh lisensi

ekslusif untuk memasarkan suatu produk dari suatu perusahaan tunggal dalam lokasi spesifik.

(6)

27 Berdasarkan hubungan franchise di atas, maka Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor termasuk ke dalam jenis franchise format bisnis. Sugondo selaku franchisor memberikan ijin kepada Andy Eko Nugroho untuk menggunakan merek dagangnya dengan imbalan wajib membayar royalti awal dan royalti fee sebesar lima persen selama kurun waktu lima tahun.

2.4 Penelitian Terdahulu

Simamora (2005) menganalisis promosi produk mahkota dewa di PT Mahkota Dewa Indonesia (MDI) Jakarta. PT MDI merupakan perusahaan pertama yang mengolah mahkota dewa menjadi obat-obat tradisional yang berguna bagi kesehatan dengan merek “mahkota dewa”. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah persaingan yang ketat dalam industri obat tradisional sehingga perusahaan perlu untuk merancang suatu stratgi promosi agar masyarakat mengetahui keberadaan produk mahkota dewa dan menciptakan permintaan pasar yang akan memperbesar pangsa pasar. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Kunci sukses benchmarking meliputi empat aspek, yaitu produk, proses produksi, proses penyajian, dan segmentasi pasar.

Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi perusahaan, dapat diketahui bahwa tujuan utama promosi PT.MDI adalah menciptakan kesadaran merek. Faktor ini menunjukkan bahwa perusahaan ingin agar konsumen mengenal produk-produk yang berasal dari PT.MDI, sehingga konsumen tidak beralih kepada produk kesehatan tradisional pesaing. Hasil analisis pada hirarki pertama dapat diketahui bahwa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi promosi di PT.MDI adalah anggaran dengan bobot 0,240, dan sub kendala yang menjadi prioritas perusahaan adalah dana promosi dengan bobot 0,199. Berdasarkan sub pendukung dan sub kendala tersebut, maka penyusunan hirarki kedua untuk pemilihan alternatif strategi promosi yang paling tepat bagi PT. MDI adalah menitikberatkan pada periklanan. Periklanan diharapkan dapat menjawab sub kendala prioritas terbesar perusahaan penetapan dana promosi. Kemudian alternatif strategi lain menitikberatkan pada pemasaran langsung (0,219) dan penjualan secara pribadi,

(7)

28 alternatif humas/publisitas (0,205), alternatif promosi penjualan (0,192) dan alternatif terakhir dengan tidak melakukan perubahan (0,092).

Analisis strategi pemasaran pada Obonk Steak & Ribs Kota Bogor oleh Hardhy Teja Mukti pada tahun 2007. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa Restoran Obonk Steak & Ribs telah melakukan strategi diversifikasi produk dengan memiliki menu steak yang bervariasi dan harga produk hampir sama dengan cabang Obonk lainnya. Kelemahan dari Obonk Steak & Ribs adalah pengorganisasi belum tertata baik, jumlah SDM kurang, tidak ada pengawasan dari pusat, belum ada riset pasar dan pesaing serta pengembangan produk, area parkir tidak memadai, pencatatan keuangan masih sederhana, kegiatan promosi kurang gencar dan menarik. Alternatif strategi pemasaran yang terbaik untuk dilakukan Obonk Steak & Ribs adalah melakukan pengembangan promosi, perbaikan kualitas pelayanan, peningkatan kualitas manajemen, dan membuka usaha layanan delivery order.

Afiffey (2008) menganalisis benchmarking bisnis kompetitif steak (studi kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat). Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah tingginya tingkat persaingan dalam bisnis restoran sehingga perusahaan perlu mengembangkan dan memperbaiki kinerja restoran. Penelitian ini melakukan pembandingan dengan Restoran Macaroni dan Rumah Makan Abuba. Metode yang digunakan adalah metode benchmarking dan QFD. Hasil dari benchmarking bisnis kompetitif steak adalah benchmarking dilaksanakan pada aspek produk, apek proses produksi dan aspek proses penyajian. Disarankan agar Obonk Steak & Ribs Bogor mengembangkan tim research dan development product, memperbaiki proses produksi dengan membentuk tim pasar, perencanaan dan pengadaan bahan baku yang baik, memperbaiki proses penyajian dari segi penyiapan makanan dan kesigapan pramusaji dengan mencontoh perusahaan Abuba dan Restoran MP.

Lestari (2008) menganalisis strategi promosi Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor. Restoran DBC & Spageti Restaurant Bogor ini menawarkan berbagai menu berbahan dasar coklat dan spageti, namun coklat yang disajikan berbentuk kuburan oval plus nisan yang dibuat dari coklat sehingga terkesan unik. Permasalahan yang dihadapi restoran adalah tingkat

(8)

29 penerimaan aktual perbulan tahun 2008 yang lebih kecil dari kapasitas produksi perbulan tahun 2008, sehingga tingkat keuntungan belum optimal. Permasalahan ini diduga karena belum banyak orang yang mengetahui keberadaan DBC & Spageti Restaurant Bogor, sehingga perusahaan harus melakukan strategi promosi supaya konsumen merasa tertarik untuk membeli produk restoran yang unik. Metode analisis data menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Berdasarkan hasil analisis metode AHP pada hirarki pertama, tujuan utama DBC & Spageti Restaurant dari kegiatan promosi adalah memperkenalkan produk dan lokasi usahanya. Faktor utama yang dipertimbangkan pihak manajemen dalam menyusun strategi promosi adalah konsumen sehingga perusahaan perlu merancang kegiatan promosi agar loyalitas konsumen yang diharapkan dapat terbentuk pada setiap konsumennya. Berdasarkan hasil analisis dengan AHP pada hirarki kedua memilih pemasaran langsung sebagai strategi promosi yang paling tepat bagi restoran dengan bobot 0,309, alternatif lain adalah humas/publisitas (0,221), tidak melakukan perubahan (0,175), periklanan (0,175), dan alternatif terakhir menitikberatkan pada promosi penjualan dengan bobot 0,121.

Simorangkir (2009) meneliti strategi promosi produk minuman kesehatan curma (temulawak dan madu) di PT Biofarmaka Indonesia. Produk PT Biofarmaka Indonesia adalah minuman kesehatan Curma yang terbuat dari ekstrak temulawak dan madu murni. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah penjualan produk Curma yang berfluktuasi atau belum stabil pada bulan September 2008-Mei 2009. Metode analisis data penelitian ini menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Tujuan utama yang ingin dicapai oleh PT Biofarmaka Indonesia dalam menjalankan strategi promosi produk adalah meningkatkan penjualan. Faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi promosi adalah faktor anggaran (0,479) yang terdiri dari perputaran kas perusahaan (0,303) dan penjualan sebelumnya (0,175). Prioritas pertama alternatif strategi promosi yang dipilih perusahaan untuk produk Curma menitikberakan pada promosi penjualan dengan bobot 0,263. Alternatif lainnya adalah periklanan (0,249), pemasaran langsung (0,218), humas/publisitas (0,205) dan alternatif terakhir adalah promosi penjualan secara pribadi (0,065).

(9)

30 Syavriani (2009) menganalisis strategi promosi restoran Gurih 7, Bogor. Restoran Gurih 7 Bogor ini menawarkan berbagai menu makanan dan minuman bercita rasa khas Sunda. Dekorasi restoran ini menciptakan suasana desa yang sejuk dan menunjukkan etnik Sunda. Permasalahan yang dihadapi adalah penjualan Restoran Gurih 7 Bogor tidak mengalami peningkatan pada tahun 2006-2008, sehingga restoran ini perlu mengetahui bauran promosi yang paling berperan untuk meningkatkan jumlah pengunjung. Metode penelitian ini menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Tujuan utama promosi restoran adalah menginformasikan produk dan mengingatkan produk kepada masyarakat maupun pelanggan tetap. Hasil pengolahan AHP diketahui bahwa karakteristik produk menjadi faktor utama dalam menyusun strategi promosi restoran. Hal ini dikarenakan Restoran Gurih 7 merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kuliner dimana tujuan utamanya adalah memuaskan konsumen. Alternatif strategi promosi yang utama menitikberatkan pada kegiatan periklanan dengan bobot 0,475, alternatif kedua adalah meningkatkan kegiatan promosi saat ini yaitu periklanan dan promosi penjualan dengan bobot 0,240, alternatif ketiga promosi penjualan dengan bobot 0,210, dan alternatif terakhir adalah tidak melakukan perubahan dengan bobot 0,075.

Berdasarkan penelitian di atas mengenai strategi promosi, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi dan rumusan alternatif strategi promosi setiap perusahaan untuk mengatasi permasalahan memiliki prioritas yang berbeda-beda. PT Mahkota Dewa Indonesia menitikberatkan promosi periklanan karena perusahaan ini ingin menciptakan kesadaran merek sehingga konsumen dapat mengenal produk-produk perusahaan. PT Biofarmaka Indonesia menitikberatkan pada promosi penjualan yang dapat membantu perusahaan untuk membujuk konsumen melakukan pembelian dalam jumlah besar seiring dengan tujuan promosi PT Biofarmaka Indonesia yaitu meningkatkan penjualan. Restoran Death by Chocolate & Spageti Restaurant menitikberatkan strategi promosi pemasaran langsung karena lokasi usaha yang relatif kurang strategis sehingga perlu melakukan pemasaran langsung di tempat yang strategis. Restoran Gurih 7 Bogor menitikberatkan periklanan untuk membantu menginformasikan produk dan mengingatkan produk kepada pelanggan sesuai dengan tujuan perusahaan.

(10)

31 Penelitian yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Hasil penelitian adalah strategi promosi sehingga tidak berbeda jauh dengan penelitian terdahulu mengenai strategi promosi. Namun, produk yang dianalisis adalah makanan jadi berupa steak, berbeda dengan produk penelitian terdahulu yang meneliti produk mahkota dewa, ayam bakar, coklat dan spageti, minuman kesehatan curma dan restoran khas sunda. Tempat penelitian dilakukan di Restoran Obonk Steak & Ribs Kota Bogor yang merupakan tempat yang sama dengan penelitian terdahulu (Mukti H, 2007 dan Afiffey, 2008). Akan tetapi, topik yang diteliti berbeda dengan topik penelitian sebelumnya yang meneliti tentang strategi pemasaran dan analisis benchmarking bisnis. Penelitian mengenai analisis strategi promosi belum pernah dilakukan di Restoran Obonk Steak & Ribs Kota Bogor sampai saat ini. Dengan demikian penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian terdahulu.

(11)

32 Tabel 6. Nama, Judul, Tujuan Penelitian, dan Alat Analisis Penelitian Terdahulu

Nama Judul Tujuan Penelitian Alat

Saur Conatanius Simamora (2005) Analisis Strategi Promosi Produk Mahkota Dewa di PT Mahkota Dewa Indonesia, Jakarta

1. Menganalisis tujuan utama kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT. MDI

2. Mengkaji bentuk kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT. MDI

3. Menganalisis faktor-faktor yang paling berpengaruh dan menjadi unsur penyusun strategi promosi pada PT.MDI

4. Menyusun rekomendasi alternatif strategi promosi yang paling tepat bagi PT. MDI sesuai dengan peluang dan kendala yang dihadapi

-PHA Hardhy Teja Mukti (2007) Analisis Strategi Pemasaran pada Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor

1. Mengidentifikasi strategi bauran pemasaran yang telah dilakukan oleh OS&R Bogor

2. Menganalisis persepsi konsumen terhadap bauran pemasaran yang telah dilakukan OS&R Bogor

3. Menyusun alternatif strategi pemasaran bagi

OS&R Bogor agar dapat bersaing dengan restoran lainnya - IFE -EFE -IE -SWOT -QSPM Zulka Afiffey (2008) Analisis Benchmarking Bisnis Kompetitif Steak (Studi Kasus Obonk Steak & Ribs di Bogor, Jawa Barat)

1. Menganalisis kunci sukses pengembangan bisnis Obonk Steak & Ribs Bogor dalam menghadapi pesaing-pesaing sesama steak 2. Menganalisis kunci sukses komparasi strategi

pengembangan bisnis steak yang dilakukan

Obonk Steak & Ribs Bogor terhadap pesaing-pesaingnya.

3. Menentukan strategi yang harus dipilih oleh

Obonk Steak & Ribs Bogor untuk perkembangan perusahaan. - QFD Sri Wahyuni Lestari (2008) Analisis Strategi Promosi Death By Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor

1. Mengidentifikasi bentuk kegiatan promosi yang dijalankan oleh DBC & Spageti Restaurant 2. Menentukan faktor yang paling berpengaruh

dalam penyusunan strategi promosi

DBC&Spageti Restaurant

3. Merumuskan alternatif strategi promosi yang tepat bagi DBC & Spageti Restaurant sesuai dengan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki. -PHA Clara Larasati Simorangkir (2009) Strategi Promosi Produk Minuman Kesehatan Curma (Temulawak dan Madu) di PT Biofarmaka Indonesia

4. Mengidentifikasi bentuk kegiatan promosi produk minuman kesehatan Curma yang telah dilakukan oleh PT Biofarmaka Indonesia 5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

penyusunan strategi promosi pada produk minuman kesehatan Curma PT Biofarmaka Indonesia

6. Menyusun alternatif strategi promosi produk minuman kesehatan Curma yang tepat bagi PT Biofarmaka Indonesia -PHA Andina Syavriani (2009) Analisis Strategi Promosi Restoran Gurih 7, Bogor

1. Mengevaluasi kegiatan promosi yang dilakukan oleh Restoran Gurih 7, Bogor.

2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi promosi Restoran Gurih 7, Bogor

3. Merumuskan alternatif strategi promosi yang sesuai bagi Restoran Gurih 7, Bogor

Referensi

Dokumen terkait

Tipe ini banyak digunakan sebagai rele bantu, karena dapat mempunyai kontak yang banyak dan kontaknya mempunyai kapasitas pemutusan arus yang lebih besar, untuk lebih jelasnya

dokumen AMDAL yang dinilai oleh Tim Komisi AMDAL dan Peningkatan Kualitas Laboratorium Lingkungan Menurunkan tingkat pencemaran dari industri menengah/besar dan

Kompleks Ruko Mangga Dua Square Blok G No.6 Jalan Gunung Sahari Raya No.1.. Kota

Pada hasil akhir pengomposan menunjukkan bahwa dengan penambahan slurry, ragi dan EM4 dapat menurunkan suhu dan rasio C/N, dan dengan penambahan ragi dan 2 liter slurry

Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaga Negara Republik Indonesia tahun 1958 Nomor

Bentukan seperti motif sekar jagad yang berbentuk dinamis dari flora dan fauna pada ingkup- lingkup dapat nenyalurkan angin pada tapak.. Main Entrance

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga). Seluruh pecandu Narkotika akan mendapat hukuman hilang kemerdekaan diakaitkan dengan kepemilikan Narkotika. kalau

Az ÖMKi 2012-ben indította el on-farm kutatási programját, melyben immár több mint száz ökológiai gazdálkodóval folyta- tunk kísérleteket ökológiai kertészeti,