• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONSTRUKSI TATA KELOLA SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL. Saptono Nugrohadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REKONSTRUKSI TATA KELOLA SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL. Saptono Nugrohadi"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

REKONSTRUKSI TATA KELOLA SEKOLAH

SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN

LOKAL

Saptono Nugrohadi

Satya Wacana University Press 2016

(2)

ii

Katalo

Katalog Dalam Terbitan

371.2

Nug Nugrohadi, Saptono

r Rekonstruksi Tata Kelola Sekolah Sebagai Upaya Pengembangan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal / Saptono Nugrohadi.-- Salatiga : Satya Wacana University Press, 2016.

xxvi, 343p. ; 24 cm. ISBN 978-602-1047-45-3

1. Schools--Administration 2. Education--Curricula 3. Curriculum planning I. Title

Katalog dalam Terbitan

© Saptono Nugrohadi

All rights reserved. Saved exception stated by the law, no part of this publication may be reduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or by any means electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.

Diterbitkan oleh

Satya Wacana University Press Universitas Kristen Satya Wacana Jln. Diponegoro No. 52-60 Salatiga 50711 Telp (0298) 321212 ext. 229 Fax (0298) 311995

(3)

REKONSTRUKSI TATA KELOLA SEKOLAH

SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN

LOKAL

Saptono Nugrohadi

Satya Wacana University Press 2016

(4)

iv

Promotor

Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM Ko Promotor

Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc Prof. Dr. Slameto, M.Pd Penguji

Prof. Daniel D. Kameo, SE, MA, Ph.D Dr. Pamerdi Giri Wiloso, M.Si

(5)

Katalo

Katalog Dalam Terbitan

371.2

Nug Nugrohadi, Saptono

r Rekonstruksi Tata Kelola Sekolah Sebagai Upaya Pengembangan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal / Saptono Nugrohadi.-- Salatiga : Satya Wacana University Press, 2016.

xxvi, 343p. ; 24 cm. ISBN 978-602-1047-45-3

1. Schools--Administration 2. Education--Curricula 3. Curriculum planning I. Title

Katalog dalam Terbitan

© Saptono Nugrohadi

All rights reserved. Saved exception stated by the law, no part of this publication may be reduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or by any means electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.

Diterbitkan oleh

Satya Wacana University Press Universitas Kristen Satya Wacana Jln. Diponegoro No. 52-60 Salatiga 50711 Telp (0298) 321212 ext. 229 Fax (0298) 311995

(6)

iii

Universitas Kristen Satya Wacana

REKONSTRUKSI TATA KELOLA SEKOLAH

SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN

LOKAL

DISERTASI

Diajukan untuk memperoleh gelar Doktor

di Universitas Kristen Satya Wacana.

Disertasi ini telah dipertahankan dalam ujian terbuka

Program Pascasarjana Doktor Studi Pembangunan

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga,

Yang dipimpin oleh Rektor Magnificus:

Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D

pada hari Jumat, 20 Mei 2016, pukul 10.00 WIB

di Universitas Kristen Satya Wacana

Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga

Oleh:

Saptono Nugrohadi

Lahir di Salatiga, Jawa Tengah

(7)

Promotor

Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM Ko Promotor

Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc Prof. Dr. Slameto, M.Pd Penguji

Prof. Daniel D. Kameo, SE, MA, Ph.D Dr. Pamerdi Giri Wiloso, M.Si

(8)

v

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xi

Daftar Istilah ... xii

Kata Pengantar ... xix

Abstract ... xxv

Bab I Pendahuluan ... 1

Latar Belakang Masalah ... 1

Pentingnya Pendidikan dalam Pembangunan ... 2

Perlunya Penelitian PBKL ... 4

Perlunya Penelitian Tata Kelola Sekolah ... 9

Perumusan Masalah ... 12

Tujuan Penelitian ... 13

Kegunaan Hasil Penelitian ... 13

Penegasan Istilah ... 14

Penegasan Istilah Secara Konseptual ... 14

Penegasan Istilah Secara Operasional... 15

Gambaran Isi Disertasi ... 16

Bab II Telaah Pustaka ... 21

Kondisi Pendidikan Indonesia ... 21

Benang Kusut Pendidikan Indonesia ... 27

Peran Negara dalam Pendidikan ... 36

Keunggulan Lokal Indonesia ... 37

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal... 39

Potensi Sumber Daya Alam ... 40

Potensi Sumber Daya Manusia ... 41

(9)

Potensi Budaya ... 43

Potensi Sejarah ... 44

Model Tata Kelola Sekolah ... 45

Prinsip-prinsip Tata Kelola ... 48

Keadilan (fairness) ... 51

Transparansi (transparency) ... 52

Akuntabilitas (accountable) ... 53

Partisipasi (participation) ... 55

Tata Kelola Sekolah sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 58

Orisinalitas Penelitian ... 62 Kerangka Berpikir ... 70 Bab III Metode Penelitian ... 73 Pendekatan Penelitian ... 73 Rancangan Penelitian ... 75 Lokasi Penelitian ... 76 Kehadiran Peneliti ... 77

Data, Sumber Data dan Instrumen Penelitian ... 78

Data Penelitian ... 78

Sumber Data ... 79

Teknik Pengumpulan Data ... 80

Wawancara ... 81

Observasi Partisipan ... 82

Studi Dokumentasi ... 83

Teknik Analisis Data ... 83

Pemeriksaan Keabsahan Data ... 86

Tahapan Penelitian ... 88

Bab IV Profil Objek Penelitian ... 91

Beberapa Versi PBKL ... 91

PBKL Versi Kota Salatiga ... 92

Pengelolaan Ketenagaan ... 98

(10)

vii

Hubungan Sekolah dengan Masyarakat ... 104

Rangkuman ... 107

Bab V Sistem Tata Kelola Sekolah Sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 109

Kebijakan Agrobisnis sebagai Upaya Pengembangan PBKL... 109

Tata Kelola Sekolah sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 119

Evaluasi Program Upaya Pengembangan PBKL ... 125

Pengembangan Kurikulum ... 128

Pengelolaan Sarana Pengembangan PBKL ... 135

Rangkuman ... 137

Bab VI Hambatan Tata Kelola Sekolah Upaya Pengembangan PBKL ... 139

Keterlibatan Warga Sekolah ... 139

Sarana Prasarana Sekolah ... 142

Peran Negara ... 145

Rangkuman ... 149

Bab VII Rekonstruksi Model Tata Kelola Sekolah yang Baik Sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 151

Filosofi PBKL... 152

Aktor PBKL ... 154

Otonomi ... 158

Berbasis Keunggulan Lokal ... 160

Mandiri ... 162

Kerangka Pikir PBKL ... 163

Komponen PBKL ... 172

Tahapan PBKL... 180

Sistem Penyelenggaraan PBKL... 192

Supervisi dan Evaluasi PBKL ... 202

Model Tata Kelola Sekolah yang Baik sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 206

(11)

Bab VIII

Penutup ... 217

Kesimpulan ... 217

Sistem Tata Kelola Sekolah sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 217

Hambatan Tata Kelola Sekolah sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 221

Tata Kelola Sekolah yang Baik sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 224

Implikasi Teori ... 227

Penelitian di Masa Mendatang ... 229

Implikasi Praktis ... 230

Kemdikbud ... 231

Sekolah ... 232

Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota ... 233

Dinas Pendidikan Provinsi ... 234

Pemangku Kepentingan (stakeholders) Lainnya ... 235

Daftar Pustaka ... 237

Indeks ... 251

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Mengenai Tata Kelola ... 63

Tabel 2.2 Penelitian Mengenai Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal ... 65

Tabel 2.3 Penelitian Mengenai Kebijakan Pendidikan ... 68

Tabel 3.1 Objek Observasi ... 82

Tabel 4.1 Data Nilai UN SMA Kristen 1 Salatiga ... 95

Tabel 4.2 Kelulusan Siswa SMA Kristen 1 Salatiga ... 96

Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMA Kristen 1 Salatiga ... 96

Tabel 4.4 Karyawan SMA Kristen 1 Salatiga ... 98

Tabel 4.5 Jumlah Pelatihan Guru dan Karyawan SMA Kristen 1 Salatiga... 97

Tabel 4.6 Pendanaan SMA Kristen 1 Salatiga per Juni 2014 ... 100

Tabel 4.7 Sumbangan Orang tua Siswa SMA Kristen 1 Salatiga per Juni 2014 ... 101

Tabel 4.8 Persentase Aktivitas Guru dalam Kelas SMA Kristen 1 Salatiga... 102

Tabel 4.9 Profil Kepemimpinan SMA Kristen 1 Salatiga dalam Angka ... 103

Tabel 5.1 Agrobisnis dalam Struktur Kurikulum SMA Kristen 1 Salatiga... 131

Tabel 7.1 Kompetensi Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal... 165

Tabel 7.2 Contoh Pemetaan Gagasan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal ... 167

Tabel 7.3 Contoh Pengembangan Silabus Berbasis Keunggulan Lokal ... 176

Tabel 7.4 Contoh Analisis Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 178

Tabel 7.5 Contoh Pemetaan Gagasan PBKL dan Sarana Kompetensi ... 182

Tabel 7.6 Contoh Identifikasi Keunggulan Lokal Kota Salatiga dan Relevansinya dengan Tema PBKL ... 184

(13)

Tabel 7.7 Contoh Rekonstruksi Visi Sekolah dalam Tata Sekolah sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 187 Tabel 7.8 Contoh Rekonstruksi Misi Sekolah dalam Tata Sekolah

sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 187 Tabel 7.9 Contoh Rekonstruksi Tujuan Sekolah dalam Tata Kelola

Sekolah sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 188 Tabel 7.10 Contoh Analisis Konteks Sumber Daya Sekolah ... 190 Tabel 7.11 Rekonstruksi Indikator dan Alat Ukur Prinsip Keadilan

dalam Tata Kelola Sekolah yang Baik sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 208 Tabel 7.12 Rekonstruksi Indikator dan Alat Ukur Prinsip

Akuntabilitas dalam Tata Kelola Sekolah yang Baik sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 210 Tabel 7.13 Rekonstruksi Indikator dan Alat Ukur Prinsip Partisipasi

dalam Tata Kelola Sekolah yang Baik sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 212 Tabel 7.14 Indikator dan Alat Ukur Prinsip Transparansi dalam Tata

Kelola Sekolah yang Baik sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 214

(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 16

Gambar 3.1 Kegiatan Analisis Data ... 84

Gambar 3.2 Langkah-langkah Analisis Data Kasus Tunggal ... 84

Gambar 3.3 Teknik Analisis Data... 85

Gambar 4.1 PBKL Berbagai Daerah di Indonesia ... 91

Gambar 4.2 Lingkungan Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga ... 93

Gambar 4.3 Lingkungan Pembelajaran SMA Kristen 1 Salatiga ... 104

Gambar 5.1 Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Agrobisnis ... 127

Gambar 5.2 Hasil Panen Siswa dalam Agrobisnis ... 130

Gambar 6.1 Sarana Prasarana Pembelajaran Agrobisnis ... 145

Gambar 7.1 Aksiologi Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal ... 169

Gambar 7.2 Aksiologi Tata Kelola Sekolah yang Baik sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 171

Gambar 7.3 Sistem Tata Kelola Sekolah sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 174

Gambar 7.4 Epistemologi Tata Kelola Sekolah yang Baik sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 196

Gambar 7.5 Dasar Ontologi Tata Kelola Sekolah yang Baik sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 203

Gambar 8.1 Skema Interrelasi Standar Nasional Pendidikan dalam Pengembangan PBKL ... 219

Gambar 8.2 Skema Interaksi Pemerintah, Masyarakat dan Sekolah . 225 Gambar 8.3 Skema Rekonstruksi Model Tata Kelola Sekolah yang Baik sebagai Upaya Pengembangan PBKL ... 226

(15)

DAFTAR ISTILAH

Adil adalah memperlakukan sama atau tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Persamaan yang dimaksud di sini adalah persamaan dalam hak. Adil juga sering diartikan menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya. Lawannya adalah zhalim.

Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan.

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah yang selanjutnya disebut BAN-S/M adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain.

Departemen adalah departemen atau kementrian yang menangani urusan pemerintahan dalam bidang pendidikan nasional.

Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur masyarakat yang peduli pendidikan.

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan

(16)

xiii

pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

Gaji adalah hak yang diterima oleh Guru atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Tetap adalah Guru yang diangkat oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan untuk jangka waktu paling singkat 2 (dua) tahun secara terus menerus, dan tercatat pada satuan administrasi.

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Karyawan sekolah adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan disekolah.

Keunggulan lokal adalah gagasan-gagasan lokal yang bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat meliputi keunggulan SDA, keunggulan SDM, sejarah, geografi, budaya dan potensi lain.

Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

(17)

Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh Guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Masyarakat adalah kelompok Warga Negara Indonesia non pemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia non Pemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan nasional.

Negara adalah organisasi di wilayah RI yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.

Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh Guru untuk mengembangkan profesionalitas Guru.

Partisipasi adalah proses warga sekolah dan masyarakat terlibat aktif, baik secara individual maupun secara kolektif, langsung maupun tidak langsung, dalam pengambilan keputusan maupun pembuatan kebijakan sekolah.

Pembangunan adalah perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang terencana.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

Pemerintah daerah adalah Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, atau Pemerintah Kota.

(18)

xv

Pemutusan Hubungan Kerja atau Pemberhentian Kerja adalah pengakhiran Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama Guru karena suatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara Guru dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundangundangan.

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah sekolah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan keunggulan kompetitif dan/atau komparatif daerah.

Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan Pendidikan Dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

(19)

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapatdilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.

Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.

Perjanjian kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama adalah perjanjian tertulis antara Guru dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Rekonstruksi adalah usaha untuk menyusun kembali.

Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Sekolah adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada Guru sebagai tenaga profesional.

(20)

xvii

Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Sekolah menengah atas yang selanjutnya disingkat SMA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan bersifat formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber

(21)

belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

Supervisi adalah bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal, dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan.

Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana.

Tata kelola sekolah adalah sebuah upaya yang ditujukan untuk mencapai keadaan good school governance atau tata kelola sekolah yang baik.

Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Transparansi adalah keadaan dimana sertiap pihak yang terkait dengan kepentingan sekolah dapat mengetahui proses dan hasil pengambilan keputusan dan kebijakan PBKL.

Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Warga negara adalah Warga Negara Indonesia baik yang tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(22)

xix

KATA PENGANTAR

Saptono kecil (begitu saya biasa disapa sebagai anak laki-laki yang tidak percaya diri) menangis. Sebab ujian akhir hanya tinggal menghitung hari, sayangnya buku-buku penunjang ujian belum ada di tangan. Kehidupan keluarga besar kami dengan keterbatasan ekonomi memang menjadi kendala utama bagi saya dan 8 saudara lainnya untuk menikmati sekolah. Kejadian tersebut sudah biasa terjadi sejak saya duduk dibangku SD. Ayah saya bapak Y Soemardi, seorang pensiunan tentara. Sewajarnya tak bisa banyak mengumpulkan uang. Sementara ibu saya, bu Sri Hadiyah, hanyalah ibu rumah tangga yang baik.

Sedangkan saya adalah seorang hamba Allah SWT yang “dhaif” sebagai guru mata pelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Kota Salatiga yang mendapatkan kesempatan belajar sampai ke jenjang Doktoral. Sebuah kesempatan yang sebelumnya tidak berani penulis impikan, karena keterbatasan dari IQ penulis dan keterbatasan dana. Namun Allah SWT berkehendak lain. Tuhan mengabulkan permohonan dan doa penulis untuk memperoleh Beasiswa Unggulan jenjang Doktoral atau S3 dari BPKLN Kemendikbud RI di Pascasarjana UKSW Kota Salatiga.

Perjalanan penulisan disertasi ini sendiri sangat panjang karena beberapa kali ganti topik penelitian dan berganti promotor. Selain itu disertasi ini adalah “saksi” akan indahnya kisah perjalanan karir fungsional penulis dilautan Disdikpora Kota Salatiga. Semoga dengan ijin Allah SWT setelah menyelesaikan studi S3 ini, nantinya penulis akan mendapatkan kesempatan untuk bersandar dibandar pelabuhan yang tenang, bersih nan indah. Aamiin YRA.

Disertasi ini merupakan hasil penelitian lapangan mengenai tata kelola sekolah sebagai upaya pengembangan PBKL (Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal). PBKL adalah harapan peningkatan mutu Sistem Pendidikan Nasional sejak tahun 2007. PBKL sebenarnya sangat baik dan sudah lama dilaksanakan. Di Indonesia sendiri prinsip-prinsip pelaksanaan PBKL sebenarnya bukanlah hal yang baru karena telah lama dilaksanakan didalam sistem pendidikan kita.

(23)

Inti dari PBKL adalah usaha sadar yang terencana melalui penggalian dan pemanfaatan potensi daerah setempat secara arif dalam upaya mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki keahlian, pengetahuan dan sikap dalam upaya ikut serta membangun bangsa dan negara. Lahirnya PBKL didalam era otonomi sejalan dengan proses demokratisasi masyarakat Indonesia.

Disertasi ini membelalakkan mata kita tentang kelemahan-kelemahan tata kelola sekolah Indonesia sebagai upaya pengembangan PBKL. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah keterbatasan sarana prasarana PBKL, peran negara yang dominan dalam „bongkar pasang‟ kebijakan pendidikan (termasuk kurikulum) dan rendahnya partisipasi warga sekolah dalam tata kelola sekolah sebagai upaya pengembangan PBKL. Disertasi ini menunjukkan kita tentang tata kelola sekolah yang baik sebagai upaya pengembangan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Sebuah tata kelola sekolah yang baik yang seharusnya ada di Republik Indonesia yang usianya memasuki 71 tahun.

Banyak pihak telah berjasa dalam penulisan disertasi yang disajikan dalam bentuk buku ini. Dengan penuh ucapan puji syukur dan dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM, selaku Promotor yang senantiasa memberikan saran dan masukan perbaikan dengan tidak mengenal lelah. Riset, riset riset dan konstelasi, begitu selalu pesan beliau. Dengan penuh kesabaran, beliau menjelaskan kepada penulis tentang substansi maupun metodologi penelitian. Sikap beliau yang senantiasa membimbing dengan penuh kerendahan hati ini mampu menumbuhkan percaya diri pada penulis didalam menyelesaikan disertasi. Demikian juga kepada Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc., sebagai Ko Promotor I yang meneladani penulis bagaimana harus bersikap sebagai motivator, karenanya penulis merasa nyaman selama berkonsultasi dengan beliau. Sebagai Ko Promotor II Prof. Dr. Slameto, M.Pd., sangat menghargai bimbingannya dengan masukan yang dilontarkan dengan tutur bahasa yang komunikatif dan dialogis.

(24)

xxi

Bahkan bersedia menjawab telepon ataupun sms kepada mahasiswa bimbingannya untuk memberi masukan disertasi.

Terima kasih kepada Prof. Daniel D. Kameo, SE, MA, Ph.D, dan Dr. Pamerdi Giri Wiloso, M.Si selaku penguji yang tajam dengan pertanyaan dan pernyataan penting dalam keramahtamahan melekat, bahkan terus menunjukkan kepada penulis buku-buku yang akan dapat penulis pergunakan untuk kajian teori disertasi ini. Bapak Marthen Ndoen, SE. MA. Ph.D, Ketua Program Studi DSP, yang bersedia memberi support dalam penulisan disertasi penulis. Meskipun banyak kegiatan dan kesibukan beliau tetapi bersedia meluangkan waktu untuk diskusi dengan penulis demi mempertajam isi disertasi. Kepada Dr. Darmaputera Palekahelu, M.Pd., sebagai penguji yang memberikan materi yang sangat berharga karena kekritisan beliau dan sikap yang tenang dan penuh pengertian.

Setulus hati ucapan terimakasih penulis tujukan kepada para dosen-dosen yang memberikan “bekal” kepada penulis, selama penulis menimba ilmu di program DSP. Mereka adalah : Prof. Dr. Ir. Liek Wilardjo M.Sc. Ph.D. D.Sc, Prof. Kris Timotius, Ir. Ferry F. Karwur. M.Sc. Ph.D, Dr. Surya Trihandaru, Dr. Soegeng Hardiyanto, Dr. David Samiyono, MTS., MSLS., Dr. Marwata, Prof. Dr. Ir. Haryono Semangun, Dr. Ir. Martanto. Tidak lupa, teman-teman mahasiswa Pascasarjana DSP UKSW, saya berterimakasih atas relasi kita, candaan dan kesediaan untuk saling tolong yang begitu berharga. Ucapan terimakasih yang sangat mendalam penulis sampaikan kepada Mbak Ayu dan mbak Raras DSP Pasacasarjana UKSW atas bantuannya.

Ucapan terima kasih yang tulus terlebih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terutama BPKLN dan BKD Salatiga atas penganugerahan beasiswa. Terima kasih kepada Walikota Salatiga yang telah memberikan kesempatan studi lanjut, DPRD Kota Salatiga, kepada bapak Drs. Agus Rudianto, MM., selaku Sekretaris Daerah Kota Salatiga, Kepala BKD, Kepala Disdikpora beserta Sekdin, Pengawas, Kabid Kasi dan staf. Atas diskusi yang konstruktif penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap dosen Manajemen Pendidikan Pascasarjana UNNES.

(25)

Terima kasih kepada teman-teman lain di Disdikpora Salatiga, bapak Untung, bapak Budianto dkk., yang terlibat penuh didalam proses kuliah penulis, bahkan mulai perijinan studi lanjut penulis. Terima kasih kepada Ibu Inti, Msi., Ibu Tatik dkk yang setiap bertemu dengan penulis senantiasa selalu berkenan menyapa dan menanyakan perkembangan studi penulis, sehingga penulis merasa ada saudara yang senantiasa memperhatikan. Ucapan terimakasih yang sangat mendalam penulis haturkan kepada bapak Dr. Abe Susanto (Undip), ibu Dr. Unifah Rosyidi (UNJ), bapak Widadi, SH Ketua Pengurus PGRI Provinsi Jawa Tengah, dan Rektor UPGRIS Dr. Muhdi, SH., M.Hum. beserta jajarannya yang selalu memberi semangat. Terima kasih juga bapak Bani, ibu Arin, mbak Ulis, mas Yudi, mas Widi, mas Taufik, di Posko Guru Jawa Tengah dan tidak lupa awak majalah Derap Guru, mas Agus, mas Pur, mas Witono dkk.

Kepada ibu Dra. Kriswinarti sebagai kepala sekolah beserta staf yaitu pak Wisnu, pak Yusuf, pak Pur, ibu Handita, dan Drs. Martono, M. Far dkk selaku komite beserta seluruh guru karyawan SMA Kristen 1 Salatiga dengan penuh suka cita memberikan bantuan material dan spiritual yang tentunya teramat sangat bermanfaat bagi penulis terutama selama penelitian ini berlangsung. Demikian juga kepada ibu Wara Sumengkar, S.P., guru pelaku proses pembelajaran Agrobisnis sekaligus aktor upaya pengembangan PBKL di SMA Kristen 1 Salatiga. Para siswa siswi nara sumber yang dengan ketulusan hati berkenan berbagi informasi tentang Agrobisnis sekaligus menerima penulis sebagai saudara selama penulis melakukan penelitian.

Disertasi ini akan terasa hambar jika tidak ada gambar dan video, untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada pak Sugeng dan guru karyawan serta para siswa SMK PGRI 3 Kota Salatiga yang bersedia memproduksi film dokumen dalam melengkapi disertasi ini. Mereka adalah Ahmad Dani Afrisa dkk dengan dedikasi yang tinggi dan tanggungjawab terhadap hasil video yang diproduksi. Bantuan dan budi baik kalian sangat berharga bagi penulis. Buku disertasi ini terwujud karena dukungan dan pengorbanan yang sangat besar dari keluarga tercinta.

(26)

xxiii

Istri yang memotivasi suami meskipun sebenarnya juga berhak untuk mendapatkan kesempatan studi lanjut, tetapi memilih mengalah mendahulukan suaminya. Istri yang bangga tatkala suaminya maju, terimakasih yang sangat besar penulis ucapkan kepada Dwi Endang, SE. Tidak lupa atas pengorbanan anak-anakku yang sering kehilangan hak untuk bercengkrama dengan sang bapak, karena kesibukan penulis dalam menyelesaikan disertasi ini. Terimakasih mas Dail Umamil Asri dan mbak Iswatun Chasanah. Bapak senantiasa sayang dan bangga dengan kalian.

Terimakasih juga kepada orang tua penulis yang telah memberikan teladan nyata dalam hal bekerja keras untuk mencapai sebuah tujuan. Terpateri betul dalam ingatan, pesan dan wasiat dari almarhumah ibunda penulis yang selalu mengatakan “...karena kita miskin dan tidak terlahir sebagai orang pintar, maka bukan berarti kita harus menenggelamkan diri dengan rendah diri dan tidak bersemangat. Kita harus yakin, bahwa orang yang terlahir dengan kondisi sekurang apapun pasti memiliki jalan keluar untuk mengantisipasi kekurangan yang dimiliki”. Sekarang ini sayalah orang tidak terlahir pintar itu. Yah, meski terlahir tidak pintar maka hidup ini harus kita lalui dengan segala kerendahan hati, kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas agar dapat hidup sejajar kemudian bersaing sehat dengan orang yang terlahir jenius dan hidup berkecukupan. Terimakasih kepada kakakku dan adik-adikku, om Iis, bulek Ani semua keponakan Mega, Dian, Ayu yang berdoa agar lancar studi penulis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh civitas akademika SMA Negeri 3 Salatiga dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Tidak ada gading yang tidak retak. Apa yang saya ungkapkan, mungkin saja bersifat subyektif, karena didasarkan pada titik pandang, falsafah dan keyakinan yang saya anut serta pengalaman pribadi (sebagai tim nasional penilai sekolah PBKL dilingkungan Kemdikbud RI). Penulis menyadari bahwa “subyektifitas” dan “obyektifitas” adalah problema yang akan abadi dalam filsafat ilmu pengetahuan, yang telah diperdebatkan berabad-abad lamanya dan tak kunjung selesai.

(27)

Namun apa yang penulis ungkapkan, tetaplah penulis dasarkan atas niat dan iktikad baik, agar kita semua dapat mencari alternatif yang kita anggap terbaik, yang selanjutnya mungkin akan menuntun sikap batin, sikap intelektual dan mungkin pula tindakan nyata sebagai upaya kita dalam mengembangkan PBKL. Sehingga manakala terdapat kesalahan dalam isi maupun “lay out” buku ini, dengan kerendahan hati penulis bersedia menerima saran perbaikan dan kritik yang konstruktif untuk penyempurnaannya.

Semoga buku disertasi yang sangat sederhana ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan ilmu terutama terkait dengan tata kelola sekolah yang baik sebagai upaya pengembangan PBKL. Akhirnya perkenankan penulis memohon ijin untuk menyadur beberapa ajaran dibawah ini, demikian

Ingatlah:

Pusaka kebajikan adalah merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah, dan merahasiakan sodaqah... [HR. AthThabrani]

Lupakan :

Mencari jalan untuk membuat diri kita terlihat bagus. Sebaliknya, carilah jalan untuk membuat orang lain terlihat bagus...[Maxwell]

Sehingga

Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan...[Robert F. Kennedy]

Salatiga, 4 April 2016

(28)

xxv

ABSTRACT

Development is an effort towards a better change like other developed countries through the activities planned and programmed. However Indonesia development has reduced the local wisdom. Adaptation and adoption of the national school curriculum from developed countries that marginalize local advantages are not able to effectively contribute to the efforts to increase Indonesian. Therefore school governance as an effort to develop a local wisdom based education (PBKL) worth doing. The study focuses on of this study were (1) How does the system of school governance (ie policy includes objectives and orientation PBKL, curriculum development and management of school facilities) is used as an effort to develop a local wisdom based education (PBKL)? (2) What are the obstacles encountered in the implementation of school governance as an effort to develop a local wisdom based education (PBKL)? and (3) How good school governance is as an effort to develop a local wisdom based education (PBKL)?

This study uses a case study design. The method used is descriptive qualitative method and designed carefully about school governance as an effort to develop a local wisdom based education (PBKL). Research conducted at the SMA Kristen 1 Salatiga. The school was selected as the object of the research as it meets nearly the eight National Education Standards (SNP) that includes standard of content, standard of passing-grade competences, standard of process, standard of evaluation, standard of teachers/educators and education staff, standard of means and infrastructure, standard of management, and standard of cost and financing. Data collection techniques and information related to school governance as an effort to develop a local wisdom based education (PBKL) in this study use three techniques: (1) in-depth interviews; (2) participant observation; and (3) study documentation. Data analysis included single site data analysis uses the technique of data reduction, data presentation and conclusion. Furthermore, research results are grouped into three groups according to their research focus.

The results showed (1) the school governance system is used as an effort to develop a system to regulate PBKL policy-making (ie, target and orientation PBKL), curriculum development, and management of infrastructure.

The target development efforts of PBKL at SMA Kristen 1 Kota Salatiga is to fulfill the minimum criteria for the national education system

(29)

which is also called the attainment of the eight SNPs (National Education Standards).

The orientation of development efforts of PBKL SMA Kristen 1 Salatiga is to form students who have noble behavior, independent mind, creative, have the knowledge and skill in engineering as well as the cultivation of ornamental plants, fruits and organic vegetables. To realize those, SMA Kristen 1 Salatiga develops a curriculum with the addition of 2 hours of lessons in the curriculum structure to teach Agribusiness. Management of facilities associated with the Agribusiness as an effort to develop a local wisdom based education (PBKL) at SMA Kristen 1 Salatiga, includes providing a practical tool, green house, provision of cultivated land and its maintenance; (2) the implementation of good school governance in SMA Kristen 1 Salatiga has been greatly hindered by three primary problems, they are: a) participation of the school community, b) dominant role of the State, and c) inadequate means and facilities for PBKL; (3) school governance as an effort to develop a local wisdom based education (PBKL) is a good school management, good implementation and good school administration. It aims to be able to increase the involvement of the school community, manage facilities for PBKL effectively and address the dominant role of the state in effort to develop a local wisdom based education (PBKL).

There are four principles of good school governance as an effort to develop a local wisdom based education (PBKL), they are: a) fairness, b) participation, c) transparency, and d) accountability. The four principles are very closely connected and influence each other. Each of these principles is the necessary instruments to achieve the principles of the others, and all four principles are instruments needed to achieve good school governance.

Keywords: Good School Governance, Local Wisdom-Based Education, Fairness, Participation, Accountability, Transparency

Gambar

Tabel 7.7  Contoh Rekonstruksi Visi Sekolah dalam Tata Sekolah  sebagai Upaya Pengembangan PBKL .............................

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar

Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang

(29) Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang