• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Nilai Tukar Petani Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan September2017

No. 55/10/34/Th.XIX, 2 Oktober 2017

Nilai Tukar Petani & Harga Produsen Gabah

Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan September 2017

BERITA

RESMI

STATISTIK

• NTP Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2017, mencapai angka 103,03 mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen dibanding indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,87. NTP Subsektor Tanaman Pangan tercatat sebesar 102,97; NTP Subsektor Hortikultura 101,80; NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat 121,90; NTP Subsektor Peternakan 92,72; dan NTP Subsektor Perikanan 102,09. Kenaikan indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya NTP subsektor tanaman pangan sebesar 1,51 persen, tanaman hortikultura 0,62 persen , dan perikanan sebesar 0,52. Sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 1,29 persen, dan subsektor peternakan juga turun 0,68 persen.

• Indeks Harga Konsumen (IHK) pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2017 secara umum mencapai 132,54 atau mengalami deflasi sebesar 0,67 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 133,44.

• Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan September 2017 terdapat 24 provinsi mengalami kenaikan, sedangkan 9 provinsi lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Sumatera Selatan sebesar 2,16 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka

NTP Daerah

Istimewa

Yogyakarta pada

September

2017 mencapai

angka 103,03

mengalami

kenaikan sebesar

0,16 persen

dibanding

indeks bulan

sebelumnya yang

tercatat 102,87

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA

(2)

1. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

1.1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar

(term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua angka tersebut akan menunjukkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Pada sisi lain, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani sehingga akan meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri. Semakin tinggi nilai NTP, maka akan relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani dan Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Agustus 2017BulanSeptember Persentase 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

a. Indeks Diterima Petani (It) 131.67 131.25 -0.32 1. Tanaman Pangan 134.76 135.62 0.64 2. Hortikultura 131.62 131.87 0.20 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 156.41 153.90 -1.61 4. Peternakan 114.87 113.82 -0.92 5. Perikanan 123.28 123.85 0.46 - Perikanan Tangkap 144.69 145.07 0.27 - Perikanan Budidaya 122.09 122.66 0.47 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 128.00 127.39 -0.47 1. Tanaman Pangan 132.86 131.71 -0.86 2. Hortikultura 130.09 129.54 -0.42 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 126.67 126.26 -0.33 4. Peternakan 123.05 122.76 -0.24 5. Perikanan 121.38 121.31 -0.06 - Perikanan Tangkap 123.88 123.70 -0.14 - Perikanan Budidaya 121.25 121.17 -0.06 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 102.87 103.03 0.16 1. Tanaman Pangan 101.44 102.97 1.51 2. Hortikultura 101.17 101.80 0.62 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 123.48 121.90 -1.29 4. Peternakan 93.35 92.72 -0.68 5. Perikanan 101.56 102.09 0.52 - Perikanan Tangkap 116.80 117.28 0.41 - Perikanan Budidaya 100.70 101.23 0.53 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 112.96 112.50 -0.41 1. Tanaman Pangan 111.08 111.67 0.53 2. Hortikultura 113.81 114.06 0.21 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 134.46 132.25 -1.64 4. Peternakan 101.03 99.89 -1.12 5. Perikanan 113.81 114.10 0.25 - Perikanan Tangkap 127.15 127.47 0.25 - Perikanan Budidaya 113.03 113.32 0.25

(3)

Berdasarkan hasil pemantauan harga di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Bulan September 2017, NTP DIY mengalami kenaikan indeks sebesar 0,16 persen dibanding NTP Bulan Agustus 2017, yaitu dari 102,87 menjadi 103,03. Kenaikan NTP bulan September 2017 ini disebabkan oleh penurunan indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih tinggi dibanding penurunan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani.

Kenaikan indeks NTP yang tercatat pada bulan September 2017 terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,51 persen, subsektor hortikultura sebesar 0,62 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,52 persen. Sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 1,29 persen, dan subsektor peternakan juga turun sebesar 0,68 persen

1.2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada September 2017, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,32 persen dibandingkan It Bulan Agustus 2017, yaitu dari 131,67 menjadi 131,25. Subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan It sebesar 0,64 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,20 persen, dan subsektor perikanan juga naik 0,46 persen. Sementara itu subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 1,61 persen, dan subsektor peternakan juga turun sebesar 0,92 persen.

1.3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib)

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) akan memperlihatkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh petani dan fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Petani sendiri banyak yang berdomisili di pedesaan, sehingga tidak berlebihan masyarakat pedesaan itu identik dengan petani.

Pada September 2017 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan sebesar 0,47 persen dari 128,00 menjadi 127,39. Semua subsektor mengalami penurunan yaitu: subsektor tanaman pangan sebesar 0,86 persen, hortikultura turun sebesar 0,42 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat juga turun sebesar 0,33 persen, subsektor peternakan sebesar sebesar 0,24 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,06 persen.

(4)

1.4. NTP Subsektor

1.4.1. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada September 2017 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 1,51 persen. Kenaikan NTPP ini disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,64 persen, lebih besar dibanding indeks yang dibayar petani yang mengalami penurunan sebesar 0,86 persen. Naiknya indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 3,16 persen, sedangkan subkelompok palawija turun sebesar 1,77 persen. Komoditas yang menyebabkan naiknya It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga komoditi gabah, ubi jalar, kacang hijau, kacang tanah, dan kedelai. Pada Ib indeks mengalami penurunan, disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,01 persen, sedangkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,10 persen.

1.4.2.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada September 2017, mengalami kenaikan indeks sebesar 0,62 persen. Hal ini terjadi karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,20 persen lebih tinggi dibanding indeks yang dibayar petani yang mengalami penurunan sebesar 0,42 persen. Naiknya It disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas utamanya salak, petai, melinjo, mangga, dan rambutan. Pada Ib penurunan terjadi karena indeks IKRT turun sebesar 0,51 persen dan indeks BPPBM juga turun sebesar 0,02 persen.

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

a. Indeks Diterima Petani (It) 134.76 135.62 0.64

- Padi 117.14 120.85 3.16

- Palawija 157.28 154.50 -1.77 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 132.86 131.71 -0.86 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134.78 133.42 -1.01 - Indeks BPPBM 121.32 121.45 0.10 c. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) 101.44 102.97 1.51 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 111.08 111.67 0.53

(5)

1.4.3. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 1,29 persen pada September 2017. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,61 persen, lebih rendah dibanding indeks yang dibayar petani yang juga mengalami penurunan sebesar 0,33 persen. Penurunan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan dari 156,41 menjadi 153,90. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga utamanya adalah kelapa, cengkeh, tebu, kapuk, dan tebu. Penurunan Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,51 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,04 persen.

Tabel 3

Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya

Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

a. Indeks Diterima Petani (It) 131.62 131.87 0.20 - Sayur-sayuran 117.52 114.90 -2.23 - Buah-buahan 144.95 147.50 1.76 - Tanaman Obat 115.89 115.40 -0.42 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 130.09 129.54 -0.42 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133.60 132.92 -0.51 - Indeks BPPBM 115.64 115.62 -0.02 c. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 101.17 101.80 0.62 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 113.81 114.06 0.21

(6)

1.4.4. Subsektor Peternakan (NTPT)

Terjadi penurunan sebesar 0,68 persen NTPT pada September 2017, yaitu dari 93,35 pada bulan Agustus menjadi 92,72. Penurunan NTPT terjadi karena turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,92 persen lebih rendah dibanding indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,24 persen. Penurunan harga beberapa komoditas seperti sapi potong, ayam ras pedaging, domba, ayam buras, dan telur itik adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, penurunan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya IKRT sebesar 0,63 persen, sedangkan indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

a. Indeks Diterima Petani (It) 156.41 153.90 -1.61 - Tanaman Perkebunan Rakyat 156.41 153.90 -1.61 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 126.67 126.26 -0.33 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.65 131.98 -0.51 - Indeks BPPBM 116.33 116.37 0.04 c. Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) 123.48 121.90 -1.29 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 134.46 132.25 -1.64

(7)

1.4.5. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP mengalami kenaikan sebesar 0,52 persen pada September 2017, hal ini terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,46 persen, lebih tinggi dibanding indeks yang dibayar petani yang turun sebesar 0,06 persen. Kenaikan It subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok ikan tangkap sebesar 0,27 persen dan subkelompok ikan budidaya sebesar 0,47 persen. Sementara itu penurunan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya IKRT sebesar 0,25 persen sedangkan indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,20

Tabel 5

Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

a. Indeks Diterima Petani (It) 114.87 113.82 -0.92 - Ternak Besar 112.69 111.15 -1.37 - Ternak Kecil 111.14 110.25 -0.80 - Unggas 130.97 129.76 -0.92 - Hasil Ternak 115.35 116.98 1.41 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 123.05 122.76 -0.24

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.55 131.72 -0.63 - Indeks BPPBM 113.71 113.95 0.21 c. Nilai Tukar Petani Peternak (NTPT) 93.35 92.72 -0.68 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 101.03 99.89 -1.12

(8)

Indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada September 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan naiknya indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,27 persen, lebih tinggi dari indeks yang dibayar petani (nelayan) yang turun sebesar 0,14 persen. Kenaikan It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas terutama layur, kuwe, pari, kembung, dan tengiri. Penurunan Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,25 persen, sedangkan indeks BPPBM naik sebesar 0,01 persen.

Tabel 6

Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

a. Indeks Diterima Petani (It) 123.28 123.85 0.46 - Ikan Tangkap 144.69 145.07 0.27 - Ikan Budidaya 122.09 122.66 0.47 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 121.38 121.31 -0.06

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.63 132.29 -0.25 - Indeks BPPBM 108.32 108.54 0.20 c. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 101.56 102.09 0.52 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 113.81 114.10 0.25

Tabel 7

Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

a. Indeks Diterima Petani (It) 144.69 145.07 0.27 - Perairan Umum 100.00 100.00 0.00 - Perairan Laut 144.74 145.12 0.27 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 123.88 123.70 -0.14

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.47 132.14 -0.25 - Indeks BPPBM 113.80 113.81 0.01 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 116.80 117.28 0.41

(9)

Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya (NTPB) mengalami kenaikan indeks sebesar 0,53 persen pada September 2017. Kenaikan ini disebabkan terjadinya naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,47 persen, lebih tinggi dari indeks yang dibayar petani yang turun sebesar 0,06 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas utamanya lele, udang, nila, tawes, dan patin. Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,25 persen, dan indeks BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen.

1.5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan

Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada September 2017 mencapai 103,06 atau mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen dibanding bulan Agustus sebesar 102,91. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,34 persen lebih rendah daripada indeks harga yang dibayar petani yang juga turun sebesar 0,48 persen.

Tabel 8

Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

a. Indeks Diterima Petani (It) 122.09 122.66 0.47 - Budidaya Air Tawar 122.09 122.66 0.47 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 121.25 121.17 -0.06

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.64 132.30 -0.25 - Indeks BPPBM 108.01 108.25 0.22 c. Nilai Tukar Petani Ikan Budidaya (NTPB) 100.70 101.23 0.53 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 113.03 113.32 0.25

(10)

1.6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/ deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2017 secara umum mencapai 132,54 atau mengalami deflasi sebesar 0,67 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 133,44. Penurunan IHK bulan ini dipengaruhi oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,04 persen, sedangkan kelompok lainnya mengalami kenaikan, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,02 persen, kelompok perumahan sebesar 0,56 persen, kelompok sandang sebesar 0,40 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,08 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,05 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi juga turun sebesar 0,04 persen.

Tabel 9

Nilai Tukar Petani Tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

a. Indeks Diterima Petani (It) 131.92 131.48 -0.34 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 128.20 127.58 -0.48 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133.46 132.54 -0.69 - Indeks BPPBM 116.81 116.92 0.09 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 102.91 103.06 0.15 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 112.94 112.45 -0.43

Tabel 10

Indeks Harga Konsumen Pedesaan dan Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah Tangga 133.44 132.54 -0.67 - Bahan Makanan 147.32 144.31 -2.04 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 135.88 135.91 0.02 - Perumahan 125.95 126.66 0.56

- Sandang 131.82 132.34 0.40

- Kesehatan 120.82 120.91 0.08 - Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 117.37 117.43 0.05

(11)

1.7. NTUP Subsektor

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Pada September 2017 NTUP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum turun sebesar 0,41 persen dibandingkan Bulan Agustus 2017. Penurunan NTUP tertinggi terjadi di subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,64 persen, diikuti subsektor peternakan juga turun sebesar 1,12 persen. Sedangkan subsektor lainnya mengalami kenaikan, yaitu: subsektor tanaman pangan sebesar 0,53 persen, subsektor hortikultura sebesar 0,21 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,25 persen dibanding bulan sebelumnya.

1.8. Perbandingan NTP Antar Provinsi

Dari 33 provinsi yang dihitung NTP-nya, pada Bulan September 2017 sebanyak 24 provinsi mengalami kenaikan NTP, sedangkan 9 provinsi lainnya mengalami penurunan.

Tabel 11

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dan Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub Kelompok Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 111.08 111.67 0.53 2. Hortikultura 113.81 114.06 0.21 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 134.46 132.25 -1.64 4. Peternakan 101.03 99.89 -1.12 5. Perikanan 113.81 114.10 0.25 a. Perikanan Tangkap 127.15 127.47 0.25 b. Perikanan Budidaya 113.03 113.32 0.25 NTUP Gabungan 112.96 112.50 -0.41

(12)

Tabel 12

Provinsi dan Persentase Perubahannya Agustus 2017 - September 2017 (2012=100)

Provinsi Bulan Persentase

Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4) NASlONAL 101.60 102.22 0.61 SUMSEL 94.38 96.41 2.16 KALBAR 95.79 97.22 1.50 SULBAR 106.07 107.57 1.41 KALTENG 97.25 98.54 1.32 JATENG 101.53 102.56 1.01 JATIM 105.40 106.37 0.92 MALUKU UTARA 100.73 101.65 0.91 BANTEN 99.83 100.69 0.85 BENGKULU 93.60 94.35 0.81 NTB 105.01 105.85 0.80 SULUT 92.26 92.99 0.79 NTT 102.33 103.00 0.66 JABAR 105.37 105.98 0.58 PAPUA BARAT 99.76 100.29 0.53 LAMPUNG 105.45 105.97 0.50 BALI 103.94 104.45 0.49 SULTENG 94.22 94.43 0.23 KALSEL 95.89 96.09 0.21 MALUKU 101.16 101.33 0.17 YOGYAKARTA 102.87 103.03 0.16 DKI 97.54 97.69 0.16 GORONTALO 105.37 105.48 0.10 SUMBAR 96.24 96.34 0.10 SULTRA 93.98 94.01 0.03 SUMUT 99.04 98.85 -0.19 RIAU 101.90 101.70 -0.20 NAD 94.47 94.18 -0.31 KEPRI 96.91 96.55 -0.37 JAMBI 100.28 99.89 -0.40 PAPUA 94.17 93.75 -0.44 KALTIM 96.61 96.17 -0.46 SULSEL 100.72 100.02 -0.70 BABEL 96.61 95.69 -0.95

(13)

2. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH September 2017

• Berdasarkan hasil observasi terhadap 59 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama September 2017 sebanyak 66,10 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan sisanya 33,90 persen berkualitas rendah.

• Rata-rata harga gabah pada bulan September 2017 kualitas GKP di tingkat petani naik 4,88 persen dari harga Rp. 4.657,14 di bulan Agustus 2017 menjadi Rp. 4.884,62 per kg dan di tingkat penggilingan naik 4,83 persen dari Rp. 4.707,14 di bulan Agustus 2017 menjadi Rp. 4.934,62 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar 4,77 persen dari Rp.4.003,85 menjadi Rp. 4.195,00 per kg dan di tingkat penggilingan naik 4,72 persen dari Rp. 4.053,85 menjadi Rp. 4.245,00 per kg.

• Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp.5.300,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 4.100,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varietas Ir 64 dan Situbagendit terjadi di wilayah Kecamatan Sewon (Bantul).

• Selama September 2017, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan.

Pada September2017, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat sebanyak 59 observasi transaksi di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya jumlah kualitas GKP sebanyak 39 observasi dan gabah kualitas rendah sebanyak 20 observasi.

Tabel 13

Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, September 2017

Kelompok

Kualitas Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg)

Rata-rata Harga Tingkat Penggilin-gan (Rp/ Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga Jumlah (%) Teren-dah tinggiTer- Rata-rata (Rp/Kg) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

GKG 0 0.00% - - - - 4,600.00 (penggilingan) -

-GKP 39 66.10% 4,600.00 5,300.00 4,884.62 4,934.62 3,700.00 (petani) 1,184.62 32.02

(14)

Keterangan :

GKG : kadar air ≤ 14% dan kadar hampa/kotoran ≤ 3%

GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air≤14% dan ka

-dar hampa>3%

Diluar kualitas : kadar air >25% atau kadar hampa/kotoran >10%

* HPP berdasarkan INPRES nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah tgl.17 Maret 2015 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.

2.1.

Harga Gabah Terendah dan Tertinggi

Berdasarkan hasil observasi, harga gabah tertinggi pada bulan September 2017 di tingkat petani

senilai Rp.5.300,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan

Nanggulan (Kulonprogo). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 4.100,00 per

kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas Ir 64 dan situbagendit terjadi di wilayah Kecamatan Sewon (Bantul).

2.2. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah

Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 39 observasi atau 66,10 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama September 2017. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemukan kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP.

Berdasarkan 20 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 33,90 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama September 2017, yang berpotensi mengalami kasus harga 33,90 persen berasal dari Kabupaten Bantul, sedangkan Kabupaten Kulonprogo dan Sleman tidak mengalami transaksi penjualan gabah kualitas rendah.

Tabel 14

Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, September 2017

Kelompok

Kuali-tas ObservasiJumlah

Jumlah Obser-vasi Harga Gabah Di

Bawah HPP

Jumlah Observasi Harga Gabah Sama

Dengan HPP

Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk.

Pet-ani

Tk.

Penggil-ingan Tk. Pet-ani Tk. Peng-gilingan Tk. Petani Tk. Penggil-ingan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

GKG 0 0 0 0 0 0 0

GKP 39 0 0 0 0 39 39

100,00% 100,00%

(15)

2.3. Rata-rata Komponen Mutu Gabah

Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan.Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP pada bulan September 2017 masing-masing sebesar 12,66 persen dan 6,96 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan September 2017 memiliki rata-rata KA dan KH masing-masing sebesar 31,69 persen dan 6,63 persen.

Dibandingkan Agustus 2017, rata-rata harga gabah kualitas GKP naik 4,88 persen menjadi Rp.4.884,62per kg di tingkat petani dan naik 4,83 persen menjadi Rp. 4.934,62 per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 4,77 persen menjadi Rp. 4.195,00 per kg di tingkat petani dan naik 4,72 persen menjadi Rp.4.245,00 per kg di tingkat penggilingan.

Tabel 15

Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Juli 2017 – September 2017

Kelompok Kualitas Juli 2017Kadar Air (KA)Agustus Kadar Hampa/Kotoran (KH) 2017 ber 2017Septem- Juli 2017 Agustus 2017 September 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

GKG - - -

-GKP 12,71 12,39 12,66 7,23 7,39 6,96 Kualitas Rendah 24,89 27,13 31,69 11,97 7,44 6,63

Tabel 16

Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Juli 2017 – September 2017

Kelompok Kualitas

Tingkat Petani (Rp / Kg) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)

Juli 2017 Agustus 2017 ber 2017Septem- Peruba-han (%) Juli 2017 Agustus 2017 ber 2017Septem- Peruba-han (%)

(1) (2) "(3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

GKG - - -

-GKP 4.742,11 4.657,14 4.884,62 4,88 4.792,11 4.707,14 4.934,62 4,83 Kualitas Ren

(16)

-Diterbitkan oleh:

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

Provinsi D.I. Yogyakarta

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183

Johanes De Britto Priyono, M.Sc.

Kepala BPS Provinsi D.I. Yogyakarta

Gambar 1

Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum format penulisan fungsi pada Octave ada dua tipe yaitu yang pertama fungsi dan program utama dipisah (private function), yang kedua antara fungsi dan

Pada hari ini, Jum’at tanggal Sembilan Belas Bulan Juni tahun Dua Ribu Sembilan, dimulai jam Sepuluh lewat Lima menit wita sampai dengan selesai bertempat di portal Pengadaan

Pengukuran kinerja dari aspek keuangan mudah dimanipulasi sesuai dengan kepentingan manajemen sehingga hasil pengukuran kinerja tradisional semacam ini kurang tepat

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

Kandungan logam Pb, Cd dan Hg dalam sampel krim pemutih wajah (krim siang dan malam) sebagian besar di atas ambang batas yang telah ditetapkan oleh peraturan Badan Pengawas

Penampang tahanan jenis J-21 pada Gambar 7 terlihat bahwa ketebalan Formasi Genteng yang tersusun atas batupasir tufaan secara umum memiliki dengan ketebalan

Studi yang telah memasuki tahun ke-14 ini mengukur kepuasan pemilik kendaraan baru terhadap proses layanan purna jual dengan menganalisa kinerja dealer dalam lima faktor:

Hal ini terlihat dari hasil waktu respon query yang lebih cepat pada tabel yang diletakkan pada file fisik yang berbeda dibandingkan dengan waktu respon query pada tabel