• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN

MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS

KELAMIN

Ditya Ardi Nugroho, Tri Dayakisni, dan Yuni Nurhamida Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

dyeet_yaa@yahoo.com

Self disclosure merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab kepada orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan self disclosure terhadap pasangan melalui media facebook di tinjau dari jenis kelamin. Desain yang digunakan adalah desain deskriptif kuantitatif dan menggunakan skala self disclosure. Jumlah subyek 60 orang, usia 16 – 18 tahun, kelas X. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self disclosure melalui media facebook ditinjau dari jenis kelamin. Self disclosure pada perempuan lebih tinggi daripada self disclosure laki – laki. Perbedaan dari kedua kelompok sangat signifikan.

Kata Kunci : Self disclosure, Jenis kelamin, Facebook

Self disclosure is an activity shared feelings and intimate information with others. The purpose of this research is to know the difference between self disclosure the partner through medium of facebook in the review of gender. The design used is quantitative descriptive using the design scale of self-disclosure. The number of the subject of 60 people, age 16 – 18 years, class X. The results of this research show that there are differences in self disclosure through the medium of facebook in terms of gender. Self disclosure on women is higher than men's self disclosure. He difference of the two subjects are very significant.

Keywords: Self disclosure, Gender, Facebook

Manusia merupakan makhluk dinamis yang terus mengalami

perkembangan dan perubahan. Selama masa perkembangan hidupnya manusia diharapkan memenuhi tugas-tugas perkembangan sesuai tahapannya. Masa dewasa muda merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu yang telah melewati masa remaja dan kini akan memasuki tahap pencapaian kedewasaan dengan segala tantangan yang lebih beragam bentuknya. Tugas perkembangan dewasa muda berkisar pada pembinaan hubungan intim dengan orang lain, terutama hubungan intim dengan lawan jenis, yang ditandai dengan saling mengenal pribadi seseorang baik kekurangan ataupun kelebihan masing-masing individu yang dilanjutkan dengan berpacaran. Biasanya pacaran sudah dimulai sejak dewasa muda yang berada pada usia 16 tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola hidup yang baru dan harapan

(2)

2

sosial yang baru pula. Pria lebih menguasai kemampuan verbal seperti bercerita, bercanda dan berceramah tentang informasi, sedangkan wanita lebih menyenangi percakapan pribadi. Adapun hasil penelitian oleh Ray Birdwhistell dari University of Pensyllvania yang menyatakan bahwa hanya sekitar 30-35% komunikasi manusia menggunakan pesan verbal, sisanya 65-70% menggunakan pesan atau cara-cara non verbal (Mulyana, 2007). Artinya, manusia berkomunikasi secara verbal sangat terbatas. Angka presentasi yang hanya 35% menyebabkan kurangnya komunikasi melalui kata-kata dibandingkan dengan berkomunikasi secara verbal. Data terbaru Internet World Stats (IWS) adalah per 30 Juni 2012, yakni 55 juta atau 22,1 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Total jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 adalah 248.645.008 jiwa. Belum tersedia data pengguna internet atau internet user tahun 2013 dari IWS. Menurut data IWS, per 31 Desember 2012, jumlah pengguna Facebook di Indonesia mencapai 51 juta. Persisnya, 51.096.860 Facebook users atau meningkat dari data sebelumnya 42 juta. Sedangkan Jumlah pengguna Twitter di Indonesia mencapai 19,5 juta berdasarkan data per April 2012.

Pacar adalah kekasih atau orang yang dicintai atau orang yang dikasihi (Kamisa, 1997). Pacaran adalah hubungan pertemanan antar lawan jenis yang diwarnai keintiman. Keduanya terlibat dalam perasaan cinta dan saling mengakui pasangan sebagai pacar (Mulamawitri, 2003).

Menurut DeGenova & Rice (2005) pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika.

Self dislosure adalah salah satu kajian penting dalam ilmu komunikasi yang memberikan catatan khusus akan adanya unsur keterbukaan dalam menciptakan komunikasi yang efektif dan baik. Bisa dikatakan inti dalam mengembangkan dan memelihara hubungan dalam situs pertemanan ini adalah adanya keterbukaan. Dalam berkomunikasi dengan sesamanya, remaja pada dasarnya melakukan pengungka- pan diri. Namun, pengungkapan diri tersebut, mungkin baru saja sampai pada sisi-sisi terluar dari dirinya. Ketika situasi komunikasi antarpribadi terbentuk dan remaja berkeinginan mempengaruhi jalannya komunikasi, pengungkapan diri pun berlangsung. Apalagi komunikasi antar pribadi itu merupakan komunikasi di antara dua orang yang sudah akrab maka pengungkapan diri itu akan berlangsung hingga bisa tersingkapkan bagian-bagian diri yang terdalam. Berkaitan dengan situasi komunikasi antar pribadi dan pengungkapan diri yang berlangsung karena keakraban di antara para remaja. Oleh karena itu, banyak yang mengungkapkan diri untuk membangun keakraban dalam kelompok atau dalam upaya mengatasi konflik. Salah satu pihak yang terlibat konflik berusaha melakukan pengungkapan diri dan mengajak lawan koniknya untuk melakukan hal yang serupa.

(3)

3

Selanjutnya, bisa dibangun saling percaya dan akhirnya saling membuka diri sehingga komunikasi bisa berlangsung. Terjadilah pertukaran gaul, pertukaran kata,pertukaran pikiran, dan pertukaran hati. Terbangunnya relasi yang positif di antara pihak-pihak yang terlibat menjadi dasar terbangunnya komunikasi antar pribadi yang positif melalui pengungkapan diri. Menurut Morton(dalam Dayakisni, 2003) pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain.

Meskipun self disclosure atau pengungkapan diri menjadi elemen utama dalam suatu hubungan namun terdapat perbedaan pengungkapan diri antara wanita dan pria. Perbedaan pengungkapan diri antara pria dan wanita menurut Jourard (1964) terjadi karena adanya harapan yang berbeda terhadap pria dan wanita. Harapan bagi pria untuk tampak lebih kuat, objektif, kerja keras, dan tidak emosional dapat menghambat pengungkapan diri pada pria, sedangkan harapan bagi wanita untuk mampu menolong dan menyenangkan orang lain dapat meningkatkan pengungkapan diri pada wanita. Nilai-nilai yang ditanamkan di masyarakat sering kali dirasakan sebagai hambatan bagi kaum pria untuk mengungkapkan diri. Hambatan dalam mengungkapkan diri juga disebabkan karena adanya rasa malu untuk berterus terang tentang perasaan, keinginan dan hal-hal yang tidak baik bila diketahui orang lain. Kesulitan dalam mengungkapkan diri terjadi karena penyampaian informasi negatif dapat menganggu hubungan dengan orang lain meskipun sebenarnya perlu disampaikan kepada orang lain (Papu 2002).

Kekhawatiran untuk membuka diri kepada orang lain berkaitan dengan resiko yang akan diterima, misalnya bila kelemahannya diketahui oleh orang lain. Hambatan dalam mengungkapkan diri juga berkaitan dengan rasa aman dan percaya pada diri sendiri. Rasa aman akan tercapai bila seseorang percaya dan memiliki pikiran positif bahwa orang lain tidak akan merendahkan dirinya setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya. pengungkapan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dalam berbagai media. Semenjak semakin berkembangnya teknologi saat ini, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa perkembangan teknologi juga berdampak pada sistem komunikasi termasuk didalamnya pengungkapan diri.

Pertumbuhan yang sangat signifikan dalam penggunaan situs jejaring social beberapa tahun terakhir membawa banyak perubahan baru di masyarakat. Situs-situs pertemanan online dipenuhi dengan orang-orang yang berusaha untuk menciptakan profil sedemikian rupa dan membangun jaringan pribadi yang menghubungkan dirinya kepada pengguna lainnya, dari sekelompok kecil komunitas online hingga pada jaringan yang tidak terbatas. Facebook dalam hal ini mewakili fenomena penggunaan situs jejaring sosial di seluruh dunia. Keberadaan facebook tidak pernah membatasi penggunanya, baik laki-laki atau perempuan.

(4)

4

Facebook adalah situs jaringan sosial dimana penggunanya bisa saling berinteraksi, kirim mengirim pesan, bertemu dan memelihara persahabatan dengan teman lama, mencari teman baru, chating, bermain bersama, berbagi file dan foto, mencari partner bisnis (melancarkan bisnis/promosi), bermain game online bersama teman, dan sebagainya. Fitur – fitur yang terdapat pada facebook itu dijadikan sarana untuk pengungkapan diri oleh pengguna tersebut. Saat nilai di masyarakat menuntut kaum pria untuk lebih kuat dan tidak emosional dan saat yang bersamaan deman facebook pun menuntut mereka untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.

Maka dari uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengungkapan diri kepada pasangan melalui facebook bila ditinjau dari jenis kelamin.

Self Disclosure

Self-disclosure adalah proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain (Wrightsman dalam Dayakisni, 2003).Menurut Morton (dalam Dayakisni, 2003) pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang kita sukai atau hal-hal yang kita sukai atau kita benci. Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dari pengungkapan diri seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak untuk berinteraksi. Jika orang yang berinteraksi dengan kita menyenangkan dan membuat kita merasa aman serta dapat membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi kita untuk lebih membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu kita dapat saja menutup diri karena merasa kurang percaya (Devito dalam Dayakisni, 2003). Dalam proses pengungkapan diri nampaknya individu-individu yang terlibat memiliki kecenderungan mengikuti norma resiprok (timbal balik). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita cenderung mamberikan reaksi yang sepadan. mengharapkan orang lain memperlakukan Pada umumnya kita sama seperti kita memperlakukan mereka (Raven dalam Dayakisni, 2003). Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan diri adalah proses menghadirkan diri dalam kegiatan berupa berbagai topik seperti informasi yang akrab, informasi perilaku, sikap, membagi perasaan, keinginan, motivasi, dan ide.

Pengungkapan diri menurut Jourard (1964,) memiliki tiga dimensi, yaitu dimensi keluasan (breadth), kedalaman (depth) dan target atau sasaran pengungkapan diri. Dimensi keluasan mengacu pada cakupan materi yang

(5)

5

diungkap dan semua materi tersebut dijabarkan dalam enam kategori informasi tentang diri sendiri, yaitu sikap dan pendapat; rasa dan minat; pekerjaan atau kuliah; uang; kepribadian; dan tubuh.

Dimensi kedalaman pengungkapan diri mengacu pada empat tingkatan pengungkapan diri, yaitu: tidak pernah bercerita kepada orang lain tentang aspek diri, berbicara secara umum, bercerita secara penuh dan sangat mendetail, dan berbohong atau salah mengartikan aspek diri sendiri, sehingga yang diberikan kepada orang lain berupa gambaran diri yang salah. Pada dimensi orang yang dituju (target-person), sasaran pengungkapan diri terdiri atas lima orang yaitu ibu, ayah, teman pria, teman wanita, dan pasangan (Jourard, 1964).

Dimensi Pengungkapan Diri

Menurut Altman & Tailor (1973) ada dua dimensi dari pengungkapan diri: A. Keluasan

Merupakan informasi yang disampaikan kepada pihak lain dimana informasi yang disampaikan tersebut menyangkut hal-hal secara umum dari individu yang mengungkapkan diri. Meliputi informasi diri,cita-cita dan minatnya, berbagai isu yang berkembang disekitarnya. Keluasan dibagi menjadi 2 bentuk :

1. Kategori luas merupakan banyaknya bidang atau pokok utama. 2. Frekuensi luas menunjukkan banyaknya frekuensi (intensitas) dari

materi dalam masing-masing kategori kepribadian. B. Kedalaman

Merupakan penyampaian informasi kepada pihak lain dimana tingkat kerahasiaannya berbeda. Semakin dalam hubungan berarti semakin dalam pula informasi yang disampaikan. Meliputi kekurangan yang dimiliki individu,sifat/karakter diri,keadaan emosional. Altman & Taylor mengemukakan secara rinci pada tahap kedalaman ini sebagai berikut:

1. Lapisan Peiferi meliputi identitas diri, sejarah hidup, opini, dan penilaian individu terhadap suatu obyek.

2. Keyakinan individu terhadap pikiran, perasaan, keinginan, dan cita citanya.

3. Hal-hal khusus yang ada pada diri individu yang memiliki perbedaan dengan orang lain pada umumnya.

4. Hal-hal yang menyangkut kelemahan serta kekurangan individu. 5. hal-hal yang ada pada diri individu yang cenderung kurang diterima

oleh sosial, tetapi tidak hanya menyangkut hal-hal positif juga negative.

6. Afeksi positif dan negative individu yang diungkapkan untuk merespon sosialnya dari dalam dirinya.

(6)

6

Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Self Disclosure

Pengaruh jenis kelamin terhadap pengungkapan diri bermula dari perbedaan perlakuan orang tua terhadap anak yang disebabkan karena perbedaan jenis kelaminnnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Berry, (1999) bahwa perbedaan kategori biologis antara pria dan wanita juga menghasilkan praktik kultural yang berupa pola pengasuhan anak, peran, stereotip gender, dan ideologi peran seks yang mengarah pada tindakan pemisahan antara pria dan wanita.

Pola pengasuhan yang berbeda tersebut misalnya berupa perbedaan cara orang dewasa berbicara dengan anak laki-laki dan perempuan. Orang tua, saudara kandung, teman sebaya, guru dan orang dewasa lain berbicara kepada anak laki-laki dan perempuan dengan cara yang berbeda karena mereka memiliki harapan dan kriteria peran yang tidak sama bagi keduanya Santrock, (2003). Peran pria dan wanita yang dibedakan satu sama lain nampak pada pendapat Brannon (1996), bahwa pria diharapkan menunjukkan peran sebagai sosok tangguh, percaya diri, berorientasi pada kesuksesan dan mengejar status, sedangkan wanita diharapkan menunjukkan peran lemah lembut, sopan, patuh, dan pandai mengurus rumah tangga. Parsons dan Bales (dalam Brannon, 1996) menyebut peran pria tersebut sebagai peran instrumental dan peran bagi wanita disebut sebagai peran ekspresif. Perbedaan cara berkomunikasi antara pria dan wanita juga dinyatakan Tannen (dalam Santrock, 2003,) bahwa pria dan wanita memiliki tipe pembicaraan yang berbeda. Pria lebih menguasai kemampuan verbal seperti bercerita, bercanda dan berceramah tentang informasi, sedangkan wanita lebih menyenangi percakapan pribadi. Stereotip tentang pria yang mengatakan bahwa pria harus bersikap tidak emosional, mampu menyembunyikan emosinya dan objektif membuat pria cenderung menghindari perilaku mengungkapkan diri. Menurut Cunningham (dalam Michener dan DeLamater, 1999) kesulitan pria dalam mengungkapnkan diri disebabkan karena pria memiliki anggapan bahwa mengungkapkan diri merupakan tanda dari kelemahan, sehingga pengungkapan diri pada pria cenderung lebih rendah.

Pengungkapan diri merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal yang dalam praktiknya dipengaruhi oleh jenis kelamin pelakunya. Jenis kelamin dapat dipahami sebagai kategori yang diberikan kepada individu sejak lahir sebagai pria atau wanita. Menurut Berry (1999), kategori jenis kelamin yang telah melekat pada individu dapat menghasilkan peran gender yang berisi tentang seperti apa seharusnya dan perilaku yang seharusnya dilakukan oleh pria dan wanita. Penggolongan individu kedalam kategori pria dan wanita juga memunculkan harapan agar individu menunjukkan perilaku yang sesuai kategori jenis kelaminnya termasuk perilakunya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perbedaan komunikasi antara pria dan wanita telah dinyatakan (Tannnen dalam Santrock), 2003, bahwa pria dan wanita diperlakukan berbeda sehingga cara berbicaranya pun menjadi berbeda dan perbedaan budaya pada pria dan wanita juga mencakup perbedaan peran dalam komunikasi yang terjadi saat berhubungan dengan orang lain. Komunikasi antara pria dan wanita yang berbeda tersebut nampak pula dalam perilaku mengungkapkan diri kepada orang lain.

(7)

7

Perbedaan pengungkapan diri pada pria dan wanita juga dijelaskan oleh Jourard,(1964) bahwa wanita telah dibiasakan untuk mengungkapkan diri. Stereotip yang menyatakan wanita lebih banyak bicara dari pria menunjukkan bahwa wanita pada dasarnya menyenangi pembicaraan dengan orang lain. Wanita dapat memanfaatkan waktu dengan bercakap-cakap bersama orang lain dan dalam percakapan tersebut juga terkandung penyampaian pendapat, perasaan, keinginan, dan ketakutan terhadap sesuatu.

Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang masih diuji kebenarannya. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut : Ada perbedaan Self Disclosure terhadap pasangan melalui facebook ditinjau dari jenis kelamin. Self Disclosure wanita lebih tinggi daripada Self Disclosure pria.

Referensi

Dokumen terkait

a) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan

Kromatogram Minyak Atsiri Dari Rimpang Jerangau Yang Diperoleh Secara Hidrodestilasi Dengan Destilasi Ua 39 Gambar 4.3.Spektrum GC-MS Senyawa Kamfen Dari Minyak Atsiri

Summary: We provide results of a second survey of the hutan adat (forest traditionally exploited on a small scale by local people) situated in the Gunung Lumut Protection

Diketahui tingkat kematangan dari proses evaluasi yang dilakukan COBIT 5 dengan menggunakan proses DSS01, DSS02, DSS04, APO08 dan BAI04 rata-rata pada tingkat 2

Dalam sistem hidroponik, sisa nutrien yang tidak terambil oleh pokok dan nutrien yang tak seimbang dengan mudah boleh dibuang.. Kemudian dengan menambah air bersih dan dengan

Calon mahasiswa wajib mengikuti prosedur pendaftaran yang telah ditetapkan (lihat alur pendaftaran pada Website Unand atau di pintu masuk Auditorium

[r]

Unsur­unsur  drama  merupakan  satu  kesatuan  yang  telah membentuk suatu susunan yang utuh dan berdiri sendiri dalam bentuk