61 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Proses Komunikasi Remaja
Menurut Wiryanto dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, ia mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses, dimana komunikator menyampaikan pesan berupa lambang-lambang yang mengandung arti, lewat saluran tertentu kepada komunikan.
Tiap manusia dengan perbedaan usia, tingkat pendidikan, suku, agama, negara dll, memiliki cara penyampaian pesan yang berbeda, tergantung dari latar belakang komunikator dan komunikannya. Bahkan tak jarang antara komunikator dan komunikan mengalami miskomunikasi karena memiliki perbedaan makna dari pesan yang disampaikan, maupun proses penyampaian pesan tersebut. Namun penelitian ini tidak akan membahasa bagaimana miskomunikasi dalam penyampaian pesan ini, penelitian ini akan membahasa proses komunikasi yang dilakuakn oleh para remaja, ketika mereka saling berinteraksi menggunakan bahasa yang mereka ciptakan, yang sering juga disebut dengan bahasa gaul.
Bahasa gaul bukan sesuatu yang asing lagi ditelinga kita, bahasa ini adalah bahasa yang digunakan oleh para remaja, dalam mereka berkomunikasi dan berinteraksi di dalam kelompok mereka. Masa remaja, ditinjau dari segi perkembangan, merupakan masa kehidupan manusia yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara lain petualangan, pengelompokan, dan “kenakalan”. Ciri ini tercermin pula dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa “rahasia” yang hanya berlaku bagi kelompok mereka, atau kalau semua pemuda sudah tahu, bahasa ini tetap rahasia bagi kelompok anak-anak dan orang tua (Sumarsono, 2009:150).
Pada umumnya para remaja menggunakan pertuturan ini untuk berkomunikasi dengan sesamanya dalam keadaan santai dan berfungsi untuk menjalin keakraban atau sebagai identitas keakraban.Terkadang bagi mereka yang sudah tidak remaja lagi, bahasa remaja ini menimbulkan kebingungan karena tidak dapat mengerti apa yang diucapkan atau yang ditulis para remaja itu saat mereka berkomunikasi
4.1.2. Percakapan ( Dalam Komunikasi Kelompok )
Seperti yang disebutkan oleh Prof. Onong dalam bukunya Ilmu teori dan filsafat komunikasi.
Komunikasi kelompok (Group Communication) berarti komunikasi yang berlaku antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari empat orang1.
Dalam penelitian ini, penulis meneliti proses komunikasi yang terjadi di dalam kelompok siswa-siswi SMA 57. Namun bukan hanya dalam komunikasi kelompok saja yang diteliti, tapi juga komunikasi antar pribadi. Karna dalam kedua jenis komunikasi tersebut, remaja (siswa-siswi SMA 57) memilih untuk menggunakan bahasa gaul, dalam proses komunikasi mereka. Proses komunikasi yang dilakukan oleh para siswa ini bentuknya adalah percakapan, baik itu dilakukan di dalam maupun di luar sekolah. Dalam percakapan tersebut terlihatkan dengan jelas penggunaan bahasa gaul, baik melalui pesan yang mereka sampaikan ke sesama remaja dan efek yang ditimbulkan sebagai umpan balik dari pesan yang mereka terima.
4.1.3 Bahasa Gaul
Pada masa sekarang, bahasa gaul banyak digunakan oleh kaula muda. Bahasa ini bersifat temporal dan rahasia Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata yang digunakan dalam bahasa gaul sering kali berubah. Para remaja menggunakan bahasa gaul ini dalam ragam lisan
1
Prof. Onong Uchjana Effendy.,M.A. Ilmu Komunikasi Dan Filsafat Komunikasi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 75
dan ragam tulis, atau juga dalam ragam berbahasa dengan menggunakan media tertentu, misalnya, berkomunikasi dalam jejaring sosial.
Para remaja menganggap bahasa gaul dialek Jakarta lebih bergengsi dibandingkan dengan bahasa daerah. Kota Jakarta adalah kota metropolitan. Sehingga, para remaja di daerah dan yang pernah ke Jakarta merasa bangga bisa berbicara dalam dialek Jakarta itu. Selain itu, para remaja juga memerlukan bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Adapun, pengunaan kosakata bahasa gaul mengubah tatanan dan kaidah bahasa Indonesia menjadi bahasa baku. Bahasa gaul akan tumbuh bersamaan dengan perkembangan usia remaja.
Pakar bahasa Kanada, Marcel Danesi (1994) berpendapat bahwa kata-kata remaja lebih dari sekedar bahasa slang (yang juga digunakan
oleh orang dewasa). Percakapan tersebut justru menyusun dialeknya sendiri: Pubilect : dialek sosial pubertas.
Pubilect lebih dari sekedar ekspresi penuh warna. Dialek tersebut merupakan mode utama komunikasi verbal para remaja, dengan dialek tersebut, mereka membedakan diri mereka dari orang dewasa. Ketika mereka mendekati pubertas, anak yang lebih muda menyerap dialek ini melalui teman yang usianya diatasnya atau lebih tua. Seperti kode bahasa lain, pubilect berfungsi menguatkan identitas kelompok dan menutup diri dari orang luar (Orang dewasa). Kosakata remaja ditandai dengan perubahan yang cepat. Walaupun beberapa itemnya sudah menjadi wacana umum, para remaja terus menemukan kata yang baru sepanjang waktu.
Ada beberapa fitur pubilect, pertama dialek tersebut merupakan kode emotive (berkaitan dengan emosi). Melalu nada yang dilebih-lebihkan, penyampaian yang santai dan tenang, penekanan yang diperpanjang, bahasa tubuh yang menyertai, dan kata seru yang vulgar, dialek tersebut menarik perhatian kepada perasaan dan sikap. Ucapan emotive seperti itu tampaknya menyususn sekitar 65 persen bahasa remaja. Fitur kedua pubilect adalah connotative (berhubungan dengan konotasi). Remaja menciptakan kata deskriptif (atau meluaskan makna kata yang telah ada) untuk menyampaikan pandangan mereka tentang dunia mereka dan orang yang ada didalamnya-dan seringkali dengan cara yang metaforis.
4.2. Hasil Penelitian
Pada bagian ini, penulis akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang hasil wawancara dengan para informan. Data-data yang didapatkan dan diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil dari wawancara mendalam, baik secara tatap muka, melalui sms (short message service) maupun melalui bbm (blackberry messanger) dan melalui observasi partisipasi, yakni turut serta dalam percakapan, ketika para informan sedang berinteraksi dengan kelompoknya, maupun ketika para informan sedang berinteraksi dengan sesama informan.
4.2.1 Deskripsi Identitas Informan
Tabel 4.1 Identitas Informan
NAMA USIA KELAS
WAHYU RAMADHAN (WAHYU) 16 1
SYAIFULAH (IPUL/PULE) 18 3
ALFIYATUN NAYIROH (VIVI) 17 2
RESA ROSITA (RESA) 17 2
1. Wahyu Ramadhan alias Wahyu
Siswa kelas 1 ini adalah yang termuda diantara semua informan, usianya 16 tahun. Wahyu memiliki hobi bermain futsal dan memiliki komunitas futsal, diluar komunitas teman-teman sekolahnya. Dia juga aktif ngumpul-ngumpul bersama teman-teman di lingkungan rumahnya, dan rata-rata berasal dari tingkat pendidikan atau sekolah yang berbeda. Wahyu tergolong anak yang berprestasi, baik disekolahnya (dia selalu masukdalam jajaran 10 besar dikelasnya) dan dalam kegiatan futsalpun, dia dan teamnya sering mendapatkan piala dari beberapa kejuaraan futsal. Wahyu tidak terlalu banyak bicara, agak pendiam, diperlukan banyak pancingan pertannyaan supaya informan cool ini mau mengungkapkan mengenai bahasa gaul yang dia gunakan. Menurut Wahyu, dia cukup banyak menggunakan bahasa gaul, tapi hanya jika dilingkungan pergaulannya saja, dia juga tidak terlalu update jika ada bahasa gaul terbaru. Hal itu dikarenakan dia lebih suka menggunakan bahasa Indonesia (standart), dan itu hal yang dibiasakan di dalam lingkungan keluarga besarnya. Namun demikian, dia tetap menggunakan beberapa kosakata gaul, agak terkesan akrab jika sedang berinteraksi dengan teman-temannya.
2. Syaifulah alias Pule
Pule adalah nama panggilan dari teman-teman Syaifudin, “nama gaul dari anak-anak (teman-teman sekolahnya) itu kak, semua pada panggil gw Pule…paling yang manggil Syaifudin cuma guru…seru aja pake nama gaul…biar famous”
Itu jawabnya ketika saya tanyakan, menggapa dia lebih suka dipanggil Pule. Pule memiliki kepribadian yang menarik, ia mudah sekali bergaul, mudah akrab dan dia cukup dikenal di kalangan sekolahnya, semua siswa dari berbagai kelas cukup menidolakannya. Wajahnya pun terbilang cukup menarik, walaupun badannya tergolong tidak tinggi, namun ia termasuk siswa yang digandrungi oleh siswi-siswi disekolahnya.
Berbeda dengan Wahyu, Pule tergolong pribadi yang sangat ramah dan merupakan pembicara yang aktif, dia juga aktif menggunakan bahasa gaul, menurutnya penggunaan bahasa gaul merupakan bagian dari trend masa kini. Pule juga menggunakan nama-nama penganti panggilan yang ditujukan untuk teman-temannya, hal tersebut dilakukan untuk membuat pergaulan lebih akrab dan tidak kaku.
3. Alfiyatun Nayiroh alias Vivi
Fifi merupakan siswi kelas 2, usianya 17 tahun. Anak pertama dari dua bersaudara ini memiliki paras wajah yang cantik, berkulit putih dan memiliki tubuh yang proporsional. Selain pergaulan disekolahnya, Vivi juga mengikuti komunitas/grup dancer, dia cukup berprestasi sebagai seorang dancer.
Dalam kesehariannya Vivi aktif menggunakan bahasa gaul. Menurut pendapatnya jika tidak menggunakan bahasa gaul, maka percakapan akan terkesan kaku dan formal. Menurutnya bahasa gaul juga digunakan jika ingin membicarakan suatu hal, dan tidak ingin diketahui oleh guru maupun orang tua. Jadi bahasa gaul bagi Vivi juga bersifat sebagai penyampai pesan yang sifatnya rahasia diatara teman-teman sepergaulannya.
4. Resa Rosita alias Resa
Resa termasuk salah satu informan yang memiliki banyak kosakata bahasa gaul, diantara informan yang lain, bahkan ia juga menginformasikan beberapa bahasa gaul yang digunakan di sekolah atau daerah lain. Rata-rata bahasa tersebut tidak terlalu berbeda jauh, hanya cara pengucapan dan intonasi nada saja. Resa termasuk penyuka bahasa gaul. Selain menyadur dari bahasa-bahasa yang digunakan oleh sesama remaja, Resa juga mengikuti beberapa bahasa yang diucapkan di televisi (seperti ; film, sinetron,
dan acara lainnya) dan disertakan ke dalam percakan sehari-hari. Gadis berparas cantik ini duduk di kelas 2 dan berusia 17 tahun. Ia tergolong memiliki kepribadian yang menarik. Miss keles, adalah nama julukan yang diberikan oleh teman-teman sekelasnya, dikarenakan ia suka sekali mengatakan keles (bahasa gaul dari kata “kali). Resa juga menyatakan ingin mengikuti jejak penulis untuk meneliti mengenai bahasa gaul ketika ia duduk di bangku perguruan tinggi. “kalau ingin meneliti bahasa gaul, kakak juga harus jadi anak gahol (gaul) keless…biar faseh (fasih) tuh” Itu pendapatnya ketika penulis meminta Resa untuk menjadi informan di dalam penelitian mengenai Bahasa Gaul Dalam Proses Komunikasi Remaja. Bukan hanya kosakata bahasa gaul saja, tapi Resa juga mengajarkan penulis untuk mengikuti cara pengucapan bahasa gaul dengan gerakan dan ekspresi yang bermacam-macam (komunikasi non verbal sebagai pengukung bahasa gaul).
5. Irfinia Aurel alias Nia
Nia, gadis berusia 18 tahun dan duduk dikelas 3 IPA ini awalnya agak keberatan ketika diminta oleh penulis untuk menjadi informan, namun disaat terakhir ketika dijelaskan bahwa ini untuk penelitian akademis, Nia bersedia, dengan syarat tidak menggangu jadwal belajar, kursus dan bimbingan, karena Nia saat itu sedang bersiap menghadapi UN (Ujian Negara). Ternyata Nia juga
bersedia untuk menjadi informan karena penasaran pada proses penulisan thesis. Nia bercita-cita untuk sekolah tinggi dan dia sangat berharap bisa mengenyam pendidikan sampai bangku strata 3 (S3), dia mengatakan bahwa ketika karya akhir/thesis yang penulis susun ini sudah selesai, maka dia berharap dapat membaca hasilnya.
Nia termasuk dalam kalangan “anak gaul” disekolahnya, dia aktif dibeberapa pergaulan yang terkait dengan penggelaran Pensi (Pentas Seni) di daerah Jakarta Barat. Dalam pergaulannya Nia mengaku menggunakan bahasa gaul, dia berkata bahwa bahasa gaul lebih lekat di lidahnya. Bahasa gaul, menurut Nia, juga lebih mewakili ekspresi yang ingin dia sampaikan.
4.2.2 Penggunaan Bahasa Gaul Dilihat Melalui Proses Morfologi Melalui hasil wawancara, penggunaan bahasa gaul digunakan secara aktif oleh para remaja dalam kesehariannya. Bahasa gaul memiliki banyak sekali perbedaan dengan bahasa Indonesia baku, bukan hanya berbeda melalu cara pengucapan, tetapi juga terkadang cara penulisan.
Data yang digunakan di dalam penelitian ini berupa kata dan frase yang digunakan di dalam bahasa gaul keseharian oleh remaja. Adapun narasumber berasal dari SMA 57 Jakarta, dengan kisaran usia 15-18 tahun. Data dari hasil wawancara dengan narasumber
akan dianalisa menggunakan proses morfologis, khususnya proses morfologis yang berkaitan dengan analisa afiksasi dan analisa abreviasi, karena kedua jenis proses lah yang terlihat paling banyak berkaitan dengan penelitian ini.
Dalam bahasa gaul yang digunakan oleh remaja, banyak sekali didapati perubahan-perubahan bentuk kata, baik itu dalam bentuk singkatan, penggunaan bahasa asing, ataupun ungkapan-ungkapan yang asing dan berbeda sekali dengan Bahasa Indonesia. Disinilah peran proses morfologi. Proses morfologi yang mempelajari dan membahas aspek asli berupa kalimat yang menjadi pokok untuk membentuk bahasa dan analisa bahasa, kemudian dari proses morfologislah makna-makna didasarkan. Proses Morfologis ini digunakan juga untuk melihat seberaba jauh perubahan yang terjadi dari bahasa asli (Bahasa Indonesia) berubah menjadi bahasa gaul dan seberapa jauh perubahan tersebut dilihat dari ilmu linguistik. Bukanlah seberapa bananyak/sedikit bentuk perubahan bahasa yang terjadi secara linguistik yang akan dibahas, namun efek perubahan bahasa tersebut dilihat dari sisi ilmu komunikasinya, dan pergeseran makna yang terjadi dalam bahasa tersebut.
Proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1985). Menurut Ramlan, pengertian morfologi adalah bagian dari ilmu
bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta perubahan bentuk kata terhadap arti dan golongan kata.
Lebih lanjut Ramlan mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu (1) afiksasi (proses pembubuhan afiks), (2) proses pengulangan, dan (3) proses pemajemukan.
Menurut Chaer (2008:25) proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekkan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).
Proses morfologi melibatkan komponen (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna gramatikal, dan (4) hasil proses pembentukan.
Berikut ini akan di bicarakan proses-proses morfologis yang berkenaan dengan afiksasi dan abreviasi.
4.2.2.1 Analisis Afiksasi
O’Grady (1996:138) mengatakan penambahan sebuah afiks yang prosesnya dikenal dengan afiksasi merupakan proses morfologis
yang sering terjadi dalam sebuah bahasa. Proses afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks pada bentuk dasar, baik dalam membentuk verba turunan, nomina turunan, maupun kategori turunan lainnya (Chaer, 2003). Sedangkan afiks itu sendiri adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Fromkin dan Rodman, 1998:519). Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi.
Para ahli linguistik membagi afiks dalam jenis yang berbeda-beda. Katamba(1993:44) menyebutkan tiga jenis afiks, yaitu: prefiks, sufiks, dan infiks. Fromkin dan Rodman (1998:71-73) berpendapat bahwa ada empat jenis afiks, yaitu: prefiks, sufiks, infiks, dan sirkumfiks. Sedangkan Alwi dll. (1988:31) menyebutkan ada empat jenis afiks dalam bahasa Indonesia, yaitu: prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Khusus untuk penelitian ini, analisis afiks ini akan dibatasi pada prefiks, sufiks, dan konfiks.
Dalam menganalisis jenis afiks dari bahasa gaul ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Dalam hal ini, penulis mendeskripsikan jenis- jenis afiks yang ada dalam bahasa gaul tersebut.
a. Prefiks
Prefiks disebut juga awalan. Menurut Alwi dll. (1998) prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar.
macam prefiks (t-, nge-, ng-, dan ny-) yang sering digunakan para remaja.
Tabel 4.2
Bahasa Gaul Remaja yang Berkaitan dengan Prefiks
Prefiks Bahasa Baku Bahasa Gaul Contoh Pengunaan Perubahan Pola Prefiks
Juga digunakan
dalam buka
senyum tersenyum terbuka tsenyum tbuka …td tuh tas gw dah tbuka…
…dia mah tsenyum aja, ga komentar… ter- t- Bbm, sms, sosial media rusak jauh bawa cat merusak menjauh membawa mengecat ngerusak ngejauh ngebawa ngecat
...tar disangkanya aq yg ngerusak hub mrk…
…ga ngerti, tbtb cowonya ngejauh…
…bsk km mau ngebawa apa aja? …cape uyy, seharian aq ngecat kamar…
meN- nge-
ambil
injak mengambil menginjak ngambil nginjak …aq ngambil tiketnya dimana? …sumpah, gw ga sengaja nginjak kakinya…
meN- ng-
suruh menyuruh nyuruh …dia mah bisanya nyuruh doang… meN- ny-
Data prefiks pada tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat 4 macam prefiks yang sering digunakan dalam bahasa gaul para remaja.
1. Pola Perubahan Prefiks ter- t-
Pada kata buka dan senyum terjadi perubahan prefiks ter- menjadi t-. Kata dasar bukadan senyum mendapat imbuhan prefiks ter- sehingga menjadi terbuka dan tersenyum. Kemudian kedua kata tersebut mengalami
perubahan, yaitu adanya penghilangan fonem/e/ dan /r/ pada prefiks ter-. Dengan adanya penghilangan fonem-fonem tersebut maka tersisalah fonem /t/ yang kemudian menjadi prefiks baru, yaitu t-. Kata-kata terbuka, tersenyum berubah menjadi tbuka, tsenyum. Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
Pada kata : buka terbuka tbuka
Berdasarkan analisis diatas, perubahan yang terjadi pada prefik ter- dengan adanya penghilangan fonem /e/ dan /r/ disebut dengan reduksi. Perubahan tersebut dapat disajikan dengan pola : ter- + KD = t- + KD.
Pola ini tidak berlaku untuk semua kata dasar. Hanya kata dasar yang memiliki
fonem awal tertentu yang bisa diterapkan dalam pola ini, yaitu:
A. kata dasar yang diawali fonem /p/, /b/, /d/, /k/, /g/,/m/, /ñ/,/l/,/s/, /r/, /h/,/w/, /j/
contoh:
a. ter- + pengaruh terpengaruh tpengaruh b. ter- + balas terbalas tbalas
c. ter- +dapat terdapat tdapat d. ter- + kait terkait tkait
e. ter- + gantung tergantung tgantung f. ter- + masuk termasuk tmasuk g. ter- + nyata ternyata tnyata h. ter- + laksana terlaksana tlaksana
i. ter- + serah terserah tserah j. ter- + rasa terasa trasa k. ter + hadap terhadap thadap l. ter- + wujud terwujud twujud m. ter- + jadi terjadi tjadi
Jadi, prefiks t- akan terbentuk apabila kata-kata dasar yang dilekatkan prefiks ter-
itu berada pada fonem tersebut diatas. Sebaliknya prefiks t- tidak akan muncul apabila
kata dasarnya diawali dengan fonem vokal atau bunyi vokoid [a,i,u,e,o], dan fonem konsonan /f/, /v/, /x/, /y/, /z/, /q/, dan /t/.
2. Pola Perubahan Prefiks meN-
nge-Perubahan prefiks lainnya terjadi pada prefiks meN-. Dalam bahasa gaul, prefiks meN- berubah menjadi nge-, ng-, dan ny-. Perubahan perfiks meN- menjadi nge- dapat dilihat pada kata dasar rusak yang diberi imbuhan meN- pada bahasa baku akan menjadi merusak dan pada bahasa gaul berubah menjadi ngerusak. Prefiks meN- dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /r/ akan berubah menjadi me-. Setelah itu dalam bahasa gaul fonem /m/ dan /e/ tersebut digantikan dengan fonem /n/ /g/ /e/. Maka terbentuklah prefiks baru, yaitu prefiks nge-.
prefiks meN dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /j/ berubah menjadi men, sehingga kata menjauh berubah menjadi ngejauh.
Pada kata dasar bawa dilekatkan prefiks meN- sehingga berubah menjadi membawa. Hal ini dikarenakan prefiks meN- dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/ berubah menjadi mem-. Sedangkan pada kata dasar cat akan berubah menjadi mengecat setelah dilekatkan prefiks meN-. Prefiks meN- dilekatkan pada bentuk dasar satu suku akan berubah menjadi menge-. Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
rusak merusak ngerusak
Berdasarkan bagan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa perubahan prefiks meN- menjadi nge- diakibatkan adanya subtitusi fonem. Perubahan tersebut dapat disajikan dengan pola: meN- + KD = nge- + KD Senada dengan penjelasan pola sebelumnya yaitu pola prefiks ter-, pola ini juga tidak berlaku untuk semua kata dasar. Hanya kata dasar yang memiliki fonem awal tertentu yang bisa diterapkan dalam pola ini, yaitu: a) kata dasar yang diawali fonem /b/, /d/, /g/,/l/,/f/, /r/, /h/,/j/ dan ekasuku
a. meN- + buang membuang ngebuang b. meN- + daftar mendaftar ngedaftar c. meN- + gunting menggunting ngegunting d. meN- + lukis melukis ngelukis e. meN- + fitnah memfitnah ngefitnah f. meN- + rusak merusak ngerusak
g. meN- + hina menghina ngehina h. meN- + jaga menjaga ngejaga i. meN- + bom mengebom ngebom j. meN- + rem mengerem ngerem
Prefiks nge- tidak akan muncul apabila kata dasarnya diawali dengan fonem vokal atau bunyi vokoid [a,i,u,e,o], bunyi nasal, dan fonem konsonan /p/, /t/, /k/, /v/, /s/, /z/, dan /w/.
(3) Pola Perubahan Prefiks meN- ng-
Dalam bahasa gaul ini terdapat pula perubahan penggunaan prefiks meN- menjadi ng-. Data menunjukkan bahwa kata dasar ambil dilekatkan prefiks meN- menjadi mengambil, setelah itu kata tersebut mengalami perubahan menjadi ngambil. Begitu pula yang terjadi pada data (c2), kata dasar injak mendapat imbuhan prefiks meN- menjadi menginjak dan akhirnya menjadi nginjak. Adapun perubahan yang dimaksud adalah prefiks meN- mengalami penghilangan fonem /m/ /e/ /N/ dan menggantinya dengan fonem /n/ dan /g/.
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut: ambil mengambil ngambil
Perubahan yang terjadi disebabkan adanya reduksi pada pefiks meN- yaitu menghilangnya fonem /m/ /e/ sehingga yang tersisa hanyalah fonem /n/ /g/. Dalam bahasa gaul kedua fonem yang tersisa tersebut
menjadi sebuah prefiks baru yaitu prefiks ng-. Perubahan ini dapat disajikan dengan pola: meN- + KD = ng- + KD
Pola ini tidak berlaku untuk semua kata dasar. Hanya kata dasar yang diawali fonem vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ yang bisa diterapkan pada pola ini. Contoh:
a. meN- + ambil mengambil ngambil b. meN- + injak menginjak nginjak c. meN- + ukur mengukur ngukur d. meN- + edit mengedit ngedit e. meN- + olah mengolah ngolah
Jadi, prefiks ng- akan terbentuk apabila fonem awal kata dasar yang dilekatinya itu berada pada lingkungan bunyi vokoid [a,i,u,e,o]. Selain bunyi tersebut prefiks ng- tidak akan muncul.
(4) Pola Perubahan Prefiks meN- ny-
Perubahan prefiks meN- menjadi prefiks ny- dapat dilihat pada kata dasar sapu apabila diberi imbuhan prefiks meN- maka akan berubah menjadi menyapu. Prefiks meN- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/ akan berubah menjadi meny-. Fonem /s/ hilang. Setelah itu, prefiks meny- mengalami penghilangan fonem /m/ dan /e/ sehingga hanya menyisakan fonem /n/ dan /y/ yang akhirnya membentuk prefiks baru, yaitu ny-. Adapun proses pembentukannya sebagai berikut: siram menyiram nyiram
Perubahan yang terjadi pada prefiks meN- di atas adalah reduksi fonem. Fonem tersebut menjadi sebuah prefiks baru yaitu prefiks ny-. Perubahan tersebut dapat disajikan dengan pola:
meN- + KD = ny- + KD
Pola ini hanya berlaku apabila kata dasar yang dilekatinya itu diawali dengan fonem /s/. Misalnya:
a. meN- + sobek menyobek nyobek
b. meN- + seberang menyeberang nyeberang
Jadi prefiks ny- akan muncul apabila kata dasar yang dilekatkanya itu diawali fonem /s/. Sebaliknya prefiks ny- tidak akan muncul apabila kata dasarnya bukan diawali fonem /s/.
b. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang digunakan di bagian belakang kata (Alwi dll.,1998). Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere) di bawah (sub). Dalam bahasa Indonesia terdapat empat macam sufiks, yaitu sufiks –kan, -i, –an, dan – nya. Namun dalam bahasa gaul ini hanya ada satu sufiks yang kerap digunakan para remaja, yaitu sufiks –in yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3
Bahasa Gaul Remaja yang Berkaitan dengan Sufiks
Kata Dasar Bahasa Baku Bahasa Gaul Contoh Penggunaan Pola Sufiks digunakan Juga dalam cari carikan cariin …loe bisa cariin bt gw
kan? -kan -in
Bbm, sms dan sosial media datang datangi datangin …gampanglah, tinggal
datangin aja ke
rumahnya…
-i -in
Data sufiks pada tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 1 macam sufiks yang sering digunakan dalam bahasa gaul para remaja. Pada data terjadi perubahan sufiks –kan dan sufiks -i menjadi -in. Kata dasar cari mendapat imbuhan sufiks –kan sehingga menjadi carikan. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan, yaitu adanya penggantian fonem /k/ /a/ dan /n/ dengan fonem /i/ dan /n/ sehingga membentuk sufiks baru yaitu sufiks in. Oleh karena itu dalam bahasa gaul kata carikan berubah menjadi cariin.
Hal yang hampir serupa terjadi pula pada kata dasar datang mendapat imbuhan sufiks -i sehingga menjadi datangi. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan, yaitu adanya penambahan fonem /n/ pada akhir kata sehingga membentuk sufiks baru yaitu sufiks –in. Oleh karena itu dalam bahasa gaul kata datangi berubah menjadi datangin.
terdapat sufiks -in. Sehingga bisa dijadikan kaidah bahwa sufiks -in menampung sufiks -kan dan sufiks – I dalam ragam bahasa gaul remaja. Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
cari carikan cariin
Perubahan yang terjadi pada sufiks -kan di atas adalah substitusi fonem. Dalam bahasa gaul, sufiks –kan yang terdiri dari fonem /k/ /a/ /n/ diganti dengan fonem /i/ /n/. Kedua fonem /i/ /n/ ini yang akhirnya membentuk menjadi sebuah sufiks baru yaitu sufiks –in. Sedangkan proses pembentukan sufiks –i menjadi sufiks –in adalah sebagai berikut:
datang datangi datangin
Perubahan yang terjadi pada sufiks –i di atas adalah adisi fonem. Dalam bahasa gaul, sufiks –i mengalami penambahan fonem /n/ sehingga membentuk sebuah sufiks baru yaitu sufiks –in. Perubahan tersebut dapat disajikan dengan pola:
KD + -kan / -i = KD + -in
Pola ini berlaku untuk semua jenis kata dasar asalkan kata dasar tersebut dibubuhi sufiks –kan atau –in. Misalnya:
a. tuang + -kan tuangkan tuangin b. basah + -i basahi basahin
Jadi, sufiks –in akan muncul ketika berhadapan dengan kata dasar yang sudah dibubuhi sufiks –kan atau –in. Diluar kedua sufiks
tersebut, maka sufiks –in tidak akan muncul.
c. Konfiks
Menurut Alwi (1198:32) konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan dan secara serentak diimbuhkan. Berikut ini contoh data konfiks yang disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Bahasa Gaul Remaja yang Berkaitan dengan Konfiks
Kata
Dasar Bahan Baku Bahasa Gaul Contoh Penggunaan Konfiks
akibat
izin mengakibatkan mengizinkan ngakibatin ngizinin …bisa ngakibatin apa gt? …bapa aq ga ngizinin… meN-kan ng-in janji
kerja menjanjikan mengerjakan ngejanjiin ngerjain
…dia sih ngejanjiin bsk … bro, kpn mau ngerjain demo…. meN-kan nge- in sebal temu pikir menyebalkan menemukan memikirkan nyebeli n nemuin mikirin
...emang nyebelin tu org… …bnr, loe ga nemuin buku gw?…
…cape dweh, idup ko cm
mikirin dia doang…
meN-kan -in nasehat musuh menasehati memusuhi nasehatin musuhin
...ya, qta sih cm bs
nasehatin dia ajj…
…siapa jg yg musuhin km
(1) Pola Perubahan Konfiks meN-kan ng-in
Pada data akibat dan izin terjadi perubahan konfiks meN-kan menjadi ng-in. Kata dasar mendapat imbuhan konfiks meN-kan sehingga menjadi mengakibatkan dan mengizinkan. Kemudian kedua kata tersebut mengalami perubahan, yaitu adanya penghilangan fonem /m/ /e/ /n/ /g/ /k/ /a/ /n/. Fonem-fonem tersebut kemudian digantikan dengan fonem /n/ /g/ /i/ /n/ sehingga membentuk konfiks baru, yaitu ng-in. Kata-kata mengakibatkan, mengizinkan berubah menjadi ngakibatin, ngizinin. Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
akibat mengakibatkan ngakibatin
Perubahan tersebut dapat disajikan dengan pola: meN-kan + KD = ng-in + KD Pola ini tidak berlaku untuk semua kata dasar, hanya kata dasar yang diawali fonem /h/ dan fonem vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /l/,/m/, /n/
a. meN-kan + efisien mengefisienkan ngefisienin b. meN-kan + operasi mengoperasikan ngoprasiin
Jadi, konfiks ng-in akan muncul bila dilekatkan pada kata dasar yang diawali
fonem /h/ dan kata dasar yang dilekatinya itu berada pada lingkungan bunyi vokoid
[a,i,u,e,o].
(2) Pola Perubahan Konfiks meN-kan nge-in
Perubahan konfiks meN-kan lainnya dapat dilihat pada data. Pada data ini terjadi perubahan konfiks meN-kan menjadi nge-in. Kata dasar janji dan kerja mendapat imbuhan konfiks meN-kan sehingga menjadi menjanjikan dan mengerjakan. Kemudian kedua kata tersebut mengalami perubahan, yaitu adanya penghilangan fonem /m/ /e/ /N/ /k/ /a/ /n/. Fonem-fonem tersebut kemudian digantikan dengan fonem /n/ /g/ /e/ /i/ /n/ sehingga membentuk konfiks baru, yaitu nge-in. Kata-kata menjanjikan, mengerjakan berubah menjadi ngejanjiin, ngerjain . Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
janji menjanjikan ngejanjiin
Perubahan tersebut dapat disajikan dengan pola: meN-kan + KD= nge-in + KD Pola ini juga tidak berlaku untuk semua kata dasar. Hanya kata dasar yang memiliki fonem awal tertentu yang bisa diterapkan dalam pola ini, yaitu:
(a) kata dasar yang diawali fonem /p/, /b/, /t/, /d/, /g/,/s/, /r/, /h/, /v/, /f/, /z/,/j/, /w/
Contoh:
a. meN-kan + baca membacakan ngebacain b. meN-kan + dapat mendapatkan ngedapetin
c. meN-kan + gempar menggemparkan ngegemparin d. meN-kan + padam memadamkan ngemadamin e. meN-kan + tumpah menumpahkan ngenumpahin
f. meN-kan + laksana melaksanakan ngelaksanain g. meN-kan + manfaat memanfaatkan ngemanfaatin h. meN-kan + netral menetralkan ngenetralin i. meN-kan + repot merepotkan ngerepotin
j. meN-kan + hubung menghubungkan ngehubungin k. meN-kan + variasi memvariasikan ngevariasiin l. meN-kan + janji menjanjikan ngejanjiin
m. meN-kan + wajib mewajibkan ngewajibin
(3) Pola Perubahan Konfiks meN-kan -in
Selanjutnya, terjadi perubahan konfiks meNkan menjadi sufiks -in. Kata dasar sebal, temu, dan pikir mendapat imbuhan konfiks meN-kan sehingga menjadi menyebalkan, menemukan, dan memikirkan. Kemudian ketiga kata tersebut mengalami perubahan, yaitu adanya penghilangan beberapa fonem pada prefiks meN-kan, yaitu fonem /m/ /e/ /k/ /a/ /n/. Fonem-fonem tersebut kemudian digantikan dengan fonem /i/ /n/ sehingga membentuk sufiks baru, yaitu -in. Kata kata menyebalkan, menemukan, dam memikirkan berubah menjadi nyebelin, nemuin, mikirin. Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
sebal menyebalkan nyebelin
Prefiks meN- apabila diikuti bentuk dasar yang diawali dengan fonem /s/ akan berubah menjadi meny-.
(4) Pola Perubahan Konfiks meN-i -in
Pada kata dasar nasehat terjadi perubahan konfiks meN-i menjadi –in mendapat imbuhan konfiks meN-i sehingga menjadi menasehati. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan, yaitu adanya penghilangan fonem /m/ /e/ dan /i/. Fonem fonem tersebut kemudian digantikan dengan fonem /i/ /n/ sehingga membentuk sufiks -in. Kata- kata menasehati, memusuhi berubah menjadi nasehatin, musuhin. Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
nasehat menasehati nasehatin
Maka dapat dibuatkan polanya sebagai berikut: meN-kan / meN-i + KD = KD + - in Berdasarkan analisis data di atas, maka pada pola ini konfiks meN-kan dan meN-i akan berubah menjadi sufiks –in apabila kata dasarnya diawali fonem /s/, /t/, /p/, /m/, dan /n/.
4.2.2.2 Analisis Abreviasi
Menurut Arifin & Junaiyah (2009:13)
abreviasi adalah proses morfologis yang mengubah leksem atau gabungan leksem menjadi kependekan. Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan.
Abreviasi merupakan proses yang cukup produktif dan terdapat hampir pada semua bahasa. Produktifnya proses abreviasi ini karena keinginan untuk menghemat tempat (tulisan) dan tentu juga ucapan. Pada analisis penelitian ini, abreviasi dibedakan menjadi
singkatan, akronim, dan kontraksi.
a. Singkatan
Singkatan yaitu proses pemendekkan yang terdiri atas pengambilan fonem-fonem depannya saja. Berikut ini merupakan contoh data singkatan yang penulis sajikan ke dalam tabel .
Tabel 4.5
Bahasa Gaul Remaja yang Berkaitan dengan Singkatan
Frasa Awal Bahasa Gaul
Be right back BRB
For your information FYI
Get well soon GWS
Oh my God OMG
Happy birthday HBD
Wish you all the best WUATB
Gede rasa GR
I love you ILU
God bless you GBU
Cape deh CPD
Laugh out loud LOL
Pemberi harapan palsu PHP
On the way OTW
Thanks God its friday TGIF
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut: a. be right back BRB
b. Oh My God OMG
Dengan frasa asal be right back disingkat menjadi brb. Dengan demikian, singkatan brb hanya mengambil fonem awal. Sehingga pengambilan hanya dari masing-masing awal dari ketiga fonem tersebut.
Khusus untuk singkatan yang mengadung kata you tidak disingkat menjadi /y/, melainkan menjadi /u/. Hal ini disebabkan dalam bahasa Inggris bunyi [you] hampir sama dengan bunyi [u], sehingga dalam penulisan singkatannya you u. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini.
a. God Bless You GBU b. I Love You ILU c. I Miss You IMU
d. I Need You INU
b.Akronim
Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata.
Tabel 4.6
Bahasa Gaul Remaja yang Berkaitan dengan Akronim
Bahasa Asal Akronim Keterangan
as soon as possible
no action talk only asap nato pola 1
beda tipis
jalur pribadi beti japri pola 2
ibu hamil bumil pola 3
heboh sendiri
bego bloon heri beon pola 4
bisa pakai
kopi darat kopdar bispak pola 5
sama siapa
makan siang maksi samsi pola 6
biang gossip
jaman dulu bigos jadul pola7
brondong manis
loadingnya lama brownis lola pola 8
Berdasarkan data yang penulis dapatkan, akronim bahasa gaul yang digunakan para remaja memiliki 8 pola pembentukan, yaitu:
1. Pengambilan huruf-huruf (fonem-fonem) pertama dari kata-kata yang
membentuk konsep itu. Misalnya:
a. as soon as possible asap b. no action talk only nato
Data yang penulis peroleh untuk pola ini adalah as soon as possible yang diperpendek menjadi sebuah akronim asap.
2. Pengambilan suku kata pertama dari semua kata yang membentuk konsep itu.
Misalnya:
a. Beda tipis be - da ti - pis beti b. Jalur pribadi ja - lur pri - ba - di japri
Pada pola kedua ini, sebuah akronim terbentuk dari gabungan suku kata. Hal ini dapat dilihat pada beti berasal dari kata beda tipis yang diambil suku kata pertamanya saja dari setiap kata.
3. Pengambilan suku kata kedua dari semua kata yang membentuk konsep itu.
Misalnya:
ibu hamil i – bu ha – mil bumil
akronim yang dibentuk berasal dari gabungan suku kata kedua atau terakhir dari setiap kata yang mewadahi konsep itu.
4. Pengambilan suku kata pertama dan suku kata terakhir dari setiap kata yang membentuk konsep itu.
Misalnya:
a. heboh sendiri he – boh sen – di – ri heri b. bego bloon be – go blo – on beon
Akronim yang dibentuk berdasarkan pola ini terdiri dari gabungan suku kata pertama dari kata pertama, ditambah suku kata terakhir dari kata kedua.
5. Kelima, pengambilan suku kata pertama ditambah dengan fonem pertama dari suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu.
Misalnya:
a. Bisa pakai bi-sa pa-kai bispak b. Kopi darat ko-pi da-rat kopdar
Pada pola kelima ini, sebuah akronim terbentuk dari gabungan suku kata pertama ditambah dengan fonem pertama dari suku kata kedua dari setiap kata yang mewadahi konsep itu.
6. Pengambilan suku kata pertama ditambah dengan fonem pertama dari suku kata kedua dan suku kata pertama dari kata kedua. Misalnya:
a. sama siapa sa – ma si – a – pa samsi b. makan siang ma – kan si – ang maksi Hampir sama seperti pola kelima, akronim ini merupakan gabungan suku kata dan fonem. Hanya saja berbeda sedikit, pada pola ini tidak mengambil fonem pertama dari suku kata kedua.
7. Pengambilan suku kata pertama dari kata pertama dan suku kata pertama dari kata kedua ditambah dengan fonem pertama dari suku kata kedua.
Misalnya:
a. biang gosip bi – ang go – sip bigos b. jaman dulu ja – man du – lu jadul
Sama halnya seperti pola kelima dan keenam, akronim ini merupakan gabungan suku kata dan fonem. Hanya saja berbeda sedikit, yaitu pola ini tidak mengambil fonem pertama dari suku kata pertama. Kata pertama jaman diambil suku kata pertamanya [ja]. Lalu kata kedua dulu diambil suku kata pertamanya [du] dan ditambah fonem pertama dari suku kata kedua [lu] yaitu fonem /l/. Apabila digabungkan akan menjadi sebuah akronim jadul.
8. Pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak beraturan; namun, masih dengan memperhatikan “keindahan” bunyi.
Misalnya:
a. brondong manis bron – dong ma – nis brownis b. loading lambat loading lam – bat lola
c. sok tahu sok ta-hu sotoy
Pada pola kedelapan penulis tidak menemukan pola yang ajeg seperti halnya pola-pola sebelumnya. Pola ini manasuka dan cenderung menekankan pada keindahan bunyi. Seperti pada brondong manis menjadi brownis. Jika menurutkan pola keempat yang mengambil suku kata pertama dari kata pertama dan suku kata terakhir dari kata kedua, seharusnya akronimnya menjadi [bronis]. Alih-alih menjadi bronis, akronim kata ini mendapat tambahan fonem /w/ yang disisipkan di tengah kata [bro + /w/ + nis] menjadi brownis ( seperti nama makanan ).
c. Kontraksi
Kontraksi ialah gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan. Kadang-kadang, ada perubahan ataupenggantian fonem (Muslich,2008:109).
Tabel 4.7
Bahasa Gaul Remaja yang Berkaitan dengan Kontraksi
Bahasa Asal Bahasa Gaul Keterangan
munafik
brother muna bro pola 1
sudah
salam dah lam pola 2
gua mau gw mw pola 3 ya sudah curahan hati culun punya yasud curhat cupu pola 4 mobil
asyik boil saik pola 5
cakep banget iya sudah saja caem beud ea sutra ajj pola 6 di mana padahal pulang jangan dmn pdhl plg jgn pola 7
(1) penghilangan sebagian suku kata di akhir kata Misalnya:
a. munafik muna (-) fik muna b. brother bro (-) ther bro c. sister sis (-) ter sis
Pola ini merupakan pola yang umum terjadi dalam pembentukan sebuah kontraksi. Sebuah kata mengalami penghilangan sebagian suku
katanya di akhir kata. Seperti yang terjadi pada data (k1) munafik apabila dipenggal berdasarkan suku katanya menjadi [mu - na - fik] dan suku kata yang terakhirnya [fik] dihilangkan maka akan menjadi [muna]. Begitu juga pada kata cewek menjadi ce dan cowok menjadi co.
(2) penghilangan sebagian suku kata di awal kata Misalnya:
Sudah sudah - su dah
Pola ini kebalikannya dari pola kesatu. Pada pola ini suku kata yang dihilangkannya berada di awal kata. Seperti pada data sudah menjadi dah, karena adanya penghilangan suku kata pertama [su] dan yang tersisa adalah [dah].
(3) penggantian gugus fonem /au/ atau /ua/ menjadi fonem /w/ Misalnya:
a. gua gw b. mau mw c. atau atw
Pada pola ketiga ini berlaku hanya pada kata-kata yang memiliki gugus fonem /au/ atau /ua/, seperti pada : gua, mau, dan atau. Kedua gugus fonem tersebut mengalami penggatian (substitusi) fonem /w/. Sehingga, kata-kata seperti gua, mau, dan atau berubah menjadi gw, mw, dan atw.
(4) penggabungan dua kata menjadi satu kata dengan menghilangkan sebagian fonem
Misalnya:
a. ya sudah yasud b. ya habis yabis c. malas gerak mager
d. jam berapa Jamber atasu sering juga disebut jambre
Pada bagian ini pola kontraksinya berlaku untuk dua kata yang digabungkan menjadi satu kata dengan menghilangkan sebagian fonemnya. Seperti pada kata ya sudah menjadi yasud dan malas gerak menjadi mager. Kedua contoh tersebut mengalami reduksi fonem pada suku kata terakhirnya.
(5) pembalikan fonem dan penghilangan sebagian fonem Misalnya:
a. mobil mo – bil boil b. asyik a – syik saik c. hancur han – cur caur
Selain penghilangan suku kata, fonem dan penggabungan kata, kontraksi juga bisa dibentuk dari pembalikan fonem. Apabila dianalisis berdasarkan tiga contoh di atas, aturan yang sama untuk untuk ketiga contoh tersebut adalah terdiri dari dua suku kata dan suku kata keduanya diambil dari dua fonem terakhir pada setiap masing-masing suku kata
kedua .
(6) penghilangan sebagian fonem dan penambahan fonem lainnya Misalnya :
a. cakep caem b. banget beud c. iya ea d. saja ajj
Pada pola keenam ini tidak ada aturan yang ajeg, bahkan cenderung mana suka. Fonem-fonem yang dihilangkan dan yang ditambahkan pada setiap contoh di atas tidak sama aturannya. Pola ini lebih menekankan pada keindahan bunyi.
4.2.2.3 Istilah
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Istilah memiliki beberapa pengertian antara lain istilah adalah : Kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna, konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah juga bisa sebagai sebutan atau nama. Contoh : Janda muda disebut dengan “janda kembang”. Lalu istilah juga bisa berupa kata atau ungkapan khusus.
Dalam melakukan wawancara penulis juga sering menemukan istilah-istilah baru, terkadang istilah tersebut tidak dapat dikaita dengan proses morfologis , analisa afiksasi , analisa abreviasi dan terapan linguistik
lainnya. Pergeseran makna sangat jelas disini, dalam penggunaan istilah-istilah dalam bahasa gaul yang digunakan.
1. Kata atau gabungan kata.
Bahasa gaul bisa didapat dari kata atau penggabungan kata, sehingga membentuk makna tertentu. Kita sudah membahasnya melalui proses morfologis abreviasi. Kata atau gabungan kata hampir serupa dengan proses abreviasi yang dikelompokan menjadi 3 jenis proses abreviasi yaitu singkatan, akronim dan kontraksi.
2. Sebutan ;nama.
Sebutan atau nama, seringkali digunakan dalam penggunaan bahasa gaul oleh remaja. Sebutan ini digunakan sebagai pengganti nama seseorang.
Tabel 4.8
Bahasa Gaul Remaja yang Berkaitan dengan Sebutan (pengganti panggilan atau nama)
Bahasa Gaul Bahasa Asal Arti
Mas Bro Mas + brother Panggilan gaul untuk laki-laki
Mbak Sis Mbak + sister Panggilan gaul untuk perempuan
Nyokap Ibu
Bokap Bapak
Cynn Cinta Panggilan untuk semua gender, menandakan ingin mengakrabkan diri. Awalnya biasa digunakan oleh kaum waria
Agan Juragan Panggilan untuk laki-laki, sifatnya menggormati..meninggikan status .
Dari hasil wawancara dengan narasumber, penulis menyimpukan bahwa sebutan atau kata ganti nama digunakan oleh remaja untuk berbagai maksud. Misalnya sebutan bro atau mas bro dipakai untuk panggilan laki-laki, tujuannya adalah untuk mengakrabkan diri, meskipun tidak terlalu mengenal secara dekat, tetapi seorang dapat dianggap saudara (brother / sister = saudara lelaki atau perempuan). Sedangkan penambahan kata mas dan mbak
didepan kata sis dan bro menunjukan kebiasaan keseharian orang Indonesia yang memanggil dengan sebutan mas/mbak.
Panggilan cynn atau cyn disadur dari bahasa yang biasa digunakan oleh kaum waria, asal katanya ialah cinta. Bertujuan juga untuk mengakrabkan diri dan menggambarkan kedekatan.
Berdasarkan wawancara dengan narasumber, penulis menangkap arti kata agan, adalah panggilan untuk orang, yang merupakan kependekan dari kata Juragan, yang artinya majikan atau atasan. Tujuan dari panggilan ini adalah supaya terdengar lebih dekat, walaupun terkadang menimbulkan kesan sok akrab. Pada awalnya julukan ini digunakan oleh para blogger di situs kaskus, para blogger menggunakan julukan ini untuk menaikan derajar blogger lain yang ingin/akan diajak bekerjasama.
3. Kata atau ungkapan khusus.
Pengertian ungkapan kata adalah kelompok kata atau gabungan kata yg menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya sering kali menjadi kabur). Kata atau ungkapan kata dalam bahasa gaul seringkali juga memiliki arti yang kabur atau tidak jelas.
Tabel 4.9
Bahasa Gaul Remaja yang Berkaitan Dengan Istilah atau Ungkapan Khusus
Bahasa Gaul Bahasa
Asal Arti Contoh
Keles Kali Bahasa gaul dari kata “kali”
....ya ampun, slow aja keles bro…
Galau Perasaan melodrama atau
melankolis yang
berlebihan, bingung dan bimbang.
…gausah galau gitu kali sis, cari aja gebetan lain…
Modus Rencana atau keinginan
terpendam, yang sedang dicoba untuk dilaksanakan atau memiliki niat lain dibalik pekerjaan yang dilakukan
…dia itu nanyain tugas cuma
modus doang, padahal niat aslinya mah mau pdkt…
Dalem Dalam Perkataan atau perbuatan yang menusuk perasaan
..dalem abis kata-kata lu broo…nyesek gw dengernya…
Malay Malas Perasaan malas ..malay banget ge dengerin omongan tuh orang..
ebihan singkatan dari kata “berlebihan”
usah kepedean deh...
Kepo Berasal dari bahasa
hokkian.
Ke = Bertanya, Po (Apo) = Nenek2. Jadi artinya nenek2 yg suka bertanya2. Rasa ingin tau yang berlebihan
Ada juga yang menyebutkan KEPO adalah singkatan dari Knowing Every Particular Object.
…kepo banget sih lo, pake nanya-nanya, gw mau ngapain kek, itu kan urusan gw…….
Alay Anak
Lebay
Berlebihan, subjektif menunjuk seseorang memiliki sikap yang berlebihan dalam
menanggapi sesuatu, bisa juga dengan gaya bahasa dan gaya menulis yang sangat aneh
..klo nulis sms biasa aja keles…alay banget sih loo….
Cabe-cabean Perempuan muda yang genit. Sering juga disebut jablay (tapi masih sangat muda)
A: …boleh juga tuh cewek
B : …cabe-cabean broo
Bingit Banget Sangat …Iihh cakep bingit sih tuh cowok….
Cemz Cemen Penakut ..masa ngomong gitu aja gak
brani, cemz banget sih lo…
Woles / Wols Kebalikan dari kata Slow
Santai, pelan-pelan saja. ..gitu aja kok marah…woles aja broo….
Dafuq The Fuck Umpatan semacam kata “sialan”
..tugas banyak bener sih, dafuq…
Pada bagan diatas kita bisa melihat berbagai macam ungkapan-ungkapan bahasa gaul. Tidak ada kaidah paten yang berlaku dalam pembuatan atau penyusunan ungkapan-uangkapan tersebut. Bisa jadi ungkapan tersebut tercipta dan terbentuk hanya karena mudah atau enak untuk diucapkan.
1. Beberapa ungkapan berasal dari bahasa Inggris seperti :
enak diucapkan
Dafuq ejaan baca dari kata the fuck yang bahasa aslinya dibaca defak
2. Ada juga ungkapan yang berasal dari singkatan :
Alay dari kata anak lebay yang artinya sikap yang berlebihan dengan konotasi yang cenderung negatif.
3. Ungkapan yang artinya dengan Bahasa Indonesia baku Modus
Bahasa Indonesia ; modus /mo·dus/ n 1 cara; 2 Ling bentuk verba yg mengungkapkan suasana kejiwaan sehubungan dng perbuatan menurut tafsiran pembicara tentang apa yg diucapkannya; 3 nilai yg paling besar frekuensinya dalam suatu deretan nilai; 4 angka statistik yang paling sering muncul dalam populasi atau sampel
Bahasa gaul ; Rencana atau keinginan terpendam, yang sedang dicoba untuk dilaksanakan atau memiliki niat lain dibalik pekerjaan yang dilakukan.
Cabe – cabe an
Bahasa Indonesia ; cabe berasal dari kata cabai ; tanaman perdu yg buahnya berbentuk bulat panjang dng ujung meruncing, apabila sudah tua berwarna merah kecokelat-cokelatan atau hijau
tua, berisi banyak biji yg pedas rasanya; lombok.
Bahasa gaul ; Perempuan muda yang genit. Sering juga disebut jablay (tapi masih di usia yang tergolong muda)
Dalem
Bahasa Indonesia ; dalem berasal dari kata dalam ; jauh ke bawah (dr permukaan); jauh masuk ke tengah (dr tepi)
Bahasa gaul ; Perkataan atau perbuatan yang menusuk perasaan
4.3 Temuan Dalam Penggunaan Bahasa Gaul
Pada latar beakang penelitian penulis melakukan penelitian karena ingin melihat adanya pergeseran makna dalam penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh siswa-siswi SMA 57 Jakarta. Namun setelah melakukan penelitian , penulis ternyata menemukan adanya temuan-temuan lain dalam proses penggunaan bahasa gaul dan bukan hanya adanya pergesaran makna saja. Berdasarkan penelitian yang telah berlangsung, penulis menemukan beberapa temuan, antara lain :
4.3.1 Pergeseran Makna
Adanya pergeseran makna dapat dilihat melalui : a. Singkatan
Dalam proses morfologis akronim dalam bahasa Indonesia, para remaja SMA ini banyak menggunakan pola percampuran antara
suku kata dan fonem. Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata. Misalnya seperti pada kata : Beti, lola, heri dan brownis. Menurut bahasa Indonesia ; Beti, Lola dan Heri merupakan nama, tetapi dalam bahasa gaul itu adalah singkatan kata, yang digunakan untuk mendeskripskan kondisi tertentu :
Beti Beda Tipis Lola Loading Lama Heri Heboh Sendiri
Contoh yang berikutnya yaitu kata brownis, kita mengenal dan biasanya mempersepsikan brownie sebagai sejenis kue (makanan) rasa coklat dan manis rasanya. Sedangkan dalam bahasa gaul, ditujukan untuk mendeskripsikan seorang lelaki muda yang memiliki paras yang manis dan berpenampilan baik.
Brownis Brondong Manis ; brondong didalam bahasa gaul ini dimaksudkan untuk menyebutkan seorang pria yang berusia muda.
Melalui beberapa kata-kata diatas, kita sudah dapat melihat adanya pergeseran makna yang menonjol, dan sangat berbeda dibandingkan kaidah bahasa Indonesia yang semula (awal). Bahasa-bahasa gaul memiliki artian yang berbeda bukan saja dalam artian harafiah tetapi juga berbeda dari makna persepsi yang ada di benak kita. Dan rata-rata
makna bahasa gaul tersebut hanya dimengerti oleh anak-anak remaja tersebut.
b. Istilah
Pada bagan diatas kita bisa melihat berbagai macam ungkapan-ungkapan bahasa gaul. Tidak ada kaidah paten yang berlaku dalam pembuatan atau penyusunan ungkapan-uangkapan tersebut. Bahasa-bahasa ini merupakan Bahasa-bahasa Indonesia yang menurut para remaja memiliki pengertian dan pemahamannya sendiri , dan mereka terapkan dalam komunikasi interaksi mereka sehari-hari.
Antara lain seperti ; Modus
Bahasa Indonesia ; modus /mo·dus/ n 1 cara; 2 Ling bentuk verba yg mengungkapkan suasana kejiwaan sehubungan dng perbuatan menurut tafsiran pembicara tentang apa yg diucapkannya; 3 nilai yg paling besar frekuensinya dalam suatu deretan nilai; 4 angka statistik yang paling sering muncul dalam populasi atau sampel
Bahasa gaul ; Rencana atau keinginan terpendam, yang sedang dicoba untuk dilaksanakan atau memiliki niat lain dibalik pekerjaan yang dilakukan.
Cabe – cabe an
Bahasa Indonesia ; cabe berasal dari kata cabai ; tanaman perdu yg buahnya berbentuk bulat panjang dng
ujung meruncing, apabila sudah tua berwarna merah kecokelat-cokelatan atau hijau tua, berisi banyak biji yg pedas rasanya; lombok.
Bahasa gaul ; Perempuan muda yang genit. Sering juga disebut jablay (tapi masih di usia yang tergolong muda) Dalem
Bahasa Indonesia ; dalem berasal dari kata dalam ; jauh ke bawah (dr permukaan); jauh masuk ke tengah (dr tepi) Bahasa gaul ; Perkataan atau perbuatan yang menusuk perasaan
4.3.2 Perubahan simbol
Adanya perubahan simbol dapat dilihat dari perubahan-perubahan pengucapan kata-kata, sesuai dengan proses linguistik, yaitu perubahan prefiks, sufiks dan konfiks.
Contoh perubahan prefiks
Pola Perubahan Prefiks meN- nge- rusak merusak ngerusak Contoh perubahan sufiks
Pola Perubahan Sufiks –kan -in
cari carikan cariin Contoh perubahan konfiks
nasehat menasehati nasehatin
Perubahan-perubahan tersebut (baik melalui penambahan maupun pengurangan) merupakan perubahan simbol. Kaidah-kaidah yang dipakai dalam penggunaan bahasa Indonesia sudah tidak lagi diterapkan dalam bahasa gaul tersebut.
Perubahan simbol dilakukan karena berbagai alasan :
1. Memudahkan dalam pengucapan, terdengar lebih ringkas dan mudah.
2. Bahasa baru yang diciptakan remaja tersebut lebih mewakili ekpresi jiwa para remaja, dibandingkan bahasa baku.
3. Lebih bersifat ekslusif, karena hanya beberapa kalangan saja yang mengetahui artinya.
4. Kaidah-kaidah bahasa Indonesia dengan metode EYD dianggap oleh para remaja sudah terlalu kuno.
5. Perubahan simbol dalam bahasa dapat membuat identitas kelompok mereka terlihat lebih berbeda dengan kelompok lainnya. Sehingga bahasa baru tersebut juga menjadi bagian dari identitas kelompok.
4.3.3 Pendukung verbal
Dalam penelitian ini penulis meneliti mengenai bahasa gaul, dalam ilmu komunikasi bahasa gaul termasuk dalam kategori komunikasi verbal. Namun pada kenyataan nya dalam proses manusia berinteraksi sangatlah sulit memisahkan komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal , kedua jenis komunikasi ini saling bertautan erat dalam proses komunikasi sehari-hari. Contohnya seperti ketika kita mengatakan “tidak”, secara otomatis terkadang tubuh kita melakuka isyarat, seperti ; melambaikan tangan atau menggelengkan kepala.
Saat meneliti mengenai bahasa gaul ini , penulis melihat bahwa dalam penggunaan bahasa gaul, remaja tidak hanya bertutu menggunakan kata-kata (verbal) saja, namun mereka juga menggunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah (nonverbal), gerakan tubuh dan ekspresi wajah tersebut sangat mendukung makna yang terkandung pada kata-kata yang mereka ucapkan.
Penulis mengkategorikan gerakan dan ekspresi tersebut sebagai komunikasi nonverbal yang mendukung bahasa gaul.
Dalam buku Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar (2007;353) Prof . Deddy Mulyana menyatakan bahwa dalam komunikasi nonverbal ada beberapa bahasa tubuh yang dapat digunakan dalam proses komunikasi , antara lain ; isyarat tangan, gerakan kepala, postur tubuh dan posisi kaki; serta ekspresi wajah dan tatapan mata.
Dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas 2 point saja yaitu ; isyarat tangan dan ekspresi wajah dan tatapan mata, karena menurut penulis kedua hal ini lah yang paling dominan dan sering digunakan oleh para remaja dalam menggunakan bahasa gaul dalam kesehariannya.
1. Isyarat tangan
Isyarat tangan adalah gerakan tubuh yang paling sering digunakan dalam mendukung kata-kata yang kita ucapkan. Begitu juga dalam penggunaan bahasa gaul. Ada beberapa kalimat dalam bahasa gaul, yang jika tidak dilakukan beserta gerakan isyarat tangan, maka dilihat kurang makna nya. Misalnya seperti :
Cape deh dilakukan dengan gerakan punggung tangan diletakan di dahi dan bola mata yang cenderung menghadap ke atas, seperti orang yang lelah karena lawan bicaranya tidak cepat mengerti akan apa yang disampaikannya.
Cynn /cin bentuk panggilan dalam bahasa gaul, yang biasanya dilakukan dengan gerakan salah satu tangan yang ditekuk disamping tubuh seperti memanggil. Gerakan ini juga sering dilakukan oleh waria.
2. Ekspresi wajah dan tatapan mata
ekspresi tatapan mata yang digunakan remaja ketika mereka mengucapkan kalimat dalam bahasa gaul. Hal tersebut memang penulis rasakan lebih memberi makna bagi kalimat yang diucapkan. Demikian juga dengan ekspresi wajah, komunikasi nonverbal tersebut ternyata memang sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahasa gaul. Beberapa contoh dilihat dari kalimat gaul sebagai berikut ;
Trus gw harus bilang ‘wow’ gitu diucapkan dengan pandangan mata dan ekspresi wajah seakan tidak perduli dan merasa malas meanggapi hal yang sedang terjadi. Omg / omigot diucapkan dengan ekspresi terkejut dan
mata terbelalak, ekspresi berlebihan dari kaget dan terkejut.
4.3.4 Penggunaan Bahasa Asing
Penggunaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, dalam bahasa gaul juga menjadi tren yang cukup meluas. Terkadang para remaja dalam menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa gaul, tidak menggunakan atau memakai bahasa Inggris dengan kaidah yang benar. Bahkan hanya sekedar enak dan mudah untuk diucapkan.
Contohnya :
Dafuq ejaan baca dari kata the fuck yang bahasa aslinya dibaca defak
Bahasa Inggris disini juga tidak digunakan dengan aturan yang baku dan berlaku, kata-kata ini dibuat untuk mempermudah pengucapan , dengan lafal dan logat asli Indonesia.
4.4 Makna Bahasa Gaul Bagi Remaja
Menurut Piaaget (dalam Papalia, 2004), remaja memasuki tahap perkembangan kognitif yang disebut tahap formal operasional. Piaget menyatakan bahwa tahapan ini merupakan tahap tertinggi perkembangan kognitif manusia. Pada tahap ini individu mulai mengembangkan kapasitas abstraksinya.
Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasa remaja mengalami peningkatan pesat. Kosakata remaja terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih kompleks. Menurut Owen (dalam Papalia, 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda.Mereka menyukai penggunaan metaphor, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul.
Disamping merupakan bagian dari proses perkembangan kognitif, munculnya penggunaan bahasa gaul juga merupakan ciri dari perkembangan psikososial remaja. Hal yang dominan terjadi pada tahapan usia remaja ini adalah pencarian dan pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa. Penggunaan bahasa gaul ini merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak.
Dalam pencarian dan pembentukan identitas inilah peran Bahasa remaja atau yang dikenal dengan istilah bahasa gaul berkembang, remaja ingin memiliki ciri dan indentitas yang berbeda dengan kelompok yang lain, mereka mencari ciri komunikasi yang mudah digunakan dan tidak baku ( tidak formal ) . Semakin banyak mereka berinteraksi atau semakin intens proses interaksi mereka dengan komunitasnya, serta semakin banyaknya komunitas yang digeluti oleh para remaja, maka semakin banyaklah bermunculan, kata-kata atau kalimat-kalimat gaul. Eksistensi para remaja pun dilihat dari penggunaan bahasa dan cara berkomunikasi mereka, dengan sesama remaja menggunakan bahasa gaul.
Bahasa gaul berkembang melalui tayangan berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Media-media tersebut menyebarkan berbagai
program remaja yang kecendrungannya menggunakan bahasa remaja sebagai pengantarnya.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang
menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).
4.5 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh, penulis melihat penggunaan bahasa gaul banyak digunakan oleh para remaja di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), proses Morfologi seperti aspek seperti afiksasi dan abreviasi banyak terjadi. Penggunaan afiksasi baik itu prefiks, sufiks, maupun konfiks banyak digunakan mereka dalam berkomunikasi.
Kemudian proses morfologis singkatan pada remaja SMA terlihat sangat banyak digunakan. Mereka mulai berkreasi membuat pola yang lain, tidak hanya sekedar mengambil fonem diawal kalimat atau menghilangkan fonem vokal tapi menggabungkannya.
Penulis mengikut sertakan beberapa teori yang medasari penelitian mengenai bahasa gaul yang digunakan oleh para remaja. Yang fungsinya untuk melihat keterkaitan antara hasil penelitian dan hubungannya dengan ilmu komunikasi. Adapun teori yang digunakan untuk membahas penelitian ini adalah :
4.5.2 Analisa menggunakan Teori Interaksi Simbolik
Dalam Teori Interaksionisme Simbolik, Mead membuat pemikiran orisinal yaitu "The theoretical Perspective"