• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 0,629. Kesehatan, pendidikan dan pendapatan ekonomi menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 0,629. Kesehatan, pendidikan dan pendapatan ekonomi menjadi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan sebuah negara melaksanakan program pemerintah bisa diukur dengan melihat angka Human Development Index (HDI). Pada tahun 2010 – 2012, secara terus-menerus Indonesia menunjukkan perkembangan HDI dari 0,613 menjadi 0,629. Kesehatan, pendidikan dan pendapatan ekonomi menjadi komponen utama dalam pengukuran HDI sebuah negara (UNDP, 2013). Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009).

Menurut Blum (1990) cit. Nursalam dan Effendi (2009), status kesehatan seseorang ditentukan oleh empat faktor, yaitu: keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku kesehatan. Pelayanan kesehatan mencakup semua layanan kesehatan yang berhubungan dengan diagnosis, pengobatan penyakit, promosi kesehatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan (WHO, 2015). Menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009, pelayanan kesehatan dan kesehatan sekolah termasuk dalam kegiatan penyelenggaraan upaya kesehatan. Kesehatan sekolah diharapkan mampu meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam rangka menyelenggarakan usaha kesehatan sekolah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Peraturan Bersama tentang Pembinaan dan

(2)

Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah No. 6/X/PB/2014, No. 73 Tahun 2014, No. 41 Tahun 2014, dan No. 81 Tahun 2014. Peraturan bersama menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah sebagai kegiatan upaya kesehatan bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan mutu pendidikan dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis peserta didik. UKS/M memiliki tiga kegiatan pokok yang disebut Trias UKS/M, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat. Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah bersepakat dan akan saling mendukung untuk mewujudkan sekolah menjadi tempat pembelajaran hidup sehat, dan unit sekolah merupakan unit yang bisa mengubah perilaku (Depkes, 2015).

Pelaksanaan Trias UKS/M mengacu pada Rencana Kegiatan UKS/Rencana Anggaran Belanja UKS tahunan yang merupakan bagian dari Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RABS). Sasaran kegiatan antara lain peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, tenaga ksehatan, serta masyarakat sekolah. Waktu pelaksanaan kegiatan diatur dan disesuaikan dengan kalender pendidikan (Kemendikbud, 2014).

Tim Pembina UKS Pusat telah melakukan penelitian dan pengamatan tentang pelaksanaan UKS. Pelaksanaan pemantuan, evaluasi, dan koordinasi dilakukan secara berjenjang paling sedikit dua kali dalam setahun. Penelitian dilakukan pada dampak pelaksanaan UKS, dampak Pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan

(3)

Sehat (PHBS), pengaruh kantin sehat terhadap prestasi belajar, dan dampak pembinaan lingkungan. Hasil menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik belum sesuai dengan target. Sarana dan prasarana, seperti UKS kit, ruang UKS, media penyuluhan seperti poster, leaflet, lembar baik, serta buku-buku tentang pedoman pelaksanaan dan pengembangan, pendidikan kesehatan dan penyakit, masih terbatas. Fungsi sekretariat tim pembina UKS belum berfungsi optimal dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan sehingga terdapat hambatan dalam menjalin kerja sama lintas program ataupun sektor, monitoring, dan evaluasi (TP UKS Pusat, 2007 cit Rahayu, E.N., 2012).

Pada tahun 2008, Tim Pembina UKS Kota Yogyakarta melaporakan bahwa Dinas Kesehatan dan Dinas Pendikan masih menjadi sentral anggaran dana mendukung kegiatan UKS. Hal ini didukung masih terdapat sekolah yang belum memahami pentingnya pelaksanaan UKS sehingga pelaksanaan UKS belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari segi fasilitas, kantin sekolah belum memenuhi syarat kesehatan dan masih terdapat kecenderungan jajan di luar sekolah. Laporan juga mengatakan bahwa tim pengelola UKS belum menggunakan dan mengelola semua dana dan masih tercampur dengan dana yang lain. Pada tingkat kecamatan, Tim Pembina UKS Kecamatan belum secara terpadu dan berkelanjutan melaksanakan pembinaan (Tim Pembina UKS Kota Yogyakarta, 2008).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada bulan Mei 2015, didapatkan data bahwa Kota Yogyakarta memiliki 171

(4)

sekolah dasar yang tersebar di 4 unit pelaksana teknis. Semua sekolah dasar di Kota Yogyakarta memiliki UKS dengan 3 macam kategori, yaitu: kategori baik berjumlah 23 sekolah (13,45%), kategori sedang berjumlah 47 sekolah (27,49%) dan kategori kurang berjumlah 95 sekolah (55,55%) sedangkan 6 sekolah (3,51) tidak/belum dinilai.

Pelaksanaan Trias UKS tidak terlepas dari peran kepala sekolah dan guru pembina UKS. Sebagai tim pelaksana UKS, kepala sekolah dan guru pembina UKS memiliki peran dalam menyukseskan pelaksanaan program UKS. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014), baik kepala sekolah atau guru pembina UKS memiliki peran dalam penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan Trias UKS serta melakukan evaluasi secara berkala. Salah satu indikator pelaksanaan UKS adalah fasilitas/sarana prasarana, seperti ruang UKS, ruang kelas, kantin sekolah, toilet serta sanitiasi dan kebersihan halaman sekolah. Fasilitas/sarana prasarana yang baik akan mendukung pelaksanan progam UKS dan kegiatan belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berencana untuk melaksanakan penelitian untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah Dasar/sederajat di Kota Yogyakarta terutama jika dilihat dari fasilitas/sarana prasarana yang tersedia di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tesebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta?

(5)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah Dasar/Madrasah di Kota Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah dasar di Kota Yogyakarta

b. Mengetahui kategori keberhasilan pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah dasar di Kota Yogyakarta

c. Mengetahui kondisi lingkungan sekolah dasar yang merupakan faktor pendukung pelaksanaan usaha kesehatan sekolah dasar di Kota Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pelaksanaan program UKS di SD/MI/sederajat khususnya dalam keperawatan komunitas.

2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti

Memberikan pengalaman meneliti dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan keperawatan komunitas berdasar teori dan pelaksanaan di lapangan.

(6)

b. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan evaluasi dan rekomendasi sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan pelaksanaan program UKS terutama terkait perilaku hidup bersih dan sehat

c. Bagi Puskesmas

Memberikan informasi pelaksanaan program UKS di SD/MI sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan pelaksanaan program UKS.

E. Keaslian Penelitian

1. Rahayu (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Perilaku Hidup Sehat Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) di Wilayah Kecamatan Pleret”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah, perilaku hidup bersih dan sehat, peran masyarakat luar serta kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola program UKS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program UKS di MIN Jejeran memiliki strata paripurna baik dari fasilitas, pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Masyarakaat luar, orang tua dan LSM memberikan dukungan baik berupa pembanguna fasilitas, dana, sarana, alat, pembinaan teknis, pelatihan dan juga studi banding. Kepemimpinan kepala sekolah sangat penting dalam pengorganisasian dan membuat perencanaan. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang

(7)

digunakan. Perbedaan dari penelitian ini adalah metode penelitian dan tempat penelitian.

2. Salehi (2012) melakukan penelitian dengan judul “Achieving the standard of the school health nursing process in elementary schools of Kerman, Iran”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi proses pelaksanaan program school health nursing tingkat sekolah dasar di Kerman, Iran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 120 yang terdiri dari 60 praktisi kesehatan dan 60 staf sekolah dasar di Kerman, Iran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 98% SD telah menggunakan 6 tahap standar dalam pelaksanaan school health nursing. Tahap pengkajian menunjukkan pencapaian standar yang tinggi (90%) sedangkan tahap diagnosis menunjukkan pencapaian yang rendah (30%). Persamaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian yaitu deskriptif kuantitatif. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian dan responden. 3. Putri (2010) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Faktor Pendukung

Program Usaha Kesehatan Sekolah dengan Keberhasilan Program Usaha Kesehatan Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor pendukung program UKS dengan keberhasilan program UKS di Wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendukung program UKS (ketenagaan, pendanaan, sarana prasarana serta penelitian dan pengembangan) memiliki hubungan yang signifikan

(8)

dengan keberhasilan program UKS karena p<0,05. Keberhasilan program UKS didukung oleh jumlah tenaga yang cukup, pengadaan dana yang memadai, sarana prasarana yang lengkap serta penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan secara kesinambungan. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikat dan metode penelitian yang digunakan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian dan variabel bebas.

4. Bruce (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Parliamnetary Inquiry Into Health Promoting Schools in Victoria: Analysis of Stakeholder Views.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan school health promotion/usaha kesehatan sekolah serta untuk melihat bagaimana pemegang kepentingan (stakeholders) memandang sekolah yang akan berfokus pada upaya promosi kesehatan berbasis komunitas. Peneliti menganalisis 159 formulir online yang dibuat oleh Education and Training Committee (ETC), Victorian Parliament Legislative Assembly of Australia. Dalam formulir tersebut memuat 6 informasi, antara lain: aktivitas sekolah yang mendukung pola hidup sehat di lingkungan sekolah, program yang telah berhasil dilaksanakan, dukungan pemerintah setempat untuk mendukung program, kesempatan untuk menjalin kerja sama dengan mitra atau lembaga swadaya masyarakat, kebijakan dan aktivitas promosi kesehatan, dan bentuk aktivitas sekolah yang berhubungan dengan pelaksanaan promosi kesehatan yang efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan usaha kesehatan sekolah. Faktor penghambat pelaksanaan usaha kesehatan sekolah

(9)

antara lain: pendanaan, terbatasnya waktu dan keterbatasan kapasitas sumber daya manusia untuk menjalankan promosi kesehatan. Faktor yang bisa mendukung pelaksanaan usaha kesehatan sekolah antara lain: penggunaan HPSF (Health Promoting Schools Framework) sebagai acuan pembuatan kebijakan sekolah dan program, penempatan petugas kesehatan di sekolah, kepemimpinan dari Victorian Departement of Health (DoH) dan Victoria Departement of Education and Early Childhood Development (DEECD). Persamaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu kepala sekolah sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder) dan variabel yang digunakan untuk melihat faktor pendukung pelaksanaan usaha kesehatan sekolah. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian dan variabel bebas yang digunakan.

5. Yudho (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Kemitraan dan Kepemimpinan dalam Implementasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur.” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kemitraan dan kepemimpinan dalam implementasi UKS di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan studi kasus. Peneliti melibatkan 27 responden yang diambil secara purposive sampling. Analisis data menggunakan analisis model interaktif berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UKS dilaksanakan di sebagian sekolah. Pelaksanaannya dipengaruhi oleh kebutuhan yang menjadi motivas, pengalaman dan kepemimpinan kepala

(10)

sekolah, yang membentuk komitmen pihak sekolah. Setelah pelaksana UKS di tingkat TK dan SD bermitra secara semu dengan Puskesmas, sedangkan SLTP dan SLTA bermitra dengan PMI secara saling menguntungkan. Kerja sama tersebut tanpa kesepakatan tertulis. Pembinaan oleh tim pembina UKS dilaksanakan hanya pada kegiatan tertentu dan tidak berkelanjutan. Persamaan dengan penelitian ini adalah responden penelitian yaitu kepala sekolah dan variable pelaksanaan UKS. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian dan tempat penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan kajian estimasi jumlah tangkapan yang aman secara biologis untuk dimanfaatkan dengan menggunakan dua strategi penangkapan yaitu feedback HCR

“Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh

Pada umumnya manusia sekarang ini, sudah memiliki ketergantungan pada suatu sistem informasi yang sudah terintegrasi dengan baik sehingga dapat melakukan komunikasi antara

Menganalisis hubungan tingkat pendidikan, paritas dan usia pertama berhubungan seksual dengan kejadian lesi pra kanker serviks pada wanita yang melakukan

Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel luas lahan merupakan variabel yang memiliki nilai elastisitas paling tinggi dan berpengaruh nyata terhadap produksi padi semi

Untuk itu, selanjutnya kita akan membahas suatu bentuk integral lain yang juga dapat digunakan untuk mengek- strapolasi gelombang hanya dengan menggunakan nilai P atau (∇P ) saja,

Hal ini terjadi selain hasil alat-alat rekaman, hasil produksi rekamannya bagus.Didirikan tahun 2008, studio ini sudah mampu menghasilkan beberapa band indie yang

Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk menyesuaikan be­ sarnya harga pekerjaan bangunan dengan keadaaan dewasa ini dan mengatur dengan pasti besarnya uang pengganti biaya pembuatan