DRAMA DOKTRIN
Suatu Pendekatan Kanonik-Linguistik
pada Theologi Kristen
Kevin J. Vanhoozer
Penerbit Momentum
2011
Drama Doktrin
Suatu Pendekatan Kanonik-Linguistik pada Theologi Kristen
Oleh: Kevin J. Vanhoozer
Penerjemah: Satya Limanta Editor: Stevy Tilaar Pengoreksi: Jessy Siswanto Tata Letak: Djeffry
Desain Sampul: Patrick Serudjo Editor Umum: Solomon Yo
Copyright © 2005 by Kevin J. Vanhoozer Originally published in English under the title The Drama of Doctrine:
A Canonical Linguistic Approach to Christian Theology by Westminster John Knox Press
100 Witherspoon Street, Louisville, Kentucky, 40202-1396 All rights reserved.
Hak cipta terbitan bahasa Indonesia © 2007 pada Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature)
Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia. Telp.: +62-31-5472422; Faks.: +62-31-5459275
e-mail: momentum-cl@indo.net.id website: www.momentum.or.id
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) Vanhoozer, Kevin J.,
Drama doktrin: suatu pendekatan kanonik-linguistik pada theologi Kristen / Kevin J. Vanhoozer; penerjemah, Satya Limanta; editor, Stevy Tilaar – Surabaya: Momentum, 2011.
xvi + 637 hlm.; 24 cm.
Judul asli: The Drama of Doctrine:
A Canonical Linguistic Approach to Christian Theology ISBN 978-979-3292-90-8
1. Theologi (Kristen) I. Judul II. Satya Limanta III. Stevy Tilaar 2011 230.044
Cetakan pertama: Oktober 2011
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi, atau kebutuhan nonkomersial dengan jumlah tidak sampai satu bab.
Daftar Isi
Kata Pengantar xi
Pendahuluan: Jalan Kebenaran; Bahan Kehidupan 1
Tatanan Panggung: Theologi dan Pergeseran Kultural-Linguistik 4
Tesis: Pendekatan Kanonik-Linguistik (Bahasa Kanon) 22
Visi: Ortodoksi Universal-Injili 35
Alur Cerita: Sinopsis Singkat 43
BAGIAN SATU: DRAMA 47
1. Injil sebagai Theo-Drama: Suara dan Aktor Ilahi 49
Masuk, Keluar, dan Ekonomi Injil 50
Theo-Drama: Firman dan Tindakan Allah 57
2. Theologi di dalam Theo-Drama: Suara dan Aktor Manusia 75
Theologi Theo-Dramatik: Ucapan dan Tindakan Manusia 75
Misi Theologi dan Misi-misi Trinitarian 78
3. Natur dari Doktrin: Suatu Proposal Dramatis 101
Mengenal Allah dengan Benar: Apa Yang Harus Dikatakan London
dan Broadway kepada Yerusalem 103
Natur-natur Doktrin: Dari Proposisi-proposisi, Puisi-puisi,
dan Praktik-praktik 109
Doktrin sebagai Pengarahan Theo-Dramatik 133
BAGIAN DUA: NASKAH 151
4. Firman dan Gereja: Kanon sebagai Dokumen Kovenan 153
Pengalaman “Jalan Gaza”: “Menurut Kitab Suci” 154
Mengapa Beralih ke Kanon? Masalah-masalah
dan Kemungkinan-kemungkinan 160
Kanon sebagai Kovenan: Bagaimana Kitab Suci Membentuk Gereja 178
DR A MA DOKTR IN
viii
5. Kitab Suci dan Tradisi: Dua (atau Lebih) Jenis Penafsiran
terhadap Pertunjukan 203
Kitab Suci Menjadi Tradisi: Ekklesiologi sebagai Theologi yang Pertama? 207 Pertunjukan II: Komunitas Penafsir Para Penulis
dan Pengarahan-pengarahan 222
Pertunjukan Trinitas: Wacana Kanonik Ilahi 238
Pertunjukan I: Komunitas Penafsir Merespons dan Bermain Peran 242
6. Yesus Kristus, Roh Kudus, dan Gereja: Kitab Suci dan Tradisi
di dalam Perspektif Theo-dramatik 251
Hermeneutika Penerimaan Pneumatik: Gereja sebagai Pertunjukan
Roh Kudus? 254
Commisio: Kanon dan Otoritas Profetik Yesus Kristus 259 Memahami Tradisi “Yang Dipenuhi Roh Kudus”:
Gereja sebagai Sejarah Dampak-dampak Kanonik 268
Pola Otoritas Ekklesial: Aturan Iman sebagai Kanonik 272
7. Karya Roh Kudus di dalam Praktik-praktik Kanon 285
Praktik-praktik Sastra: Genre-genre sebagai Tipe-tipe Tindakan Sosial 286 Praktik-praktik dan Bentuk-bentuk Kanonik dari Kehidupan Kovenan 292 Praktik-praktik Kanonik sebagai Praktik-praktik Yesus:
Menokohkan dan Mendoakan Kitab-Kitab Suci 298
Kanon sebagai Praktik yang Dipenuhi Roh Kudus 306
Praktik [Penerapan] Sola Scriptura dan Peran Tradisi:
Kanon sebagai Kriteria yang Bijaksana 313
BAGIAN TIGA: DRAMATURGI 323
8. Theologi sebagai Dramaturgi 327
Memperkenalkan Dramaturg 328
Theolog sebagai Dramaturg 331
Kesetiaan sebagai Kecocokan Dramatik 345
9. Pendekatan Kanonik-Linguistik, Bagian Satu: Scientia 355
Theologi Postproposisionalis 356
Theologi Postkonservatif 372
Theologi Postfondasionalis 392
10. Pendekatan Kanonik-Linguistik, Bagian Dua: Sapientia 413
Theologi yang Prosais 415
Theologi Fronetis 437
Daftar Isi
ix
BAGIAN EMPAT: PERTUNJUKAN 489
11. Doktrin, Peran, Panggilan: Para Aktor Menyiapkan Diri 491
Identitas Teatrikal: Panggilan Pemain, Permainan Peran,
Menjadi Diri Sendiri 492
“Metode”: Dari Karakter sampai Pembentukan Rohani 500
Dari Doktrin kepada Identitas:
Penebusan dan Persatuan dengan Kristus 516
Panggilan Sang Murid: Menjadi Riil 536
12. Doktrin dan Gereja: Persekutuan dalam Injil 543
Gereja sebagai Teater: Ruang Kosong 546
Teater Firman dan Sakramen: Memerankan Corpus Christi 554
Komunitas “Para Penafsir yang Berkostum”:
Teater Interaktif sebagai Communio 562
Memerankan Penebusan: Teater Kemartiran 581
Pembelaan bagi Theologi Amatir:
Bertindak dengan Perumpamaan-perumpamaan 603
Kesimpulan: Kredo, Pengakuan Iman, dan Pendeta/Sutradara:
Doktrin dan Theologi di dalam Teater Tindakan Jemaat 609
Mengarahkan Kelompok: Theologi Pastoral 611
Teater Karya Agung: Theologi Kredo 614
Teater Regional: Theologi Pengakuan 617
Teater Lokal: Theologi Jemaat 620
Bibliografi Terpilih 627
B a b S a t u
Injil sebagai Theo-Drama
Suara dan Aktor Ilahi
Benarlah bahwa pekerjaan teater tertentu adalah menjelajahi dampak-dampak dari intuisi ini, yaitu “mengatakan adalah melakukan” dan “mela-kukan adalah mengatakan.”1
EBUAH DRAMA adalah sebuah tindakan, sebuah perbuatan.2
Dra-ma mewakili jalannya tindakan di dalam konteks teater, yaitu se-buah tempat di mana pemirsa mengamati apa yang terjadi. Di dalam teater klasik, tindakan itu meniru realitas di luar teater; di dalam dra-ma abad pertengahan, dunia itu sendiri adalah teater utadra-ma dari tin-dakan Allah, yang dimainkan di atas panggung tiga tingkat yang meng-gambarkan sorga, bumi, dan neraka. Batas aktor/pemirsa tidak jelas; semua manusia adalah para pemain di hadapan Allah. Teater kontem-porer tidak lagi memandang Allah sebagai penonton tetapi telah memu-lihkan pemikiran bahwa pemirsa adalah bagian dari tindakan itu.3
Buku ini berpendapat bahwa Allah dan manusia adalah aktor dan pemirsa secara bergantian. Atau lebih baik: kehidupan adalah teater interaktif Allah-manusia, dan theologi meliputi apa yang Allah firman-kan dan lakufirman-kan bagi dunia dan apa yang harus kita katafirman-kan dan lakukan sebagai jawaban yang penuh syukur.
1 Ross Chambers, “Le Masque et le miroir: Vers une théorie relationelle du théâtre,”
Etudes litéraires 13 (1980): 402.
2 Dari kata kerja Yunani drao (melakukan). Sebuah drama adalah serangkaian
tin-dakan yang direkam oleh “naskah” tertulis dalam bentuk tulisan dan yang dihidupkan kembali oleh sebuah “pertunjukan.” Saya sadar bahwa para teoretikus drama mengguna-kan istilah-istilah ini dengan berbagai macam makna. Lihat, misalnya, Richard Schech-ner, “Drama, Script, Theatre and Performance,” di dalam Essays on Performance Theory
1970-1976 (New York: Drama Book Specialists, 1977), 36-61.
3 Lihat, misalnya, Susan Bennett, Theatre Audiences: A Theory of Production and
Re-ception, ed. ke-2 (London dan New York: Routledge, 1997).
DR A MA DOKTR IN
50
Tragedi-tragedi berhubungan dengan bencana-bencana, tetapi theologi berhubungan dengan apa yang disebut oleh J. R .R. Tolkien se-bagai eucatastrophe: bencana dahsyat dengan dampak yang mengun-tungkan.4 Ada berita baik – euangelion – karena Allah telah melakukan
sesuatu yang luar biasa baiknya. “Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus” (2Kor. 5:19). Ini adalah perbuatan Allah yang berada di pusat theo-drama. Maka, melihat Injil sebagai sebuah drama tidak memaksakan kerangka asing ke dalam teks-teks Alkitab tetapi membuat isinya yang implisit menjadi jelas: “Theologi itu sendiri jelas memerlukan bentuk ini [dramatis]; theologi pastilah sesuatu yang implisit di dalamnya.”5 Siapa pemirsanya, dan apa peran mereka, harus
menunggu pembahasan di dalam bab-bab berikutnya. Tujuan dari bab ini adalah menjelaskan secara tepat apa yang telah Allah kerjakan di atas panggung sejarah dunia yang layak mendapatkan nama kabar baik.
MASUK, KELUAR, DAN EKONOMI INJIL
Natur theologis dari ... drama [terletak] di dalam gerakan dan gerakan tandingan. Allah bergerak; Dia datang ke bumi.... Drama yang paling kuno, drama yang mengatur dunia, adalah drama pertemuan Allah dengan manusia.6
Metode theologi harus cocok dengan pokok masalah theo-dramatik-nya. Barth benar ketika menyatakan bahwa “prinsip” theologi seharus-nya tidak lain daripada isi peseharus-nyataan Allah sendiri – apa yang Allah kerjakan di dalam Kristus. “Theologi injili adalah theologi yang dibang-kitkan, dikuasai dan dinilai oleh Injil.”7 Pada saat yang sama, seseorang
tidak bisa melepaskan isi dari tindakan penyataan. Penyataan bukan hanya komunikasi kebenaran-kebenaran tentang Allah, tetapi yang lebih penting sebagai komunikasi-diri Allah di dalam tindakan dan fir-man. Theologi tidak akan mengetahui apa-apa tentang Allah jika Allah tidak mengambil inisiatif untuk “membuka” diri-Nya dan mengangkat
4 J. R. R. Tolkien, “On Fairy-Stories,” di dalam C. S. Lewis, ed., Essays Presented to
Charles Williams (Grand Rapids: Wm. Eerdmans Publishing Co., 1966), 81.
5 Hans Ur von Balthasar, Theo-drama: Theological Dramatic Theory, vol. 1,
Prolego-mena (San Francisco: Ignatius Press, 1988), 125.
6 Gerardus van der Leeuw, Sacred and Profane Beauty: The Holy in Art (New York:
Holt, Rinehart & Winston, 1963), 111.
7 John B. Webster, “The Self-Organizing Power of the Gospel of Christ: Episcopacy and