11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. 1 Kinerja
2.1. 1 Pengertian Kinerja Dosen
Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2004) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (presentasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang ) yaitu hasil kerja (output) secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang dosen dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Gorda (2006) mengartikan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atau pelaksanaan tugas tertentu . Berdasarkan definisi tersebut kinerja dosen adalah tingkat pencapaian hasil atau pelaksanaan tugas seorang dosen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga fungsional akademik pada suatu perguruan tinggi.
Rivai (2004 : 309 ) mendefinisikan kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan peranan dalam organisasi. Berdasarkan definisi tersebut kinerja dosen adalah perilaku nyata yang ditampilkan seorang dosen sebagai prestasi kerja yang dihasilkan sesuai perannya sebagai tenaga fungsional akademik.
Mathis dan jackson(2002:378) mengartikan kinerja (performance ) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja
karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut:
1) Kuantitas dari hasil 2) Kualitas dari hasil
3) Ketepatan waktu dari hasil 4) Kehadiran
5) Kemampuan bekerja sama
Sedangkan Mahmudi (2007:6) mendifisinikan kinerja adalah : hasil kerja (out comess of work ) , karena hasil kerja memberikan keterkaitan yang kuat terhadap tujuan – tujuan strategi organisasi , kepuasan pelanggan dan kontribusi ekonomi .
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa kinerja dosen adalah hasil kerja yang dicapai oleh dosen dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya sebagai tenaga fungsional akademik
2.1. 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Mahmudi (2007) faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut :
1) Faktor yang dipersonal atau individual,meliputi : pengetahuan , keterampilan, kemampuan , kepercayaan diri , motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
2) Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan, semangat arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
3) Foktor team ,meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam suatu team, kepercayaan terhadap sesama anggota team, kekompakan dan keeratan team.
4) Faktor system, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infra struktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi.
5) Faktor kontekstual (situasional ), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
Menurut Subekti (2008:2) kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu 1) Faktor individu: kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga,
pengalaman tingkat sosial dan demogarfi seseorang.
2) Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja.
3) Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan .
Menurut Handoko (2001:193) ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dosen. Dosen bekerja dengan produktif atau tidak, tergantung pada motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem konpensasi, desain pekerjaan, aspek aspek ekonomi serta kecerdasan (intelektual, emosional, spiritual). Dalam hal ini peneliti hanya akan membahas faktor faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kecerdasan intelektual,kecerdasan emosional serta kecerdasan spiritual, sedangkan faktor lain diabaikan .
2.1. 3 Pengukuran Kinerja Dosen
Pengukuran kinerja dosen sesuai dengan tugas pokok dosen yang tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 38 / KEP / MK. WASPAN /8/ 1999 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kredit. Pasal 3 yaitu Tugas pokok Dosen adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran pada perguruan tinggi, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Pasal 4 ayat (2) Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi :
1) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran , meliputi:
(1) Melaksanakan perkuliahan / tutorial, menguji serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan di laboratorium, praktik keguruan, praktik bengkel/studio/kebun percobaan/teknologi pengajaran.
(2) Membimbing seminar mahasiswa
(3) Membimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN), Praktik Kerja Nyata (PKN),Praktik Kerja Lapangan (PKL).
(4) Membimbing tugas akhir penelitian mahasiswa termasuk membimbing pembuatan laporan hasil penelitian tugas akhir.
(5) Penguji pada ujian akhir
(6) Membina kegiatan mahasiswa di bidang akdemik dan kemahasiswaan
(7) Mengembangkan program perkuliahan (8) Mengembangkan bahan pengajaran (9) Menyampaikan orasi ilmiah
(10) Membina kegiatan dibidang akademik / kemahasiswaan. (11) Membimbing Dosen yang lebih rendah jabatannya
(12) Melaksanakan kegiatan mahasiswa data sering dan pencakokan Dosen 2) Melaksanakan penelitian dan pengembangan serta menghasilkan karya
ilmiah,karya teknologi, karya seni monumental/seni pertunjukan dan karya sastra,meliputi:
(1) Menghasilkan karya penelitian.
(2) Menerjemahkan/menyadur buku ilmiah. (3) Mengedit/menyunting karya ilmih
(4) Membuat rancangan dan karya teknologi. (5) Membuat rancangan dan karya seni.
3) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat meliputi:
(1) Menduduki jabatan pimpinan dalam lembaga pemerintahan/pejabat negara sehingga harus dibebaskan dari jabatan organisasinya.
(2) Melaksanakan pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
(3) Memberi latihan/penyuluhan/penataran pada masyarakat.
(4) Memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
(5) Membuat/menulis karya pengabdian kepada masyarakat (Departemen Pendidikan Nasional 2001: 118-119)
Berdasarkan hal tersebut di atas, selanjutnya ditegaskan melalui Keputusan DirjenDikti No. 3298/D/T/99 tanggal 29 Desember 1999 secara lengkap dan jelas sebagaimana pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1. Keputusan Dirjen Dikti No. 3298/ D / T /99
Bidang Jenis Kegiatan sesuai beban kerja ideal dosen
Jumlah Jam perminggu /ekuivalen
Pendidikan 1. Mengajar mata kuliah “X” ( 3 SKS ) 2. Mengajar mata kuliah “Y” ( 3 SKS )
3. Membimbing Mahasiswa menyelesaikan Skripsi,3 orang persemester
4. Perwalian mahasiswa,20 orang per semester
5. Menguji ujian akhir (sidang sarjana ), 3 orang persemester
6. Membuat Diktat kuliah 1 diktat per tahun
Jumlah 9 9 6 1 0,5 2 27,5 Penelitian 1. Penelitian 1 topikpertahun, sebagai peneliti utama.
1. Penulisan makalah di jurnal terakreditasi,1 judul per 2 tahun ,sebagai penulis utama
Jumlah B 10 1 11 Pengabdian masyarakat
1. Mengadakan Pelatihan Insidentil, 1 topik per semester
1
Kegiatan penunjang
1. Aktif dalam kepanitiaan 1 panitia pertahun 1
Jumlah total 40,5
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan jumlah jam, kegiatan dosen perminggu ,sebagai berikut :
1) Mengajar/memberi kuliah
1 SKS (Satuan Kredit Semester) terdiri atas 1 jam tatap muka di kelas dan 2 jam persiapan menyusun bahan kuliah.
2) Membimbing mahasiswa menyelesaikan skripsi
Skripsi mempunyai bobot 6 SKS karena sifat skripsi adalah tugas mandiri, maka minimal setiap mahasiswa harus berkonsultasi dengan dosen pembimbing selama 2 jam per minggu.
3) Perwalian mahasiswa
Beban normal dosen wali adalah 20 orang mahasiswa per semester Untuk hal tersebut dosen menyediakan waktu minimal 1 jam per minggu untuk konsultasi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh para mahasiswanya.
4) Menguji ujian akhir / sidang sarjana
Setiap ujian akhir (sidang sarjana) memakan waktu 3 jam sehingga jika ada 3 mahasiswa, dosen penguji harus menyediakan waktu 9 jam per semester atau 0,5 jam per minggu (1 semester ekuivalen dengan 18 minggu).
5) Membuat diktat kuliah
Diktat kuliah diperkirakan berjumlah 100 halaman. Jika 100 halaman ditulis dalam waktu 1 tahun, maka diperkirakan setiap minggu dapat ditulis 2 halaman (50 minggu efektif dalam 1 tahun) dan untuk dapat menulis 2 halaman yang bermutu diperlukan waktu 2 jam (termasuk persiapan mencari literatur, gambar,dsb.)
6) Penelitian
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Direktorat Pembinaan Penelitian dan disediakan oleh peneliti utama dalam melakukan penelitian Hibah Bersaing adalah 10 jam per minggu.
7) Penulisan makalah di jurnal terakreditasi
Menurut kaidah normal, diperlukan waktu 2 tahun dari saat mulai penulisan untuk akhirnya terbit di jurnal, dan waktu yang harus dialokasikan oleh penulis adalah ekuivalen dengan 1 jam per minggu.
8) Pelatihan insidental
Kegiatan ini ditujukan untuk pengabdian pada masyarakat, berdasarkan kaidah normal, maka dosen mengadakan pelatihan 1 topik per semester dengan lama waktu pelatihan 3 hari kerja (ekuivalen 18 jam pelatihan). Untuk mempersiapkan bahan pelatihan diperlukan waktu minimal 18 jam, berarti diperlukan waktu 1 jam per minggu (1 semester ekuivalen dengan 18 minggu) 9) Keanggotaan dalam panitia
Jika rapat rutin diadakan setiap 2 minggu dan setiap rapat normalnya berlangsung 2 jam maka diperlukan komitmen untuk 1 jam per minggu. (Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2006)
Kinerja dosen adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang dosen dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, yaitu melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dalam penelitian ini kinerja dosen Politeknik Negeri Bali diukur dengan tugas dosen yang terangkum dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu :
1) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran 2) Melaksanakan penelitian dan pengembangan 3) Pengabdian kepada masyarakat.
2. 2 Kecerdasan Intelektual
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan pengkualifikasian kecerdasan manusia yang didominasi oleh kemampuan daya pikir rasional dan logika. Lebih kurang 80%, IQ diturunkan dari orang tua, sedangkan selebihnya dibangun pada usia sangat dini yaitu 0-2 tahun kehidupan manusia yang pertama. Sifatnya relatif digunakan sebagai prediktor keberhasilan individu dimasa depan. Implikasinya, sejumlah riset untuk menemukan alat (tes IQ) dirancang sebagai tiket untuk memasuki dunia pendidikan sekaligus dunia kerja (Amran, 2009: 62). Dwijayanti (2009: 24) menyebutkan kecerdasan intelektual sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari tiga ciri yaitu:
1) Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan.
2) Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilakukan. 3) Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.
Robins (2008: 57) mengatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang di butuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah.
Yani (2011) mengatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh, memanggil kembali (recall), dan menggunakan pengetahuan
untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkret dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengetahuan secara tepat.
Kecerdasan intelektual menurut Sternberg (2008:121) adalah sebagai kemampuan untuk belajar dari pengalaman, berfikir menggunakan proses-proses metakognitif, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan menganalisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan bicara, kecerdasan akan ruang, kesadaran akan sesuatu yg tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berfikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan yg telah ada sebelumnya. Anastasi dan Urbina, (2007: 220).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa kecerdasan intelektual merupakan kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan menerapkannya dalam menghadapi masalah.
2.2.2 Indikator Kecerdasan Intelektual
Azwar( 2008: 8) mengemukakan indikator yang mempengaruhi intelektual seseorang antara lain :
1). Kemampuan memecahkan masalah, yaitu mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan pikiran jernih.
2) Intelegensi verbal, yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman ingin tahu sacara intelektual, menunjukkan keingintahuan.
3) Intelegensi praktis, yaitu tahu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar.
Menurut Moustafa and Miller(2003:5) Pengukuran kecerdasan intelektual tidak dapat diukur hanya dengan satu pengukuran tunggal. Para peneliti menemukan bahwa tes untuk mengukur kemampuan kognitif tersebut yang utama adalah dengan menggunakan tiga pengukuran yaitu : kemampuan verbal, kemampuan matematika dan kemampuan ruang.
Menurut Wiamiharja (2003) Tiga indikator kecerdasan intelektual yang menyangkut tiga domain kognitif, ketiga indikator tersebut adalah sebagai berikut 1) Kemampuan figur yaitu merupakan pemahaman dan nalar dibidang bentuk. 2) Kemampuan verbal yaitu merupakan pemahaman dan nalar dibidang bahasa. 3) Pemahaman dan nalar dibidang numerik atau yang berkaitan dengan angka
biasa disebut dengan kemampuan numerik.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka indikator kecerdasan intelektual yang dipakai dalam penelitian ini adalah yang menurut Wiamiharja (2003).
2. 3 Kecerdasan Emosional
2.3. 1 Pengertian Kecerdasan Emosional
Goleman (2005: 43) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi
diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Rachmi (2010:31) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk belajar mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara efektif ,energi ,emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Melandy .dkk(2006:42) menyatakan bahwa, kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan.
Rachmi (2010: 61) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosinya. Emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah mengelola perasaan untuk menyeimbangkan perasaan, pikiran serta tindakan yang berfungsi sebagai tali pengendali sehingga
terekspresikan secara tepat dan efektif yang memungkinkan orang bekerja sama dengan orang lain secara lancar menuju tujuan bersama.
2.3. 2 Indikator Kecerdasan Emosi
Menurut Agus’3(2009) menyatakan bahwa ada sepuluh indikator kecerdasan emosi yaitu :
1) Sadar diri,dapat mengendalikan diri, dapat dipercaya, dapat beradaptasi dengan baik dan memiliki jiwa kreatif.
2) Bisa berempati, mampu memahami perasaan orang lain, bisa mengendalikan konflik, bisa bekerja sama dalam tim.
3) Mampu bergaul dan membangun sebuah persahabatan 4) Dapat mempengaruhi orang lain
5) Bersedia memikul tanggung jawab 6) Berani bercita – cita
7) Bermotivasi tinggi 8) Selalu optimis
9) Memiliki rasa ingin tahu yang besar
10) Senang mengatur dan mengorganisasikan aktivitas
Goleman (2001:42-43) mengemukakan lima indikator dalam kecerdasan Emosional, yaitu seperti tersebut di bawah ini:
1) Self awareness
Merupakan kemampuan sesorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan efeknya serta menggunakannya untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis, atau kemampuan diri dan
mempunyai kepercayaan diri yang kuat lalu mengkaitkannya dengan sumber penyebabnya.
2) Self management
Yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri, mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan terhadap kata hati, untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan sehari-hari.
3) Motivation
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
4) Empati (social awareness)
Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menimbulkan hubungan saling percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu.
5) Relationship management
Merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim.
Berdasarkan uraian di atas, indikator kecerdasan emosional (EQ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep kecerdasan emosional (EQ) menurut Goleman (2001:42-43) .
2. 4 Kecerdasan Spiritual
2.4.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual
Beberapa literatur dijelaskan bahwa kata “spiritual “ itu diambil dari bahasa latin ,Spiritus yang berarti sesuatu yang memberikankehidupan atau vitalitas .Spiritus ini bukan merupakan label atau identitas seseorang yang diterima dari atau diberikan oleh pihak luar, seperti agama melainkan lebih merupakan kapasitas bawaan dalam otak manusia . Artinya semua manusia yang lahir di dunia ini sudah dibekali kapasitas tertentu didalam otaknya untuk mengakses sesuatu yang paling fundamental dalam hidupnya. SQ memang dapat membantu orang untuk menguatkan kehidupan keagamaannya,tapi tanpa dilandasi agama maka orang tersebut menjadi “humanis” .Disinilah letak perbedaan antara SQ dan ajaran agama .SQ memandang manusia sebagai manusia psikologi sedangkan ajaran agama menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan , Zohar(2007) .
Vendy(2010:131) menyatakan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang merefleksikan antara unsur jasmani dan rohani.
Pengertian lain menurut Zohar(2001) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humais atau atheispun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa ,masalah bahkan penderitaan yang dialaminya
Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dinyatakan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna , nilai, moral serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar bagi sesama makhluk hidup karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan,kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki.
2.4.2 Indikator Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan serta menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seorang lebih bernilai dan bermakna yang diukur berdasarkan indikator – indikator dalam SQ.
Dalam penelitian ini indikator kecerdasan spiritual dosen yang diukur dengan indikator kecerdasan spiritual Menurut Idrus (2002) yaitu :
1) Mutlak jujur dalam arti berkata benar dan konsistenakan kebenaran 2) Keterbukaan ialah bersikap fair atau terbuka
3) Pengetahuan diri
4) Fokus pada konstribusi yang mengutamakan memberi dari pada menerima 5) Spiritual non dogmatis yang didalamnya terdapat tingkat kesadaran yang tinggi
kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan serta kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai