• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SQ4R BERBASIS KETERAMPILAN PROSES BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS LETKOL WISNU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SQ4R BERBASIS KETERAMPILAN PROSES BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS LETKOL WISNU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SQ4R BERBASIS

KETERAMPILAN PROSES BERPENGARUH TERHADAP HASIL

BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS LETKOL WISNU

Pt. Indah W Rahayu

1

, Siti Zulaikha

2

, I Gst. Agung Oka Negara

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email: indahwidaydnyanirahayuputu@yahoo.com

1

, sitizulaikha349@yahoo.com

2

,

Igustiagungokanegara@yahoo.co.id

3

,

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian yaitu non equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara. Pengambilan sampel dalam populasi dilakukan dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD No. 1 Peguyangan sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 40 siswa, dan siswa kelas V SD No. 12 Peguyangan sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 35 siswa. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan metode tes yaitu tes objektif dengan bentuk pilihan ganda biasa. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji statistik yaitu uji-t. Hasil analisis menunjukkan thit =

4,21 sedangkan ttab pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 73 sebesar 2,000, sehingga thit >

ttab. Analisis ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara.

Kata-kata kunci: Pembelajaran kooperatif tipe SQ4R, keterampilan proses, dan hasil belajar IPA

Abstract

This study aims to find out of significant deferences of the learning result of natural science between the student who was learned through cooperative teaching and learning model of type SQ4R based on process skill with the student who was learned with conventional teaching and learning at the student grade V SD Gugus Letkol Wisnu North Denpasar. This study was quasy experiment research with nonequivalent control group design. Population in this study were all the student grade V SD Gugus Letkol Wisnu North Denpasar. Sample taken in population have been taken by random sampling technique. Sample in this study were the students grade V of SD No.1 Peguyangan as experiment group by number of 40 students, and the student grade V of SD No.12 Peguyangan as control group by number of 35 students. Data of natural science learning result was collected by test method that were objective test with multichoice. Then data analyzed with t-test. The result of analysis showed tcalculate= 4,21 and ttable at significancy level of 5% with df=73 is 2,00, so that tcalculate> ttable.

This analysis showed that Ha accepted and Ho rejected. It is have meaning there is significant difference of natural science learning result between the student who was learning through cooperative teaching and learning model of type SQ4R based on skill process with the student who was learning with conventional learning. Thus it can be concluded that cooperative teaching and learning model of type SQ4R based on process

(2)

skill have effect toward natural science learning result at the student grade V of SD Gugus Letkol Wisnu North Denpasar.

Keywords: Cooperative Teaching and Learning of Type SQ4R, Process Skill, And Learning Result of Natural Science

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang sangat penting di sekolah dasar karena dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa terhadap lingkungan sekitar. Menurut Iskandar (2001:2) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa – peristiwa yang terjadi di alam. IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth), (Sutrisno.dkk, 2007:1.19). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sulistyorini, 2007:39).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa – peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

Dalam pembelajaran di SD, pembelajaran IPA dipandang sebagai suatu proses aktif, dan sangat dipengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin dipelajari siswa. Proses pembelajaran bukan semata – mata bergantung pada apa yang disajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang seharusnya diperoleh siswa dan bagaimana siswa mengolah informasi tersebut berdasarkan

pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.

Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Ini tentu saja sangat ditunjang dengan perkembangan dan meningkatnya rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi, mengambil keputusan, dan mencari berbagai bentuk aplikasi yang paling mungkin diterapkan dalam diri dan masyarakatnya. Bila pembelajaran IPA diarahkan dengan tujuan seperti yang diuraikan di atas, diharapkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam memberdayakan siswa.

Menurut Samatowa (2011:10) menyatakan: Ada beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam memberdayakan siswa melalui pembelajaran IPA adalah : (1) pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya, anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari. Pemahaman akan pengetahuan apa yang dibawa siswa dalam pembelajaran akan sangat berdaya untuk membantu siswa meraih pengetahuan yang seharusnya mereka miliki. Siswa akan terbantu untuk memperbaiki konsepsi mereka yang salah, kurang lengkap, atau bahkan dapat meningkatkan pengetahuan yang mereka sudah miliki. Ini memberi peluang kepada siswa untuk mengalami bahwa belajar IPA sangat berarti dan bahkan menyenangkan. Guru sebaiknya tidak terlalu cepat mengabaikan apa yang dipikirkan siswa, manakala ia menjumpai apa yang dipikirkan siswa adalah sesuatu yang sederhana, bahkan tidak relevan. Sesungguhnya apa yang dikemukakan siswa merupakan cerminan bagaimana

(3)

siswa memiliki gagasan sebagai hasil berpikirnya dengan menggunakan penalaran dan pengetahuan yang telah dimilikinya selama ini, (2) aktivitas siswa melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA. Aktivitas ini dapat dilakukan di laboratorium, di kelas dengan berbagai alat bantuan belajar, atau bahkan di lingkungan sekolah. Dengan berbagai aktivitas nyata ini siswa akan dihadapkan langsung dengan fenomena yang akan dipelajari, dengan demikian berbagai aktivitas itu memungkinkan terjadinya proses belajar yang aktif, (3) dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi bagian penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran. Melalui kegiatan bertanya, siswa akan berlatih menyampaikan gagasan dan memberikan respons yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan, (4) dalam pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam menjelaskan suatu masalah.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara, masih ditemukan proses pembelajaran yang didominasi oleh guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikir. Pada pembelajaran tersebut suasana kelas cenderung teacher-centered dan jarang dilakukan kegiatan praktikum pada saat pembelajaran IPA, sehingga siswa kurang diberikan pengalaman langsung dalam pembelajaran yang mengakibatkan siswa menjadi pasif, hal ini berdampak pada nilai siswa yang belum optimal.

Adanya permasalahan seperti itu, agar siswa aktif perlu diberikan pembelajaran yang inovatif, dapat memotivasi siswa, dan memberikan pengalaman langsung dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses. Suyatno (2009:67) menyatakan “model

pembelajaran SQ4R adalah

pengembangan dari model pembelajaran SQ3R dengan menambahkan unsure

reflect”. Uno (2011: 115) menyatakan

bahwa “model pembelajaran SQ3R merupakan salah satu bagian strategi elaborasi yang berfungsi untuk membentuk kebiasaan siswa berkonsentrasi dalam membaca, melatih kemampuan membaca cepat, melatih daya peramalan berkenaan dengan isi bacaan dan mengembangkan kemampuan membaca kritis dan komprehensif”. Strategi elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga imformasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Dengan demikian, model pembelajaran SQ4R adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara bersama-sama dan cermat. Menurut Suyatno (2009:67) menyatakan langkah-langkah dari model pembelajaran SQ4R yaitu sebagai berikut. 1) Langkah pertama yaitu survey, dengan mencermati teks bacaan dan mencatat/menandai ide pokok setiap paragraf. Dalam melakukan aktivitas survey diperlukan suatu yang dapat membantu dan mendorong siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya adalah agar siswa mengetahui panjangnya teks, judul bagian

(heading) dan judul sub-bagian (sub-heading), istilah dan kata kunci, dan

sebagainya. 2) Langkah kedua yaitu

question, dengan membuat pertanyaan

(mengapa, bagaimana, dan darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar) dalam melakukan aktivitas question guru memberi petunjuk atau contoh kepada para siswa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan, dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Pertanyaan yang disusun hendaknya diambil dari bagian bacaan waktu membaca dengan susunan sebagaimana susunan wacana tersebut. 3) Langkah ketiga yaitu read, dengan membaca teks dan mecari jawabannya. Melalui langkah

read guru menugaskan siswa secara aktif

dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah

(4)

tersusun. 4) Langkah keempat yaitu reflect, merupakan aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan. Reflect bukanlah langkah yang terpisah dengan langkah membaca tetapi merupakan suatu kesatuan. Selama membaca guru menugaskan siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal, tetapi cobalah untuk memahami informasi yang disampaikan. 5) Langkah kelima yaitu

recite, merupakan mempertimbangkan

jawaban yang ditemukan (catat/bahas bersama). Melalui langkah recite guru menugaskan siswa untuk menyebutkan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. 6) Langkah keenam yaitu

review, merupakan cara meninjau ulang

menyeluruh. Pada langkah terakhir guru menugaskan siswa untuk meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. Dengan cara siswa untuk melihat kembali dan membandingkan tulisannya dengan bahan bacaan yang sebenarnya jika ada kesalahan, siswa memperbaiki tulisannya sesuai dengan isi jawabannya tersebut.

Untuk menunjang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R, keterampilan proses dipilih sebagai sarana dalam mengaplikasikan materi saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi. Menurut Conny Semiawan, dkk (1992:17) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru.

Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dijadikan alternatif, sebab model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R pada prinsipnya merupakan langkah prosedural untuk memahami isi teks dalam buku, artikel, dan langkah – langkah yang ditempuh dalam teknik ini tampaknya sudah menggambarkan prosedur ilmiah, sehingga diharapkan setiap informasi yang dipelajari dapat tersimpan dengan baik dalam sistem

memori jangka panjang siswa dan dengan adanya penerapan keterampilan proses yang lebih ditekankan pada pengembangan keterampilan fisik dan mental siswa agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan keterampilan dasar yang dimiliki, sehingga siswa dapat mengingat proses pembelajaran lebih lama sehingga nantinya pembelajaran di SD yang efektif dapat tercapai.

Dalam penelitian ini dapat diajukan permasalahan, yaitu apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014?

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD di Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Pemilihan Gugus Letkol Wisnu sebagai tempat penelitian karena terjangkau. Keterjangkauan disini artinya tempat penelitian mudah dijangkau oleh peneliti.

Dalam penelitian eksperimen, terdapat tiga karakteristik penting yaitu memanipulasi, mengontrol, dan mengobservasi (Sukardi, 2003:180). Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu yaitu ”nonequivalent control group design” karena dalam penelitian ini tidak bisa dikontrol dan dimanipulasi secara ketat. Dalam suatu penelitian tidak terlepas dari

(5)

objek yang akan diteliti, seperti halnya pada penelitian eksperimen ini mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

Objek yang diteliti diistilahkan sebagai populasi dan sampel. Dalam suatu penelitian, populasi dan sampel memiliki hubungan saling keterkaitan. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara yang terdiri dari 7 sekolah.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:118). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling tetapi yang dirandom adalah kelas. Dalam penelitian ini, setiap kelas memperoleh hak yang sama dan mendapat kesempatan dipilih menjadi sampel. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengundi. Berdasarkan pengundian diperoleh dua kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu kelas V di SD No. 1 Peguyangan sebagai kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dan kelas V di SD No. 12 Peguyangan sebagai kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Setelah menentukan sampel dalam penelitian ini, selanjutnya dilakukan uji kesetaraan sampel untuk mengetahui tingkat kesetaraan antara kedua sampel. Dalam uji kesetaraan tersebut menggunakan nilai pre test dengan menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas.

Uji normalitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa uji statistik yang digunakan dalam uji hipotesis benar-benar

bisa dilakukan. Hal ini penting, karena jika data tidak normal maka uji-t tidak bisa dilakukan. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan chi-kuadrat (x2). Hasil perhitungan uji x2 menunjukkan bahwa x2hitung kurang dari x2tabel untuk kedua

kelompok, maka Ho diterima (gagal ditolak) ini berarti kedua data berdistribusi normal. Uji homogenitas bertujuan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh dari uji-t benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan perbedaan yang terjadi di dalam kelompok. Uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji Havley (uji-F) dengan kriteria data homogen jika Fhitung<Ftabel. Hasil perhitungan

uji-F menunjukkan bahwa Fhitung kurang dari

Ftabel berarti varians data hasil belajar IPA

siswa kelompok eksperimen dan control adalah homogen.

Berdasarkan perhitungan uji-t, dengan dk = 73 dan taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel = 2,000. Sedangkan thitung = 1,42. Ini

berarti thitung lebih kecil dari ttabel

(1,42<2,000), maka H0 diterima dan Ha

ditolak, ini berarti tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara dua kelompok penelitian dengan kata lain kedua kelompok setara.

Terdapat banyak variabel dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel tersebut dibatasi. Hal itu dilakukan karena penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2011:60) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang sering disebut sebagai variabel independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2011:61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses yang dikenakan pada kelompok eksperimen. Variabel terikat yang sering

(6)

disebut variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:61).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes hasil belajar IPA pada ranah kognitif.

Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2010:53). Tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa adalah tes objektif dengan bentuk pilihan ganda biasa, yang berjumlah 30 butir soal. Tes disusun oleh mahasiswa dan guru bidang studi IPA melalui bimbingan dari dosen pembimbing.

Selanjutnya pelaksanaan penelitian dilakukan dengan perlakuan terhadap masing-masing kelompok sampel yakni penerapan model kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses pada kelompok eksperimen dan penerapan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok sampel tersebut diberikan post

test. Hal tersebut dilakukan untuk

memperoleh data hasil belajar IPA siswa secara kognitif.

Melalui data yang diperoleh, kemudian diuji dengan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui sebaran data skor hasil belajar IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan rumus chi-squre. Sedangkan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui

perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok dengan menggunakan uji-F. Setelah uji prasyarat dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melaksanakan penelitian, maka diperoleh data nilai akhir yang meliputi aspek kognitif dari hasil post-test. Data yang terkumpul dari kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dan kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional selanjutnya diuji normalitas.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa uji statistik yang digunakan dalam uji hipotesis benar-benar bisa dilakukan. Hal ini penting, karena jika data tidak normal maka uji-t tidak bisa dilaksanakan. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan chi-kuadrat (x2) pada kedua data berikut.

E = kelompok data hasil belajar IPA yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses.

K = kelompok data hasil belajar IPA yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Perhitungan uji x2 menunjukkan x2hit

lebih kecil daripada x2tabel untuk semua

kelompok. Ini berarti H0 diterima (gagal

ditolak) jika kedua data berdistribusi normal. Rangkuman uji normalitas untuk kedua kelompok tersebut dijabarkan pada tabel 1.

Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Sampel No. Kelompok

Sampel

Jumlah Sampel

X2hit X2tabel Keterangan

1. E 40 2,25 11,07 Normal

(7)

Berdasarkan tabel di atas dapat dirangkum bahwa, hasil uji normalitas data kedua kelompok berdistribusi normal, maka dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu uji homogenitas varians.

Uji homogenitas varians bertujuan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh dari uji-t benar-benar berasal dari

perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan perbedaan di dalam kelompok. Uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji F dari Havley dengan kriteria data homogen jika Fhit < Ftabel.

Rangkuman hasil uji homogenitas sebagai berikut.

Tabel 2. Tabel Rekapitulasi Hasil Uji F Sampel No. Kelompok

Sampel

Jumlah Sampel

Fhit Ftabel Keterangan

1. E 40

1,04 1,80 Homogen

2. K 35

Berdasarkan tabel di atas, dapat dirangkum bahwa data pada kedua kelompok memiliki varians yang homogen.

Data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang telah memenuhi syarat berdistribusi normal dan homogen, sehingga dapat untuk dilanjutkan uji-t. Hipotesis yang disajikan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: H0 : µ1 = µ2 dengan Ha : µ1 = µ2 arti

hipotesis tersebut adalah H0 : µ1 > µ2

artinya terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional.

H0 : µ1 > µ2 artinya tidak ada

perbedaan secara signifikan hasil belajar

IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Uji hipotesis tersebut dilakukan melalui uji beda mean (uji-t). Dengan kriteria pengujian H0 ditolak jika thit ≥ ttabel.

Dari hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit

sebesar 4,21. Untuk mengetahui signifikansinya, jika perlu dibandingkan dengan nilai ttabel dengan dk = 73 dan

signifikansinya 5% diperoleh ttabel = 2,000.

Karena nilai thit > ttabel (4,21 > 2,000), maka

H0 ditolak. Hal tersebut juga ditinjau dari

rata-rata hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa siswa kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol (72,35 > 63,51).

Tabel 3 Tabel Rekapitulasi Hasil Uji-t No. Kelompok Sampel Jumlah Sampel Derajat Kebebasan dan Taraf Signifikansi

thit ttabel Keterangan

1. A1 40 73 dan 5% 4,21 2,000 Terdapat perbedaan yang signifikan 2. A2 35

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thit sebesar 4,21 dengan taraf

signifikansi 5% dan dk = 73 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,000. Berarti thit > ttabel, maka hipotesis nol yang

diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif.

Dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan siswa hasil belajar IPA antara kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

Sebelum dilakukan treatment, terlebih dahulu peneliti melakukan penyetaraan dengan nilai ulangan umum IPA kelas IV semester 2 melalui uji-t untuk menyatakan

(8)

kedua kelompok yang digunakan sebagai sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setara. Berdasarkan analisis nilai ulangan umum antara kedua kelompok tidak terdapat perbedaan yang signifikan, ini menunjukkan bahwa kedua kelompok setara. Maka dapat diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses pada kelompok eksperimen dan pembelajaran secara konvensional pada kelompok kontrol.

Setelah diberikan perlakuan pada kedua kelompok, selanjutnya kedua kelompok tersebut diberikan post-test untuk mengetahui hasil belajar IPA. Adapun hasil

post-test pada kelompok eksperimen

diperoleh nilai rata-rata sebesar 72,35 dan untuk kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 63,51. Hal ini menyatakan bahwa siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses nilai rata-ratanya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional.

Dalam pengujian hipotesis diperoleh thitung = 4,21 sedangkan ttabel pada taraf

signifikansi 5% dan dk = 73 adalah 2,000 yang menunjukkan bahwa thitung = 4,21 >

ttabel = 2,000, maka H0 ditolak dan Ha

diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan uji-t diperoleh thitung >

ttabel, yang menyebutkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan karena perbedaan perlakuan (treatment) pada proses pembelajaran. Perbedaan hasil belajar tersebut

diakibatkan dari aktivitas siswa yang lebih baik dalam pembelajaran dengan model kooperatif tipe SQ4R yang menekankan pada kegiatan mengorganisasikan bahan yang dibaca.

Keunggulan dari model kooperatif tipe SQ4R diantaranya adalah 1) dapat mengaktifkan pengetahuan awal siswa dan megawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui sebelumnya, 2) dapat membantu siswa mengingat apa yang telah dibaca atau efektif dalam membantu siswa menghafal imformasi dari bacaan, 3) dapat membantu siswa memahami suatu bacaan, 4) membantu siswa untuk belajar sendiri, 5) membantu siswa untuk berpikir kritis, 6) dapat meningkatkan rasa senang dan konsentrasi siswa pada pembelajaran (Ulfi, 2010).

Selain menggunakan model kooperatif tipe SQ4R, dalam pembelajaran juga menggunakan keterampilan proses. Keterampilan proses sebagai suatu pendekatan dalam proses pembelajaran mengarah pada pengembangan kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai pendorong untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Menurut Hamalik (2012:150) ada 7 jenis kemampuan yang hendak dikembangkan melalui proses pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses, yakni: 1) mengamati, 2) menggolongkan/mengklasifikasikan, 3) menafsirkan (menginterpretasikan), 4) meramalkan, 5) menerapkan, 6) merencanakan penelitian, dan 7) mengkomunikasikan.

Sehingga melalui model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses membuat siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya diberikan konsep – konsep secara teoritis namun juga diberikan pengalaman yang mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain dan dilatih untuk terampil dalam mencari serta menemukan informasi sendiri sehingga siswa terlibat secara aktif dalam melakukan pengamatan maupun percobaan. Selain itu, dengan pembelajaran yang demikian dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi dengan siswa

(9)

yang lainnya maupun dengan guru, sehingga materi yang dipelajari akan lebih lama diingat dan lebih bermakna bagi siswa, serta hasil belajarnya lebih optimal dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada metode ceramah, penugasan, dan pemberian catatan yang menyebabkan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran.

Uraian di atas didukung oleh hasil penelitian Pramana (2012) yang menunjukkan bahwa hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual berbasis PQ4R lebih baik dibandingkan hasil belajar PKn siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas IV SD N 2 Gianyar tahun ajaran 2011/2012.

Diperkuat oleh hasil penelitian Suardani (2013) yang menyatakan bahwa rata-rata hasil keterampilan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VB SD N 9 Pedungan yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran SQ4R lebih tinggi dari siswa kelas V SD N 13 Pedungan tahun pelajaran 2012/2013.

Dengan demikian bahwa benar model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses memberikan pengaruh positif bagi siswa dalam proses pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dengan uji-t, diperoleh thit = 4,21 > ttabel (= 0,05, 70)=

2,000. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses lebih baik dibandingkan yang mengikuti pembelajaran konvensional. Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPA

x

72

,

35

x

63

,

51

kelompok yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah 1) kepada para siswa agar berlatih menggunakan ide dan pemikiran secara teoritis dalam pembelajaran IPA, 2) kepada para guru agar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R berbasis keterampilan proses dalam pembelajaran IPA, dan 3) kepada peneliti lain yang tertarik dengan hasil penelitian ini dengan model pembelajaran kooperatif tipe SQ4R dapat dijadikan bahan banding lebih mendalam dengan memperluas populasi.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hamalik, Oemar. 2012. Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Iskandar, Srini M. 2001. Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam. Penerbit CV.

Maulana.

Pramana, Kadek Agus Bayu. 2012.

Pengaruh Penerapan Pembelajaran

Kontekstual Berbasis Preview

Question Read Reflect Recite

Review (PQ4R) Terhadap Hasil

Belajar Pendidikan

Kewarganegaraan Siswa Kelas IV SD N 2 Gianyar. Skripsi, Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP, Universitas Pendidikan Ganesha. (Skripsi tidak diterbitkan) Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT

Indeks.

Semiawan, C., A.F. Tangyong, S. Beleh, Y. Matahelemual, W. Suseloardjo. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses : Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta : PT

(10)

Suardani, Ni Luh Ade. 2013. Pengaruh

Model Pembelajaran SQ4R (Survey

Question Read Reflect Recite

Review) Terhadap Keterampilan

Membaca Dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Gugus I Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi,

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP, Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sulistyorini, S. 2007. Model Pembelajaran

IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya Dalam KTSP.

Semarang : Tiara Wacana.

Sutrisno, Leo. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran

Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana

Pustaka.

Ulfi. 2010. Model Pembelajaran SQ4R.

Tersedia pada

http://mahasiswajenius.blogspot.co

m/2012/06/metode-membaca-sq4r.html Diakses pada tanggal 29 Oktober 2013.

Referensi

Dokumen terkait

38 Oleh karena itu, filsafat tidak hanya menjadi sebuah wacana pemikiran, namun sejatinya telah menjadi satu identitas dari sekian produk pandangan hidup yang memberikan

Berdasarkan dengan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran dan Evaluasi Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Belanja Pengadaan Material LPJU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KABUPATEN

Pada kegiatan pendataan santri-santri TPA AZZAWIYAH membutuhkan pengolahan data yang cepat dan baik, tidak membuang waktu banyak dan data-data yang ada tersusun lebih rapih selain

Gagasan dasarnya adalah bahwa perilaku membantu dapat memotivasi pengamatan orang terhadap penderitaan korban, karena pengamat mulai menempatkan diri di tempat

Begitu pula yang dinyatakan oleh Strickberger (1985) bahwa hadirnya gen letal pada kromosom X juga akan mempengaruhi jenis kelamin, dimana dari persilangan antara betina

The sustainability of cocoa production in Tanggamus faced some weaknesses i.e: (1) low availability of high yielding planting materials and that resistant to pest and

Sasaran pembangunan yang diturunkan dari 7 (tujuh) misi pembangunan Kabupaten Dharmasraya yaitu terdiri dari 28 sasaran pokok dan 63 arah kebijakan pembangunan

[r]