• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KEPALA MADRASAH DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI MEDAN. Aswaruddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN KEPALA MADRASAH DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI MEDAN. Aswaruddin"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KEPALA MADRASAH DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI MEDAN

Aswaruddin

Alumnus Prodi Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sumatera Utara Medan e-mail: aswaruddin1973@gmail.com

Abstract: The purpose of this study was to uncover the headmaster Management in developing the competence of teachers in MIN Me'dan in terms of planning, organizing, implementation and terms to evaluate. In the discussion of this thesis uses a qualitative approach with descriptive phenomenology. In the theoretical approaches the author uses research by reading and analyzing the books that are relevant to the title of this thesis. While empirical approach the authors use the method of observation, interviews, and documentation. To present research findings and analyze the data obtained by the author uses descriptive qualitative measures data reduction, data presentation, and conclusion. Inspection or checking of the validity of the data the researchers used four criteria as a standard reference for the validity of which include: (1). Credibility, (2). Keteralihan, (3). Addiction, (4). Certainty. The results of this study revealed four findings: (1). Planning Principals Teachers In developing competence in MIN meda only be done by the principal and does not involve the WKM course with other elements such as a teacher. (2). Pengoganisasi Principals Teachers in Developing Competence in Medan MIN do not have a membership structure implementing a clear development, (3). Implementation Principals Teachers in Developing Competence in Medan MIN implemented such training early in the semester, the end of the workshop each month, and out bond of teachers in improving the quality of teaching in the classroom, (4). supervision Principals Teachers in Developing Competence in MIN Medan, conducted continuously observe and supervise the teachers who participated in the development of teacher competence. And also do the evaluation by asking any activities that have been carried out by correcting the evaluation activities that have been run

Keyword : Management, Competence of Islamic Religious Teachers.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah ingin mengungkap mengenai Manajemen Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Kompetensi Guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medandari segi perencanaannya, pengorganisasiannya, pelak-sanaannya dan dari segi pengevaluasiannya. Dalam pembahasan tesisini meng-gunakan pendekatankualitatif deskriptif dengan fenomenologi. Dalam pen-dekatan teoritis penulis menggunakan penelitian yaitu dengan membaca dan menganalisis buku-buku yang relevan dengan judul tesis ini. Sedangkan pen-dekatan empiris penulis menggunakan metode observasi, interview, dan studi dokumentasi. Untuk memaparkan temuan hasil penelitian dan menganalisis data yang diperoleh penulis menggunakan deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan empat kriteria sebagai acuan standar validitas yang meliputi: (1). Kredibilitas, (2). Keteralihan, (3). Ketergantungan, (4). Kepastian. Hasil penelitian ini mengungkapkan empat

(2)

72 |

hasil temuan yaitu: (1). Perencanaan Kepala Madrasah Dalam mengembangkan kompetensi Guru di MIN medahanya dilakukan oleh kepala sekolah dan WKM saja dengan tidak melibatkan unsur lainnya seperti guru., (2). Pengoganisasi Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Kompetensi Guru di MIN Medan tidak memiliki stuktur keanggotaan pelaksana pengembangan yang jelas, (3). Pelaksanaan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Kompetensi Guru di MIN Medanterlaksana seperti pelatihan pada awal semester, workshop setiap akhir bulan, dan out bond guru dalam meningkatkan kualitas mengajar di dalam kelas, (4). Pengawasan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Kompetensi Guru di MIN Medan, dilakukan secara terus menerus memperhatikan dan mengawasi guru yang mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi guru. Dan juga melakukan pengevaluasian dengan menanyakan setiap kegiatan yang telah dilakukan pengevaluasian dengan mengoreksi kegiatan yang telah berjalan. Kata Kunci : Manajemen, Kompetensi Guru Agama Islam.

PENDAHULUAN

Pendidikan sering kali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, ber-gantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Ter-jadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengem-bangan teori itu sendiri. Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, seyogya-nya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat meng-implementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu bidang penting dan sangat mendasar yang harus dikelola secara baik dan benar oleh pemerintah maupun masyarakat, karena proses pendidikan pada hakikatnya me-rupakan proses pengembangan potensi diri manusia bagi masa depan. Sebagai sebuah alat penciptaan sumber daya manusia, maka kualitas pendidikan perlu terus ditingkatkan meskipun dalam kenyataan kita masih berada dalam ber-bagai permasalahan. Peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan secara ber-tahap, terencana dan sistematis, terarah, dan intensif sehingga menjadi sekolah

yang efektif, agar mampu menyiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk dapat bersaing dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam berbagai lapangan kehidupan.

Adapun komponen-komponen seko-lah efektif menurut Lembaga Pendidikan Negara Bagian Victoria Australia (State

Government Victoria) yang dinyatakan

dalam model sekolah efektif yaitu: memiliki visidan tujuan, fokus pada tujuan pengajaran, harapan tinggi, memasya-rakatkan pembelajaran, akuntabilitas, lingkungan belajar yang merangsangdan aman, kepemimpinan profesional, fokus padabelajar dan mengajar. Selanjutnya Edmond dalam Suparlan memberikan ciri keefektifan sekolah yaitu :1

1. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat (strong principal leadership). 2. Iklim sekolah yang aman dan kondusif

(safe and conducive school climate). 3. Penekanan pada penguasaan

keca-kapan dasar (emphasis on the

acqui-sition of basic skills).

4. Harapan guru yang tinggi terhadap hasil belajar siswa (teacher high

expectation).

5. Evaluasi hasil belajar secara teratur (frequency of evaluation).

1 Suparlan, Membangun Sekolah Efektif (Yogyakarta : Hikayat, 2008), hal. 12-13.

(3)

Upaya untuk mengefektifkan sekolah ternyata bukanlah sesuatu yang seder-hana, karena ada banyak faktor yang berhubungan dan mempengaruhi keefek-tifan sekolah. Creemers dalam Poster memberikan 5 faktor keefektifan sekolah yang disimpulkan dari hasil penelitiannya dengan apa yang disebut ekstrapolasi faktor efektivitassekolah yaitu; 1). Ke-pemimpinan pendidikan yang kuat, 2). Harapan yang tinggi dari prestasi siswa, 3). Penekanan pada keterampilan dasar, 4). Suasana aman dan tertib, 5). Evaluasi yang sering untuk kemajuan murid.2

Mengacu pada faktor-faktor yang berhubungan dan mempengaruhi keefek-tifan sekolah/madrasah di atas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang berhubungan dan berpengaruh ter-hadap keefektifan sekolah/madrasah. Di antara faktor-faktor tersebut, faktor kepemimpinan kepala madrasah dan kinerja guru merupakan dua faktor yang sangat esensi, karena kedua faktor ini sangat mempengaruhi dan berhubungan secara signifikan terhadap keefektifan sekolah. Banyak penelitian yang telah mengkaji mengenai kepemimpinan dan kinerja guru dalam meningkatkan efek-tifitas sekolah di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Indah Nurhayani, dengan judul Manajemen Kepala Mad-rasah dalam Meningkatkan Efektiftivitas Kinerja Guru di MDA Al-Washliyah 40 Medan menunjukkan bahwa manajemen kepala sekolah lama mengelola MDA al-Washliyah sangat baik.3 Juga masih

banyak lagi penelitian yang menunjukkan sangat esensialnya faktor kepemimpinan dan kinerja guru dalam meingkatkan efektifitas sekolah/madrasah.

2 Poster, Cyril, Restructuring: The key to effective school management, (London and New York: Routledge, 2005), hal. 19.

3 Indah Nurhayani, Manajemen Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Efektiftivitas Kinerja Guru di MDA Al-Washliyah 40 Medan, Skripsi, UIN-SU, 2015.

Sagala menyatakan bahwa “keefek-tifan sekolah adalah spesifikasi prosedur pengembangan organisasi yang konsisten secara aktual terhadap kebutuhan sekolah dan pembelajaran berpusat pada proses manajerial kepala madrasah, berfungsi struktur organisasi sekolah, performansi guru, kesiapan belajar siswa, dan per-formansi kerja personil non guru sehingga tercapai tujuan dan target secara optimal”. Defenisi ini mengindikasikan pentingnya proses manejerial kepala sekolah, keber-fungsian struktur organisasi sekolah, kinerja guru, kesiapan belajar siswa, dan kinerja personil non guru.

Signifikannya hubungan kepemim-pinan kepala madrasah dengan keefek-tifan sekolah, selanjutnya ditunjukkan oleh hasil penelitian Bush dan Coleman dalam Rohmat, berdasarkan hasil peneli-tian mereka tentang sekolah efektif dan pengembangan pendidikan di beberapa negara menunjukkan bahwa kualitas ke-pemimpinan pendidikan dan manajemen yang baik akan menjadikan sekolah efektif. Sebaliknya, kepemimpinan dan menajemen yang tidak baik menjadikan sekolah tidak efektif4. Sejalan dengan ini,

hasil penelitian Tobroni dalam Muhaimin Madrasah Ibtidaiyah Negeri menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lembaga efektif dengan kepemim-pinan dan manajemen yang efektif.5

Manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Pencapaian tujuan-tujuan organisasi dilaksanakan dengan pengelolaan fungsi-fungsi manajemen oleh seorang manajer/pemimpin. Yaitu, peren-canaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pelaksanaan (actuating),

4 Rohmat, Kepemimpinan Pendidikan; Strategi Menuju Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Penerbit Cahaya Ilmu, 2010), hal. 2.

5Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan; Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengem-bangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 10.

(4)

74 |

pengawasan (controlling), dan evaluasi

(evaluating).

Kepemimpinan diartikan dengan kemampuan seseorang untuk menggerak-kan semua komponen agar dapat bekerja dengan baik, dan kegiatan itu haruslah dilakukan oleh seseorang yang mau tampil di depan, dalam hal ini disebut sebagai pemimpin. Lembaga pendidikan tidak akan berkembang dengan baik jika ke-pemimpinan kurang diperhatikan. Ke-pemimpinan yangsangat efektif akan sangat menopang keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan memerlukan sese-orang yang mampu dan tangguh dalam memimpin di dalam sebuah lembaga. Seseorang inilah yang disebut dengan pemimpin pendidikan atau dalam sebuah lembaga pendidikan formal disebut kepala madrasah.

Kepala madrasah juga disebut mana-jer di sekolah yang dipimpinnya. Karena kepala madrasah merupakan guru yang menjabat sebagai pemimpin/manajer yang bertanggung jawab atas guru-guru dan staf yang dibawah pimpinannya. Seorang kepala madrasah harus mampu menjadi penggerak, sehingga semua karyawan dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Tentunya untuk mengatur semua pekerja-an dpekerja-an pembagipekerja-an tugas di dalam sekolah/ madrasah haruslah betul-betul diperhati-kan oleh kepala madrasah, agar semua karyawan dapat bekerja dengan baik dan tujuan dapat tercapai.

Secara umum bila dilihat, kepala madrasah yang akan menentukan maju mundurnya kegiatan belajar mengajar. Bahkan yang pertama sekali mendapat baik buruknya kegiatan belajar mengajar disekolah adalah kepala madrasah. ini adalah suatu anggapan yang benar karena semua program yang dilaksanakan di sekolah sebagai hasil dari keputusan pemimpin yang dirumuskan bersama-sama bawahannya. Hal ini sesuai dengan

pandangan Wahab dalam Syafaruddin, bahwa tugas-tugas pokok kepala sekolah (pemimpin pendidikan) adalah:

1. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh kebebasan.

2. Pimpinan membentuk kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam men-ciptakan dan menjelaskan tujuan. 3. Pemimpin membentuk kelompok

dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membentuk kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.

4. Pemimpin bertanggung jawab dalam pengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesem-patan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mem-punyai tanggung jawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.

5. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahan-kan eksistensi organisasi.6

Tugas kepala madrasah sebagai pemimpin yaitu mengatur segala unsur yang ada di madrasah termasuk guru yang mengajar, agar kualitas lembaga yang ia pimpin akan meningkat dan bermutu. Selanjutnya kinerja guru juga dipandang sebagai salah satu faktor yang esensi dan berhubungan secara signifikan terhadap keefektifan sekolah. Hal ini disebabkan oleh guru yang merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan PBM.

Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari upaya peningkatan kom-petensi guru. artinya dalam upaya pening-katan sumber daya manusia melalui proses pendidikan dan pelatihan, maka

6 Syafaruddin & Asrul, Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Citapustaka Media, 2013), hal. 141-142.

(5)

guru mempunyai peranan yang sangat penting untuk meraih keberhasilan mutu pendidikan. Kepentingannya tidak hanya melihat bahwa proses pembelajaran yang merupakan proses alih ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga dilihat sebagai porses pengembangan potensi peserta didik kearah yang baik dan positif. Di sisi lain seorang guru juga merupakan fasilitator bagi siswa. Sebagai fasilitator maka guru harus mampu menjembatani potensi diri siswa menjadi sebuah aktuali-sasi diri. Artinya seorang guru harus memberikan peluang bagi siswa untuk berbuat dan beraktifitas dalam mengem-bangkan potensi dirinya kearah yang positif melalui pemantauan yang baik.

Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kuri-kulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal. Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai dengan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan meningkatkan atau mengembangkan kompetensinya, untuk mengembangkan kompetensi tersebut di-butuhkan dukungan dari kepala mad-rasah.

Salah satu ketrampilan pokok yang harus dimiliki oleh kepala madrasah adalah sebagai seorang pemimpin pendi-dikan. Keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah dilandasi oleh kemampuannya dalam mengelola dan memimpin. Dalam konteks ini, kepala madrasah dituntut untuk melaksanakan berbagai fungsi

manajemen kepemimpinan untuk

mengembangkan kompetensi guru ter-sebut demi meningkatkan proses pem-belajaran dan meningkatkan efektivitas sekolah/madrasah.

Pada observasi awal penelitian tentang di Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Medan fenomenanya menunjukkan

bahwasanya banyak guru-guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan yang kompetensinya berkembang dengan baik, terbukti dari banyaknya guru yang mendapat sertifikasi, karena seyogyanya guru yang sudah sertifikasi sudah memiliki kompetensi yang tinggi dibukti-kan dengan menyelesaidibukti-kan tugas dalam rangkat memperoleh sertifikan pendidika profesional atau bersertipikasi. Kom-petensi yang tinggi ini tidak semata-mata berkembang dengan sendirinya atau dengan ortodok (belajar sendiri), akan tetapi pengembangan kompetensi guru tersebut juga di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor kepemimpinan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan ini, karena kepemimpinan kepala madrasah secara signifikan mempengruhi bawahan-nya termasuk guru seperti penelitian-penelitian yang telah disebutkan sebelum-nya, kepala madrasahlah yang berperan banyak dalam mengarahkan anggotanya termasuk guru anggotanya termasuk guru-guru yang mengajar di sekolah yang ia pimpin menjadi guru profesional yang akan membawa sekolah kearah yang lebih baik dan efektif, hal ini dapat digambarkan bahwa manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam mengembangkan kom-petensi guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, karena pengembangan kompetensi guru sangat memerlukan manajemen yang baik.

Melihat penjelasan di atas bahwa manajemen menjadi faktor yang ver-pengaruh dalam mengembangkan kom-petensi guru sehingga meningkatkan efektifitas lembaga pendidikan yang ia pimpin. Oleh karena itulah penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Manajemen Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Kompetensi Guru Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan”.

Kata manajemen berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata ‘manus’ yang berarti tangan, dan ‘agere’ yang berarti

(6)

76 |

melalukan. Kata-kata ini digabung menjad kata kerja ‘managere’ yang artinya menangani. Manager diterjemahkan ke-dalam bahasa Inggris ke-dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda

management dan manager untuk orang

yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya management diterjemahkan ke-dalam bahasa Indonesia menjadi

mana-jemen atau pengelolaan.7

Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang akar katanya “manage” yang berarti mengurus, meng-atur, melaksanakan, mengelola, dan

memperlakukan. Sedangkan

“mana-gement” diartikan sebagai pengelolaan,

ketata laksanaan, atau tata pimpinan.8

Kelembagaan akan berjalan dengan baik jika dikelola (manage) dengan baik. Organisasi apapun, senantiasa mem-butuhkan manajemen.9 Dalam perspektif

Islam, konsep manajemen lebih dekat maknanya kepada proses atau kegiatan “mengatur” sebagaimana Allah menyebut-kan dalam QS. As-Sajadah ayat 5:

ﺮّﹺﺑﺪﻳ

ﺮﻣﻷﺍ

ﻦﻣ

ِﺀﺎﻤﺴﻟﺍ

ﻰﹶﻟﹺﺇ

ﹺﺽﺭﻷﺍ

ﻢﹸﺛ

ﺝﺮﻌﻳ

ﻪﻴﹶﻟﹺﺇ

ﻲﻓ

ﹴﻡﻮﻳ

ﹶﻥﺎﹶﻛ

ﺪﹾﻘﻣ

ﻩﺭﺍ

ﻒﹾﻟﹶﺃ

ﺔﻨﺳ

ﺎﻤﻣ

ﹶﻥﻭﺪﻌﺗ

Artinya : “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut per-hitunganmu.”10

Dari penjelasan makna ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah adalah Zat yang mengatur seluruh alam

7 Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah: Konsep, Strategi Dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.1.

8 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: Gramedia, Cet. XXVI, 2005), hal. 372.

9 Didin Hafiduddin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syari’ah dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2008), hal. 52.

10 Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Ayat Surah Al Kahfi s.d. An Nas, Terj. Bahrum Abubakar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010), Jilid 2, hal. 488.

semesta atau ciptaan Allah. Dalam istilah pengetahuan manajemen yang mengatur adalah manajer, sedangkan alam dan segala isinya adalah bagian yang diatur oleh manajer Agung, yaitu Ilahi Robby.

Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara uni-versal.11 Mary Parker dalam Barret

misal-nya mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.12 Griffin mendefenisikan

mana-jemen sebagai sebuah proses perencana-an, pengorganisasiperencana-an, pengkoordinasiperencana-an, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goal) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, teroganisir dan sesuai dengan jadwal.13

Malayu mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.14 Definisi manajemen yang

dikemukakan oleh Daft sebagai berikut: “Management is the attainment of organizational goals in an effective and

efficient manner through planning

organizing leading and controlling

organizational resources”.15 Pendapat

ter-sebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasi-an pengarahpengorganisasi-an dpengorganisasi-an pengawaspengorganisasi-an sumber-daya organisasi. Sementara menurut Mary

11 Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Management, (New York: Prentice Hall, 2007), hal. 7.

12 Richard Barret, Vocational Bussiness: Training, Developing and Motivating People, (tt: t.p, 2003), hal. 51.

13 R. Griffin,Bussiness, (New York: Prentice Hall, 2007), hal. 9.

14Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perban-kan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 54

15 Daft. Management. (New York: Prentice Hall, 2007), h. 4.

(7)

Parker Follet yg dikutip oleh Handoko manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan.16

Dari beberapa pendapat di atas, manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengorgani-sasian, penggerakan dan pengendalian/ pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya lainnya. Aktivitas manajemen mencakup spektrum yang sangat luas, sebab dimulai dari bagaimana menentu-kan arah organisasi di masa depan, menciptakan kegiatan-kegiatan organisasi, mendorong terbinannya kerjasama antara sesama anggota organisasi, serta meng-awasi kegiatan dalam mencapai tujuan. Dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien itulah, mana-jemen harus difungsikan sepenuhnya pada setiap organisasi, baik organisasi, industri, perbankan, maupun pendidikan.

Dalam proses pelaksanaan mana-jemen oleh pimpinan, hampir dapat dipastikan akan melibatkan beberapa fungsi-fungsi pokok yaitu: Planning

(Perencanaan), Organizing (Pengorgani-sasian), Actuating (Menggerakkan) dan

Controlling (Pengawasan). Paling tidak

kelima fungsi tersebut dianggap men-cukupi bagi aktivitas manajerial yang akan memadukan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya material me-lalui kerjasama untuk mencapai tujuan organisasi. Berikut ini akan diuraikan lebih mendalam fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:

16 T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1997), hal. 8.

Perencanaan

Dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien, aktivitas manajemen pertama yang harus difungsikan sepenuhnya pada setiap organisasi adalah kegiatan perencanaan. Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi. Karena itu, perencanaan akan menentukan adanya perbedaan kinerja

(perforemance) satu organisasi dengan

organisasi lain dalam pelaksanaan ren-cana untuk mencapai tujuan. Mondy & Premeaux menjelaskan bahwa perencana-an merupakperencana-an proses menentukperencana-an apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan.17

Ber-arti di dalam perencanaan akan ditentu-kan apa yang aditentu-kan dicapai dengan mem-buat rencana dan cara-cara melakukan rencana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan para manajer di setiap level manajemen. Perencanaan juga sering dimaknakan berdasarkan basic questions

for planing.18 Pertanyaan-pertanyaan

dasar yang dimaksud ialah “What”,

“Whay”, “Where”, “When”, “Who”, “How”

yang ditulis dengan akronim 5 W + H.

“What” (what to do, what must be done)

atau apa yang harus dikerjakan menjelas-kan tujuan yang dicapai. “Why” (why to do

it, why must be done) atau mengapa harus

dikerjakan menjelaskan alasan. “Where” (where will to do it, where will be done) atau dimana dikerjakan menjelaskan waktu. “Who” (who is to do it, who will do

it) atau siapa yang mengerjakan

menjelas-kan pelaksana. “How” (how to do it, how

will it be done) atau bagaimana

menger-jakannya menjelaskan cara. Karena itu perencanaan adalah memutuskan apa yang dikerjakan, mengapa mengerjakan-nya, bagaimana mengerjakanmengerjakan-nya, kapan

17 R.W Mondy, and Premaux, S. R. Mana-gement, (New Jersey : Prentice Hall, 1995), hal. 138.

18 Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Management Eight Edition, (New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2005), hal. 234.

(8)

78 |

mengerjakannnya dan siapa mengerjakan-nya. Lima pertanyaan-pertanyaan pertama berkenaan dengan “ends”, sedangkan per-tanyaan keenam berkenaan ”means.” Pengorganisasian

Pengorganisasian berasal dari akar kata “organisasi” yang mempunyai arti gabungan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.19 Pengorganisasian

me-rupakan fungsi manajemen yang kedua dan merupakan langkah strategis untuk mewujudkan suatu rencana organisasi. Sedangkan kata pengorganisasian”, secara etimologis Holt mengartikan sebagai berikut: Pengorganisasian adalah fungsi sumber daya, catuan penggunaan sumber daya, dan penyusunan tugas untuk me-menuhi rencana organisatoris.20 Cetro,

dalam pengertian terminologisnya, peng-organisasian diartikan sebagai proses dimana ditetapkan penggunaan teratur semua sumber-sumber daya yang di dalam sistem manajemen yang ada.21

Penggunaan tersebut menekankan pen-capaian sasaran-sasaran sistem mana-jemen yang bersangkutan, dan ia bukan saja membantu membuat sasaran-sasaran menjadi jelas, tetapi ia menjelaskan pula sumber-sumber daya macam apa yang akan digunakan untuk mencapainya. Sejalan dengan pendapat di atas, Terry menjelaskan bahwa pengorganisasian merupakan usaha penciptaan hubungan tugas yang jelas antara personalia, sehingga dengan demikian setiap orang dapat bekerja bersama-sama dalam

19Sutan Rajasa. Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Utama, 2002), hal. 440.

20 David H. Holt, Management: Principles and Practices, (Englewood Cliffs, N. J: Prentice Hall, 1993), hal. 264.

21 Samuel C. Cetro, Modern Management, (Englewood Cliffs, N. J: Prentice Hall, 1994), lihat juga J. Winardi, Teori Organisasi dan Pengorgani-sasian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 23.

kondisi yang baik untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.22

Penggerakan

Fungsi actuating merupakan bagian dari proses kelompok atau organisasi yang tidak dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan ke dalam fungsi ini adalah directing commanding,

leading dan coordinating.23 Karena

tin-dakan actuating sebagaimana tersebut di atas, maka proses ini juga memberikan

motivating, untuk memberikan

peng-gerakan dan kesadaran terhadap dasar dari pada pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang telah ditetap-kan, disertai dengan memberi motivasi-motivasi baru, bimbingan atau peng-arahan, sehingga mereka bisa menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik. Bimbingan menurut Hadari Nawawi berarti me-melihara, menjaga dan memajukan organi-sasi melalui setiap personal, baik secara struktural maupun fungsional, agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan.24 Dalam realitasnya,

kegiatan bimbingan dapat berbentuk sebagai berikut : 1) Memberikan dan men-jelaskan perintah; 2). Memberikan petun-juk melaksanakan kegiatan; 3). Memberi-kan kesempatan meningkatMemberi-kan pengeta-huan, keterampilan/kecakapan dan ke-ahlian agar lebih efektif dalam me-laksanakan berbagai kegiatan organisasi; 4). Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan fikiran untuk memajukan organisasi berdasarkan inisia-tif dan kreativitas masing-masing; dan 5). Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien.

22 George. R Terry, Principles of Mana-gement, (Illions: Richard D. Irwin Inc, 1975), hal. 194.

23 Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Mana-jemen Menurut Ajaran Al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983), hal. 74.

24 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung,1983), hal. 36.

(9)

Pengawasan

Sebagai salah satu fungsi mana-jemen, pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para manajer pada suatu organisasi. Siagian ber-pendapat bahwa pengawasan (controlling) merupakan proses pengamatan atau pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.25

KOMPETENSI GURU

Dalam kamus besar bahasa Indo-nesia kata “kompetensi’ diartikan kewe-nangan, atau kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah. Dalam bahasa Inggris kata “competence” diartikan sebagai keca-kapan atau kemampuan. Kompetensi juga diartikan pemilikan, penguasaan, kete-rampilan dan kemampuan yang dituntut jabatan seseorang, maka seorang guru harus menguasai kompetensi guru, sehingga dapat melaksanakan kewe-nangan profesionalnya. Menurut Littrell kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau ketram-pilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik. Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil.26 Maka Kompetensi

pro-fesional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian di bidang pendidikan atau keguruan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibina-nya, sikap yang tepat tentang lingkungan dan mempunyai ketrampilan dalam teknik mengajar. Adapun

25 Sondang P, Siagian, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, hal. 63.

26Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008), hal.18.

petensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, terdiri dari 4:kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keber-hasilan guru dalam menjalankan profesi-nya sangat ditentukan oleh keempatprofesi-nya dengan penekanan pada kemampuan mengajar.27

Menurut penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan, 4 kom-petensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah :

1. Kompetensi Pedagogik: Merupakan kemampuan dalam pengelolaan peser-ta didik yang meliputi:

a. Pemahaman wawasan atau lan-dasan kependidikan.

b. Pemahaman terhadap peserta didik c. Pengembangan kurikulum / silabus d. Perancangan pembelajaran.

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

f. Evaluasi hasil belajar.

g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya

2. Kompetensi Kepribadian, merupakan kemampuan kepribadian yang meli-puti:

a. Kepribadian Mantap. b. Kepribadian Dewasa. c. Kepribadian Stabil.

d. Kepribadian Arif dan bijaksana. e. Kepribadian Berwibawa. f. Berakhlak mulia.

g. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

h. Mengevaluasi kinerj sendiri.

i. Mengembangkan diri secara ber-kelanjutan.

3. Kompetensi Sosial, merupakan ke-mampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk:

a. Berkomunikasi lisan dan tulisan.

27Siti Nurjanah, Kompetensi Profesional Guru, dalam lycheangga.blogspot.com diakses pada hari Sabtu, 7 Januari 2017.

(10)

80 |

b. Menggunakan teknologi komu-nikasi dan informasi secara fungsi-onal.

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik.

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan penguasaan materi pem-belajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:

a. Konsep, struktur, metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/ koheren dengan materi ajar.

b. Materi ajar yang ada dalam kuri-kulum sekolah.

c. Hubungan konsep antar pelajaran terkait.

d. Penerapan konsep-konsep keilmu-an dalam kehidupkeilmu-an sehari-hari. e. Kompetensi secara profesional

dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk Mengetahui Perencanaan

Kepala Madrasah dalam Mengembang-kan Kompetensi Guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan.

2. Untuk Mengetahui Pengorganisasian Kepala Madrasah dalam Mengembang-kan Kompetensi Guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan.

3. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Kepala

Madrasah dalam Mengembangkan

Kompetensi Guru di Madrasah Ibtidai-yah Negeri Medan.

4. Untuk Mengetahui Pengawasan Kepala

Madrasah dalam Mengembangkan

Kompetensi Guru di Madrasah Ibtida-iyah Negeri Medan.

METODE PENELITIAN

Dalam pembahasan tesis ini meng-gunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan fenomenologi. Dalam pendekatan teoritis penulis menggunakan penelitian

yaitu dengan membaca dan menganalisis buku-buku yang relevan dengan judul tesis ini. Sedangkan pendekatan empiris penulis menggunakan metode observasi, interview, dan studi dokumentasi. Untuk memaparkan temuan hasil penelitian dan menganalisis data yang diperoleh penulis menggunakan deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Peme-riksaan atau pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan empat kriteria sebagai acuan standar validitas yang meliputi: (1). Kredibilitas, (2). Keteralihan, (3). Ketergantungan, (4). Kepastian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis penelelitian ini diarah-kan pada upaya menganalisis paparan penelitian untuk mengungkapkan hasil temuan penelitian yang berpedoman kepada fokus penelitian yang ada pada bab I. Berdasarkan paparan penelitian di atas, temuan yang dapat dikemukakan dalam kaitan dengan manajemen kepala madrasah dalam mengembangkan kom-petensi guru di MIN Medan sebagai berikut:

Temuan pertama mengenai

peren-canaan pengembangan kompetensi guru MIN Medan dapat disimpulkan bahwa kepala Madrasah di sekolah ini dalam mengembangkan kompetensi guru melalui perencanaan terlebih dahulu, walaupun perencanaannya hanya dengan rapat internal saja dengan wakil kepala mad-rasah dan tidak melibatka para guru dalam perencanaan tersebut, hal itu dikarenakan kepala madrasah dan wakil kepala madrasah tidak ingin mengganggu kegiatan belajaran mengajar jika melibat-kan para guru, dalam perencanaan yang dilakukan acuan yang digunakan adalah perencaan yang tahun sebelumnya, karena perencaan yang dibuat biasanya tidak jauh berbeda dengan perencaan sebelunya, dan cara yang digunakan yaitu mengumpulkan seluruh program yang disarankan dan kemudian diseleksi jika sesuai maka akan

(11)

disimpan sebagai perencanaan yang akan dilaksanakan akan tetapi jika tidak sesuai atau tidak diterima maka akan dicoret. Program yang direncanakan diantaranya yaitu workshop, pelatihan, outbond dan juga memang diprogram juga jika ada pelatihan dari pihak luar maka madrasah akan mengirim guru untuk mengikuti kegiatan tersebut, karena hal tersebut juga untuk mengembangkan kompetensi guru.

Pada madrasah ini sebelum melaku-kan kegiatan mereka melakumelaku-kan peren-canaan, hal ini sangat baik karena menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter mendefinisikan renacana sebagai berikut: Plans are documents that outline

how goals are going to be met and the typically describe resource allocations, schedules, and other necessary action to accomplish the goals.28Sementara menurut

Robert Kreitner A plan is specific,

documented intention consisting of an objective and action statement. The objective portion is the end, and the action statement represents the menas to that end.

Stated another way, objectives give

managent targets.29

Semua kegiatan dan tindakan mana-jerial disesuaikan dengan rencana. Ren-cana merupakan hasil dari perenRen-canaan. Perencanaan yang baik akan dapat meng-eliminasi risiko kegagalan. Rencana me-nentukan ke mana organisasi dan kegiatan-kegiatannya akan diarahkan. Ini berarti bahwa maksud dari tiap rencana dan semua rencana-rencana turunan (derivative plans) adalah membantu pen-capaian tujuan organisasi.30 Dengan

demikian, dengan perencanaan yang dilakukan oleh MIN Medan dalam mengembangkan kompetensi guru

28 Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Management, hal. 160.

29Robert Kreitner, Management Tenth Edition, (New York: Houghton Mifflin Company, 2007), hal. 158.

30 Harold Kooznt and Heinz Weihrich, Manangement: A Global Perpective, (McGraw-Hill, Inc., 1993), hal. 120.

sebut sangat baik, karena dengan peren-canaan ini kegaitan yang akan dilakukan memiliki panduan yang jelas mengenai apa saha yang akan dilakukan nantinya, program-program apa saja yang diren-canakan.

Perencanaan yang dilakukan di madrasah ini sudah cukup baik, dengan cara mengumpulkan beberapa program kemudian melakukan penyeleksian ter-hadap program yang telah terkumpul dengan cara membahas satu per satu program tersebut. Akan tetapi ada hal yang seharusnya dilakukan oleh madrasah yaitu melibatkan guru dalam perencanaan tersebut, karena perencanaan yang baik harusnya melibatakan semua unsur yang terlibat. Hal ini didukung pendapat Mondy & Premeaux menjelaskan bahwa peren-canaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagai-mana mewujudkannya dalam kenyataan. Berarti di dalam perencanaan akan ditentukan apa yang akan dicapai dengan membuat rencana dan cara-cara melaku-kan rencana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan para manajer di setiap level manajemen.31 Jadi seharusnya melibatkan

semua lini dalam perencanaan tersebut, walaupun tidak semua guru dilibatkan dalam perencanaan tersebut, minimal atau setidaknya ada guru sebagai perwakilan yang mengikuti kegaitan perencanaan pengembangan kompetensi guru.

Temuan kedua mengenai peng-organisasian kegiatan pengembangan komptensi guru di MIN Medan ini di-ketahui bahwa kepala madrasah tidak ada membentuk secara khusus tim pelaksana, akan tetapi hanya ditunjuk saja seperti wakil kepala madrasah, dan juga guru-guru yang memiliki kompetensi yang baik dipersilahkan untuk menjadi pengisi materi dalam pelatihan, hal ini dikarena-kan kepala madrasah beranggapan waktu luang WKM lebih banyak dibandingkan

31 R.W Mondy, and Premaux, S. R. Mana-gement. (New Jersey : Prentice Hall, 1995), hal. 138

(12)

82 |

guru, dan memang itu merupakan tugas dari WKM, akan tertapi dalam pelak-sanaannya nanti diharapkan oleh kepala madrasah untuk berkerjasama untuk meningkatkan guru-guru di madrasah ini.

Kepala Madrasah MIN Medan dalam pengembangan kompetensi guru telah melakukan perencanaan dengan Wakil Kepala Madrasah, hal ini tentunya hal yang baik, akan tetapi hal yang belum baik dalam pengambangan kompetensi guru yang dilakukan oleh Kepala madrasah adalalh tidak dibentuknya struktur khusus untuk menjalankan kegiatan pengem-bangan kompetensi guru, dalam teori pengorganisasian yang diungkapkan oleh Cetro, dalam pengertian terminologisnya, pengorganisasian diartikan sebagai proses dimana ditetapkan penggunaan teratur semua sumber-sumber daya yang di dalam sistem manajemen yang ada.32

Penggunaan tersebut menekankan pen-capaian sasaran-sasaran sistem mana-jemen yang bersangkutan, dan ia bukan saja membantu membuat sasaran-sasaran menjadi jelas, tetapi ia menjelaskan pula sumber-sumber daya macam apa yang akan digunakan untuk mencapainya. Se-jalan dengan pendapat di atas, Terry menjelaskan bahwa pengorganisasian merupakan usaha penciptaan hubungan tugas yang jelas antara personalia, sehingga dengan demikian setiap orang dapat bekerja bersama-sama dalam kondisi yang baik untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.33 Dengan demikian,

pengorganisasian yang dilakukan oleh sekolah hanya pada tahap menunjuk WKM saja, akan tetapi tidak membentuk hubungan yang jelas, seperti struktur yang akan memperjelas status tugas dalam

32 Samuel C. Cetro, Modern Management, (Englewood Cliffs, N. J: Prentice Hall, 1994), lihat juga J. Winardi, Teori Organisasi dan Pengorgani-sasian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 23.

33 George. R Terry, Principles of Mana-gement, (Illions: Richard D. Irwin Inc, 1975), hal. 194.

pelaksanaan program yang telah diren-canakan sebelumnya.

Temuan ketiga mengenai pelaksana-an pengembpelaksana-angpelaksana-an kompetensi guru di MIN Medan bahwa kegiatan yang sudah terlaksana dalam pengembangan kom-pentensi guru di MIN Medan ini diantara-nya yaitu pelatihan yang dilakukan pada setiap awal semester, workshop disetiap bulan, dan kadang-kadang ada juga

outbond. Mengenai waktu pelaksanaan

pengembangan kompetensi guru yaitu: workshop itu biasanya dilakukan di setiap akhir bulan, dan pelatihan-pelatihan itu biasanya dilakukan pada awal semester, dan untuk pengiriman guru-guru pada pelatihan itu tergantung pihak terkait dalam pelaksanaannya, tempat pelaksana-an pengembpelaksana-angpelaksana-an kompetensi guru di MIN Medan ini diketahui bahwa Ruang guru merupakan sentral kegiatan, karena Ruang guru dapat menampung semua guru, jadi di Ruang guru adalah tempat yang strategis untuk melakukan pelatihan, akan tetapi jika pelatihan yang melakukan pihak luar yang mengundang kita maka tentunya tempat pelaksanaannya di tempat penyelenggara masing-masing. Dalam pengembangan ini yang sangat dominan adalah kepala Madrasah, kemu-dian Wakil Kepala madrasah, hal ini menunjukkan bahwa kepala madrasah memang sangat menginginkan guru-guru yang mereka pimpin memiliki kompetensi yang berkembang dan dapat memajukan sekolah, hal ini direspon dengan baik oleh guru-guru terhadap kegiatan yang dilaku-kan oleh kepala madrasah dalam pengem-bangan kompetensi guru, hal ini diterima dengan baik, bahkan ada beberapa guru yang sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak madrasah, kepala madrasah juga memiliki strategi untuk mengembangkan dan mem-petahankan kompetensi guru di MIN Medan, diantaranya yaitu mewajibkan guru PNS agar berada di madrasah setiap hari kerja mulai pukul 7 pagi hingga pukul 2 siang walaupun guru tersebut tidak ada

(13)

jam mengajar, hal ini dilakukan kepala madrasah aga guru-guru di madrasah ini dunianya ya dunia sekolah, dan juga supaya silaturahmi antar guru dan pim-pinan juga semakin erat bukan hanya datang masuk kelas kemudia pulang. Strategi untuk mempertahankan kom-petensi guru kepala madrasah memberi-kan reword kepada guru yang berprestasi, hal ini dilakukan untuk memacu guru-guru yang lain untuk berprestasi juga, bukan hanya pada guru saja, akan tetapi murid yang berprestasi juga diberikan

reword kepada mereka.

Temuan keempat mengenai peng-awasan dan pengevaluasian pelaksanaan pengembangan kompetensi guru di MIN Medan ini dapat diketahui bahwa kepala madrasah di MIN Medan tidak hanya me-lakukan kegiatan begitu saja, dalam pelak-sanaanya kepala madrasah terus meng-awasi kegiatan tersebut agar berjalan dengan baik dan akan menghasilkan hal yang baik pula, dan setelah kegiatan itu selesai kepala madrasah juga melakukan pengevaluasian terhadap kegiatan ter-sebut yang biasanya dilakukan pada rapat rutin yang mereview kegiatan sebelumnya dan menganalisis untuk kegiatan selanjut-nya, kegiatan pengem-bangan kompetensi guru yang dilakukan di MIN Medan sangat bermanfaat bagi pengembangan kom-petensi guru, Karena jika guru terus dibina, diperhatikan maka merekapun akan segan dan menjalankan kegiatan PBM-nya dengan baik. Karena terus diarahkan mereka pun akan semakin mengerti tugasnya sebagai pendidik. Factor penghambat dalam pelaksanaan pengembangan kompetensi guru yaitu mengenai waktu pelaksanaan yang selalu berbenturan dengan pembelajaran, seper-ti kegaitan pelaseper-tihan yang diadakan oleh dinas, tentunya di hari kerja dan ketika guru-guru sedang belajar, tentunya hal itu mengganggu aktifitas pembelajaran dan untuk mengatahi faktor penghambar ter-sebut pihak madrasah menyiapakan guru piket, walaun tidak semaksimal yang kita

harapkan, atau jika guru tersebut mem-punyai penganti untuk mengajar dikelas-nya kami juga mengizinkan asalkan me-menuhi kriteria, seperti S1.

SIMPULAN

1. Perencanaan yang dilakukan oleh kepala MIN Medan mengenai pengem-bangan kompetensi guru hanya di-lakukan bersama Wakil Kepala Mad-rasah saja, seharusnya banyak unsur yang harus dilibatkan dalam peren-canaan tersebut, seperti guru, agar perencanaan yang dibuat lebih tepat sasaran dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh guru-guru yang ada di madrasah ini. Teknik yang diguna-kan dalam perencanaan pengem-bangan kompetensi guru adalah dengan mengumpulkan seluruh prog-ram yang disarankan kemudian mem-bahas dan mendiskusikan serta me-mutuskan program yang akan dilak-sanakan seperti workshop, pelatihan,

outbond dan memprogramkan

pengiriman guru setiap pelatihan yang diadakan oleh dinas.

2. Pengorganisasian kegiatan pengem-bangan kompetensi guru di MIN Medan belum terlihat baik, walaupun sudah memiliki SDM untuk melak-sanakan program pengembangan ter-sebut, akan tetapi juga harus mem-buat struktur yang jelas untuk kegiatan tersebut, dengan struktur tersebut akan memperjelas status tugas dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya. 3. Pelaksanaa dalam kegiatan

pengem-bangan kompetensi guru di MIN Medan telah berjalan dengan baik seperti pelatihan yang dilakukan pada setiap awal semester, workshop disetiap bulan, dan kadang-kadang ada juga outbond. Pengembangan kompetensi yang dilakukan di mad-rasah ini yang sangat dominan adalah kepala Madrasah, kemudia Wakil Kepala madrasah dan hal ini direspon

(14)

84 |

dengan baik oleh guru-guru, hal ini merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan kompetensi guru di MIN Medan, kepala madrasah juga memiliki strategi untuk memper-tahankan kompetensi guru dengan memberi reword bagi guru yang ber-prestasi, hal ini membuat guru-guru terus berlomba menjadi yang terbaik. 4. Pengawasan pelaksanaan

pengem-bangan kompetensi guru di MIN Medan sudah dilakukan oleh kepala madrasah setiap kegiatan berlangsung dengan terus memperhatikan guru-guru dalam acara tersebut, peng-evaluasian juga dilakukan oleh kepala madrasah pada siap pertemuan rutin dengan mereview dan mempertanya-kan tanggapan guru terhadap acara yang telah dilakukan sehingga dapat memperbaiki kegiatan pengembangan kompetensi selanjutnya.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian di atas maka dalam kaitannya dengan manajemen pengembangan komptensi guru di MIN Medan disarankan:

1. Hendaknya kepala madrasah dalam merencakana kegiatan pengembangan kompetensi guru di MIN Medan dengan melibatkan guru-guru dalam perencanaan tersebut agar rencana yang dibuat sesuai dengan kebutuhan para guru.

2. Hendaknya kepala madrasah mem-bentuk Tim pelaksana kegiatan pengembangan komptensi guru di MIN Medan ini, walaupun yang melaksana-kan kegiatan tersebut kepala sekolah sebagai pimpinan di madrasah ini akan tetapi lebih baik jika membentuk Tim pelaksana dengan membentuk struk-tur yang beranggotakan guru-guru sehingga akan memiliki pengalaman yang lebih banyak.

Peneliti menyadari banyak keter-batasan dalam penelitian ini, baik ditinjau dari penentuan fokus penelitian, waktu pengumpulan data, keterbatasan dalam teknik pengumpulan data, dan keter-batasan dalam membuat konstruksi pene-litian, maka diharapkan adanya penelitian selanjutnya yang lebih mengembangkan dan memperdalam kajian dalam pene-litian ini.

(15)

DAFTAR BACAAN

Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, (2010). Tafsir Jalalain Berikut

Asbabun Nuzul Ayat Surah Al Kahfi s.d.An Nas, Terj. Bahrum Abubakar. Bandung: Sinar

Baru Algesindo.

Amtu, Onisimus. (2011). Manajemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah: Konsep, Strategi

Dan Implementasi, Bandung: Alfabeta.

Barret, Richard. (2003).Vocational Bussiness: Training, Developing and Motivating People Cetro, Samuel C. (2994). Modern Management, Englewood Cliffs, N. J: Prentice Hall.

Echols, John M. dan Shadily, Hassan.(2005). Kamus Inggris Indonesia An English-Indonesian

Dictionary, Jakarta: Gramedia, Cet. XXVI.

Griffin, R. (2007). Bussiness, New York: Prentice Hall.

Hafiduddin, Didin dan Tanjung,Hendri.(2008). Manajemen Syari,ah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani Press.

Handoko,T. Hani. (1997). Manajemen,Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, Malayu S.P. (2004). Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara.

Holt, David H. (2993). Management: Principles and Practices,Englewood Cliffs, N. J: Prentice Hall.

Kreitner, Robert. (2007). Management Tenth Edition,New York: Houghton Mifflin Company. Muhaimin, dkk. (2011). Manajemen Pendidikan; Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nawawi, Hadari. (1983). Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung.

Nurhayani, Indah. (2015), Manajemen Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Efektiftivitas

Kinerja Guru di MDA Al-Washliyah 40 Medan.

Nurjanah, Siti. (2017). Kompetensi Profesional Guru, dalam lycheangga.blogspot.com diakses pada hari Sabtu, 7 Januari 2017.

Poster, Cyril. (2005). Restructuring: The key to effective school management. London and New York: Routledge.

R.W Mondy, and Premaux, S. R. (1995). Management,New Jersey : Prentice Hall. Robbins, Stephen P. dan Coulter,Mary. (2003).Management, New York: Prentice Hall. Rohmat. (2010). Kepemimpinan Pendidikan; Strategi Menuju Sekolah Efektif. Yogyakarta:

Penerbit Cahaya Ilmu.

Suparlan. (2008). Membangun Sekolah Efektif, Yogyakarta : Hikayat.

Syafaruddin & Asrul, (2013). Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer. Bandung: Cita Pustaka Media,

Tanthowi, Jawahir. (1983). Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur'an, Jakarta: Pustaka al-Husna.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Suryadharma dan Susanto, (1999) bagian dari perencanaan jalan di mana di dalam perencanaanya kita harus mengetahui terlebih dahulu berapa kecepatan rerata kendaran yang

Sangat perlu juga diberi penambahan rambu–rambu jalan berupa rambu- rambu peringatan adanya tikungan tajam dan peringatan daerah rawan kecelakaan sehingga pengguna jalan

tidak memilih suatu pre-school akan ditentukan tingkat kepuasan yang.

Penentuan resiko kurang efektif hal ini ditandai dengan tidak adanya asuransi bagi fungsi yang melaksanakan penagihan dengan Aktivitas pengendalian intern

Berdasarkan data survey dan pengamatan di lapangan dari seluruh wilayah permukiman yang ada di kelurahan Kubu Dalam Parak karakah, dari delapan RW yang jadi target

Penelitian ini menggunakan Teori Herzberg karena telah dijelaskan dalam buku Hasibuan(2008:110-111) Teori Herzberg apabila dibandingkan dengan teori Maslow, teori ini tidak

Rencana Strategis Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Unsyiah 2012- 2016 secara garis besar memberikan pedoman dan arah pembangunan dalam visi dan misi untuk periode

Friend WithEvents K1 AsSystem.Windows.Forms.TextBox Friend WithEventsxkata As System.Windows.Forms.Label Friend WithEvents K2 AsSystem.Windows.Forms.TextBox