• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PENCAK SILAT

PADA MATA PELAJARAN PENJASKES KELAS VIII

SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 1 SERIRIT

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Komang Tri Pradnya Utama Giri

1

, I Nyoman Jampel

2

, Ketut Pudjawan

3 1,2,3

Jurusan Teknologi Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

triipradnya@gmail.com

1

, jampel.nyoman@yahoo.com

2

,

ketutpudjawan@yahoo.com

3

Abstrak

Permasalahan yang ditemui pada proses pembelajaran penjaskes yaitu: 1) guru hanya bisa mengajarkan teori pencak silat, 2) belum ada media pendukung, 3) hasil belajar Penjaskes masih kurang dari standar KKM. Untuk itu penelitian ini bertujuan: 1) mendeskripsikan desain pengembangan media video pembelajaran, 2) mengetahui validitas hasil pengembangan media video pembelajaran, 3) menguji efektivitas penggunaan media video pembelajaran pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 1 Seririt tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model ADDIE. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pencatatan dokumen, kuesioner dan tes. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, deskriptif kuantitatif dan statistik inferensial. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) produk media video pembelajaran dikembangkan dengan model ADDIE melalui 5 tahapan (analisis, perancangan, pengembangan, implementasi, evaluasi); 2) validitas media video pembelajaran menurut review para ahli diperoleh hasil sangat baik. Persentase tingkat pencapaian dari review ahli isi mata pelajaran, ahli media pembelajaran dan ahli desain pembelajaran berturut-turut yaitu 96%, 86% dan 92%. Berdasarkan uji coba produk juga diperoleh hasil sangat baik. Persentase tingkat pencapaian dari uji coba perorangan, kelompok kecil dan lapangan berturut-turut yaitu 92,67%, 92,3% dan 92,1%. 3) efektivitas media video pembelajaran menunjukan thitung (16,535) > ttabel (2,000) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian,

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media video pembelajaran dengan siswa yang tidak menggunakan media video pembelajaran pencak silat pada mata pelajaran Penjaskes kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Seririt.

Kata Kunci: pengembangan, video pembelajaran, penjaskes, ADDIE Abstract

The problems found in the process of penjaskes learning such as: 1) the teacher can only teach the theory of martial arts, 2) there is no supporting media, 3) penjaskes learning outcomes is still less than the standard KKM. Based on that reason, this study aims to: 1) describe the design of the development of learning video media, 2) determine the validity of the results of the development of learning video media, 3) test the effectiveness of using learning video media on Penjaskes subjects of eighth grade second semester in SMP Negeri 1 Seririt academic year 2015/2016. The research is development research by using ADDIE models. The data collection is done by using the method of recording documents, questionnaires and tests. Analyses of the data used are descriptive qualitative, quantitative descriptive, and inferential statistics. The results of this research are: 1) learning video media products developed with the model ADDIE through 5 stages (analysis, design, development, implementation, evaluation); 2) the validity of learning video media according to the review experts

(2)

obtained very good results. The percentage of achievement level from the review of the expert in course content, expert in media learning and expert in instructional design, respectively are 96%, 86% and 92%. Based on trials of products also obtained very good results. The percentage of the achievement level of individual test, small group test, and field test respectively are 92,67%, 92,3% and 92,1%. 3) the effectiveness of learning video media show tcount (16,535)> ttable (2,000) so that H0

is rejected and H1 is accepted. Thus, there is a significant difference between the learning outcomes of students who use the martial arts learning video media with students who do not use on subjects Penjaskes VIII class second semester of academic year 2015/2016 in SMP Negeri 1 Seririt.

Keywords: development, learning video, Penjaskes, ADDIE

PENDAHULUAN

Pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. Hasil Pendidikan ditentukan oleh proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran yang dilakukan itu berjalan dengan baik maka baik pula hasil yang didapat, begitupula sebaliknya jika proses pembelajaran yang dilakukan kurang baik, maka hasilnya pun akan kurang baik. Menurut Hamalik

(2012:57) menyatakan bahwa

pembelajaran adalah “suatu kominasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.

Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan, dan diapresiasi. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa, dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna, dan dapat terukur (Hamalik, 2012:76).

Perkembangan teknologi informasi sekarang ini sudah sangat pesat, artinya dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik sudah mulai memanfaatkan teknologi informasi yang semakin berkembang. Pendidik sekarang

ini dituntut untuk mampu

mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, salah satunya adalah

dengan menggunakan media

pembelajaran. Menurut Suartama (2012) Media pembelajaran adalah “segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehinggga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Media pembelajaran harus mampu menarik perhatian peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dan dapat memotivasi peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran yang didapatkan.

Pendidik memiliki posisi strategis terhadap keberhasilan belajar siswa. Dalam pembelajaran tidak jarang masih ditemui guru mendominasi pembelajaran dengan menerapkan model-model konvensional, bahkan dilakukan dari tahun ke tahun tanpa adanya inovasi. Model ini cenderung diterapkan dengan metode ceramah tanpa dibarengi dengan media pembelajaran sehingga dapat mengurangi interaktivitas, daya serap, dan minat siswa terhadap materi pelajaran. Fenomena seperti ini senada dengan yang diungkapkan oleh Muslich (2009:5) mengatakan bahwa “motode ceramah merupakan metode yang dominan (70%) digunakan guru, sedangkan tingkat dominan guru dalam interaksi belajar mengajar juga tinggi yaitu 67% sehingga para siswa relatif pasif dalam proses pembelajaran”.

Dari hasil wawancara pada tanggal 16 November 2015 dengan bapak Putu Suwidnya,S.Pd beliau adalah guru mata pelajaran Penjaskes kelas VIII di SMP Negeri 1 Seririt. Ditemukan bahwa pada mata pelajaran penjaskes khususnya materi pencak silat wajib diajarkan di

(3)

kelas VIII, namun pada kenyataanya materi tersebut hanya disampaikan secara teoritis tanpa di barengi dengan media yang mendukung. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami pencak silat yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) guru hanya bisa mengajarkan teori pencak silat karena guru yang mengajarkan bukan praktisi pencak silat, (2) belum ada media pendukung untuk memudahkan siswa dalam memahami pencak silat. Seringkali dalam memahami materi pencak silat, siswa menghayal apa yang disampaikan oleh guru sebelum terjun langsung ke lapangan. Maka perlu adanya perubahan proses pembelajaran dengan cara memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yaitu dibuatkan sebuah media berupa video pembelajaran.

Mengapa video pembelajaran yang dikembangkan, karena menurut Riyana (dalam Wiradinata, 2014) “media video pembelajaran digunakan sebagai alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran”. Mahadewi (2006) mengartikan “video pembelajaran sebagai media yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa untuk belajar melalui penayangan ide atau gagasan, pesan dan informasi secara audio visual”. Video pembelajaran juga mempunyai kelebihan yaitu dalam penyampaian materi, video tersebut dapat diputar berlang-ulang dan guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan gambar yang dianggap penting. Dengan demikian materi ajar dapat tersampaikan sehingga siswa mampu memahami permainan pencak silat dan mampu mempraktikan di lapangan. Dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat akan meningkatkan hasil belajar siswa kedepannya, terutama pada mata pelajaran Penjaskes.

Untuk menghasilkan video pembelajaran, yang sesuai dengan materi ajar pencak silat diperlukan potensi yang

dimiliki mahasiswa teknologi pendidikan untuk menghasilkan video pembelajaran yang menarik dan mudah dimengerti, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sebelum membuat video pembelajaran, diperlukan naskah video pembelajaran untuk memudahkan penggarapan video pembelajaran tersebut. Diharapkan media video pembelajaran yang dikembangkan nantinya dapat membantu guru dan siswa dalam pembelajaran, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Seririt, telah terdapat fasilitas-fasilitas pendukung pembelajaran seperti Komputer, LCD, proyektor, dan speaker. Di mana fasilitas tersebut bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan materi pencak silat dalam video pembelajaran yang akan dibuat. Sehingga video pembelajaran sangat efektif digunakan di SMP Negeri 1 Seririt untuk meningkatkan hasil belajar khususnya kelas VIII pada mata pelajaran penjaskes.

Berdasarkan pemaparan tersebut, untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII, maka dalam penelitian ini dikembangkan video pembelajaran. Ide ini dituangkan ke dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan Media Video Pembelajaran Pencak Silat Pada Mata Pelajaran Penjaskes Kelas VIII Semester Genap di SMP Negeri 1 Seririt Tahun Pelajaran 2015/2016. Dengan adanya penelitian tersebut, diharapkan hasil belajar peserta didik meningkat.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka rumusan masalah, sebagai berikut. (1) bagaimanakah desain pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 1 Seririt tahun pelajaran 2015/2016?, (2) bagaimanakah validitas hasil

pengembangan media video

pembelajaran pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 1 Seririt tahun pelajaran 2015/2016?, (3) bagaimanakah efektivitas penggunaan media video pembelajaran pada mata pelajaran

(4)

Penjaskes siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 1 Seririt tahun pelajaran 2015/2016?.

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini, sebagai berikut. (1) untuk mendeskripsikan desain pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 1 Seririt tahun pelajaran 2015/2016., (2) untuk mengetahui validitas hasil pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 1 Seririt tahun pelajaran 2015/2016., (3) Untuk menguji efektivitas penggunaan media video pembelajaran pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 1 Seririt tahun pelajaran 2015/2016.

METODE

Pada penelitian ini menggunakan tiga metode pengumpulan data, yaitu metode pencatatan dokumen, metode kuesioner dan metode tes. Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan metode pencatatan dokumen. Menurut Agung (2012), metode pencatatan dokumen adalah metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis. Pada penelitian ini pencatatan dokumen dilakukan dengan membuat laporan tentang tahap-tahap yang telah dilakukan dalam mengembangkan video pembelajaran ini. Pencatatan dokumen ini dimulai pada tahap analisis di SMP Negeri 1 Seririt. Dokumen yang dikumpulkan adalah silabus, RPP dan catatan hasil wawancara serta observasi yang dilakukan.

Metode kuesioner merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden atau subjek penelitian. Metode kuesioner ini digunakan untuk mengukur kelayakan produk yang telah dibuat baik itu pada evaluasi dari para ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran,

dan siswa saat uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan.

Efektivitas pengggunaan video pembelajaran dapat diukur dengan menggunakan metode tes. “Metode tes tertulis merupakan cara untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan, intelegensi atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa dengan menggunakan serentetan pertanyaan yang berupa tes objektif” (Agung, 2014:240). Metode tes tertulis ini dilakukan dengan cara pre-test dan

post-test untuk mengukur pengetahuan siswa

sebelum dan sesudah menggunakan

video pembelajaran dengan

menggunakan soal-soal pilihan ganda. Tujuan menggunakan metode ini untuk mengetahui efektivitas penggunaan produk pengembangan media video pembelajaran pencak silat untuk kelas VIII di SMP Negeri 1 Seririt.

Pengembangan media video pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE. Model ADDIE merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik. Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini mudah untuk dipahami, dikembangakan secara sistematis, berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran yang dikembangkan dan memiliki alur proses pengembangan buku ajar yang baik dan benar. Model ini disusun secara terprogram dengan kagiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan media belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.

Tegeh (2014:42) menyatakan tahapan penelitian pengembangan pada model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analisis (analyze), (2) perencanaan (design), (3) pengembangan (development), (4) implementasi (implementasi), (5) evaluasi (evaluation). Sesuai dengan penerapan model pengembangan ADDIE adapun beberapa langkah yang dilakukan, antara lain yaitu (1) analisis (analysis), meliputi menentukan dan memilih sekolah yang dituju, Observasi proses pembelajaran penjaskes di kelas VIII SMP Negeri 1

(5)

Seririt, wawancara sekaligus menentukan user/pengguna multimedia presentasi pembelajaran yaitu bapak Putu Suwidnya, S.Pd. dan meminta kebutuhan media seperti Silabus, Buku Modul, LKS, dan nilai akhir semester kelas VIII kepada bapak Putu Suwidnya, S.Pd., (2) desain (design), meliputi merancang naskah dari isi yang telah ditentukan, yakni melakukan perancangan dengan menuangkan isi dari materi pencak silat dan menyusun jadwal pengerjaan produk, yakni menyusun jadwal/waktu dalam pengerjaan produk agar produk bisa selesai tepat dengan waktu yang telah ditargetkan., (3) pengembangan (development), meliputi pembuatan media video pembelajaran dan membuat kuesioner uji ahli dan tes objektif, (4) implementasi(implementation), meliputi menerapkan media video pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt, (5) evaluasi (evaluation), meliputi melakukan uji validitas produk yang direview oleh para ahli, yaitu ahli isi pembelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran, serta melakukan uji perorangan, uji kelompok kecil dan uji lapangan dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Seririt. Kemudian melakukan uji efektivitas terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt sebagai subjek dengan memberikan pre-test dan post-test

sehingga media video pembelajaran dapat diketahui efektivitasnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian pengembangan ini diuji tingkat validitas. Tingkat validitas media pembelajaran diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji validitas yang dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu (1) Review oleh para ahli yang meliputi ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran, dan (2) Uji coba produk pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Seririt, yang meliputi uji coba perorangan berjumlah 3 orang siswa, uji coba kelompok kecil berjumlah 12 orang siswa, dan uji coba lapangan berjumlah 30 orang siswa. Dalam penelitian

pengembangan ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa hasil review dari ahli isi bidang studi, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, siswa saat uji coba perorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan.

Data yang sudah terkumpul diolah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket/kuesioiner. Teknik analisis dalam penelitian kualitatif ini digunakan untuk digunakan untuk mengolah data hasil evaluasi ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran dan uji coba siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase adalah sebagai berikut.

(Tegeh,dkk 2014:82) Keterangan:

∑x : jumlah skor

SMI : skor maksimal ideal

Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus: Persentase = F : N (Tegeh,dkk 2014:82) Keterangan: F : jumlah persentase keseluruhan subyek N : banyak subyek

Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan sebagai berikut.

Tabel 1. Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5

(6)

90 – 100 Sangat Baik 80 – 89 Baik 65 – 79 Cukup 55 – 64 Kurang 0 – 54 Sangat Kurang (Sumber: Tegeh, dkk 2014:83) Dan teknik analisis deskriptif kuantitatif ini

digunakan mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skor. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengelompokkan informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan.

Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

sampel dan hasilnya akan

digeneralisasikan atau inferensialkan kepada populasi dimana sampel tersebut diambil (Koyan, 2012:4). Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keefektivan produk terhadap hasil belajar Penjaskes pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt, sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan video pembelajaran dalam mata pelajaran pencak silat. Data uji coba kelompok

sasaran dikumpulkan dengan

menggunakan pre-test dan post-test

terhadap materi pokok yang diuji cobakan. Hasil pre-test dan post-test

kemudian dianalisis menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan antara hasil

pre-test dan post-test. Pengujian hipotesis

digunakan untuk uji-t berkorelasi dengan bantuan program komputer SPSS dan penghitungan hasil dengan penghitungan manual. Sebelum melakukan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII semester genap di SMP Negeri 1 Seririt tahun pelajaran 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran penjaskes Kelas VIII.

Adapun hasil penelitian ini sebagai berikut.

Rancangan pengembangan media video pembelajaran ini berupa naskah video. Naskah video dihasilkan pada tahap desain pada model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development,

Implementation and Evaluation) bertujuan

untuk mempermudah dalam mengatur suara, letak gambar, teks, dan animasi pada video.

Video pembelajaran yang dirancang harus berperan untuk menunjang proses pembelajaran. Hal ini didukung dengan teori tentang peranan video pembelajaran, diantaranya (1) dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) memperjelas makna bahan pengajaran sehingga mudah dipahami siswa, (3) metode pengajaran lebih bervariasi, dan (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar (Mahadewi, 2012).

Model pengembangan ADDIE yang digunakan dalam mengembangkan media video pembelajaran dinyatakan berhasil karena tahapan-tahapan dari model ADDIE yang sistematis sehingga dapat menghasilkan media video pembelajaran menarik, sesuai dengan karakteristik pengguna, dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Penjaskes. Adapun materi pembelajaran yang dipilih menjadi konten video pembelajaran yakni pencak silat mata pelajaran Penjaskes kelas VIII.

Adapun rata-rata persentase penilaian hasil data dan analisis dari media video pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 2. Skor Persentase Penilaian Media Video Pembelajaran

(7)

1 Ahli Isi Pembelajaran 96 Sangat Baik 2 Ahli Desain Pembelajaran 86 Baik 3 Ahli Media Pembelajaran 92 Sangat Baik Uji coba instrumen dalam

penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran apakah instrumen hasil belajar layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen tes hasil belajar tersebut terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan uji validitas tes, reliabilitas tes, taraf kesukaran tes, dan daya beda tes. Kemudian dilanjutkan dengan uji-t berkorelasi. Namun sebelum melakukan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas). (1) Uji normalitas data dilakukan untuk menyajikan bahwa sampel benar-benar

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (2) Berdasarkan hasil pengujian homogenitas diperoleh Fhitung = 1,665

sedangkan Ftabel = 1,822 dengan taraf

signifikansi 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Fhitung ≤ Ftabel sehingga kedua data

tersebut memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung = 16,535 dan ttabel = 2,000 untuk db =

62 dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti thitung > ttabel sehingga H0 ditolak dan H1

diterima. Rangkuman perhitungan uji-t terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji-t

Data N Rata-rata s2 Db t

hit ttab

Pre-test 32 58,38 70,040 62 16,535 2,000 Post-test 32 87,50 42,055

Berdasarkan hasil evaluasi ahli isi mata pelajaran, dilihat dari isi materi dalam produk. Dari hasil review oleh ahli isi mata pelajaran memperoleh persentase sebesar 96%. Jika direview ulang dari aspek ahli isi mata pelajaran Penjaskes, rancangan media video pembelajaran memperoleh kualifikasi

sangat baik karena proses

penyusunannya sudah berdasarkan sumber-sumber yang relevan, baik itu berupa buku, maupun sumber dari internet. Penentuan materi juga tidak terlepas dari silabus dan RPP yang digunakan, dan juga telah melalui pertimbangan dari ahli pada bidang studi yang bersangkutan.

Dilihat dari komentar dan saran yang diberikan oleh ahli isi mata pelajaran Penjaskes menunjukkan tidak perlu adanya revisi terhadap isi dari media. Dari segi kesesuaian indikator dengan kompetensi dasar, kesesuaian tujuan pembelajaran dengan indikator, kesesuaian materi dengan video yang ditampilkan, kesesuaian gambar yang digunakan dalam penyajian materi, kesesuaian materi dengan tujuan

pembelajaran, kejelasan bahasa yang digunakan, kesinambungan isi materi/konten yang tersaji, kelengkapan materi yang disajikan, kecukupan evaluasi dengan pengguna, kesesuaian evaluasi dengan tujuan dan materi yang disampaikan. Adapun saran dan masukan yang diberikan oleh ahli isi mata pelajaran Penjaskes yaitu secara keseluruhan video yang dibuat sudah baik dan sangat bermanfaat untuk mempermudah mengajar pencak silat.

Berdasarkan review oleh ahli desain pembelajaran memperoleh persentase 86% yang berada pada kategori baik artinya media ini direvisi seperlunya. Dilihat dari komentar dan saran yang diberikan oleh ahli desain pembelajaran menunjukkan tidak perlu adanya revisi dari segi ketepatan tahapan desain media pembelajaran, kemenarikan desain cover CD, kesesuaian desain dalam memotivasi minat belajar, kejelasan teks yang digunakan, kemudahan materi untuk dipahami, kejelasan konten yang disediakan, pemberian motivasi belajar, kesesuaian durasi dengan karakteristik siswa, kejelasan soal evaluasi. Adapun

(8)

saran dan masukan yang diberikan oleh ahli desain pembelajaran demi kesempurnaan media video pembelajaran ini yaitu pada bagian SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran diperlambat dan rubah kata “di pelajari” menjadi “dipelajari”.

Kemudian review oleh ahli media pembelajaran memperoleh persentase 92% yang berada pada kategori sangat baik. Dilihat dari komentar dan saran yang diberikan oleh ahli media pembelajaran menunjukkan tidak perlu adanya revisi dari segi kemenarikan media, kesesuaian media dengan karakteristik peserta didik, ketepatan visualisasi dengan materi, komposisi visual, kualiatas visual (gambar/tulisan), kualiatas suara presenter, kualitas musik yang digunakan, kesesuaian suara/musik dengan visual, ketepatan jenis/ukuran huruf, ketepatan penyajian. Adapun saran dan masukan yang diberikan oleh ahli media pembelajaran demi kesempurnaan media video pembelajaran ini yaitu petunjuk penggunaan media pada cover CD agar ditambahkan cara penggunaan DVD player dan kesalahan teks diperbaiki, serta hilangkan kata SMP Negeri 1 Seririt. Selain itu, struktur file ditambahkan agar produk dapat diputar pada DVD player.

Media video pembelajaran yang dikembangkan telah melewati review para ahli, yaitu ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Kemudian, produk diuji cobakan pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Seririt. Pada aspek uji coba perorangan, kualitas produk pengembangan mencapai tingkat persentase 92,67%, berada pada kualifikasi sangat baik. Pada aspek uji coba kelompok kecil, kualitas produk pengembangan mencapai tingkat persentase 92,3% berada pada kualifikasi sangat baik. Pada uji coba lapangan, kualitas produk pengembangan mencapai tingkat persentase 92,1% berada pada kualifikasi sangat baik. Hal ini dilihat dari aspek kemenarikan media, kemudahan memahami materi yang disajikan, serta kejelasan materi yang diberikan. Semua aspek tersebut sudah sesuai dengan tayangan video sehingga tayangan video dapat memotivasi siswa dalam belajar

sehingga konten video dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Hal ini sejalan dengan peranan media video pembelajaran (1) dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar dan (2) memperjelas makna bahan pengajaran sehingga mudah dipahami siswa. (Mahadewi, dkk, 2012).

Berdasarkan nilai pretest dan

posttest 32 orang siswa tersebut, maka

dilakukan uji-t untuk sampel berkorelasi. Rata-rata nilai pretest adalah 58,38 dan rata-rata nilai posttest adalah 87,50. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil thitung sebesar

16,535. Kemudian harga thitung

dibandingkan dengan harga ttabel dengan

db = n1 + n2 – 2 = 32 + 32 – 2 = 62. Harga ttabel untuk db 62 dengan taraf

signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000 Dengan demikian, thitung (16,535) > ttabel

(2,000) sehingga H0 ditolak dan H1

diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Penjaskes siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan media video pembelajaran.

Menggunakan media video pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa disebabkan karena video pembelajaran memberikan kemudahan kepada guru dan siswa untuk memahami materi yang diberikan, dibandingkan dengan hanya menggunakan buku saja dalam proses pembelajaran. Pada media video pembelajaran ini, materi yang disajikan dilengkapi dengan contoh-contoh berupa video teknik dasar pencak silat, sehingga materi akan lebih mudah dipahami oleh siswa dan berisi umpan balik berupa tugas yang menyangkut materi yang terdapat dalam media video pembelajaran ini.

Dengan demikian, dilihat dari hasil penelitian pengembangan media pembelajaran dalam bentuk video pembelajaran dengan model ADDIE untuk mata pelajaran Penjaskes kelas VIII semester genap di SMP Negeri 1 Seririt, media video pembelajaran ini memiliki kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

(9)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Pengembangan media video pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development,

Implementation, and Evaluation). Sesuai

dengan penerapan model pengembangan ADDIE adapun beberapa tahapan yang dilakukan diantaranya, (1) tahap analisis (analysis), meliputi menentukan dan memilih sekolah yang dituju, menentukan

user atau pengguna produk, pengetahuan

mengoperasikan media, serta menentukan dan memilih isi/konten, (2) tahap desain (design), meliputi merancang naskah video pembelajaran, dan menyusun jadwal pengembangan produk (timeline), (3) tahap pengembangan (development) meliputi pencarian lokasi shooting, setting lokasi, pemilihan pemain/talent yaitu presenter/narator, dan model, pengambilan gambar, perekaman suara narator, dan editing video, (4) tahap implementasi (implemetation), yakni menerapkan produk yang telah dikembangkan dengan menayangkan video pembelajaran, dan (5) tahap evaluasi (evaluation), yakni melakukan evaluasi berupa uji validitas produk yang di review oleh para ahli dan uji coba kepada siswa.

Hasil validasi terhadap media video pembelajaran yang dikembangkan menurut review para ahli dan uji coba produk, yakni (1) menurut ahli isi mata pelajaran Penjaskes produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 96%, (2) menurut ahli desain pembelajaran produk berada pada kategori baik dengan persentase 86%, sehingga perlu dilakukan sedikit revisi berdasarkan masukan, saran dan komentar yang diberikan, dan (3) menurut ahli media pembelajaran produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%. (4) hasil uji coba perorangan produk mencapai tingkat persentase 92,67% dengan kategori sangat baik, (5) hasil uji coba kelompok kecil produk mencapai tingkat persentase 92,3% dengan kategori sangat baik, dan

(6) hasil uji coba lapangan produk mencapai tingkat 92,1% dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil validasi

tersebut maka produk yang

dikembangkan layak digunakan untuk menunjang proses pembelajaran pada mata pelajaran Penjaskes kelas VIII di SMP Negeri 1 Seririt.

Efektivitas produk pengembangan media video pada pembelajaran di ukur dengan melakukan pretest dan posttest terhadap 32 orang siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Seririt. Rata-rata nilai pretest adalah 58,38 dan rata-rata nilai posttest adalah 87,50. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil thitung sebesar 16,535. Kemudian harga thitung dibandingkan dengan harga pada ttabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 32 + 32 – 2 = 62. Harga ttabel untuk db 62 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga thitung lebih besar daripada harga ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dilihat dari konversi hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Seririt, nilai rata-rata posttest siswa yaitu 87,50 berada pada kualifikasi baik. Ini berarti, media video pembelajaran tentang pencak silat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Penjaskes kelas VIII di SMP Negeri 1 Seririt tahun pelajaran 2015/2016.

Saran-saran yang disampaikan dalam pengembangan media video pembelajaran yaitu (1) saran kepada siswa, yaitu Dalam kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah agar benar-benar memanfaatkan penggunaan media video pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan pemahaman siswa mengenai materi pencak silat, (2) saran kepada guru, yaitu Dalam kegiatan pembelajaran guru disarankan lebih memanfaatkan dan meningkatkan penggunaan media pembelajaran terutama media video pembelajaran pada mata pelajaran penjaskes, mengingat fasilitas yang ada di sekolah sangat

mendukung dalam menerapkan

pembelajaran dengan berbantuan media, (3) saran kepada kepala sekolah yaitu Hasil pengembangan video pembelajaran ini dapat dijadikan koleksi media dan

(10)

menambah informasi mengenai jenis media beserta penggunaan video pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran yang ada di SMP Negeri 1 Seririt, sehingga dapat membantu berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan dalam proses pembelajaran di ruang lingkup SMP Negeri 1 Seririt, (4) saran kepada peneliti lain yaitu Hasil pengembangan media video pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian yang sejenis dan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian yang lebih baik lagi, (5) saran kepada teknolog pembelajaran yaitu Hasil pengembangan media video pembelajaran ini dapat digunakan untuk memperoleh informasi dan menambah wawasan membuat video pembelajaran sebagai salah satu media pembelajaran yang inovatif. Disadari karya ilmiah ini masih belum sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk lebih menyempurnakan karya ilmiah ini.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala SMP Negeri 1 Seririt, I Made Sutarjana, S.Pd. atas ijin yang diberikan untuk mengambil data di sekolah yang dipimpinnya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada guru mata pelajaran penjaskes kelas VIII yaitu Putu Suwidnya, S.Pd., siswa kelas VIII dan kelas IX. Serta Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. selaku pembimbing I, Drs. I Ketut Pudjawan, M.Pd. selaku pembimbing II dan Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd., selaku ahli desain pembelajaran, I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd., selaku ahli media pembelajaran yang telah membantu mereview produk yang dikembangkan. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian artikel penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Hamalik, oemar. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Asesmen

Dalam Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha. Mahadewi, Luh Putu Putrini., I Dewa Kade

Tastra., & I Komang Sudarma. 2012.

Media Video Pembelajaran.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi

Aksara.

Suartama, I Kadek. 2012. Multimedia

Pembelajaran Interaktif:

Karakteristik Berbagai Jenis Media

Pembelajaran. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta. Tegeh, I Made, I Nyoman Jampel & Ketut

Pudjawan. 2014. Metode Penelitian

Pengembangan. Singaraja: Graha

ilmu.

Wiradinata, Nova Sandi. 2013.

Pengembangan Media Video

Pembelajaran tentang

Keanekaragaman Makhluk Hidup

Pada Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Kelas VII

Semester II Tahun Pelajaran

2012/2013 di SMP Saraswati Seririt.

Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Undiksha.

Referensi

Dokumen terkait

Pertimbangan atas dasar tanggung jawab mencakup suatu unsur “aretaic”, yaitu suatupertimbangan tentang apa yang menurut moral itu baik, buruk, dapat dipertanggungjawabkan atau

Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa modul alat ukur medical check-up untuk temperatur tubuh, tekanan darah, dan detak

Selanjutnya apabila kita inputkan nilai 1333 pada sel A10, maka jika benar akan terlihat bahwa ijtimak akhir Ramadhan 1428 H jatuh pada hari Kamis Legi, 11 Oktober 2007 pukul

Berdasarkan hasil pengujian secara manual golongan darah dan rhesus manusia yang terdeteksi adalah B+ ditunjukkan pada gambar 11.. Sedangkan berdasarkan hasil bacaan alat,

Konsep sinematografi yang digunakan pada film fiksi “Halani Sinamot” yaitu konsep dramatik dengan menggunakan sinematografi dengan teknik level angle. Level angle yang

Menyampaikan dakwah bukanlah hal yang mudah, diperlukan peran masyarakat agar tercapai keberhasilan dakwah yang maksimal, peran merupakan tindakan yang dilakukan baik

Dalam hal ini digunakan algoritma Dijkstra dalam penentuan jarak terpendek tersebut dengan menerapkan Haversine formula yang diterapkan pada penentuan

Koordonator Program Astronomi Islam, “bahwa yang terjadi saat nama program falak syar’i tentang substansi keilmuan yang berkembang adalah mahasiswa banyak