• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 OBYEK PENELITIAN Sejarah Singkat Kementerian Sosial Repubik Indonesia. dan sederhana, yaitu : Urusan fakir miskin dan anak terlantar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 OBYEK PENELITIAN Sejarah Singkat Kementerian Sosial Repubik Indonesia. dan sederhana, yaitu : Urusan fakir miskin dan anak terlantar."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

OBYEK PENELITIAN

3.1 Tinjauan Perusahaan

3.1.1 Sejarah Singkat Kementerian Sosial Repubik Indonesia

Berdasarkan keputusan panitia persiapan kemerdekaan Republik Indonesia, tertanggal 19 Agustus 1945, Departemen Sosial RI merupakan salah satu departemen pemerintahan pada jaman itu. Menurut surat keputusan tersebut, tugas Departemen Sosial RI dinyatakan secara singkat dan sederhana, yaitu : “Urusan fakir miskin dan anak terlantar”.

Untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia, Pemerintah memikul tanggung jawab konstitusional, mengenai pembangunan kesejahteraan sosial, termaktub dalam pasal 34 UUD‟ 45 bahwa : “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”, yang berarti bahwa secara konstitusional, berdasarkan pasal 34 yang dirangkaikan dengan pasal 33 tentang perekonomian.

Pemerintah membangun kesejahteraan sosial untuk meniadakan kemiskinan dan keterlantaran, yang terutama disebabkan oleh penjajahan, yang menindas dan menghisap Bangsa Indonesia yang nyata-nyata tidak berusaha untuk membangun kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia, malah membiarkan rakyat Indonesia cukup hidup dengan segobang atau dua setengah sen sehari.

(2)

3.1.2 Sejarah Singkat Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM)

Masalah sosial tindak kekerasan merupakan salah satu problematika sosial yang ada di masyarakat memiliki dampak negatif terhadap korban maupun lingkungan sosialnya. Masalah tindak kekerasan tidak hanya merupakan masalah individual, tetapi juga masalah keluarga dan masyarakat, bahkan dapat menjadi masalah nasional maupun internasional, karena erat kaitannya dengan isu global tentang hak asasi manusia (HAM). Menghadapi berbagai problematika tersebut.

Direktorat Jenderal Perlindungan Dan Jaminan Sosial di bawah naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia memandang perlu untuk membentuk direktorat yang khusus menangani korban tindak kekerasan baik dalam lingkup nasional dan juga internasional. Maka pada tahun 2002 dengan berbagai landasan hukum dan undang-undang yang melatar belakangi terbentuknya Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM), beberapa diantaranya : Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan; Undang-Undang nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 182 Concerning The Prohibition and

Immediate Action For The Elimination Of The Worst Forms Of Child Labour (Konvensi ILO NOMOR 182 mengenai Pelarangan Dan Tindakan

(3)

(Lembaran Negara Tahun 2000 nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3941); Kesepakatan Bersama Antara Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Kesehatan RI, Menteri Sosial RI, dan Kepala Kepolisisan Negara RI Nomor, 14/Men-PP/Dep.IV/X/2002, Nomor B/3048/X/2002 tentang Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Standardisasi DPSKTK-PM ini, dimaksudkan sebagai sebuah lembaga yang memiliki tupoksi dalam memberikan pelayanan teknis bantuan sosial bagi korban tindak kekerasan dan sebagai fasilitas dalam panduan untuk memberi arah kepada semua lembaga yang menangani korban tindak kekerasan, baik oleh pemerintah maupun swasta (di pusat atau di daerah) agar dapat memberikan bantuan sosial secara terencana, terarah, terkendali dan terukur sehingga masalah tindak kekerasan dapat dipecahkan melalui pendekatan profesional.

3.1.3 Visi dan Misi

Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM) memiliki visi dan misi sebagai berikut : 1. Visi:

Terwujudnya kesejahteraan sosial bagi korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

2. Misi:

a. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi sosial masyarakat dalam penanganan korban tindak kekerasan.

(4)

b. Mengembangkan perlindungan dan rehabilitasi psikososial bagi korban tindak kekerasan.

c. Meningkatkan profesionalisme penyelenggaraan pelayanan bagi korban tindak kekerasan dalam bentuk perlindungan sosial dan rehabilitasi psikososial.

3.1.4 Struktur Organisasi

Salah satu faktor yang menetukan dalam keberhasilan suatu perusahaan adalah terdapat suatu struktur organisasi yang terstruktur dengan benar sesuai dengan keahlian. Dengan adanya struktur organisasi masing – masing memiliki tugas dan tanggungjawab dalam menjalankan tugas sehingga terwujudnya suatu visi dan misi yang sesuai dengan harapan perusahaan.

Adapun struktur organisasi dan kedudukan Humas DPSKTK-PM, sebagai berikut :

(5)

Gambar 3.1

Struktur organisasi Direktorat Perlindungan SosialKorban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran

Sumber: database Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran Kementerian Sosial RI

DIREKTUR PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN TINDAK KEKERASANDAN PEKERJA MIGRAN SUB BAGIAN TATA USAHA SUBDIT PERSIAPAN DAN STANDARDISASI SUBDIT PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN TINDAK KEKERASAN SUBDIT PERLINDUNGAN SOSIAL PEKERJA MIGRAN

SUBDIT KERJA SAMA EVALUASI DAN PELAPORAN SEKSI PERSIAPAN SEKSI PEMULIHAN SOISAL SEKSI STANDARDISASI SEKSI PEMULANGAN DAN REINTEGRASI SEKSI PENAMPUNGAN DAN PEMULIHAN SOSIAL SEKSI KERJA SAMA SEKSI PEMULANGAN DAN REINTEGRASI SEKSI PEMANTAUAN EVALUASI DAN PELAPORAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS)

(6)

Uraian tugas dari masing-masing bagian :

A. DIREKTUR

PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN TINDAK KEKERASAN DAN PEKERJA MIGRAN

1. Tugas

a. Mempelajari, memahami dan

menjelaskan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berkaitan dengan bidang tugas sub direktorat.

b. Merumuskan dan menetapkan

kebijakan di bidang perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

c. Meyampaikan rumusan

kebijakan di perlindungan sosial korban tindak kekerasanan dan pekerja migran kepada Direktur Jendral untuk memperoleh persetujuan dan penetapan.

d. Mendisposisikan surat masuk

dan menandatangani surat keluar.

e. Membagi tugas kepada

bawahan di lingkungan direktorat.

f. Memberi petunjuk dan arahan

kepada bawahan di lingkungan direktorat.

g. Memantau dan mengevaluasi

(7)

h. Mengambil keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan manajerial, keuangan, kepegawaian, rumah tangga maupun operasional di lingkungan direktorat.

i. Melakukan penilaian kinerja

bawahan di lingkungan direktorat.

j. Melaksanakan pembinaan dan

pengembangan pegawai di lingkungan direktorat.

k. Melaporkan pelaksanaan tugas

direktorat kepada Direktur Jendral Perlindungan dan Jaminan Sosial.

l. Melaksanakan tugas kedinasan

lain yang diberikan oleh piminan.

2. Fungsi

a. Perumusan kebijakan di bidang persiapan dan standardisasi perlindungan sosial korban tindak kekerasan, perlindungan sosial pekerja migran, kerjasama, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang persiapan dan standardisasi perlindungan sosial korban tindak kekerasan, perlindungan sosial pekerja migran, kerjasama, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

c. Penyusunan norma, standard, prosedur, dan kriteria di bidang persiapan dan standardisasi perlindungan sosial korban tindak kekerasan, perlindungan sosial pekerja migran, kerjasama, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

(8)

d. Pemberian bimbingan teknis di bidang persiapan dan standardisasi perlindungan sosial korban tindak kekerasan, perlindungan sosial pekerja migran, kerjasama, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

e. Evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang persiapan dan standardisasi perlindungan sosial korban tindak kekerasan, perlindungan sosial pekerja migran, kerjasama, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

f. Pelaksanaan urusan tata usaha (humas), perencanaan program anggaran, kepegawaian, dan rumah tangga Direktorat.

B. SUB DIREKTORAT PERSIAPAN DAN STANDARDISASI

1. Kepala Sub Direktorat Persiapan dan Standardisasi

a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berkaitan dengan bidang tugas sub direktorat.

2) Mengkoordinasikan

pelaksanaan kegiatan intern dan ekstern di lingkungan direktorat.

3) Memberikan saran dan

pertimbangan kepada Direktur yang berkaitan dengan tugas dan fungsi sub direktorat.

(9)

4) Membagi tugas kegiatan kepada bawahan.

5) Menindaklanjuti disposisi surat

Direktur.

6) Melakukan penilaian kinerja

bawahan di lingkungan sub direktorat.

7) Melaksanakan tugas kedinasan

lain yang diberikan oleh pimpinan.

b. Fungsi

1) Penyiapan bahan perumusan

kebijakan di bidang persiapan dan standardisasi.

2) Penyiapan pelaksanaan

kebijakan di bidang persiapan dan standardisasi.

3) Penyiapan bahan penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang persiapan dan standardisasi.

4) Penyiapan bahan pemberian

bimbingan teknis di bidang persiapan dan standardisasi.

5) Penyiapan bahan evaluasi

pelaksanaan kebijakan di bidang persiapan dan standardisasi. 2. Kepala Seksi Persiapan

a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang terkait dengan bidang tugas seksi.

(10)

2) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Sub Direktorat yang berkaitan dengan tugas dan fungsi seksi.

3) Menindaklanjuti disposisi surat dari Kepala Sub Direktorat.

4) Melaksanakan koordinasi kegiatan intern dan ekstern di lingkungan direktorat.

5) Menyiapkan bahan perumusan standar teknis, norma, pedoman, dan kriteria serta prosedur di bidang seksi persiapan perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

6) Melaporkan pelaksanaan tugas seksi persiapan.

7) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan.

8) Melaksanakan seleksi calon penerima bantuan usaha ekonomi produktif (UEP) mantan korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah yang akan mendapatkan bantuan UEP di daerah.

9) Melaksanakan sosialisasi program perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah sosial di daerah.

10) Membuat hasil pendataan

penanganan korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah sosial yang dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran.

11) Membuat pemetaan data

penanganan korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah sosial dan penerima bantuan usaha ekonomi produktif.

3. Kepala Seksi Standardisasi

(11)

1) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berkaitan dengan bidang tugas seksi.

2) Memberikan saran dan

pertimbangan kepada Kepala Sub Direktorat yang berkaitan dengan tugas dan fungsi seksi.

3) Menindaklanjuti disposisi surat

dari Kepala Sub Direktorat.

4) Melaksanakan koordinasi

kegiatan intern dan ekstern di lingkungan direktorat.

5) Menyiapkan bahan standar

teknis, norma, pedoman dan kriteria serta prosedur di bisang seksi.

6) Melaporkan pelaksanaan tugas

seksi standardisasi.

7) Melaksanakan tugas kedinasan

yang diberikan oleh pimpinan.

C. SUB DIREKTORAT PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN

(12)

1. Kepala Sub Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan

a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang terkait dengan bidang tugas sub direktorat.

2) Melaksanakan perlindungan

sosial korban tindak kekerasan sebagai sasaran kegiatan direktorat.

3) Mengkoordinasikan

pelaksanaan kegiatan intern dan ekstern di lingkungan direktorat.

4) Memberikan saran dan

pertimbangan kepada Direktur yang berkaitan dengan tugas dan fungsi sub direktorat.

5) Menindaklanjuti disposisi surat

Direktur.

6) Meyiapkan rumusan kebijakan

teknis dan penyusunan standar teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur kerjasama di bidang perlindungan sosial korban tindak kekerasan.

7) Melaksanakan tugas kedinasan

lain yang diberikan oleh pimpinan. b. Fungsi

1) Penyiapan perumusan

(13)

2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan sosial korban tindak kekerasan.

3) Penyiapan penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria di bidang perlindungan sosial korban tindak kekerasan.

4) Penyiapan pemberian

bimbingan teknis di bidang perlindungan sosial korban tindak kekerasan.

5) Penyiapan evaluasi

pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan sosial korban tindak kekerasan.

2. Kepala Seksi Pemulihan

Sosial a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang terkait dengan bidang tugas seksi.

2) Memberikan saran dan

pertimbangan kepada Kepala Sub Direktorat yang berkaitan dengan tugas dan fungsi seksi.

3) Menindaklanjuti disposisi surat

(14)

4) Melaksanakan koordinasi kegiatan intern dan ektern di lingkungan direktorat.

5) Menyiapkan bahan standar

teknis, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang seksi pemulihan sosial.

6) Menyeleksi data korban sesuai

dengan kondisi di lapangan.

7) Menyiapkan rencana

kebutuhan pemulihan sosial korban tindak kekerasan di Rumah Perlindungan Trauma Center.

8) Menyusun bahan kebijakan

teknis dalam rangka bimbingan dan pembinaan tenaga pekerja sosial/profesi di Rumah Perlindungan Trauma Center.

9) Melaporkan pelaksanaan tugas

seksi pemulihan sosial.

10) Melaksanakan tugas kedinasan

lain yang diberikan oleh pimpinan.

3. Kepala Seksi Pemulangan

dan Reintegrasi a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang terkait dengan bidangtugas seksi.

(15)

2) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Sub Direktorat yang berkaitan dengan tugas dan fungsi seksi.

3) Menindaklanjuti disposisi surat

dari Kepala Sub Direktorat.

4) Melaksanakan koordinasi

kegiatan intern dan ekstern di lingkungan direktorat.

5) Menyiapkan bahan perumusan

standar teknis, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang seksi pemulangan dan reintegrasi korban perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

6) Melaporkan pelaksanaan tugas

seksi pemulangan dan reintegrasi korban tindak kekerasan.

7) Melaksanakan tugas kedinasan

lain yang diberikan oleh pimpinan.

D. SUB DIREKTORAT PERLINDNGAN SOSIAL PEKERJA

(16)

1. Kepala Sub Direktorat Perlindungan Sosial Pekerja Migran

a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berkaitan dengan bidang tugas sub direktorat.

2) Melaksanakan perlindungan

sosial pekerja migran sebagai sasaran kegiatan Direktorat.

3) Melaksanakan perlindungan

sosial pekerja migran sebagai sasaran kegiatan Direktorat.

4) Mengkoordinasi pelaksanaan

kegiatan intern dan ekstern di lingkungan Direktorat.

5) Memberikan saran dan

pertimbangan kepada Direktur yang berkaitan dengan tugas dan fungsi sub direktorat.

6) Menindaklanjuti disposisi surat

Direktur.

7) Menyiapkan rumusan

kebijakan teknis dan penyusunan standar teknis, norma, pedoman, kriteria dan prosedur kerjasama di bidang perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

8) Melaksanakan tugas kedinasan

lain yang diberikan oleh pimpinan. b. Fungsi

(17)

1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perlindungan sosial pekerja migran.

2) Penyiapan pelaksanaan

kebijakan di bidang perlindungan sosial pekerja migran.

3) Penyiapan penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria di bidang perlindungan sosial pekerja migran.

4) Penyiapan pemberian

bimbingan teknis di bidang perlindungan sosial pekerja migran.

5) Penyiapan evaluasi

pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan sosial pekerja migran.

2. Kepala Seksi Penampungan

dan Pemulihan Sosial a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undang dan ketentuan lain yang terkait dengan bidang tugas seksi.

2) Memberikan saran dan

pertimbangan kepada Kepala Sub Direktorat yang berkaitan dengan tugas dan fungsi seksi.

3) Menindaklanjuti disposisi surat

(18)

4) Melaksanakan koordinasi kegiatan intern dan ekstern di lingkungan direktorat.

5) Menyiapkan bahan perumusan

standar teknis, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang seksi penampungan dan pemulihan sosial korban perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

6) Melaporkan pelaksanaan tugas

seksi penampungan dan pemulihan sosial.

7) Melaksanakan tugas kedinasan

lain yang diberikan oleh pimpinan.

3. Kepala Seksi Pemulangan

dan Reintegrasi a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undang dan ketentuan lain yang terkait dengan bidang tugas seksi. 2) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Sub Direktorat

yang berkaitan dengan tugas dan fungsi seksi.

3) Menindaklanjuti disposisi surat dari Kepala Sub Direktorat.

4) Melaksanakan koordinasi kegiatan intern dan ekstern di lingkungan direktorat.

5) Menyiapkan bahan perumusan standar teknis, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang seksi pemulangan dan reintegrasi korban perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

(19)

6) Melaporkan pelaksanaan tugas seksi pemulangan dan reintegrasi korban tindak kekerasan.

7) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

E. SUB DIREKTORAT KERJASAMA, EVALUASI DAN

PELAPORAN

1. Kepala Sub Direktorat

Kerjasama, Evaluasi Dan Pelaporan a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan

melaksanakanperaturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berkaitan dengan bidang sub direktorat.

2) Mengkoordinasikan

pelaksanaan kegiatan intern dan ekstern di lingkungan direktorat.

3) Memberikan saran dan

pertimbangan kepada Direktur yang berkaitan dengan tugas dan fungsi sub direktorat.

4) Menindaklanjuti disposisi surat

Direktur.

5) Menyiapkan rumusan

kebijakan teknis dan penyusunan standar teknis, norma, pedoman, kriteria dan prosedur kerjasama di bidang perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

(20)

6) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

b. Fungsi

1) Penyiapan perumusan

kebijakan di bidang kerjasama, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

2) Penyiapan pelaksanaan

kebijakan di bidang kerjasama, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

3) Penyiapan penyusunan norma,

standar, prosedur,kriteria dan penyelenggaraan di bidang kerjasama, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

4) Penyiapan bahan pemberian

bimbingan teknis di bidang kerjasama, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

5) Penyiapan evaluasi

pelaksanaan kebijakan di bidang kerjasama, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

2. Kepala Seksi Kerjasama

a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undang dan ketentuan lain yang terkait dengan bidang tugas seksi.

(21)

2) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Sub Direktorat yang berkaitan dengan tugas dan fungsi seksi.

3) Menindaklanjuti disposisi surat

dari Kepala Sub Direktorat.

4) Melaksanakan koordinasi

kegiatan intern dan ekstern di lingkungan direktorat.

5) Menyiapkan bahan perumusan

standar teknis, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang seksi kerjasama korban perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

6) Melaporkan pelaksanaan tugas

seksi kerjasama.

7) Melaksanakan tugas kedinasan

lain yang diberikan pimpinan.

3. Kepala Seksi Pemantauan,

Evaluasi dan Pelaporan a. Tugas

1) Mempelajari, memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undang dan ketentuan lain yang terkait dengan bidang tugas seksi.

(22)

2) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Sub Direktorat yang berkaitan dengan tugas dan fungsi seksi.

3) Menindaklanjuti disposisi surat

dari Kepala Sub Direktorat.

4) Melaksanakan koordinasi

kegiatan intern dan ekstern di lingkungan direktorat.

5) Meyiapkan bahan perumusan

standar teknis, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang seksi pemantauan, evaluasi dan pelaporan korban perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

6) Melaporkan pelaksanaan tugas

seksi pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

7) Melaksanakan tugas kedinasan

lain yang diberikan pimpinan.

F. KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA

1. Tugas

a. Menyiapkan bahan

perencanaan kebutuhan tata usaha, perlengkapan, kepegawaian dan keuangan Direktorat.

b. Menyiapkan bahan usulan

mutasi kepegawaian, penghargaan, hukuman disiplin pegawai di Direktorat.

(23)

c. Melaksanakan koordinasi kegiatan intern di lingkungan direktorat dan ekstern atas arahan pimpinan.

d. Menerima, mendistribusikan

dan menindaklanjuti surat masuk dan keluar berdasarkan disposisi Direktur.

e. Melaporkan pelaksanaan tugas

Sub Bagian Tata Usaha kepada Direktur.

f. Penatausahaan arsip dan

dokumentasi di direktorat.

g. Melaksanakan tugas kedinasan

lain yang diberikan oleh pimpinan.

G. HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS) 1. Tugas Humas

Humas DPSKTK-PMmemiliki tugas membina hubungan baik dengan publiknya (intern/ekstern). Adapun tugasnya antara lain :

a. Internal

1) Sosialisasi program strategis direktorat.

2) Menyampaikan informasi yang dibutuhkan para pegawai.

3) Melakukan konfirmasi mengenai isu di direktorat kepada pegawai. 4) Mengatur kegiatan rutin Case Conference (internal meeting).

(24)

5) Mengadakan kegiatan yang dilihat dari kebutuhan para pegawai (pelatihan para pegawai, capacity building).

6) Sosialisasi mengenai peraturan dan kebijakan direktorat. 7) Sosialisasi peraturan – peraturan SOP kepada pegawai. 8) Melakukan evaluasi seputar kinerja pegawai.

b. Eksternal

1) Membina kemitraan.

2) Mengatur kegiatan rutin antar jejaring kerja (eksternal meeting).

3) Mengadakan penyuluhan mengenai kekerasan melalui kampanye sosial.

2. Fungsi Humas

Fungsi humas DPSKTK-PMadalah membina hubungan antara direktorat dengan instansi terkait dan memenuhi kebutuhan, harapan, serta kepentingan publik sehingga direktorat dapat membangun citra dimata publik dan dapat dipercaya untuk tetap melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

(25)

Gambar 3.2

Logo Kementerian Sosial RI

Sumber: database Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran.

A. Filosofi Lambang/Logo

Teratai merupakan simbol kesetiakawanan yang berlandaskan pada kesucian. Teratai hidup dengan bunga yang mekar di atas air, daun yang mengambang di permukaan dan akar melayang di dalam air. Teratai melambangkan kelengkapan dasar-dasar sumber penghidupan, yakni air, bumi (permukaan), dan udara.

Daun yang mengambang di permukaan memberikan keteduhan bagi satwa air dari terpaan panas di siang hari dan menjadi tempat bermain yang aman di malam hari.

Teratai juga membantu mekanisme pertukaran udara bebas dengan udara dalam air yang berguna bagi satwa air, ini melambangkan sifat pengayoman.

Air melambangkan sesuatu yang luwes (bentuk selalu mengikuti wadahnya), mengalir, dan sejati (tidak dapat dipatahkan, dirobek atau dimusnahkan). Apabila air dibakar, maka ia akan menguap dan pada

(26)

gilirannnya akan menjadi air kembali. Melambangkan kesucian yang sejati, yang diperkuat dengan asosiasi teratai yang tetap putih walaupun hidup di air keruh dan sifatnya yang tak basah kendati hidupnya di air.

B. Keterangan Lambang/Logo

1. Bentuk teratai dengan lima kelopak yang mejadi satu kesatuan yang menggambarkan Pancasila dengan makna bahwa Departemen Sosial bersikukuh mempertahankan nilai-nilai Pancasila dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Bentuk grafis persegi dengan empat sayap burung garuda menggambarkan kandungan filosofis pelayanan sosial melalui empat pilar yaitu : rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial, dan perlindungan sosial.

3. Bentuk manusia mengandung arti pemanusiaan itu sendiri, yang merupakan subjek dan objek dari pelayanan sosial, dan mengungsung kredibilitas dan jati diri untuk memanusiakan manusia.

C. Tipografi

Tipografi menggunakan jenis huruf roman untuk menimbulkan kesan elegan, klasik, anggun dan eksklusif. Font cambria sangat mewakili jenis huruf roman, tapi kelebihan huruf cambria juga mempunyai ketebalan huruf seperti jenis sans serif yang memberikan kesan efisien dan tingkat keterpercayaan yang tegas. Untuk kepentingan cetak dan publishing font

(27)

cambria sangat disarankan oleh para pakar percetakan di dunia, karena font ini mempunyai kelebihan tidak melelahkan mata saat kita membacanya. Jika tidak memungkinkan diaplikasikan font tersebut, direkomendasikan sebagai subtitusi font adalah memakai font arial dengan ketebalan huruf yang sama atau hampir sama dengan sans serif untuk memberikan kesan efisien dan tingkat keterbacaan yang masih bisa terjangkau.

D. Konfigurasi dan Arti Warna 1. Konfigurasi Warna

Warna Biru : Cyan : 91; Magenta : 63; Yellow : 9; K : 0 Warna Hijau : Cyan : 79; Magenta : 7; Yellow : 99; K : 0 Warna Kuning : Cyan : 0; Magenta : 20; Yellow : 100; K : 0 Warna Hitam : Cyan : 0; Magenta : 0; Yellow : 0; K: 100

2. Arti Warna

a. Warna Kuning

Tetap mengungsung arti harapan dan wawasan kedepan secara menyeluruh, andal, dinamis dan dapat dipercaya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasarinya sebagai departemen yang profesional.

(28)

b. Warna Hijau

Warna yang mengandung arti sehat, alami, keberuntungan dan pembaharuan, menggambarkan evolusi pembaharuan kepada kemajuan yang progresif kearah yang lebih baik, selain itu mendefinisikan kesungguhan hati nurani dalam berkomitmen. c. Warna Biru

Biru bermakna secara filosofis kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, dan keteraturan. Melambangkan sifat kepercayaan, kehandalan dan bertanggung jawab sebagai citra baru dari Departemen Sosial RI di masa mendatang.

3.1.6 Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC)

Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC) adalah salah satu program yang dibuat oleh Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM) di bawah naungan Kementerian Sosial RI. RPTC berdiri sejak tahun 2005 yang merupakan suatu lembaga yang menjadi pusat peredaman (penurunan atau penghilangan) kondisi traumatis yang dialami oleh korban tindak kekerasan dan pekerja migran yang keberadaannya di rahasiakan dan hanya instansi-instansi terkait yang mengetahui keberadaan RPTC. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keselamatan dan keamanan klien yang dilindungi di RPTC dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, seperti pelaku korban tindak kekerasan.

(29)

Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM) ini tidak hanya bekerja sendiri melainkan memiliki beberapa jejaring atau instansi-instansi yang terkait, antara lain: 1. International Organization for Migration Jakarta

2. Perlindungan Perempuan dan Anak Jakarta 3. Yayasan Komisi Anak Indonesia

4. Panti Sosial Bina Remaja

5. Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak 6. RS KOJA

7. Panti Sosial Bina Laras Cipayung 8. Panti Asuhan Anak Balita Cipayung 9. Panti Sosial Karya Wanita Pasar Rebo 10. Rumah Perlindungan Sosial Anak 11. RS POLRI

12. Panti Persinggahan Caringin Bandung 13. Rumah Perlindungan Sosial Wanita 14. Komisi Perlindungan Anak Indonesia 15. PELNI/DAMRI

3.2 Prosedur yang berlaku

Perusahaan yang berkembang dan bertujuan untuk mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan akan menggunakan prosedur – prosedur standar masing – masing perusahaan. Berikut prosedur – prosedur yang ada pada Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran

(30)

(DPSKTK-PM) Kementerian Sosial RI yang dimana penulis melakukan penelitiannya. Prosedur – prosedur DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI adalah sebagai berikut :

1. Case Conference

Case conference adalah salah satu kegiatan employee relations yang terdapat

di Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM) Kementerian Sosial RI. Case conference ini tidak terlepas dari peranan seorang humas DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI. Karena humas yang membuat jadwal yang bertujuan agar adanya kejelasan dari kegiatan case conference tersebut. Lalu humas membuat disposisi surat untuk masing-masing kepala subdit yang ada dalam direktorat selanjutnya yang menginformasikan kepada masing-masing pegawai yaitu kepala subdit tersebut, hal ini dilakukan agar para pegawai mengetahui bahwa akan dilaksanakan kegiatan case conference. Maksud dari diadakannya case

conference ini adalah untuk mendapatkan solusi atau pemecahan

permasalahan yang dihadapi oleh klien Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC). Tujuan dilakukannya case conference ini adalah agar

terselesaikannya permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh klien Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC). Isi dari pelaksanaan kegiatan

case conference di RPTC ini adalah untuk menginfentarisir kasus-kasus klien

RPTC dan membahas solusi dari kasus tersebut agar dapat terselesaikan dan dipulangkan ke daerah asal. Case conference ini diadakan rutin setiap tiga bulan sekali. Khususnya ditujukan kepada pegawai yang tidak dapat menemukan solusi atas kliennya.

(31)

2. Capacity Building

Salah satu kegiatan employee relations selanjutnya yang ada di DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI adalah capacity building. Kegiatan ini ditujukan untuk seluruh pegawai dan dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas skill dan keterampilan pekerja sosial dalam menangani kasus yang dihadapi oleh kliennya. Capacity building ini dilaksanakan di Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC) Kementerian Sosial RI.

3. Pemantapan Petugas

Penyelenggaraan kegiatan pemantapan petugas penanganan korban tindak kekerasan dan pekerja migran dimaksudkan untuk lebih mempersiapkan tenaga pelaksana yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang profesional serta berkesinambungan dalam bidang bantuan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran. Pemantapan petugas ini dilaksanakan rutin setiap satu tahun sekali. Tujuan diadakannya kegiatan employee

relations ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknis

sebagai tenaga pelaksana perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan pekerja migran, mengembangkan informasi dan kerjasama dalam rangka penanganan korban tindak kekerasan dan pekerja migran, serta menyamakan persepsi dan pemahaman yang sama dalam penanganan korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

(32)

4. Special Event (Hari Ulang Tahun Pegawai)

Peringatan hari ulang tahun ini ditujukan untuk membina keakraban antar pegawai. Acara ini dilakukan pada minggu keempat setiap bulan. Pada hari minggu pegawai yang berulang tahun pada bulan itu berkumpul untuk merayakan ulang tahunnya. Pada acara ini diberikan juga bingkisan ulang tahun dari perusahaan kepada masing-masing pegawai yang berulang tahun. Kegiatan ini merupakan hiburan untuk pegawai dan salah satu cara untuk meningatkan motivasi pegawai.

5. Senam Pagi

Kegiatan senam pagi ini rutin dilaksanakan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari jumat jam 08.00 sampai 08.30. Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk memberikan penyegaran kepada pegawai dan untuk menjaga kestabilan tubuh sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik.

3.3 Metodologi Penelitian 3.3.1 Desain Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan ini adalah metodologi penelitian kualitatif. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahamifenomena atau gejala

(33)

sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dipelajari daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait.

Menurut Strauss and Corbin (dalam Ruslan, 2006:212)

qualitativeresearch (riset kualitatif) merupakan “jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya”.

Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2004:3) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan memahami bahwa penelitian deskriptif akan menghasilkan data deskriptif yang diuraikan dengan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang serta melalui gambaran pelaksanaan suatu kegiatan dan bukan berupa angka.

Jenis penelitian deskriptif ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu (Kriyantono, 2010:69).

3.3.2 Objek Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM) Kementerian Sosial RI. Penulis memfokuskan penelitian ini pada kegiatan employee

(34)

3.3.3 Sumber Data

a. Data Primer

Penulis memperoleh data primer langsung dari subjek penelitian meliputi wawancara langsung dengan narasumber serta pengamatan kegiatan. Narasumber yang akan dijadikan subjek wawancara adalah Isni Nur Aini, M.Psi selakukepala bagian humas DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI sekaligus sebagai key informan dalam penulisan skripsi ini, dan beberapa informan yaitu Nurul Azni, S.Kom selaku pegawai bagian humas DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI, Rara Saraswati, S.Kom selaku pegawai bagian tata usaha DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI, Priska Suryatin, S.St selaku pekerja sosial Kementerian Sosial RI.

b. Data Sekunder

Penulis memperoleh data dengan mempelajari data-data yang dipublikasikan seperti buku-buku teks, jurnal ilmiah, dokumen-dokumen ataupun sumber lain yang masih relevan dengan masalah yang diteliti.

(35)

Menurut Kriyantono (dalam Ardianto, 2010:178), teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari : wawancara mendalam (intensive/depth interview), observasi atau pengamatan lapangan (field observation), wawancara kelompok (focus group

discussion), dan studi kasus (case study).

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan empat teknik pengumpulan data, antara lain :

1. Observasi

Ardianto (2010:165) berpendapat observasi atau pengamatan adalah “kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit”.

Menurut Indriantoro dan Supomo (dalam Ruslan, 2006:34) observasi yaitu “proses pencatatan pola perilaku subjek (orang), objek (benda-benda) atau kejadian yang sistematika tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti”.

Menurut Spradley (dalam Ruslan, 2006:35-37), keterlibatan observasi atau tingkat partisipasi dipergunakan pada penelitian, antara lain sebagai berikut :

a. Participant Observation (Pengamatan Partisipasi)

Yaitu peneliti melakukan observasi dengan cara melibatkan diri atau menjadi bagian lingkungan sosial (organisasi) tengah diamati.

(36)

b. Nonparticipant Observation (Pengamatan Nonpartisipasi)

Yaitu melakukan observasi pengumpulan data dan informasi tanpa melibatkan diri, atau tidak menjadi bagian dari lingkungan sosial/organisasi yang diamati.

c. Passive Observation (Pengamatan Pasif)

Pengamat hanya bersikap pasif dalam mengamati dan hanya merekam data atau informasi apa yang sedang terjadi pada peristiwa tersebut tanpa diketahui pihak lain.

d. Active Participant Observation (Pengamatan Aktif)

Pengamat yang aktif memiliki peran dalam situasi lingkungan sosial tertentu.

e. Moderat Observation (Pengamatan Moderat)

Yaitu apabila si peneliti mempertahankan adanya keseimbangan antara sebagai orang dalam (insider) dan pihak luar

(outsider), atau berinteraksi antara pengamat dengan partisipan.

Penulis memahami observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mengamati suatu subjek atau objek dalam lingkungan sosial atau organisasi, melalui keterlibatan langsung maupun tidak langsung.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik

Participant Observation atau Pengamatan Partisipasi. Hal ini di

pilih oleh penulis karena penulis melibatkan diri dan menjadi bagian dalam direktorat ini dengan cara penulis melakukan kerja praktek selama tiga bulan di DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI.

(37)

2. Wawancara

Menurut Ruslan (2006:23) wawancara merupakan “salah satu teknik pengumpulan data dalam metode survei melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden (subjek)”.

Menurut Kriyantono (2010:100-102) ada 4 jenis wawancara diantaranya yaitu, wawancara pendahuluan, wawancara terstruktur

(structured interview), wawancara semi struktur (semistructured interview), dan wawancara mendalam (intensive/depth interview).

Ardianto (2010:178) memberikan pengertian, wawancara mendalam (intensive/depth interview) adalah “teknik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam”.

Penulis memahami, wawancara adalah suatu kegiatan pengumpulan data melalui tanya jawab dengan narasumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui bagaimana reaksi responden tentang suatu masalah yang tengah diteliti.

Dalam skripsi ini, teknik yang penulis gunakan adalah wawancara mendalam (intensive/depth interview) dengan melakukan wawancara secara intensif dan berulang-ulang.

Ada dua cara yang di lakukan dalam mencari sumber informasi yaitu melalui key informan dan informan.

(38)

Menurut Ruslan (2006:267) key informan adalah “orang utama yang merupakan kunci diharapkan menjadi narasumber informasi atau informan kunci dalam suatu penelitian”.

Key informan dalam penulisan skripsi ini adalah Ibu Isni Nur

Aini, M.Psi selaku pemegang peranan humas dan membuat jadwal pelaksanaan employe relation humas DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI.

Menurut Moleong, Miles, et al (dalam Ardianto, 2010:61)

informan adalah “orang yang dapat memberikan keterangan atau

informasi mengenai masalah yang sedang diteliti dan dapat berperan sebagai narasumber selama proses penelitian”.

Informan dalam penulisan skripsi ini adalah pegawai yang

bekerja di DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI yang telah melaksanakan dan ikut serta dalam kegiatan employe relations humas DPSKTK-PM yaitu Nurul Azni S.Kom., Rara Saraswati, S.Kom., dan Priska Suryatin, S. St.

3. Kepustakaan

Menurut Supranto (dalam Ruslan, 2006:31) riset perpustakaan adalah “dilakukan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakan”.

(39)

Ardianto (2010:37) berpendapat tinjauan pustaka adalah “proses umum yang kita lalui untuk mendapatkan teori terdahulu”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan bahan-bahan referensi dari buku-buku, jurnal, atau sumber-sumber tertulis lainnya di perpustakaan yang masih relevan.

4. Dokumentasi

Menurut Ardianto (2010:167), metode dokumentasi adalah adalah “salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi peneliti sosial untuk menelusuri data historis”.

Disisi lain Kriyantono (2010:120) berpendapat dokumentasi adalah ”instrumen pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data”.

Bungin dalam Ardianto (2010:167) menjelaskan bahwa secara detail, bahan dokumenter terbagi beberapa macam yaitu :

a. Autobiografi; b. Surat-surat pribadi; c. Kliping;

d. Dokumen pemerintah maupun swasta; e. Cerita roman, cerita rakyat;

f. Film, mikrofilm, foto, dan sebagainya

Dalam teknik dokumentasi, penulis mengambil beberapa data-data dan foto yang berkaitan dengan kegiatan, seperti : contoh surat

(40)

undangan kegiatan dan foto kegiatan internal humas DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI.

3.3.5 Penilaian Validitas

Setiap riset harus bisa dinilai. Ukuran kualitas dari sebuah riset terletak pada kesahihan atau validitas data yang dikumpulkan selama riset. Secara umum, validitas riset kulitatif terletak pada proses sewaktu periset turun ke lapangan mengumpulkan data dan sewaktu proses analisis-interpretatif data (Kriyantono, 2010:70).

Pada penelitian ini penulis menggunakan Analisis Triangulasi, yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Disini jawaban subjek di

cross-check dengan dokumen yang ada. Menurut Dwidjowinoto (dalam

Kriyantono, 2010:72) ada beberapa macam triangulasi, yaitu Triangulasi Sumber, Triangulasi Waktu, Triangulasi Teori, Triangulasi Periset, dan Triangulasi Metode.

Dari beberapa macam analisis triangulasi tersebut, maka penulis menggunakan analisis triangulasi sumber. Menurut Dwidjowinoto (dalam Kriyantono, 2010:72) yaitu “membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda”.

(41)

Menurut Patton (dalam Moleong, 2001:103) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Beliau membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti signifikan terhadap analisis, menjalankan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.

Ada beberapa macam model analisis data yaitu Model Bodgan dan Biklen, Model Miles dan Huberman, Model Strauss dan Corbin, Model Spradley (Etnogrfi), Model Philip Mayring, Model NVivo (Komputer).

Dari berbagai macam model analisis, penulis memilih untuk menggunakan Model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (dalam Ardianto, 2010:223) ada tiga jenis kegiatan dalam analisis data, yaitu:

a. Reduksi. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan.

b. Model data (data display), yaitu model sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Penarikan/verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pegumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, proposisi-proposisi.

Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis data seperti yang sudah di sebutkan sebelumnya diatas mengenai analisis data dengan berbagai macam cara antara lain yaitu reduksi data, model data, dan penarikan atau verifikasi

(42)

kesimpulan. Penulis melakukan uji keabsahan menggunakan sumber yang merupakan pembahasan dalam penelitian ini yaitu mengenai peran humas melalui kegiatan employee relations dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI. Penulis tidak hanya memilih pegawai yang melakukan peran humas saja, tetapi penulis juga memilih pegawai yang tidak melakukan peran humas tetapi melaksanakan kegiatan yang diadakan oleh humas DPSKTK-PM Kementerian Sosil RI. Hal tersebut dilakukan oleh penulis agar penulis memperoleh data yang lebih akurat kebenarannya dan karena hal yang penulis teliti merupakan kegiatan internal yang melibatkan pegawai yang ada dalam direktorat dan pegawai tersebut juga yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan direktorat itu sendiri.

3.5 Permasalahan yang ada

Kementerian Sosial RI selama ini telah berperan penting dalam upayanya mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan menyandang sebuah lembaga dibawah pemerintahan maka sangat penting untuk menciptakan sebuah citra positif serta hubungan baik antar lembaga/perusahaan dengan publiknya.

Salah satu fungsi humas adalah menjadi mediator antara direktorat dengan publik internal, yaitu pegawai. Humas juga berperan dalam peningkatan motivasi kerja pegawai sehingga pada akhirnya mereka dapat bekerja secara maksimal dan menghasilkan output bagi direktorat.

Ada beberapa kendala atau hambatan yang biasa terjadi didalam direktorat, dan permasalahan tersebut terjadi hampir disetiap sub bagian di dalam direktorat. Dalam hal ini penulis memfokuskan pada permasalahan yang ada di dalam sub

(43)

bagian humas Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM) Kementerian Sosial RI untuk penelitian skripsi kali ini. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tidak memperhatikan kegiatan employee relations DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI. Contohnya: tidak ada kegiatan darmawisata yang khusus ditujukan untuk pegawai DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI. Terkait hal tersebut, peranan humas menjadi dominan di sebuah organisasi, instansi, maupun perusahaan. Melalui program-programnya, peranan humas menjadi sangat penting dalam upayanya menciptakan dan membina hubungan yang baik antara direktorat dengan publik. Terciptanya hubungan yang baik sangat membantu dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai yang pada akhirnya memberikan nilai positif bagi direktorat itu sendiri. Di sini penulis melihat bahwa kurang adanya interaksi antar pegawai, sehingga terjadi kurang adanya koordinasi antar pegawai yang menyebabkan suasana kerja yang kurang kondusif. Selain kurang adanya koordinasi, setidaknya pegawai lebih mengetahui apa manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan oleh sub bagian humas, karena dengan pegawai mengetahui bahwa adanya manfaat dari kegiatan tersebut maka akan berdampak juga kepada peningkatan motivasi kerja pegawai itu sendiri.

b. Permasalahan selanjutnya yang ada pada saat penulis melakukan penelitian yaitu terdapat juga permasalahan motivasi kerja pegawai di dalam direktorat. Permasalahan ini menyangkut kualitas kinerja para pegawai di dalam direktorat. Contohnya: apabila ada kasus tertentu tidak semua pegawai bersedia untuk menyelesaikan kasus yang terjadi. Maka dengan demikian

(44)

semakin tinggi motivasi kerja maka akan semakin baik kinerja direktorat, dan akan semakin baiknya kualitas sumber daya manusia (SDM) para pegawainya.

Penulis berasumsi bahwa hal tersebut disebabkan karena peran humas dalam direktorat ini kurang dimaksimalkan. Oleh sebab itu penulis memilih kedua permasalahan tersebut karena mengingat seberapa pentingnya motivasi kerja pegawai yang pada akhirnya dapat menjadikan dampak yang positif bagi direktorat.

3.6 Alternatif Pemecahan Masalah

Menurut penulis, terdapat beberapa cara yang dapat dikategorikan sebagai alternatif pemecahan masalah. Aplikasi penggunaan teori dari Cutlip, et al (2006:6) yang menyatakan bahwa: “Suatu fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut”. Lalu bagaimanakah aplikasi dari teori ini dapat dijalankan, maka penulis merasa perlu adanya uraian dari teori tersebut diatas agar dapat diaplikasikan ke pokok permasalahan.

Humas yang memiliki fungsi manajemen yang berperan sebagai pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan manajemen haruslah menyampaikan maksud dan tujuan dari perusahaan tersebut. Dalam kasus ini kegiatan employee relations di perusahaan diharuskan memberi informasi kepada pegawai serta memelihara hubungan baik antara pegawai dan pimpinan maupun antar sesama pegawai.

(45)

Maka dapat disimpulkan alternatif pemecahan masalah yaitu: humas perlu menambahkan cara lain dalam menginformasikan kegiatan employee relations yang ada di direktorat sehingga kegiatan employee relations yang ada di direktorat dapat berjalan dengan baik dan dapat diinformasikan dengan baik kepada seluruh pegawai.Dalam menginformasikan kegiatan employee relations kepada pegawai direktorat, bisa dengan cara komunikasi intrapersonal melalui email yang dikirimkan kepada seluruh pegawai sehingga dengan cara tersebut bisa lebih efisien dari segi waktu dan pegawai akan mengetahui tentang adanya kegiatan

employee relations di dalam direktorat sehingga kegiatan employee relations ini

dapat berjalan dengan baik. Selain dalam hal menginformasikan kegiatan yang ada, humas juga perlu menambah inovasi-inovasi baru dalam kegiatan employee

relations, misalnya mengadakan kegiatan darmawisata yang khusus diadakan

untuk para pegawai dengan tujuan agar para pegawai tidak merasa jenuh dengan pekerjaan mereka.

Referensi

Dokumen terkait

hasil analisis penulis sebelumnya, bahwa salah satu motif pendirian perusahaan joint venture oleh asing dengan menggunakan nominee shareholders (yang didahului oleh nominee

RS SARI ASIH CILEDUG Untuk Jam pulang pasien rawat inap hanya bisa dilakukan di jam kerja kasir : - Senin s/d Jumat : 08.00 s/d 17.00. - Sabtu - hari libur : 08.00

kegiatan usaha jasa penunjang pemboran untuk pelaksanaan penyemenan selubung/casing sumur pemboran # Cementing Engineer # Maintenance # Lab Technician # HSE Officer # SCM-Logistic

Terdapat tiga aspek utama yang diketengahkan yang menggariskan kepentingan asas karya yang diambil kira oleh penulis-pengarah ini dalam proses kerja kreatif apabila dibawa ke

Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh terhadap tingkat konservatisme dengan menggunakan ukuran akrual sedangkan

Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan

Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Kepala daerah yang tidak mengumumkan

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Impleksi Yuridis