• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

7 1.947 Sumber : Dinas Pertanian Penyuluhan Tanete Rilau 2019

D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

2. Faktor penghambat :

a. Cuaca

Cuaca adalah salah satu faktor yang perlu diwaspadai oleh para petani padi, misalnya hujan deras yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu yang singkat maupun dalam waktu yang cukup lama, yang membuat padi tenggelamsehingga menghambat pertumbuhan padi atau malah dapat mematikan bagi padi.

“Tahun lalu juga disini jarang panenkarena padi tenggelam banjir selama satu minggu, jadinya gagal panen. namun dengan adanya asuransi dapat membantu ada didapat uang ganti rugi (Hasil wawancara dengan BI Anggota Kelompok Tani Padi Kecatamatan Tanete Rilau Desa Pao-pao tanggal 8 Februari 2020)”

Senada dengan ungkapan diatas, Ketua kelompok Tani Desa Pao-Pao mengatakan bahwa :

“sebenarnya salah satu kendala yaitu terlambat hujan dan kalau hujan biasa deras sekali mau menanam tidak memungkinkan karena tiba- tiba banjir yang disebabkan oleh faktor alam (Hasil wawancara denga MR, Tanggal 8 februari 2020)”.

Salah satu faktor yang dapat menghambat dalam produksi padi ini adalah faktor cuaca. Cuaca menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan program kerjasama ini, dikarenakan perkembangan penanaman padi sangat bergantung pada kondisi cuaca. Menghadapi situasi ini, usaha maksimal yang bisa dilakukan para petani adalah dengan melakukan perbaikan irigasi keluar masuknya air agar menetralisir ancaman terjadinya air yang berlebih memenuhi sawah.

b. Penyakit

Penyakit utama yang kerap merugikan para petani padi terdiri dari keong mas, tikus, burung, dan penyakit lainnya. Penyakit ini dapat mengganggu perkembangan tanaman padi, penyakit ini biasanya terjadi bersumber dari kondisi cuaca, kondisi lingkungan maupun cara merawat yang kurang baik dari petani sendiri, maka dari itu perlu ada antisipasi dan pemahaman dalam merawat produksi tanaman padi ini.

Berikut hasil wawancara dengan MR selaku Ketua Kelompok Tani Desa Pao-pao Kecamatan Tanete Rilau :

“masalahnya yang sering makan padi itu keong mas kalau tidak di semprot mati semua padi, apalagi padi umur muda yang ditanam jadi harus lebih tua umurnya baru ditanam (Hasi wawancara dengan MR tanggal 8 februari 2020)”.

Antisipasi yang mesti dilakukan dengan memperhatikan jangka waktu panen dengan penanaman, atau dengan penyemprotan vaksin hama, juga dengan memasang perangkap untuk mencegah masuknya hewan liar seperti udang kecil, kepiting, dan burung ke dalam sawah yang bisa menularkan penyakit dikarenakan hewan-hewan ini merupakan hewan

carrier (pembawa penyakit).

c. SDM yang kualitasnya belum merata.

Sistem penanaman padi secara intensif telah menjadi pola tanam yang dianut oleh sebagian besar petani Indonesia dalam meningkatkan produktifitas padi secara cepat. Namun, di Kecamatan Tanete Rilau, mayoritas cara penanaman padi masih menggunakan metode tradisional. Dengan ini, baik dari pihak Dinas Pertanian maupun Jasindo dengan

adanya program kerjasama ini, dapat meningkatkan kualitas para Kelompok Petani di Kecamatan Tanete Rilau. Pengembangan dengan metode intensif di Kabupaten Barru diharapkan dapat menginisiasi petani lainnya untuk mengimplementasikan hal yang serupa sehingga peningkatan produktivitas dapat lebih luas.

Berikut hasil wawancara dengan AE AGRI Jasindo mengenai faktor penghambat dalam kerjasama ini:

“kalau salah satu sih kendala masih banyaknya masyarakat yang memang belum berminat dan berpikir bahwa asuransi itu tidak ada, kemungkinannya juga mungkin tidak dapat. Masalah yang kedua ini dimana petani-petani ini kadang ada yang belum terlalu paham mekanisme klaim asuransinya padahal ini yang sangat penting misalkan terjadi kerusakan(Hasil wawancara dengan SI, AE AGRI Jasindo KP Pare-Pare tanggal 7 februari 2020)”.

SDM yang kualitasnya belum merata sangat berpengaruh dalam merawat padi, maka dari itu dengan adanya edukasi yang diberikan baik dari dinas pertanian maupun jasindo dapat membantu memberikan pemahaman kepada kelompok tani dikecamatan tanete rilau tentang bagaimana cara merawat tanaman padi yang baik dan benar.

Berikut hasil wawancara dengan YA selaku Dinas Pertanian bidang Penyuluh Pertanian Muda kecamatan tanete rilau:

“kendalanya yaitu kurangnya mengikuti saran pemerintah, kemudian dari tingkat pendidikan rendah dan berbeda-beda.cuma terkadang yang juga dia tau itu bagus tapi dia tidak lakukan kemudian banyaknya faktor dari teman petani yang mempengaruhi untuk tidak melakukan(Hasil wawancara dengan YA, tanggal 6 februari 2020)”.

Senada dengan pernyataan diatas, berikut pernyataan MA, Penyuluh Pertanian Lanjutan Kecamatan tanete Rilau Kab. Barru:

“Kalau perkembangannya yaitu belum relevan dengan penyuluhan artinya minat atau merubah watak masyarakat itu susah artinya belum ada perubahan secara signifikan artinya 50:50 ada yang sudah berubah ada yang tidak karena pola pikirnya masyarakat itu susah diatur kalau petani kan dimatanya itu cuman melihat artinya dia mau melakukan sesuatu ketika dia lihat itu sudah berhasil tapi sebelum ada kejadian atau keberhasilan disuatu tempat dia tidak mau melakukan disebakan pola fikirnya yang masih minim, kita sebagai penyuluh tugasnya pendampingan dan yang mau dirubah adalah pola fikirnya, sebenarnya dulunya itu dia tanam serumpak atau tanam biasa sekarang kan ada program untuk meningkatkan produktifitas diantaranya jajar legowo ada yang 2:1 ada yang 3:1 dan 4:1 untuk merubah pola fikirnya masyarakat untuk beralih ke pola itu di belum bisa serta kemauan yang kurang(Hasil wawancara dengan MA, tanggal 7 februari 2020)”.

Adapun hasil wawancara dengan MR selaku Ketua Kelompok Tani Desa Pao-pao Kecamatan Tanete Rilau kab. Barru:

“itu masyarakat biasanya tidak mau mendengar kalau diberi tahu, kendalanya kita sebagai ketua kelompok menghadapi banyak anggota kelompok. biasanya mereka tidak mau merubah pendiriannya, semisal saya mengajak mereka ke penyuluh soal hama-hama. mereka bilang, buat apa kita datang karena kita sudah tahu (wawancara dengan MR, tanggal 8 Februari 2020)”.

Berdasarkan hasil wawancara denganAE AGRI Jasindo KP Pare-Pare dan Dinas Pertanian bidang Penyuluh Pertanian Muda Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru serta ketua Kelompk Tani, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksaan ini pastinya tak lepas dari faktor pendukung dan penghambat, maka dengan itu baik dari pihak Jasindo maupun Dinas Pertanian pastinya akan memaksimalkan faktor-faktor yang dapat mendukung program kerjasama ini, juga berupaya mengantisipasi tentang apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan ini.

66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yag dilakukan, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Dinas Pertanian Kab. Barru melakukan kegiatan pemberdayaan dengan Jasindo (Jasa Asuransi Indonesia) melalui nota kesepahaman (MOU) dengan Nomor: 02/Kpts/SR.230/B/01/2020 tentang Pedoman Premi Bantuan Asuransi Usaha Tani padi (AUTP). Kegiatan Dinas Pertanian dan Jasindo dalam bentuk:

a. Penyadarandan Pembentukan Prilaku

Yaitu dalam tahap ini, Dinas Pertanian melakukan dengan Penyuluhan secara berkala yakni empat kali dalam seminggu, serta merubah pola fikir petani dengan peralihan vairetas cisadani yang berumur 135 hari ke varietas bibit genjah dimana umur tanamnya lebih singkat dari pada sebelumnya yakni 115 hari. Kemudian Jasindo memilik peran dan tanggung jawab dalam kerjasama ini yakni membantu petani melalui program asuransi usaha tani (AUTP) dengan simbolis pengambilan klaim sehingga sewaktu-waktu terkena terkena bencana semisal banjir, kekeringan dan hama mendapat jaminan modal untuk usaha menanam kembali.

b. Transformasi Pengetahuan dan Keterampilan

Yaitubahwa, Dinas Pertanian melakukan dengan cara yaitu pemberian pengetahuan dilakukan dengan pemaparan presentasi slide, pratik dan penyuluhan disaat yang bersamaan, adapun pengetahuan yang diberikan bagaimana mengatasi hama seperti cara mengatasi hama wereng, keong mas, penyakit-penyakit pada padi serta agrobisnis.

Adapun keterampilan yang yang dilakukan Dinas Pertanian dalam kerjasama ini yaitu memberdayakan Kelompok Tani dengan mengolah dan memanfaatkan lahan pekarangan agar penghasilannya bertambah, dan memfasilitasi Kelompok Tani membuat RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok) yaitu membuat kebutuhn pupuk untuk setiap tahunnya.

c. peningkatan kemampuan intelektual

Yaitu bahwa dalam bentuk peningkatan kemampuan intelektual, Kelompok tani, telah mengetahui dan sadar bagaimana umur yang tepat penanaman bibit padi dan jenis bahan semport hama yang digunakan tanpa merusak tanaman padi. Serta terampil dalam mengolah lahan pekarangan rumahnya sendiri agar dapat mengurangi pengeluaran ekonomi.

2. Faktor pendukung dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru adalah peyuluhan yang tinggi, sarana dan prasarana, juga sumber daya alam. Faktor penghambat

dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Padi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barruyaitu cuaca, hama, penyakit padi, dan SDM yang masih kurang merata.

B. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas dan menganalisis hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis mereka perlu memberikan masukan sebagai berikut :

1. Perlu dipertahankan dan dikembangkan program ini demi meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan Kelompok Tani khususnya di Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru

2. Perlu ada kesadaran sikap yang tinggi dan partisipasi Kelompok Tani dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam demi meningkatkan kesejahteraannya salah satunya turut andil dalam Pelaksanaan Penyuluh Dinas Pertanian Kecamatan Tanete Rilau dengan PT Jasindo.

Dokumen terkait