• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI PADI DI KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU. Disusun dan Diusulkan Oleh ARFANDY PRASETYO. S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI PADI DI KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU. Disusun dan Diusulkan Oleh ARFANDY PRASETYO. S"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun dan Diusulkan Oleh

ARFANDY PRASETYO. S Nomor Stambuk : 105640210215

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh ARFANDY PRASETYO. S

Nomor Induk Mahasiswa : 105640210215

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

v ABSTRAK

Arfandy Prasetyo S. 2020 : Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.(Dibimbing oleh Alimuddin Said

dan Rudi Hardi)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus. Informan berjumlah 8 orang ditetapkan secara purposive. Teknik analisis data dengan menggunakan metode diskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data melalu pengamatan (observasi), Wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Kab. Barru dan Kota Pare-pare Provinsi Sulawesi Selatan, infoman penelitian ini adalah : Dinas Pertanian, Jasindo Pare-Pare, Kelompok Tani Padi. Jumlah keseluruhan informan pada penelitian ini sebanyak 8 orang, data-data penelitian diperoleh dari berbagai sumber data guna menjawab permasalahan penelitian, yaitu data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Tehnik analisa data yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Langkah pengolahan data adalah sebagai berikut : data yang didapat dari observasi dikumpulkan, dan dikelompokkan, selanjutnya indentifikasi dan akhirnya disimpulkan baerupa hasil potensi dan permasalahan. Untuk data yang didapat dari wawancara berupa rekaman wawancara, dinarasikan dan diedit agar dapat menghasilkan tata kalimat yang baik dan benar. Narafikasi dari hasil wawancara dianalisa berdasarkan teori dan konsep yang ada, selanjutnya disimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan Pemberdayaan Kelompok Tani Padi oleh Dinas Pertanian Kab. Barru dengan Jasindo, yaitu a. Penyadaran dan Pembentukan Perilaku, yaitu melakukan Penyuluhan secara berkala yakni empat kali dalam seminggu. serta membantu petani melalui program asuransi usaha tani (AUTP). b. Transformasi Pengetahuan dan Keterampilan, yaitu melakukan pelatihan dengan cara pemaparan presentasi slide, pratik dan penyuluhan disaat yang bersamaan, memberdayakan Kelompok Tani dengan mengolah dan memanfaatkan lahan pekarangan. Serta memfasilitasi Kelompok Tani membuat RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok) yaitu membuat kebutuhan pupuk untuk setiap tahunnya c. peningkatan kemampuan intelektual, yaitu sudah tahu berapa umur bibit padi baru bisa ditanam agar terhindar dari hama keong mas, serta jenis bahan semprot hama yang cocok dan tidak merusak padi. Faktor pendukungnya yaitu a. Penyuluhan yang tinggi, b. Sarana dan prasarana, yaitu c. Potensi sumber daya alam. Adapun faktor penghambatnya yaitu : a. Cuaca, b. Penyakit Padi, c. SDM yang kualitasnya belum merata.

Kata Kunci :Pemberdayaan, Kelompok Tani, penyadaran, transformasi pengetahuan, peningkatan intelektual.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

“Bismillahirrahmanirrahim”

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan syukur

Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segalah limpahan rahmat, hidayah dan magfirah-nya sehingga meski harus melewati perjuangan panjang dan cukup melelahkan namun penulis skripsi yang berjudul : Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru dapat diselesaikan.

Skripsi ini adalah tugas akkhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelas sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Sebagai bentuk karya ilmiah, penulis menyadari bahwa banyak menghadapi hambatan dan tantangan selama dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Namun berkat bantuan, arahan serta petunjuk dari ayahanda Drs. Alimuddin Said, M.Pd sebagai pembimbing I dan ayahanda Rudi Hardi, S.Sos.,M.Si sebagai pembimbing II, yang dengan tulus membimbing penulis, melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan yang amat berharga sejak dari awal sampai selesainya skripsi ini. Gagasan-gagasan merupakan kenikmatan intelektual yang tak ternilai harganya. Teriring do‟a semoga Allah SWT menggolongkan upaya-upaya beliau sebagai kebaikan.

(8)

vii

Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada :

1. Bapak Dr. H Abdul Rahman Rahim, SE, MM, sebagai Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membina Universitas ini dengan sebaik-baiknnya.

2. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang telah membina fakultas ini sebaik-baiknya.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan yang telah membina jurusan ini sebaik-baiknya.

4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik serta Staf Tata

Usaha Universitas Muhammadiyah Makassar yeng telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan dibidang ini.

5. Para pihak Dinas Pertanian Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten

Barrudan Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo) serta Kelompok Tani yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan sewaktu proses penelitian.

6. Teristimewah penulis persembahkan kepada saudara (i) Sospol 015

terutama IP.A 015 yang sama-sama berjuang meraih cita-cita.

7. Keluargabesar HIMJIP, IMM Fisip, BEM Fisipol Unismuh Makassar

yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

(9)
(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK... ... v

KATA PENGANTAR... ... vi

DAFTAR ISI... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 6

C. Tujuan Penelitian... ... 7

D. Manfaat Penelitian... ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemberdayaan... ... 8

B. Pengertian Kelompok Tani ... 13

C. Kerangka Pikir... ... 17

D. Fokus Penelitian ... ... 18

E. Deskripsi Fokus Penelitian... ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 20

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... ... 20

C. Sumber Data ... ... 21

D. Informan Penelitian... ... 21

E. Teknik Pengumpulan Data... ... 22

F. Analisis Data... ... 23

G. Keabsahan Data... ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinas Pertanian.. ... 27

1. Gambaran Umum ... 27

2. Struktur Organisasi Dinas Pertanian ... ... 31

3. Visi Misi ... ... 31

4. Tujuan dan Sasaran ... 32

5. Lahan Menurut Penggunaan ... 34

6. Pola Usaha Tani ... 35

B. Jasa Asuransi Indonesia ... 41

1. Gambaran Umum ... 41

(11)

x

3. Tujuan Pedoman dan Etika Kerja ... 44

4. Struktur Organisasi Jasindo... 45

5. Program Asuransi Jasindo Agri ... 46

C. Dinas Pertanian dengan Jasindo ... 48

1. Tahap Penyadaran dan Pembentukan Prilaku ... 49

2. Tranformasi Pengetahuan dan Keterampilan ... 52

3. Peningkatan Kemampuan Intelektual ... 55

D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ... 56

1. Faktor Pendukung ... 57 2. Faktor Penghambat... 62 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... ... 66 B. Saran... ... 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 17 4.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pertanian ... 31 4.2 Bagan Struktur Organisasi Jasa Asuransi Indonesia ... 45

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

3.1 Informan Penelitian ... 22

4.1 Lahan Sawah ... 33

4.2 Lahan Kering ... 33

4.3 Luas Tanam Padi di kecamatan Tanete Rilau ... 34

4.4 Jumlah Penduduk di Wilayah Kecamatan Tanete Rilau ... 36

4.5 Kelompok Tani Padi Kecamatan Tanete Rilau Desa Pao-Pao... 36

4.6 Kelompok Tani Padi Sipatokkong Kecamatan Tanete Rilau Desa Pancana ... 37

4.7 Kelompok Tani Padi Kaluku Loloe Kecamatan Tanete Rilau ... 38

4.8 Kelompok Tani Padi Sipatokkong II Kecamatan Tanete Rilau Desa Pancana ... 38

4.9 Kelompok Tani Padi Lapalakka Kecamatan Tanete Rilau Desa Corowali ... 39

4.10 Kelompok Tani Padi Lapalakka Kecamatan Tanete Rilau Desa Corowali ... 40

4.11 Kelompok Tani Padi Sappe Walie Kecamatan Tanete Rilau Desa Tellumpanua ... 40

4.12 Kelompok Tani Padi Samalewae Kecamatan Tanete Rilau Desa Tellumpanua ... 41

4.13 Faktor Pendukung dan Penghambat ... 57

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sasaran utama kementrian pertanian dalam pembangunan nasional priode 2010-2014 seperti yang dicantum dalam rencana strateginya adalah pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan dengan fokus utama pada lima komoditas unggulan nasional, yaitu : Padi, jagung, kedelai, Gula, dan daging sapi. (kementrian pertanian, 2010). Kementrian pertanian telah berupaya keras untuk mempercepat peningkatan produksi komodits diatas. Namun demikian, harus diakui bahwa dalam pelaksanan dilapangan banyak tantangan yang harus dilalui dan berbagai masalah harus di hadapi sehingga tidak semua target dapat dicapai.Pembangunan seluruh subsektor pada sektor pertanian dalam priode 2015-2019 sedang dikerahkan untuk menyediakan bahan pangan bagi masyarakat, menghasilkan produk berbasis pertanian, membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, serta memperbaiki kondisi ekonomi dan lingkungan. Dalam kaitan inilah ketanahan dan kemandirian pangan dinilai sebagai salah satu tujuan utama pembangunan pertanian nasional. Kekurangan bahan pangan, khususnya makanan pokok beras akan menimbulkan gejolak sosial ekonomi dan politik ang mempengaruhi kehidupan masyarakat, sementara masalah-masalah multidimensional yang dihadapi untuk memenuhi permintaan berbagai komoditas pertanian sangat beragam. Dalam situasi seperti ini, pemerintah berusaha untuk terus meningkatkan produksi, seperti upaya

(15)

mengadopsi inovasi teknologi dan menerapkan program percepatan produksi usaha pertanian.

Pertanian termasuk salah satu jenis usaha yang resiko dan ketidakpastiannya tinggi. Sumber resiko dan ketidakpastian berasal dari lingkungan alam, terutama iklim, bencana alam, dan eksplosi organisme pengganggu tanaman atau lingkungan sosial ekonomi, terutama yang terkait dengan perilaku pasar masukan maupun keluaran usaha tani. Selain itu, dinamika kaitan bisnis antara sektor pertanian dan non pertanian, serta konfik sosial.

Menyimak kecenderungan yang telah berlangsung, diperkirakan sebagian besar sumber resiko dan ketidakpastian berasal dari perubahan iklim, karena proses produksi pertanian berbasis proses biologi. Sementara kemampuan manusia untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim masih dalam tahap awal dari perjalanan panjang. Terkait perubahan iklim, sebarang spasial dan temporal curah hujanberubah dan makin sulit diprediksi. Bersamaan dengan sumber daya lingkungan yang terdekradasi, perubahan iklim merupakan sumber terjadinya peningkatan bencana kekeringan, banjir, serta tanah longsor. Pada saat yang sama, perilaku iklim yang kurang kondusif tersebut juga meningkatkan peluang munculnya eksplosi serangan hama penyakit tanaman.

Kehadiran negara untuk melidungi petani melalui asuransi pertanian berlandaskan pada argumen mendasar. Pertama, sebagian besar petani kita adalah petani kecil yang kemampuannya mengatasi resiko tidak memadai. Kedua, mengingat petani adalah „Soko Guru‟ penyediaan pangan bangsa, sehingga secara moral dan rasional negara berkewajiban melindungi petani dari resiko yang dapat

(16)

mengancam keberlanjutan usaha tani dan kesejahteraannya. Ketiga, perlindungan melalui skema asuransi memungkinkan terbentuknya risk sharing antar petani yang sinergis dengan prinsip penguatan kohesi sosial dalam komunitas petani.

Berkenaan dengan hal itu, kementrian Pertanian telah menginisiasi perkembangan asuransi pertanian, termasuk dalamnya memberikan bantuan premi kepada petani yang menjadi peserta. Dengan demikian, jika petani mengalami gagal panen akan memperoleh ganti rugi sebagai modal kerja untuk keberlangsungan usah taninya.

Program Asuransi Pertanian tersebut sesuai amanat undang-undang No.19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani (P3). Undang-undang tersebut ditindaklanjuti dengan peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 40 Tahun 2013 tentang fasilitasi asuransi pertanian. Undang-undang 19/2013 tentang P3 tersebut merupakan landasan hukum utama untuk merealisasikan asuransi pertanian di Indonesia. Pada hakekatnya, perlindungan dan pemberdayaan petani ini bertujuan untuk :

1. Mewujudkan kedaulatan dan kemandirian petani dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kehidupan yang lebih baik.

2. Menyediakan prasarana dan sarana pertanian yang dibutuhkan dalam mengembangkan usaha tani.

3. Memberikan kepastian usaha tani.

4. Melindungi petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi dan gagal panen.

(17)

5. Meningkatkan kemampuan dan kapasitas petani, serta kelembagaan petani dalam menjalankan usaha tani yang produktif, maju, modern, dan berkelanjutan..

6. Menumbuh kembangkn kelembagaan pembiayaan pertanian yang melayani kepentingan usaha tani.

Perlindungan dan pemberdayaan petani berasaskan pada kedaulatan, kemandirian, kebersmaan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi keadilan, serta berkelanjutan. Pada pasal 7 ayat 2 UU 19/2013 tentang P3 dirumuskan pengaturan bahwa strategi perlindungan petani melalui penyediaan prasarana dan sarana produksi pertanian, kepastian usaha, dan harga komoditas pertanian. Selain itu, penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi, ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa, sistem peringatan dini, penangan dan faktor perubahan iklim, dan asuransi pertanian. Asuransi pertanian dilakukan untuk melindungi petani dari kerugian gagal panen akibat bencana alam, serangan oragnisme pengganggu tumbuhan, wabah penyakit hewan penular, dampak perubahan iklim, dan jenis resiko-resiko lain diatur dengan peratur menteri. Dengan peran strategisnya dalam pembanguna nasional, sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto, sebagai sumber devisa, menyediakan bahan baku industri, sebagai sumber bahan pangan dan gizi, serta sebagai pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi rill lainnya (Ashari, 2009).

(18)

Pada tahun 2007, sektor pertanian mempunyai andi besar dalam PDRB Kabupaten Barru yaitu sebesar 46,64% dihitung berdasarkan harga konstan, diikuti sektor jasa lainnya sebesar18,82% mata pencaharian penduduk Kabupaten Barru pada umumnya adalah bertani. Komoditas unggulan yang dikembangkan saat ini adalah Padi. Area persawahan 13.028 Ha, didukung oleh irigasi sederhana dan irigasi pedesaan dengan rata-rata produksi per Ha 5,22 ton GKG/tahun.

Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar adalah masyarakat agraris maka sumbangsi yang berpotensi besar dalam pembangunan nasional adalah bidang pertanian, ditunjukkan oleh sebagian besar pendapatan mereka berasal dari pertanian seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Kenyataan yang harus diakui bahwa sektor pertanian yang ada di Indonesia sebagian besar dibangun oleh petani dengan skala yang relatif kecil.Sulawesi selatan adalah wilayah yang sangat potensial dan menjadi titik sentral pengembangan program upaya khusus peningkatan hasil produksi pertanian dalam mendukung mewujudkan swasembada pangan nasional. Kabupaten Barru menempatkan sektor pertanian menjadi sektor unggulan, luas lahan sawah di kabupaten Barru tahun 2010 adalah 13.218 Ha, yang meliputi irigasi setengah teknis 1.458 Ha, irigasi sederhana 1.529 Ha, irigasi desa/ non PU 2.124 Ha dan tadah hujan 8.107 Ha. Barru menjadi salah satu penopang swasembada pangan nasional tersebut pada april 2015. Namun, pada april 2019 harga gabah di kabupaten Barru mengalami penyusutan tajam dimasa panen kali ini. Turunnya harga disebabkan kekeringan petani pun harus menanggung rugi akibat menurunnya harga. Harga gabah kering panen hanya Rp 3.700 – Rp 3.800

(19)

per kilonya. Data dinas pertanian Kabupaten Barru, sulawesi selatan menyebutkan 40 persen dari total 6.645 hektare atau 3.000 hektare lebih lahan pagi gagal panen.Adapun salah satu faktor yang menyebabkan gagal panen adalah iklim yang tak menentu seperti kekeringan, dan seragan hama padi.

Pertumbuhan ekonomi kabupaten barru selama 2 kurun waktu terakhir menurun, Kepala Badan Pusat Statistik Barru, Samigun Mengungkapkan angka pertumbuhan mlambat hingga angk 0,22 persen. Berdasarkan hasil survei data pertumbuhan ekonomi tahun 2015 mencapai angka 6,31 persen. Sementara tahun 2016 melambat hingga angka 6,09 persen. Faktor pemicu melambatnya pertumbuhan ekonomi selama ini diakibatkan menurunnya produktifitas pertanian yang selama ini menjadi penunjang utama pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hal tersebut, melihat gagasan atau uraian latar belakang yang ada diatas maka peneliti tertarik untuk menggagas judul skripsi “Pemberdayaan

Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.’’ B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang ada diatas, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Pemberdayaan Kelompok Tani padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru

2. Faktor yang mempengaruhi Pemberdayaan Kelompok Tani padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah diharapkan berguna dan bermanfaat sebagai suatu hasil karya ilmiah serta menjadi referensi yang dapat menunjang pengetahuan baru bagi para pembaca.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam aparatur negara dan swasta dalam pemberdayaan kelompok tani padi.

(21)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pemberdayaan

(Ristinura Endrika, 2013) berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sehingga terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Suharto: 2010) mendefenisikan sebagai sebuah proses dan tujuan. Sebagai porses pemberdayaan adalah sebagai serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Menurut (Zubaedi: 2007) bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata.

Menurut Payne yang dikutip oleh (Isbandi Rukminto Adi: 2008) dalam buku Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya

Pemberdayaan Masyarakat, bahwa suatu pemberdayaan (empowerment), padai

(22)

keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan, hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.Salah satu upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak tersebut adalah dengan jalan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut juga di sebutkan oleh (Widayanti: 2012) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat menjadi concern publik dan dinilai sebagai salah satu pendekatan yang sesuai dalam mengatasi masalah sosial, terutama kemiskinan, yang dilaksanakan berbagai elemen mulai dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui organisasi masyarakat sipil. Aksi pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya yang dihadapinya. Aksi pemberdayaan masyarakat juga dimaksudkan untuk memandirikan masyarakat agar dapat menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Menurut (Anwas, 2013) pemberdayaan masyarakat merupakan upaya menjadikan masyarakat berdaya dan mandiri, mampu berdiri diatas kakinya sendiri, pemberdayaan masyarakat pada dasarnya mengubah perilaku masyarakat kearah yang lebih baik sehingga kualitas dan kesejahteraan hidupnya secara bertahap dapat meningkat. Sedangkan menurut (Mardikanto & Soebiato, 2013) pemberdayaan merupakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan atau mengoptimalkan keberdayaan (dalam arti kemampuan dan atau keunggulan bersaing) kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

(23)

Pemberdayaan dalam Oxford English Dictonary adalah terjemahan dari kata empowerment yang mengandung dua pengertian (1) to give power to (memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan atau mendelegasikan otoritas pada pihak lain. (2) to give ability to , enable (usaha untuk memberi kemampuan). Pemberdayaan beraasal dari kata daya yang berarti kekuasaan atau kemampuan. Berdaya suatu kondisi atau keadaan yang mendukung adanya kekuatan tau kemampuan. Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka mengaktualisasikan jati diri, hasrat dan matrabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri (Anita Fauziah, 2009).

Pemberdayaan petani Menurut Kepala Badan SDM Pertanian (2010) dilakukan dengan 5 (lima) jurus yakni : Kegiatan agribisnis harus berorientasi pasar ( kuantitas, kualitas dan kontiunitas), usaha agribisnis menguntungkan dan

comparable dengan usaha lainnya, agribisnis merupakan kepercayaan jangka

panjang, kemandirian dan daya saing usaha, komitmen terhadap kontrak usaha. 1. Tahapan Pemberdayaan.

Pemberdayaan sebagai suatu proses, tentunya dilaksanakan secara bertahap, dan tidak bisa dilaksanakan secara instan. Adapun cara tahapan pemberdayaan menurut Ambar Teguh Sulistyani yang dikutip oleh (Aziz Muslim: 2012) dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat, bahwa tahap-tahap yang harus dilalui dalam pemberdayaan diantaranya adalah:

(24)

a. Pertama, tahap penyadaran dan pembentukan prilaku. Perlu membentuk kesadaran menuju prilaku sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Dalam tahapan ini pihak yang menjadi sasaran pemberdayaan harus disadarkan mengenai perlu adanya perubahan untuk merubah agar keadaan dapat sejahtera. Sentuhan akan lebih membuka keinginan dan kesadaran akan tentang kondisinya saat itu, dan demikian akan dapat merangsang kesadaran akan perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Sehingga penyadaran ini dapat mengunggah pihak yang menjadi sasaran pemberdayaan dalam merubah prilaku.

b. Kedua, tahap transformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan, dalam hal ini perlu adanya pembelajaran mengenai berbagai pengetahuan, dan kecakapan keterampilan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan. Dengan adanya pengetahuan, kecakapan dan keterampilan mka sasaran dari pemberdayaan akan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang menjadi nilai tambahan dari potensi yang dimiliki. sehingga pada nantinya pemberdayaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. c. Ketiga, tahap peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan

keterampilan, dalam tahapan peningkatan kemampuan intelektual dan sasaran dari pemberdayaan akan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang menjadi tambahan dari potensi yang dimiliki.

(25)

sehingga pada nantinya pemberdayaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2. Hasil pemberdayaan

Suatu kegiatan pemberdayaan tentunya memiliki beberapa indikator penentu pencapaian dalam pemberdayaan tersebut. Hasil pemberdayaan menurut (Edi Soeharto: 2005) adalah pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang khususnya kelompok rentan, dan kelompok lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam hal:

1) Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki

kebebasan (freedom) dalam arti bukan saja bebas

mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan.

2) Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.

3) Berpartisipasinya dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Menurut (Mu‟arifudin, 2011) dalam artikelnya dia mengemukakan bahwa terdapat beberapa hambatan dalam pemberdayaan masyarakat, antara lain bidang permodalan, yang disebabkan oleh tingkat sumber daya manusia yang rendah dalam hal pengadministrasian modal, yang kedua bidang produksi meliputi kepemilikan lahan sempit dan iklim yang tidak mendukung kurangnya

(26)

pemahaman dan kurangnya motivasi, dan yang terakhir bidang pemasaran yang terjadi ketergantungan antar kelompok lain.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pemberdayaan dapat dilihat dari tingkat pemenuhan dan kebutuhan, dan partisipasi.

B. Pengertian Kelompok Tani

Pembangunan pertanian tidak terlepas dari peran serta masyarakat tani. Dengan peran yang sangat penting sebagai pemutar roda perekonomian negara, maka perlu dilakukan pemberdayaan masayrakat tani, sehingga petani mampu mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Salah satu usaha pemerintah bersama petani dalam rangka membangun upaya kemandiriannya adalah dengan membentuk kelompok-kelompok tani di pedesaan. Kelompok tani menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan kehidupannya para anggota dibina agar berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar kekeluargaan (Nainggolan dkk, 2014).

Kelompok tani merupakan kelembagaan tani yang langsung mengorganisir para petani dalam mengembangkan usaha taninya, kelompok tani merupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata, disamping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya. beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain, seperti gotong royong , usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan usaha tani (Hermanto, 2007).

(27)

Menurut (Departemen Pertanian:2007), pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan para anggota dalam pengembangan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Potensi kelompok tani sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program pembangunan pertanian. Program pemberdayaan kelompok tani harus dapat meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam hal:

1. Memahami potensi dan kelemahan pokok.

2. Memperhitungkan peluang dan tantangan yang dihadapi pada saat mendatang.

3. Memilih berbagai alternatif yang ada untuk mengatasi yang dihadapi. 4. Menyelenggarakan kehidupan berkelompok dan bermasyarakat yang

serasi dengan lingkungannya secara berkesinambungan (Hermanto dan Swastika, 2011).

Kelompok tani juga diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani yang mendefenisikan bahwa “Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota”. Dalam kelompok tani terdapat anggota kelompok tani yang disebut sebagai pelaku utama dan pelaku usaha. Pelaku utama adalah petani yang melakukan usaha tani dibidang pangan, holtikultural, perkebunan dan atau peternakan. Sedangkan pelaku usaha adalah setiap orang yang melakukan usaha

(28)

agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya untuk dapat meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup.

Lingkungan sosial mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kemampuan kelompok tani menuju kemandirian. Lingkungan sosial adalah wilayah yang dianggap sebagai tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara berbagai kelompok peserta pranatanya (Purba, 2002). Upaya pengembangan kapasitas kelembagaan kelompok tani perlu diarahkan pada peningkatan kesadaran tentang pentingnya kebersamaan anggota dalam mendukung kegiatan kelompok. Penguatan kegiatan produktif kelompok perlu didukung dengan “channeling” pemasaran (kemitraan) dan akses permodalan yang terjangkau petani (Purwanto, dkk.2007).kebersaman anggota dalam mendukung kegiatan kelompok merupakan wujud antar anggota kelompok untuk meningkatkan dinamika kelompok tani.

Adapun unsur pengikat kelompok tani adalah sebagai berikut:

a. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.

b. Adanya kawasan usaha tai yang menjadi tanggung jawab bersama diantara anggotanya

c. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani

d. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya.

(29)

e. Adanyan dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.

(30)

C. Kerangka Pikir

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan dibawah ini:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru

Penyelenggara Pemberdayaan : 1. Dinas Pertanian 2. Jasindo Hambatan: 1. Cuaca 2. Penyakit padi

3. SDM yang Kualitasnya Belum Merata

Pendukung:

1. Kemapuan Penyuluhan yang Tinggi

2. Sarana dan Prasarana 3. Potensi Sumber Daya Alam

Pemberdayaan Petani:

1. Tahap Penyadaran dan Pembentukan Prilaku

2. Transformasi Pengetahuan dan Kecakapan Keterampilan 3. Peningkatan kemampuan intelektual

(31)

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah, kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan di kaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian yang bersangkutan dari rumusan masalah adalah “Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru”.

Fokus penelitian ini tediri dari beberapa hal yang perlu diuraikan yaitu: 1. Penyadaran dan Pembentukan Perilaku

2. Pengetahuan dan Kecakapan Keterampilan 3. Peningkatan kemampuan intelektual

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini bertujuan untuk mengkaji atau menggambarkan tentang pemberdayaan. antara lain dalam pemberdayaan kelompok tani padi. Adapun definisi fokus penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penyadaran dan Pembentukan Perilaku

Penyadaran dan Pembentukan Prilaku dalam hal ini adalah niat dan tekad (kesadaran Kolektif) bersama antara Dinas Pertanian dengan Jasindo Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru dalam proses pemberdayaan kelompok tani terkhususnya di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.

2. Pengetahuan dan Kecakapan Keterampilan.

Pengetahuan dan Kecakapan Keterampilan ini adalah lebih merujuk pada bagaimana pemberian pengetahuan serta keterampilan yang dilakukan Dinas

(32)

Pertanian dengan Jasindo Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten barru. Sehingga tugas dan tujuan dari masing-masing pihak terwujud antara Dinas Pertanian, Jasindo dan Kelompok tani.

3. Peningkatan kemampuan intelektual

Peningkatan kemampuan intelektual adalah merujuk pada sejauh mana pemahaman dan mengimplementasikan dari pengetahuan yang diberikan Dinas Pertanian dengan Jasindo dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.

(33)

20

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian di lakukan selama 2 bulan. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Barru Kecamatan Tanete Rilau Provinsi Sulawesi Selatan dan Kota Pare-Pare Provinsi Sulawesi Selatan. dimana lokasi ini menjadi objek penelitian saya untuk mengetahui bentuk-bentuk pemberdayaan kelompok tani padi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dengan Jasindo dikecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini berupaya untuk mengetahui Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Penggunaan lebih dari satu pendekatan pengumpulan data mengizinkan evaluator menggabungkan kekuatan dan kebenaran dari suatu sumber data hal ini berangkat dari pemaknaan pendekatan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang di amati.

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang di gunakan adalah tipe deskriptif kualitatif yaitu penulis mencoba menggambarkan permasalahan yang terkait dengan Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten

(34)

Barru, menginterpretasikan serta menjelaskan data secara sistematis. Dasar penelitian ini adalah wawancara yang melakukan dialog (wawancara pertanyaan kepada informan yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hal yang berhubungan dengan penelitian).

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil pengisian, wawancara, dan observasi atau pengamatan langsung terhadap objek yang di teliti yaitu :Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari buku-buku beberapa dokumen berupa laporan-laporan tertulis dan peraturan-peraturan yang ada berkaitan dengan Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.

D. Informan Penelitian

Penelitian informan dalam penelitian ini digunakan metode dengan cara pemilihan secara purposive, informan dipilih berdasarkan pada tujuan penelitian dan pertimbangan tertentu. Adapun yang dijadikan informan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

(35)

Tabel 3.1 Informan penelitian

NO INFORMAN INISIAL JABATAN

1 Subhan, S.ST SN Pemimpin Pertanian Kecamatan

2 Yuliana, S.Pt YA Penyuluh Pertanian Muda

3 Muhlisah Ali, S.Pt MA Penyuluh Pertanian Lanjutan

4 Muzakkir MR Ketua Kelompok

5 Basri BI Anggota Kelompok Tani

6 Sudirman, SE SN Staff Tehnik Jansindo

7 Syamsukri, A.md SI AE Agri Jasindo

8 Syamsidar SR Anggota Kelompok Tani

E. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ini, pengumpulan data dilakukan dengan tehnik pengumpulan data lebih banyak pada observasi serta wawancara mendalam dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan tehnik pengumpulan data melalui observasi wawancara dan dari dokumentasi dalam rangka mengumpulkan data-data untuk keperluan peneliti. Observasi di lakukan oleh peneliti untuk mengamati kegiatan informan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data informasi dari informan yang telah di tentukan melalui proses tanya jawab seputar masalah yang di jadikan fokus penelitian, dalam hal ini

(36)

penelitian ini akan membuat panduan pertanyaan sederhana yang di ajukan kepada narasumber. Kemudian langkah lainnya yang di gunakan adalah mencari data dari data tertulis, berupa : arsip-arsip, buku-buku, surat kabar, majalah dll. Hal ini dilakukan untuk menunjang data yang di peroleh di lapangan.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesia, menyusun kedalam pola, pemilihan mana yang penting dan yang akan di pelajari dan membuat kesimpulan. Analisis data dalam penelitian kualitatif di lakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangandan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Kegiatan dalam analisis data dalam penelitian ini, yakni :

1. Kegiatan reduksi data (data education), pada tahap ini peneliti memilih hal-hal yang pokok dari data yang di dapat dari lapangan, merangkum, memfokuskan pad hal-hal yang penting dan dicari tema dan polanya. Proses redukasi ini dilakukan secara bertahap, selama dan setelah pengumpulan data sampai laporan hasil. Penulis memilah-milah data yang penting yang berkaitan dengan fous penelitian dan membuat kerangka penyajiannya.

2. Penyajian data (data display), setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Didalam kegiatan ini, penulis menyusun

(37)

kembali data berdasarkan kualifikasi dan masing masing topik kemudian dipisahkan, kemudian topik yang sama disimpan dalam satu tempat, masing-masing tempat dan diberi tanda, hal ini untuk memudahkan dalam penggunaan data agar tidak terjadi kekeliruan.

3. Data yang dikelompokkan pada kegiatan kedua kemudian diteliti kembali dengan cermat, dilihat mana data yang telah lengkap dan data yang belum lengkap yang masih memerlukan data tambahan, dan kegiatan ini dilakukan pada saat kegiatan ini berlangsung.

4. Setelah data telah dianggap cukup dan telah sampai pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian,maka kegiatan selanjutnya yaitu menyusun laporan hingga pada akhir pembuatan simpulan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif menggunakan metode induktif. Penelitian ini menguji hipotesis (akan tetapi, hipotesis kerjahanya digunakan sebagai pedoman) tetapi lebih merupakan penyusunan abstraksi berdasarakan data yang dikumpulkan. Analisis data dilakukan lebih intensif setelah semu data yang diperoleh dilapangan sudah memadai dan dianggap cukup,untuk diolah dan susun menjadi hasil penelitian sampai dengan tahap akhir yakni kesimpulan penelitian.

G. Keabsahan Data

Didalam penelitian kualitatif, yang mejadi instrumen adalah penelitian itu sendiri oleh karena itu peneliti sebagai insrtumen juga harus divalidasi seberapa jauh penelitian kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen mengkuti validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap

(38)

bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk measuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah penelitian sendiri. Namun, selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka akan di kembangkan instrumen penelitian sederhana, yang di harapakan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Yang melakukan validasi adalah peneliti itu sendiri.

Tehnik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Berikut 3 macam triangulasi yaitu:

1. Triangluasi sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang prilaku muird, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan keguru, teman murid yang bersangkutan dan orang tuanya.

2. Triangulasi tehnik

Untuk menguji kedibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda. Misanya, data diperoleh dengan cara wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner.

(39)

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul dengan tehnik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

(40)

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang hasil penilitian dan pembahasan pelaksanaan Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Hasil penelitian ini berupa wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan tujuan penelitian, menggambarkan seperti apa Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru, dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hasil penelitian ini.

Pemerintah Daerah Kabupaten Barru melakukan pemberdayaan dengan Jasindo yang ditandai dengan nota kesepahaman (MOU) dengan Nomor: 02/Kpts/SR.230/B/01/2020 tentang Pedoman Premi Bantuan Asuransi Usaha Tani padi (AUTP). Kegiatan ini telah dimulai pada tahun 2016. Pada bagian ini peneliti menjelaskan tentang pemberdayaan yang berfokus pada Tahap Penyadaran dan Pembentukan Prilaku, Transformasi Pengetahuan dan Kecakapan Keterampilan serta Peningkatan Kemapuan Intelektual.

A. Dinas Pertanian 1. Gambaran Umum

Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan kecil yang masing-masing dipimpin oleh seorang Raja yaitu : kerajaan Berru (Barru) Kerajaan Tanete, Kerajaan Soppeng Riaja dan Kerajaan Mallusetasi. Seiring dengan perjalanan waktu, maka pada tanggal 24 Februari 1960 merupakan tongkak sejarah yang menandai awal kelahiran kabupaten Daerah TK.II Barru dengan ibukota Barru berdasarkan Undang-Undang Nomor 229

(41)

tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tk.II di Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbagi dalam 7 kecamatan dan 55 Desa/Kelurahan.

Kabupaten Barru terletak di Pantai Barat Sulawesi Selatan, berjarak sekitar 100 km arah utara Kota Makassar.Secara geografis terletak pada koordinat 4°05'49" LS - 4°47'35" LS dan 119°35'00" BT - 119°49'16" BT.Secara astronomis, Kabupaten Barru terletak diantara 4°05'49" LS4°47'35" LS dan 119°35'00" BT - 119°49'16" BT.Luas Wilayah Kabupaten Barru seluas 1.174,72 km2, terbagi dalam 7 kecamatan yaitu : Kecamatan Tanete Riaja seluas 174,29 km2, Kecamatan Tanete Rilau seluas 79,17 km2, Kecamatan Barru seluas 199,32 km2, Kecamatan Soppeng Riaja seluas 78,90 km2, Kecamatan Mallusetasi seluas 216,58 km2, Kecamatan Pujananting seluas 314,26 km2, dan Kecamatan Balusu seluas 112,20 km2.

Kabupaten Barru terdiri dari 7 Kecamatan dan 55 Desa/Kelurahan, yaitu:

a. Tanete Riaja : Mattirowalie, Harapan, Lompo Riaja, Libureng, Kading, Lompo Tengah, dan Lempang .

b. Tanete Rilau : Lasitae, Pancana, Lalabata, Corowali, Pao-Pao, Tellumpanua, Lalolang, Tanete, Lipukasi, dan Garessi.

c. Barru : Sumpang Binangae, Coppo, Tuwung, Anabanua, Palakka, Galung, Tompo, Sepee, Mangempang, dan SIawung.

d. Soppeng Riaja : Ajakkang, Paccekke, Kiru-Kiru, Mangkoso, Lawallu, Siddo, dan Batupute.

e. Mallusetasi : Cilellang, Manuba, Nepo, Palanro, Mallawa, Kupa, Bojo dan Bojo Baru.

(42)

f. Pujananting : Bulo-Bulo, Gattareng, Pujananting, Jangan-Jangan, Patappa, Bacu-bacu dan Mattappawalie.

g. Balusu : Binuang, Madello, Takkalasi, Kamiri, Balusu, dan Lampoko.

Penyuluhan adalah Rencana kegiatan Dinas Penyuluhan

Pertanian,yang menyatakan aspirasi petani dengan potensi wilayah yang ada.didalam penyusunan ProgramPenyuluhan Pertanian mencakup beberapa hal yaitu: masalah-masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah serta cara untuk mencapai tujuan sehingga apa yang di programkan dalam penyusunan sasaran dapat tercapai.

Program Penyuluhan Pertanian tahun 2020 merupakan suatu acuan dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan Dinas Penyuluh Pertanian, dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai. Penyelengaraan Penyuluhan Pertanian perlu ada dukungan sarana dan prasarana Penyuluhan yang efektif dan efisien sehingga apa yang diharapkan sesuai tujuan dapat tercapai.

a. Pemetaan Wilayah

Luas wilayah Kecamatan Tanete Rilau 79,17 km2 yang terdiri

dari 8 Desa dan 2 Kelurahan 7 Lingkungan dan 22 Dusun.Mengenai pemetaan wilayah secara rinci belum terlaksana dengan baik, namun secara kenyataan dilapangan disebut bahan yang diperlukan semua komoditas pertanian antara lain:

(43)

2) Komoditas Perkebunan 3) Komoditas Peternakan b. Karakteristik/ Topografi

Karakteristik tanah, iklim, dan curah hujan mengenai keadaan tanah di wilayah BPP Kec.Tanete Rilau berdasarkan hasil analisa data sebagai berikut:

1) Tingkat keasaman Tanah (pH) antara 5,4-5,9 2) Kemiringan tanah ada yang menacapai 8-14% 3) Bukit dan Pegunungan 20%

4) Ketinggian tempat dari permukaan laut rata-rata 5-10 m dari permukaan laut (dpl)

(44)

3. Struktur Organisasi Dinas Penyuluh Pertanian Kabupaten Barru Gambar 4.1 Bagan Struktur Dinas penyuluh Pertanian

Sumber: Dinas Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru 2018.

3. Visi dan Misi

Visi :

„‟Terwujudnya Kabupaten Barru Lebih Maju, Sejahtera, Taat Azas dan Bermartabat yang Berlandaskan Keagamaan‟‟.

Misi :

a. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat Kepala BPP Abdul Azis, SP Kelompok Fungsional Tenaga Administrasi Nurjannah, SE Jaharuddin , SE Nurlina, SE Yusriani, Sos

Penyuluh Pertanian Lapangan

Herlind a, SP Subhan, S.ST Yuliana, S.PT Muh. Araf Marhaeti, SP Saparud din, S.ST Sumarni S.PT Muhus a Ali, S. PT Hj. ST. Rahmani ah, SP Umar Pawiloi Bakhtiar Jufri Ir. Hj. Nahariah

(45)

b. Meningkatkan kecerdasan dan profesionalisme sdm

c. Mengembangkan interkoneksitas sinergis antar wilayah ditingkat, nasional, regional dan internasional

d. Menciptakan lingkungan yang kondusif

e. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance)

4. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertaniaanadalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku kepada pelaku utama. Pelaku usaha penyuluh agar dapat menerapkan paket teknologi usaha tani yang dianjurkan

2) Meningkatkan produksi dan produktifitas usaha tani dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam (sda) dari manusia (sdm)yang ada secara efektif dan efisien.

2. Sasaran

Sasaran penyuluhan adalah petani dan keluarganya melalui pembentukan: a) Kelompok tani dewasa

b) Kelompok wanita tani c) Kelompok taruna tani d) Gapoktan

(46)

Tabel 4.1. Lahan sawah

No Desa/ Keluarahan

Sawah Irigasi (Ha)

Juml ah (Ha) ½ Teknis Desa Sederhana Pompa

Tad ah Huj an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Garessi Lipukasi Tanete Lalolang Tellumpanua Pao-Pao Corawali Lalabata Pancana Lasitae - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 120,28 - - - - - 219 395 220 25 241 239 260 207 125 16 219 395 220 25 241 239 260 207 125 16 Jumlah - - - 120,28 1.94 7 1.947 Sumber : Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2019

Tabel 4.2. Lahan Kering

No Desa/Kelurahan Lahan kering (Ha)

Kebun Tegalan Pekarangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Garessi Lipukasi Tanete Lalolang Tellumpanua Pao-Pao Corawali Lalabata Pancana Lasitae 51,00 214,76 11,00 - 53,40 133,4 6,00 200,50 152,40 15,00 51,00 14,13 5,14 - - 101,72 82,00 116,20 70,00 85,00 20,03 40,00 11,00 48,04 13,25 49,2 31,20 26,50 20,50 11,70 Jumlah 837,46 525,19 271,42

(47)

5. Lahan Menurut Penggunaan a. Tegalan : 525,19 Ha b. Pekarangan : 271,42 Ha c. Perkebunan : 837,46 Ha d. Padang Rumput : 50,00 Ha e. Sawah : 1.947Ha f. dan lain-lain : 205,84 Ha

Tabel. 4.3 Luas Tanam Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru NO DESA/KELURAHAN Padi

Rendengan

Padi Gadu Jumlah

1 Garessi 219,00 60,00 279,00 2 Lipukasi 395,00 181,00 576,00 3 Tanete 220,00 50,00 270,00 4 Lalolang 25,00 _ 25,00 5 Tellumpanua 241,00 100,00 341,00 6 Pao-Pao 239,00 50,00 289,00 7 Corowali 260,00 55,00 315,00 8 Lalabata 207,00 80,00 287,00 9 Pancana 125.00 60,00 185,00 10 Lasitae 16,00 16,00 32,00 Jumlah 194,00 645,00 2,592

(48)

6. Pola Usaha Tani

a. Pola Usaha Tani pada lahan sawah 1) Padi – Padi – Bero

2) Padi – Padi – Palawija 3) Padi – Horti – Palawija 4) Padi – Horti - Horti 5) Padi – Bero

b. Pola Usaha Tani pada Lahan Kering 1) Palawija – Palawija

2) Palawija – Horti 3) Palawija – Padi Gogo

4) Tanaman tahunan Tumpangsari Palawija 5) Tumpangsari palawija dan horti

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk di Wilayah Kecamatan Tanete Rilau

No Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK

L P Jumlah 1 Garessi 1.429 1.421 2.850 831 2 Lipukasi 2.081 2.226 4.307 1.367 3 Tanete 2.863 1.759 4.622 875 4 Lalolang 2.496 3.798 6.294 1.305 5 Tellumpanua 1.632 1.618 3.250 882 6 Pao – Pao 2.077 2.060 4.295 1.205 7 Corawali 1.337 1.403 2.740 772 8 Lalabata 2.214 2.183 4.397 1.015 9 Pancana 1.734 1.803 3.537 1.177 10 Lasitae 958 996 1.954 609 Jumlah 18.821 19.267 38.088 10.038

(49)

Tabel 4.5 Kelompok Tani Kecamatan Tanete Rilau Desa Pao-Pao

NO NAMA L/P JABATAN

1. MUZAKKIR L Ketua Kelompok

2. SAHARUDDIN NABA L Anggota kelompok

3. SAHRIMAN L Anggota kelompok

4. MASJUD L Anggota kelompok

5. LA TUO L Anggota kelompok

6. BASRI DIANA L Anggota kelompok

7. LA PARE P Anggota kelompok

8. SAIPUL SAFA L Anggota kelompok

9. MUHAMMAD ARIF BAHRU L Anggota kelompok

10 HATTA L Anggota kelompok

11 SITTI MARYAM P Anggota kelompok

12 SIMPUANG L Anggota kelompok

13 MAKMUR L Anggota kelompok

14 RUSLIS L Anggota kelompok

15 I CABBE P Anggota kelompok

Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020

Tabel 4.6 Kelompok Tani Sipatokkong Kecamatan Tanete Rilau Desa Pancana

NO NAMA L/P JABATAN

1. MASSE L Ketua Kelompok

(50)

3. ALFA KADIR L Anggota kelompok

4. SAMSU L Anggota kelompok

5. MASTANG L Anggota kelompok

6. AKMAL L Anggota kelompok

7. DAHLAN. M L Anggota kelompok

8. MUH, SUKRI L Anggota kelompok

9. JUMARDI L Anggota kelompok

10 SAENUDDIN L Anggota kelompok

11 RIDWAN L Anggota kelompok

12 MASKUR L Anggota kelompok

13 LABUNA L Anggota kelompok

14 H. MANSYUR L Anggota kelompok

15 IBRAHIM L Anggota kelompok

Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020

Tabel 4.7 Kelompok Tani Kaluku Loloe Kecamatan Tanete Rilau

NO NAMA L/P JABATAN

1. ABD. GAFFAR L Ketua Kelompok

2. LATAHANG L Anggota kelompok

3. HANAPIN L Anggota kelompok

4. MUH. KASAU L Anggota kelompok

5. MUH. AMIR L Anggota kelompok

(51)

Tabel 4.8 Kelompok Tani Sipatokkong II Kecamatan Tanete Rilau Desa Pancana

NO NAMA L/P JABATAN

1. SOPYAN L Ketua Kelompok

2. MARE L Anggota kelompok

3. HAMKA L Anggota kelompok

4. ABU BAEDA L Anggota kelompok

5. SUDIRMAN L Anggota kelompok

6. RUSDIN L Anggota kelompok

7. MASSE L Anggota kelompok

Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020

Tabel 4.9 Kelompok Tani Lapalakka Kecamatan Tanete Rilau Desa Corowali

NO NAMA L/P JABATAN

1. HERMAN L Ketua Kelompok

2. ABD. KADIR L Anggota kelompok

3. MUH. SATA. B L Anggota kelompok

4. JUFRI L Anggota kelompok

5. ILHAM L Anggota kelompok

6. MUSTAFA L Anggota kelompok

7. DARWIS. S L Anggota kelompok

(52)

9. M. ALI L Anggota kelompok

10 MULYADI L Anggota kelompok

11 MAMING L Anggota kelompok

12 NASIR L Anggota kelompok

13 AMIRUDDIN L Anggota kelompok

14 LA COLLENG L Anggota kelompok

Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020

Tabel 4.10 Kelompok Tani Sipatuo II Kecamatan Tanete Rilau Desa Corowali

NO NAMA L/P JABATAN

1. JAMALUDDIN L Ketua Kelompok

2. HAERUDDIN L Anggota kelompok

3. MURSALIM L Anggota kelompok

4. MUHAMMAD ALI L Anggota kelompok

5. RISI L Anggota kelompok

6. MUHAMMAD YUNUS L Anggota kelompok

7. UKKASE L Anggota kelompok

8. HERMAN L Anggota kelompok

9. ALMUDIR L Anggota kelompok

10 ARMAN L Anggota kelompok

(53)

Tabel 4.11 Kelompok Tani Sappe Walie Kecamatan Tanete Rilau Desa Tellumpanua

NO NAMA L/P JABATAN

1. JALALUDDIN L Ketua Kelompok

2. MUH. SAID L Anggota kelompok

3. ABU BAKAR L Anggota kelompok

4. JAMALUDDIN L Anggota kelompok

5. HAERUDDIN L Anggota kelompok

6. SUDIRMAN L Anggota kelompok

7. MUSDALIFAH L Anggota kelompok

Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020

Tabel 4.12 Kelompok Tani Samalewae Kecamatan Tanete Rilau Desa Tellumpanua

NO NAMA L/P JABATAN

1. HAERIS L Ketua Kelompok

2. HASANUDDIN L Anggota kelompok

3. SYAHARUDDIN L Anggota kelompok

4. TAMRIN L Anggota kelompok

5. ADNAN L Anggota kelompok

6. MADE ALI L Anggota kelompok

7. MUH. NUR. S L Anggota kelompok

8. BARAMANG L Anggota kelompok

(54)

10 ARHAM L Anggota kelompok

11 ALIMUDDIN L Anggota kelompok

12 MUH JAFAR L Anggota kelompok

13 LA MUKE L Anggota kelompok

14 UMAR L Anggota kelompok

15 SAHARUDDIN L Anggota kelompok

Sumber Data: Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2020

B. Jasindo

1. Gambaran Umum

Pembentukan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) merupakan bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa dan tanah air Indonesia. Sejarah tersebut bermula pada tahun 1845 ketika dilaksanakan nasionalisasi atas NV Assurantie Maatschappij de nasionalisasi atas NV

Assurantie Maatschappij de Nederlander, sebuah perusahaan asuransi

umum milik kolonial Belanda, dan Bloom Vander, Perusahaan asuransi umum Inggris yang berkedudukan di Jakarta.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dinyatakan pada 17 Agustus 1945 oleh proklamator RI, Ir. Soekarno dan Mohammad hatta, sekaligus mengamanatkan pemindahan kekuasaan dan kepemilikan kerajaan belanda kepada pemerintah Indonesia. Termasuk, melakukan nasionalisasi terhadap dua perusahaan tersebut dan mengubah nama keduanya menjadi PT Asuransi Bendasyara yang bergerak dibidang

(55)

asuransi umum dalam rupiah dan PT Umum Internasional Underwrites (UIU) yang bergerak pada bidang asuransi umum dalam valuta asing.

Dalam perjalanan bersejarahnya, melalui Keputusan Menteri Keuangan No.764/MK/IV/12/1972, pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan merger antara PT Asuransi Bendasyara dan PT Umum Internasional Underwrites (UIU) menjadi PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) sebagai badan usaha milik negara yang bergerak dibidang usaha asuransi umum. Pengesahan penggabungan tersebut selanjutnya dikukuhkan dengan Akta Notaris Mohamad Ali Nomor 1 tanggal 2 Juni 1973.

Sebagai salah satu BUMN yang memiliki kinerja usaha gemilang di Indonesia, seluruh saham PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Pengalaman ini memberikan nilai kepeloporan tersendiri bagi keberadaan dan pertumbuhan kinerja Asuransi Jasindo hingga saat ini, sehingga berhasil meraih kepercayaan publik baik yang ada didalam maupun diluar negeri.

2.Visi dan Misi serta Budaya Perusahaan

Visi :

“ Menjadi Perusahaan Asuransi Terpercaya dan Terandal” Misi :

“Menyelenggarakan Usaha Asuransi Dengan Pelayanan Prima dan Tetap Menjaga Kemampulabaan yang Berkesinambungan”

(56)

Perusahaan memiliki buadaya Asah, Asih, dan Asuh yang dipandang masih relevan sebagai perusahaan yang sejalan dengan Visi dan Misi perusahaan yang di singkat “CARE” adalah sebagai berikut:

a. “C” (Cepat) adalah kecepatan pelayanan yang akan memberikan: kepastian dan ketenangan kepada pelanggan, melalui sikap : bertindak cepat, responsif, bertindak proaktif, siaga, dan fleksibel. b. “A” (Akurat) adalah kecepatan dalam menjamin kepuasan pelanggan, melalui perbuatan :checkdan re-check, bertindak cepat cepat dalam mengambil keputusan, bertindak cermat, dapat dipercaya, teliti dalam pertimbangan laporan dan disiplin.

c. “R” (Ramah) adalah keramahan dalam memberikan pelayanan, kenyamanan dan keakraban dalam kemitraan, melalui prilaku: supel, empati, bersikap terbuka, peduli, menghargai pendapat orang lain, sopan dan santun,serta rapi.

d. “E” (Efisien) adalah efesiensi yang menjamin nilai produk yang ditawarkan serta layanan yang diberikan serta denga kualitas yang diharapkan, melalui tingkah laku: berorientasi pada sasaran, hemat waktu dan biaya, hemat dalam proses.

3. Tujuan Pedoman dan Etika Kerja Jasindo

a. Mengembangkan standar etika bisnis sejalan prinsip GCG khususnya dibidang perasuransian sehingga terciptanya budaya perusahaan yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai.

(57)

b. Mengembangkan hubungan yang harmonis, sinergi dan saling menguntungkan antara pelanggan, agen asuransi, broker, lembaga keuangan, mitra kerja, karyawan, dan pihak yang berkepetingan lainnya dengan perusahaan.

(58)

4. Struktur Organisasi Jasindo Direktur Utama

Direktur Pengembangan Bisnis Direktur Operasional Direktur Keuangan dan Direktur SDM dan Umum Investasi

Direktur Bisnis Strategi

Oil dan Gas

Aset operasional & KKKS

Kontruksi Migas & KKKS

Underwating Aset Operasional Underwriting oil & Gas Telekomunikasi & Transportasi Underwriting telekomunikasi & Transportasi Transportasi Telekomunikasi

Energi & Industri

Underwriting Energi & Industri

Energi

Industri

Energi & Industri

Private Sector Kontruksi Infrastruktur Broker Underwriting Private Sector Pngembangan Produk & Bisnis

Pengembangan Produk Pengembangan

Bisnis Asuransi Pertanian,

Mikro & Program Pemerintah Komersial Penugasan Pemerintah Teknik Keuangan Asuransi Kesehatan Pemasaran Operasi Jamkesmen keuangan Bisnis Perbankan &

Pembiayaan Marketing perbankan Swasta Marketing Perbankan BUMN Marketing Pembiayaan Underwriting Perbankan & Pembiayaan Marketing Surety & BG Underwriting Asuransi keuangan Marketing LC Asuransi Keuangan Underwriting Underwriting Property Underwriting Marine Underwriting KBM & Aneka Reasuransi & Aktualisasi

Treaty & incoming Bisnis Incoming Dalam

Negeri Aktuaria Klaim Bisnis dan Strategi

Klaim Properti Klaim Marine & Aviation Klaim Oil dan Gas Klaim Eginering &

Liability Klaim Pengembangan

Bisnis

Klaim Eginering & Liability Klaim Aneka &

Keuangan Klaim Kendaran

Bermotor

Klaim Pengembangan Bisnis

Klaim Aneka & Keuangan Klaim Aneka &

Keuangan Klaim Aneka &

Keuangan Klaim Aneka &

Keuangan Pembendaharaan & Investasi Manajemen Portopolio Operasional Investasi Pembendaharaan

Piutang & Akuntansi reasuransi Piutang Premi Akuntansi koasuransi

Akuntasi reasuransi Auntansi Umum &

Anggaran Akuntansi Umum Pelaporan Anggaran & Pembendayaan Biaya Perpajakan

Sumber Daya Manusia

Manajemen Talenta Layanan SDM Human Capital Business Partner Manajemen Strategi SDM Teknologi Industri Perencanaan & Arsitektur TI Kebijakan, Prosedur & Sekuriti TI Solusi Bisnis TI Operasional TI Umum Prasarana Manajemen Aset Pengadaan Manajemen Strategis Perencanaan Pengendalian Mutu & Kinerja Tranformasi Manajemen Risiko Perusahaan Kepatuhan Manajemen Risiko Kebijakan & Prosedur Sekertaris Perusahaan

Humas & marketing Communication Protokol, Hubungan kelembagaan Hukum CSR & PKBL Satuan Pengawas Internal Pengawasan Operasional Pengawasan Keuangan Quality Assurance Special Function

(59)

Sumber : Struktur Organisasi PT Asuransi Jasa Indonesia Sulawesi Selatan 2019.

5. Program Asuransi Jasindo Agri

Merupakan suatu bentuk perlindungan kepada petani, peternak, dan nelayan agar dapat mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam menjalankan kegiatan mereka sehingga memusatkan perhatian pada pengelolaan usahatani, peternakan, dan usaha penangkapan ikan yang lebih baik, lebih aman, dan lebih menguntungkan.Sebagai bentuk asuransi yang ditunjuk pemerintah sebagai pelaksana program, Jasindo Agri memiliki beberapa produk asuransi yang mendapat dukungan dari pemerintah antara lain:

1) Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)

Memberikan perlindungan kepada petani dari ancaman resiko gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, penyakit, dan serangan organisme penganggu tanaman.

a) Premi : Rp.180.000 (bantuan pemerintah 80% menjadi Rp.36.000)

b) Pertanggungan : maksimal Rp.6.000.000 per hektar dengan intensitas kerusakan 75% serta luas kerusakan 75%.

c) Kriteria petani : Petani penggarap atau petani pemilik lahan maksimal 2 hektar.

(60)

d) Kriteria lahan : lahan irigasi atau lahan tadah hujan yang dekat dengan sumber air.

e) Ganti rugi : Umur padi sudah melewati 10 hari tanam (HST), umur padi sudah melewati 30 hari.

2) Asuransi usaha ternak sapi (AUTS)

Memberikan perlindungan kepada peternak sapi dari ancaman resiko kematian akibat beranak, penyakit, dan kecelakaan serta kehilangan akibat kecurian.

a) Premi Rp. 200.000 (bantuan pemerintah 80% menjadi Rp. 40.000).

b) Pertanggungan : maksimal pertanggungan Rp. 10.000 per ekor sapi.

c) Kriteria peternak : Peternak pembibitan / pembiakan & peternak skala kecil yang diatur undang-undang.

d) Kriteria sapi : sapi indukan / sapi betina, usia produktif minimal 1 tahun, memiliki identitas jelas (cap bakar, kartu ternak, dll. Serta sapi dalam kondisi sehat

e) Ganti rugi : sesuai harga pertanggungan dikurangi hasil penjualn daging (dalam hal sapi dilakukan potong paksa)

(61)

3) Asuransi Nelayan

Memberikan perlindungan kepada nelayan dari ancaman resiko meninggal dunia baik disaat melakukan aktivitas penangkapan ikan maupun diluar aktivitas.

a) Premi : Rp. 175.000 ( 100% dibayar pemerintah) b) Manfaat : santunan kecelakaan akibat melakukan

aktivitas penangkapan ikan dan santunan kecelakaan akibat selain melakukan aktivitas penangkapan ikan. c) Kriteria nelayan : memiliki kartu nelayan yng masih

berlaku, memiliki rekening tabungan atau membuat surat pernyataan kesanggupan memiliki ekening tabungan, menggunakan kapal penangkapan ikan berukuran paling besar 10 Gross Tonnage (GT), berusia maksimal 65 tahun.

C. Dinas Pertanian dengan Jasindo

Pemerintah Daerah Kabupaten Barru melakukan kegiatan pemberdayaan dengan Jasindo yang ditandai dengan nota kesepahaman (MOU) dengan Nomor: 02/Kpts/SR.230/B/01/2020 yang telah dibuat dan diatur oleh putusan Mentri Pertanian tentang Pedoman Premi Bantuan Asuransi Usaha Tani padi (AUTP). Kegiatan ini telah dimulai pada tahun 2017. Salah satu tujuan dalam melaksanakan suatu kerjasama yaitu dengan harapan dapat meraih tujuan yang ingin dicapai dari pada masing-masing pihak. Pada bagian ini peneliti menjelaskan tentang Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir  Pemberdayaan  Kelompok  Tani  Padi  di  Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru
Tabel 3.1 Informan penelitian
Tabel 4.1. Lahan sawah
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk di Wilayah Kecamatan Tanete Rilau  No  Desa/ Kelurahan  Jumlah Penduduk
+6

Referensi

Dokumen terkait