• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENGANTAR

1.1Latar Belakang

Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan UU Nomor 22 Tahun 2009 yang kemudian diubah menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 (Siregar, 2004: 275). UU Nomor 32 Tahun 2004 tersebut memberikan pengaruh terhadap penyelenggaraan tata pemerintahan negara baik pusat dan daerah. Otonomi daerah itu sendiri menghendaki terjadinya perubahan yang mendasar dalam sistem pengelolaan negara, dimana dalam hal ini peran pemerintah pusat akan semakin kecil, sebaliknya peran pemerintah daerah akan semakin besar dalam penentuan kebijakan pembangunan di daerahnya.

Berdasarkan (UU Nomor 32 Tahun 2004) tentang Pemerintahan Daerah dan (UU Nomor 33 Tahun 2004) tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, daerah telah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur potensi dan sumber dayanya, termasuk bagaimana mengoptimalkan serta memanfaatkan aset daerah yang dimilikinya dengan jalan menerapkan sistem manajemen aset sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, artinya pemerintah daerah dituntut memiliki kemandirian dalam membiayai sebagian anggaran pembangunannya. Oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya

(2)

yang ada secara berdayaguna dan berhasilguna serta mampu melakukan optimalisasi terhadap pemanfaatan aset-aset tersebut. Adapun sumber-sumber pendanaan yang dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan pemerintah daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan yang sah (UU Nomor 33 Tahun 2004).

Pedapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang berguna bagi kelangsungan pemerintahan, sehingga sangat penting untuk mengelola aset daerah dengan baik.Pentingnya pengelolaan aset daerah terutama tanah, karena merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan dan keberadaan manusia. Aset daerah merupakan semua harta kekayaan milik daerah baik barang berwujud maupun barang tak berwujud (Kepmendagri No.29 Tahun 2002 Bab I Pasal 1). Barang daerah adalah semua barang berwujud milik daerah yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD, dan atau berasal dari perolehan lainnya yang sah (Kepmendagri No.29 Tahun 2002 Bab I Pasal 1). Real property adalah hak perorangan atau badan hukum untuk memiliki dalam arti menguasai tanah dengan suatu hak atas tanah, misalnya hak milik atau hak guna bangunan berikut bangunan (permanen) yang didirikan diatasnya atau tanpa bangunan. Pengertian ini perlu dibedakan antara penguasaannya secara fisik atas tanah dan/atau bangunan yang disebut real estate. Kepemilikannya sebagai konsep hukum (penguasaan secara yuridis), yaitu yang dilandasi dengan sesuatu hak atas tanah disebut real property (Siregar, 2004: 182).

(3)

Berdasarkan beberapa penelitian terkait manajemen aset, masih terdapat banyak masalah dalam pengelolaan aset daerah. Salah satu masalah utama pengelolaan barang (aset) daerah adalah ketidaktertiban dalam pengelolaan data barang (aset). Hal ini menyebabkan pemerintah daerah akan mengalami kesulitan untuk mengetahui secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset-aset yang dikelola pemerintah daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya (Siregar, 2004: 561). Oleh sebab itu, pemerintah daerah harus benar-benar memahami apa sajakah yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan aset-aset yang dimiliki guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya dalam hal ini adalah aset tetap tanah dan bangunan. Menurut Siregar (2004: 518-519) ada beberapa tahap manajemen aset yang dapat dilakukan guna meningkatkan aset-aset yang dimiliki yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset, serta pengawasan dan pengendalian aset, di mana jika kelima tahapan manajemen aset ini dijalankan dengan baik maka akan memberikan manfaat yang besar bagi pemerintah dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan.

Kabupaten Manokwari merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Papua Barat. Wilayah ini terdiri dari terbagi atas 29 distrik/kecamatan, 9 kelurahan dan 151 kampung dengan jumlah penduduk berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Manokwari tahun 2012 mencapai 194.948 jiwa. Secara geografis memiliki wilayah seluas 14.484,5 km2, yang berada pada 132o35' - 134o45' BT dan 0o15' - 3o25'LS, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Samudera Pasifik,

(4)

sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Teluk Bintuni dan Teluk Wondama, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tambrauw dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Biak Numfor.

Dengan wilayah yang cukup luas, Pemerintah Kabupaten Manokwari harus dapat mengelola aset daerahnya d e n g a n b a i k , sehingga dapat dipertanggung jawabkan dengan baik kepada pemerintah pusat sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, terutama sarana dan prasarana yang merupakan aktiva tetap (fixed asset) tanah dan bangunan. Akan tetapi dalam prakteknya, Kabupaten Manokwari belum dapat menjalankan manajemen aset dengan baik, ini dapat dilihat dari masih banyaknya aset-aset yang belum tersertifikasi, masih lemahnya sistem informasi manajemen yang dimiliki, serta laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Manokwari selama tiga tahun terakhir mendapatkan opini disclaimer yang salah satu penyebabnya adalah pengelolaan aset yang belum optimal.

Implikasi dari pemanfaatan dan pengelolaan aset yang tidak optimal adalah tidak diperolehnya nilai yang terkandung dalam aset itu sendiri, misalnya dari aspek ekonomi adalah tidak diperolehnya revenue yang sepadan dengan besarnya nilai aset yang dimiliki atau dengan kata lain tingkat pengembaliannya (Return on Asset-ROA-nya) rendah (Siregar, 2004: 561). Berkaitan dengan permasalahan tersebut diatas, maka penelitian ini lebih dititikberatkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) yang meliputi faktor inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset, pemanfaatan aset, serta pengawasan dan pengendalian aset pada Pemerintah Kabupaten Manokwari, dengan rumusan masalah penelitian: “Pengelolaan aset daerah Pemerintah

(5)

Kabupaten Manokwari belum optimal”.

Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, maka pertanyaan penelitian adalah: apakah ada pengaruh yang positif inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset, pemanfaatan aset, serta pengawasan dan pengendalian aset baik secara individu maupun secara bersama-sama terhadap optimalisasi aset (tanah dan bangunan) di Kabupaten Manokwari?

1.2 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai pengelolaan aset publik telah banyak dilakukan, dan beberapa penelitian yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Idrus M (2006) meneliti tentang pengaruh manajemen aset terhadap maksimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Kabupaten Kolaka Utara. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset,dan pemanfaatan aset berpengaruh secara signifikan terhadap maksimalisasi aset tetap. Adapun variabel yang paling berpengaruh terhadap maksimalisasi aset dari hasil penelitian tersebut adalah variabel inventarisasi. 2. Pakiding (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen aset

dalam optimalisasi aset tetap tanah dan bangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, dengan menggunakan alat analisis uji korelasi bivariant dan regresi multinominal logistik, yang mana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen aset dalam optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) dipengaruhi secara signifikan oleh inventarisasi dan penilaian aset.

(6)

3. Bari (2008) menganalisis pengelolaan aset tanah dan bangunan Pemerintah Kota Pontianak. Alat analisis yang digunakan adalah Importance performance analysis, analisis varian (ANOVA), uji validitas, serta uji reliabilitas. Hasil analisis menyatakan faktor-faktor kunci keberhasilan pengelolaan aset tanah dan bangunan mendapat tanggapan yang bervariasi dari tiap level manajemen. Secara statistik terdapat perbedaan kinerja manajemen berdasarkan luas tanah, luas bangunan, peran pengelola level atas dan peran pengelola level tengah.

4. Zebua (2009) meneliti mengenai manajemen aset berupa tanah dan bangunan di Pemerintah Kabupaten Nias. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis inventarisasi, legal/yuridis atas aset tanah dan bangunan, menganalisis metoda penilaian aset tanah dan bangunan pada neraca daerah, menganalisis pemanfaatan aset tanah dan bangunan terhadap kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (retribusi), serta pengawasan dan pengendalian terhadap aset yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Nias. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan aset yang berupa tanah dan bangunan di Kabupaten Nias belum berjalan sebagaimana mestinya.

5. Thompson (2010) dalam penelitiannya tentang mencapai keunggulan manajemen aset di Amerika Serikat mengatakan bahwa mengelola aset akan meningkatkan Return Of Investment (ROI) untuk sebuah organisasi publik atau non publik. Selanjutnya dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem manajemen aset merupakan kombinasi alat, proses, dan orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.

(7)

6. Schraven, Hartmann dan Dewulf (2011) meneliti efektifitas infrastruktur manajemen aset: tantangan bagi lembaga publik, keputusan dalam manajemen aset infrastruktur di lembaga-lembaga publik dan tantangan dari lembaga untuk meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tantangan utama untuk mencapai manajemen infrastruktur yang efektif adalah: pembentukan keselarasan antar tujuan infrastruktur, situasi dan intervensi, perumusan tujuan infrastruktur, dan manajemen oleh banyak aktor (multiple actors) dengan kepentingan berbeda. 7. Hanis, Trigunarsyah dan Susilawati (2011) studi kasus di Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah di Indonesia ketika mengadopsi kerangka manajemen aset publik. Tantangan-tantangan tersebut: tidak adanya kerangka kelembagaan dan hukum untuk mendukung penerapan manajemen aset, prinsip non-profit aset publik, beberapa yuridiksi yang terlibat dalam proses manajemen aset publik, kompleksitas tujuan pemerintah daerah, ketidaktersediaan data untuk mengelola aset milik umum, dan sumber daya manusia yang terbatas.

8. Abdul, Razak dan Pakir (2011) mengeksplorasi karakteristik praktek manajemen aset real estate pada Pemerintah Federal Malaysia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara, responden penelitian adalah pegawai pemerintah yang menjalankan fungsi manajemen real estate di Kementerian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa delapan karakteristik dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana aset real estate pemerintah yang dikelola oleh lembaga pemerintah. Karakteristik tersebut meliputi ad-hoc manajemen, pendekatan reaktif, tahapan pelaksanaan

(8)

berdasarkan siklus hidup properti, peningkatan perhatian pada manajemen fungsi pemeliharaan, manajemen staf yang tidak memadai dan kurangnya keahlian, manajemen oleh departemen terfragmentasi, kurang sistem manajemen informasi dan kurangnya kinerja pengukuran.

9. Antoh (2012) meneliti mengenai manajemen aset dalam rangka optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) pemerintah daerah (studi di Kabupaten Paniai). Alat analisis yang digunakan adalah uji regresi linear berganda, yang mana hasil penelitan tersebut menunjukkan bahwa optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) dipengaruhi secara signifikan oleh legal audit aset, serta pengawasan dan pengendalian aset.

10. Ilham (2013) meneliti mengenai manajemen aset dalam rangka optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Alat analisis yang digunakan adalah uji regresi linear berganda, yang mana hasil penelitan tersebut menunjukkan bahwa optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) dipengaruhi secara signifikan oleh inventarisasi, legal audit, serta pengawasan dan pengendalian aset.

Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya terletak dari aspek objek, lokasi, waktu penelitian, serta variabel penelitian. Dari beberapa penelitian sebelumnya yang sama namun beda lokasi, kebanyakan menggunakan empat variabel independen seperti inventarisasi, legal audit, penilaian, serta pengawasan dan pengendalian aset. Sedangkan dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah lima variabel dengan menambahkan variabel pemanfaatan aset. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tentang konsep pengelolaan aset dalam rangka

(9)

optimalisasi aset pemerintah daerah. Penelitian ini belum pernah dilakukan pada objek penelitian yaitu Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat, sehingga untuk dapat menjelaskan permasalahan pengelolaan manajemen aset atau pengelolaan barang milik pemerintah daerah diperlukan penelitian sendiri.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh manajemen aset yang terdiri dariinventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset, pemanfaatan aset, serta pengawasan dan pengendalian aset terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) milik Pemerintah Kabupaten Manokwari.

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

1. bagi Pemerintah Kabupaten Manokwari agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam menentukan kebijakan pengelolaan aset; 2. bagi pengembangan ilmu pengetahuan sebagai tambahan referensi, serta

sumber penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan manajemen aset pemerintahan daerah.

1.4Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini mencakup: Bab I Pengantar, yang menguraikan tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematikan penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, menguraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis, serta alat analisis

(10)

yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini. Bab III Analisis Data, berisi metoda pengambilan sampel, cara memperoleh data, definisi operasional, serta hasil analisis data dan pembahasan. Bab IV Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan mengenai hasil analisis yang diperoleh dan saran-saran yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Manokwari, serta keterbatasan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Faktorfaktor yang mempengaruhi interaksi DPRD dan Pemerintah Kota Palangka Raya pada penyusunan dan penetapan APBD adalah adanya misi khusus bernegosiasi dalam wujud

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang guru

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel integritas dan kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan termasuk dalam

Kepercayaan dipandang sebagai sebuah solusi terbaik yang menjamin kesuksesan sebuah hubungan antara pemasok dengan pembeli. Penelitian ini ingin meneliti bagaimana

Hal lainya yang perlu diperhatikan bagi pemilik toko kelontong untuk mendukung kinerja rantai pasokan, antara lain; melakukan kesepakatan dalam pencapaian target

1) Tidak terhubungnya jaringan internet ke komputer membuat siswa tidak dapat mengakses web pembelajaran secara bersamaan. 2) Untuk penugasan di luar kelas, siswa kesulitan

Bila tumpukan energi di daerah penujaman demikian besar, energi tersebut akan mampu menggoyang atau menggetarkan lempeng benua dan lempeng samudera di sekitarnya. Gayangan atau

Oleh karena itu dibutuhkan alternatif pengganti cangkang kapsul dari gelatin yaitu pati dari bonggol pisang kepok ( musa paradisiaca1 ) yang dikombinasikan dengan karagenan,