• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Psikologi ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Psikologi ISSN:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan antara Optimisme dengan Penyesuaian Akademik

(Studi pada Anak Panti Asuhan Al-Hayat Bandung)

Correlation of Optimim and Academic Adjustment (Study On Child Who Lived At Al-Hayat Orphanages Bandung)

1

Tri Eka Putri, 2Umar Yusuf

1,2Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 email: 1triekaptri@yahoo.com, 2kr_umar@yahool.co.id

Abstract. Child development who lived with their family would be different with child who lived in an

orphanage, it’s because of psychological needs for children who lived in an orphanage are still not fulfilled. Some studies has also shown that the psychological needs of children who lived in an orphanage are inferior, passive, withdrawn, desperate, pessimistic, full of fear and anxiety. Problems that related to internal and psychological conditions of the orphanage will likely effects to a low level of achievements. Besides the psychological problems, the orphanages also have academic problems. But at one of orphanages in Bandung, named Al-Hayat, there are children who has optimist characteristics and has good achievement and academic adjustment. Therefore, the purpose of this study is to find out how close the correlation between optimism and academic adjustment in children who lived at Al-Hayat Orphanage Bandung. Theory that used in this study is Seligman's optimism theory that includes three aspects: permanence, pervasiveness and personalization; and Bem P. Allen’s academic adjustment theory that includes four aspects: time management, learning strategies, facing exams and career preparation. The results show that the coefficient correlation is 0.594 with significance level 0.007 which indicates that there is a close positive correlation between optimism and academic adjustment.

Keywords: optimism, academic adjustment, orphanages

Abstrak. Perkembangan anak yang tinggal dengan keluarganya akan berbeda dengan anak yang tinggal di

panti. Hal ini dikarenakan kebutuhan psikologis bagi anak panti masih belum terpenuhi dengan baik. Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa gambaran kebutuhan psikologis anak panti adalah inferior, pasif, menarik diri, muduh putus asa, pesimis, penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Permasalahan yang terkait dengan kondisi internal dan psikologis pada anak panti bukan tidak mungkin akan mengakibatkan rendahnya prestasi yang mereka miliki. Karena selain permasalahan psikologis, anak panti juga menunjukan permasalahan di bidang akademik. Namun pada Panti Asuhan Al-Hayat Bandung ditemukan anak-anak yang menunjukan karakteristik yang optimis dan memiliki prestasi serta penyesuaian akademik yang baik. Oleh karenanya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara optimisme dengan penyesuaian akademik pada anak yang tinggal di Panti Asuhan Al-Hayat Bandung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori optimisme dari Seligman yang didalamnya terdapat tiga aspek yaitu, permananence, pervasivness dan personalization dan Teori penyesuaian akademik dari Bem P. Allen di dalamnya terdapat empat aspek yaitu manajemen waktu, strategi belajar, menghadapi ujian dan persiapan karir. Hasil korelasi menunjukan koefisien korelasi sebesar 0.594 dengan taraf signifikansi 0.007 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang erat antara optimisme dengan penyesuaian akademik.

Kata kunci: optimisme, penyesuaian akademik, panti asuhan

A. Pendahuluan

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi tumbuh kembangnya seorang anak. Secara ideal perkembangan anak akan optimal apabila mereka bersama keluarganya. Orang tua dan suasana rumah memegang peran kunci bagi kehidupan seorang anak. Mereka berperan dalam menangani dan memenuhi kebutuhan seoarang anak seperti makan, tempat tidur, pakaian, rasa aman, suasana hangat dan penuh kasih sayang untuk mensejahterakan hidup mereka. (Papalia, 2006).

(2)

tidak semua anak masih memiliki orang tua, dan tidak semua anak diinginkan oleh orang tua mereka. Ada sebagian anak yang harus berpisah dengan salah satu orangtuanya ataupun kedua orangtuanya, sehingga menjadi tidak ada yang mengasuh, menjadi anak yang terlantar dan tidak semua anak berasal dari keluarga dengan ekonomi yang tinggi. Hal ini membuat kebutuhan anak yang kurang terpenuhi dengan baik. Oleh karenanya, baik dari pemerintah atau swasta memberikan layanan dan fasilitas yang kemudian dikelola menjadi lembaga atau disebut panti asuhan.

Perkembangan anak yang tinggal dengan keluarganya akan berbeda dengan anak yang tinggal di panti asuhan. Hal ini dikarenakan kebutuhan-kebutuhan psikologis bagi anak panti asuhan masih belum terpenuhi dengan baik. Permasalahan yang terkait pada kondisi internal dan psikologis pada anak panti bukan tidak mungkin akan mengakibatkan rendahnya prestasi yang mereka miliki. Karena selain permasalahan-permasalahan psikologis yang dihadapi anak panti, anak panti asuhan juga menunjukan permasalahan di bidang akademik. Dimana anak panti cenderung memiliki perkembangan persepsi, intelektual dan kognitif yang berjalan lebih lambat di bandingkan dengan anak yang tinggal dengan keluarganya. Anak panti juga kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat mereka.

Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap beberapa panti asuhan yang ada di Bandung, didapatkan data bahwa banyak anak panti yang memiliki prestasi akademik yang kurang memuaskan. Terdapat juga anak yang bermasalah di sekolah sehingga pengurus panti sering dipanggil oleh pihak sekolah. Oren (2012) dalam penelitiannya juga memaparkan anak-anak yang tinggal di panti asuhan cenderung tidak berani untuk memandang ke masa depan, bahkan mereka memiliki ekspektasi negative akan masa depannya.

Namun pada salah satu panti asuhan yang didatangi, yaitu Panti Asuhan Al-Hayat ditemukan data-data positif dari anak-anak di panti tersebut. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pengurus panti, anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan Al-Hayat menunjukan perilaku rajin belajar, percaya diri, tidak membuat masalah di sekolah dan memiliki prestasi yang baik pula, dimana banyak dari anak panti yang mendapatkan rangking 10 besar di sekolahnya dan terdapat pula anak panti yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat universitas. Anak-anak panti juga jarang membuat masalah ataupun menunjukan perilaku yang negatif.

Anak-anak di Panti Asuhan Al-Hayat juga memiliki jadwal yang teratur dimana mereka mempunyai waktu belajar yaitu saat jam 7 malam, sebelum tidur dan saat diwaktu senggang. Mereka juga mengatur jadwal penggunan laptop berdasarkan keringananan tugas dimana anak yang tugasnya ringan memakai laptop terlebih dahulu. Beberapa anak panti juga mempunyai strategi belajar, dimana apabila ada ujian mereka akan belajar seminggu sebelumnya atau saat jadwal ujian telah diberikan dengan membaca catatan atau mengerjakan soal-soal latihan. Anak-anak Panti Asuhan Al-Hayat juga tidak merasa cemas saat menghadapi ujian karena mereka telah mempersiapkan diri dengan belajar. Beberapa dari anak panti juga memiliki perencanaan karir, mereka telah memilki jurusan/universitas/sekolah yang diminati atau ada juga yang merencanakan untuk kerja baru kemudian melanjutkan pendidikannya.

Data diatas dapat ditinjau dengan konsep penyesuaian akademik. Penyesuaian akademik menurut Bem. P. Allen adalah kemampuan siswa dalam mengatasi tuntutan dan permasalahan yang ada di sekolah, dengan menggunakan seluruh kemampuan dan pengalamannya untuk menyesuaikan tingkah lakunya, pikirannya, serta perasaannya sendiri dengan orang lain.

(3)

Perilaku-perilaku positif yang tampak dan prestasi-prestasi yang dimiliki pada anak panti asuhan Al-Hayat tidak muncul secara tiba-tiba. Bertempat tinggal dan hidup di panti asuhan bukanlah hal yang mudah bagi seorang anak sehingga mereka mengalami shock pada masa awal mereka tinggal di panti. Berpisah dengan orang tua merupakan pengalaman buruk yang dialami seorang anak. Kebanyakan dari mereka masih menangisi orang tuanya di bulan-bulan awal mereka tinggal di panti asuhan. Mereka terlihat lebih sering sedih, murung, pendiam, dan tidak mau bersosialisasi dengan yang anak-anak yang lain. Hal tersebut terjadi di waktu beberapa bulan awal saat anak mulai tinggal panti sebelum akhirnya berangsur-angsur mereka dapat beradaptasi. Rata-rata dari mereka saat semester awal sekolah juga memiliki nilai-nilai akademik mereka kurang memuaskan.

Seligman (2006) menyatakan bahwa pengalaman buruk atau krisis yang dialami seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi optimisme. Apabila individu tersebut dapat terbebas dari krisis tersebut, maka dia akan mengembangkan teori bahwa kejadian buruk bisa dirubah dan ditaklukkan. Namun, apabila pada kenyataanya kejadian tersebut menetap dan meluas dalam hidupnya, maka mereka akan menjadi individu yang putus asa.

Untuk menunjang perkembangan kepribadian anak-anak panti dan meningkatkan prestasinya, Panti Asuhan Al-Hayat menerapakan beberpa sistem yaitu menjaga komunikasi, memberikan motivasi apabila mereka gagal, dan memberikan reward apabila mereka berhasil dalam bidang akademiknya serta dengan adanya perlakukan dari pengrus panti seperti menerapkan kepada anak-anak pantinya untuk menerima dan bersyukur dengan keadaan mereka, berpikir positif mengenai apa yang terjadi pada hidupnya, serta berpikir optimis mengenai masa depannya.

Sistem yang diterpakan oleh Panti Asuhan Al-Hayat membantu anak-anak panti terlepas dan bangkit dari masa-masa krisis mereka sehingga anak-anak panti juga menunjukan perilaku optimis. Hal itu terlihat dari mereka menganggap bahwa pengalaman buruk yang menimpa mereka tersebut hanya berlaku sementara dan tidak akan berlaku selamanya. Mereka lebih memandang bahwa pengalaman buruk yang menimpa hidup mereka tersebut disebabkan oleh faktor dari luar (faktor eksternal) dan bukan berasalal dari diri mereka sendiri (faktor internal). Mereka juga mengganggap bahwa pengalaman buruk yang menimpa mereka tidak akan meluas ke aspek kehidupan yang lain, mereka tetap yakin mereka bisa sukses walupun mereka tidak memiliki orang tua atau karena mereka berpisah dengan orang tua sehingga mereka harus tinggal di panti.

Sehingga akhirnya setelah 2 semester atau 1 tahun dari awal anak tinggal di panti, prestasi akademik mereka pun berangsur-angsur meningkat dan akhirnya banyak dari mereka yang memiliki prestasi akademik yang memuaskan. Menurut Seligman (2006) seorang anak akan berprestasi apabila di dasari dengan optimisme di dalam dirinya, bahwa potensi yang dimiliki seoarang anak akan sia-sia apabila tidak memempunyai diri yang optimis.

Anak-anak panti juga percaya bahwa prestasi yang selama ini mereka peroleh akan terus menetap. Mereka akan terus berusaha dan belajar dengan giat untuk mempertahankan prestasi yang telah mereka capai. Mereka juga percaya bahwa prestasi yang mereka miliki sekarang akan memberikan jalan bagi mereka dalam mewujudkan cita-cita dan karir yang mereka impikan.

Secara keseluruhan, dari data-data tersebut, dapat ditinjau dengan konsep Optimisme dari Seligman. Dimana optimisme adalah bagaimana seseorang bersikap positif terhadap suatu keadaan. Optimisme lebih ditujukan pada bagaimana seseorang

(4)

menjelaskan mengenai sebab terjadinya suatu keadaan baik atau keadaan buruk (Seligman,2006).

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti seberapa erat hubungan antara optimisme dengan penyesuaian akademik pada anak yang tinggal di Panti Asuhan Al-Hayat Bandung.

B. Landasan Teori

Optimisme adalah bagaimana seseorang bersikap positif terhadap suatu keadaan. Optimisme lebih ditujukan pada bagaimana explanatory style seseorang dalam menjelaskan mengenai sebab terjadinya suatu keadaan baik atau keadaan buruk. (Seligman, 2006)

Aspek-aspek optimisme:

1. Permanence (ketetapatan suatu peristiwa)

Permananence menggambarkan bagaimana individu melihat suatu peristiwa

terjadi, apakah bersifat tetap atau sementara. 2. Pervasiveness (keluasaan suatu peristiwa)

Pervasivness menunjukkan dimensi ruang dari suatu kejadian atau peristiwa,

apakah berlaku spesifik untuk suatu kejadian saja atau berlaku umum untuk semua kejadian.

3. Personalization (sumber ata peristiwa)

Personalization merupakan penyebab suatu peristiwa itu terjadi, apakah dari

dalam diri individu (internal) atau dari luar diri individu (eksternal).

Seligman (2006) juga menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi optimisme, yaitu:

1. Explanatory style yang digunakan ibu

Gaya ibu berbicara mengenai dunia terhadap anak akan mempengaruhi gaya penjelasan anak ketika ia dewasa.

2. Kritik dari orang dewasa: guru dan orang tua

Anak tidak hanya mendengar isi pembicaraan, akan tetapi juga bentuk pembicaraan dan bagaimana orang dewasa mengungkapkan perkataan. Dalam hal ini, anak akan mempercayai kritik yang disampaikan kepada mereka dan akan menggunakannya untuk membentuk explanatory style sendiri. Penyampaian pujian atas usaha anak akan membantu membangun optimisme dalam diri anak.

3. Krisis pada kehidupan anak-anak

Ada dua kemungkinan mengenai krisis dan trauma yang terjadi pada awal kehidupan. Bila berhenti, maka akan muncul pemahaman bahwa peristiwa-peristiwa buruk dapat berubah dan diatasi. Akan tetapi, bila menetap dan meluas, maka akan menanamkan bibit-bibit keputusasaan. Kemampuan untuk memprediksi dan mengendalikan situasi secara sedikit demi sedikit akan membangun cara pandang yang optimis remaja terkait perceraian, perpisahan atau peristiwa yang buruk.

Faktor utama yang menimbulkan resiko depresi dan pencapaian prestasi yang rendah pada anak-anak, (Seligman, 2006) yaitu:

1. Explanatory style yang pesimis.

Anak-anak memandang peristiwa- peristiwa buruk bersifat permanen, pervasif dan personal seiring berjalannya waktu akan mengalami depresi dan berprestasi buruk disekoah.

(5)

Anak-anak yang mengalami lebih banyak peristiwa buruk (misalnya: perpisahan orangtua, kematian anggota keluarga, orangtua kehilangan pekerjaan akan mengalami depresi yang lebih parah dan prestasi lebih rendah.

Bem. P. Allen (1990) menjelaskan bahwa penyesuaian akademik di sekolah adalah kemampuan siswa dalam mengatasi tuntutan dan permasalahan yang ada di sekolah, dengan menggunakan seluruh kemampuan dan pengalamannya untuk menyesuaikan tingkah lakunya, pikirannya, serta perasaannya sendiri dengan orang lain.

Aspek-aspek penyesuaian akademik: 1. Manajemen Waktu

Individu yang mempunyai memanajemen waktunya dengan mempunyai pengaturan jadwal sehari-hari, merencanakan tujuan jangka panjang dan mempunyai prinsip dalam pengaturan jadwal tersebut.

2. Strategi Belajar

Individu mempunyai strategi belajar yang efektif dan dapat mempersiapkan ujian.

3. Menghadapi Ujian

Bagaimana individu mengatasi kecemasaan saat ujian dan apakah individu tersebut memiliki strategi dalam mengikuti ujian.

4. Persiapan karir

Apakah individu mempunyai pilihan jurusan untuk masa depannya dan mempersiapkan prospek kerja dimasa depan.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hubungan Antara Optimisme (X) dengan Penyesuaian Akademik (Y)

Berikut adalah penelitian mengenai hubungan antara optimisme dengan penyesuaian akademik, yang diuji menggunakan teknik analisis korelasi Rank Spearman. Hasil pengujian dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 1. Hubungan Antara Optimisme (X) dengan Penyesuaian Akademik (Y)

Sumber: SPSS dari data penelitian yang sudah diolah, 2017.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa besarnya hubungan antara optimisme dengan penyesuaian akademik pada penelitian ini sebesar 0.594. Koefisien korelasi tersebut termasuk dalam kategori korelasi sedang dengan taraf signifikansi untuk hipotesis sebesar 0.007. Hal ini menunjukkan bahwa 0.007 < α (0.01), maka H0 ditolak

dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara optimisme dengan penyesuaian

akademik pada anak Panti Asuhan Al-Hayat Bandung, sehingga semakin tinggi derajat optimisme maka semakin tinggi pula penyesuaian akademik.

(6)

Tabel 2. Hubungan Aspek-Aspek Optimisme dengan Penyesuaian Akademik Aspek Koefisien Korelasi

& Signifikansi

Keterangan

Permanence 0.457&0.049 Terdapat korelasi sedang dan signifikan

antara permanence dengan penyesuaian akademik

Pervasivness 0.477&0.039 Terdapat korelasi sedang dan signifikan

antara pervasivness dengan penyesuaian akademik

Personalization 0.603&0.006 Terdapat korelasi tinggi dan signifikan

antara personalization dengan penyesuaian akademik

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa ketiga aspek optimisme yaitu

permanence, pervasivness dan personalization memiliki hubungan dengan

penyesuaian akademik. Dalam penelitian ini personalization merupakan aspek

optimsme yang paling tinggi tingkat keeratan hubungannya dengan penyesuaian

akademik pada anak yang tinggal di Panti Asuhan Al-Hayat Bandung. Dapat diartikan bahwa semakin anak panti menganggap bahwa kesuksesan dan kejadian baik (good

situations) yang menimpa dirinya selama anak berada di bangku pendidikan bersifat

internal yaitu disebakan oleh usaha dan kerja kerasnya sendiri dan tidak akan menyalahkan dirinya sendiri ketika mereka mengalami kegagalan dan kejadian buruk (bad situation) selama anak berada di bangku pendidikan maka akan semakin tinggi juga penyesuaian akademiknya

Tabel 3. Hubungan Optimisme dengan Aspek-Aspek Penyesuaian Akademik Aspek Koefisien Korelasi

& Signifikan Keterangan

Manajemen

Waktu 0.494 & 0.032

Terdapat korelasi sedang dan signifikan antara optimisme dengan manajemen waktu Strategi

Belajar 0.516&0.024

Terdapat korelasi sedang dan signifikan antara optimisme dengan strategi belajar Menghadapi

Ujian 0.705&0.001

Terdapat korelasi tinggi dan signifikan antara optimisme dengan menghadapi ujian Persiapan

Karir 0.759&0.000

Terdapat korelasi tinggi dan signifikan antara optimisme dengan persiapan karir Optimisme memiliki hubungan dengan seluruh aspek penyesuaian akademik. Dalam penelitian ini optimisme memiliki keeratan hubungan yang paling tinggi dengan aspek menghadapi ujian dan aspek persiapan karir pada anak yang tinggal di Panti Asuhan Al-Hayat Bandung. Dapat diartikan bahwa tingkat optimisme anak panti selama dia berada di bangku pendidikan akan sangat berhubungan dengan anak dalam menghadapi ujian dimana mereka tidak akan cemas karena mereka merasa yakin dengan kemampuan yang dimilikinya dan telah mempersiapkan diri untuk ujian tersebut. Anak panti yang optimis juga percaya bahwa mereka memiliki karir yang baik di masa depan dan akan mempersiapkan dirinya untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang mereka inginkan.

Optimisme yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis (Scheier dan Carver, 2002), menekan stress, meningkatkan prestasi, menanggulangi dan mencegah depresi, meningkatkan produktifitas, serta berdampak positif pada

(7)

kesehatan fisik (Seligman, 2006). Dapat diartikan bahwa anak-anak di Panti Asuhan Al-Hayat yang mempunyai optimisme tinggi cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang dia kerjakan karena mereka memiliki antusiasme yang tinggi dalam menghadapi tantangan salah satunya adalah tantangan dalam bidang akademik. Mereka juga lebih percaya diri, tidak mudah menyerah bahkan memacu dirinya untuk lebih keras lagi untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Mereka akan berusaha menyelesaikan masalahnya dan akan meminta pertolongan atau nasehat kepada orang yang lebih mengerti. Mereka juga tidak larut dengan perasaan negatif yang dimiliki, tetap berusaha bangkit apabila mereka gagal atau menghadapi suatu masalah. Oleh karena itu mereka lebih mudah untuk melakukan penyesuaian akademik dengan tuntutan-tuntutan akademik yang harus mereka hadapi, hal ini terlihat dari perilaku sehari-hari pada anak Panti Asuhan Al-Hayat Bandung dimana mereka memiliki manajemen waktu yang baik, mempunyai strategi belajar yang efektif, dapat menghadapi ujian dengan baik dan mempunyai persiapan karir.

D. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan beberapa hasil penelitian sebagai berikut:

1. Optimisme memberi kontribusi yang positif pada penyesuaian akademik. Hal tersebut dilihat dari adanya hubungan yang positif dengan korelasi yang sedang antara optimisme dengan penyesuaian akademik pada anak yang tinggal di Panti Asuhan Al-Hayat Bandun dengan korelasi sebesar 0.594 dan nilai signifikansi sebesar 0.007 yang berarti semakin tinggi optimisme maka semakin tinggi pula penyesuaian akademik, begitupun sebaliknya. Hal ini ditunjukkan pula oleh hasil tabulasi silang yang mayoritas dari mereka menunjukkan optimisme yang tinggi dengan penyesuaian akademik yang tinggi juga.

2. Berdasarkan hasil korelasi tiap aspek optimisme yang dihubungkan dengan penyesuaian akademik, didapatkan bahwa korelasi tertinggi berada di aspek pengamalan dengan korelasi sebesar 0.603. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang tinggal di Panti Asuhan Al-Hayat yang memiliki penyesuaian akademik tinggi di dukung oleh pola pikir mereka memandang kejadian baik (good

situation) dan kesuksesan yang diraihnya selama ia berada di bangku

pendidikan bersifat internal yaitu disebakan oleh usaha dan kerja kerasnya dan tidak menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian buruk (bad situation) atau kegagalan yang dialaminya dan memandang bahwa kejadian buruk dan kegagalan yang dialaminya selamai ia berada di bangku pendidikan.

3. Berdasarkan hasil korelasi optimisme yang dihubungkan dengan aspek-aspek penyesuaian akademik, didapatkan hasil korelasi tertinggi adalah pada optimisme dengan aspek menghadapi ujian dan aspek persiapan karir. Optimisme dengan aspek menghadapi ujian mempunyai korelasi sebesar 0.705 dan optimisme dengan aspek persiapan karir mempunyai korelasi sebesar 0.759. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat optimisme yang dimiliki anak panti selama dia berada di bangku pendidikan akan sangat mempengaruhi saat anak panti akan menghadapi ujian dan berhubungan dengan meningkatnya persiapan karir anak panti tersebut.

(8)

E. Saran Saran Teoritis

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti dengan tema yang sama, diharapkan mempertimbangkan adanya faktor-faktor lain seperti faktor dukungan sosial terutama dukungan dari lembaga yang diperkirakan dapat mempengaruhi optimisme maupun penyesuaian akademik pada anak panti asuhan.

Saran Praktis

1. Disarankan kepada pengurus panti untuk mempertahankan dan meningkatkan lagi optimisme anak-anaknya dengan tetap menjalankan sistem-sistem yang telah diterapkan oleh panti untuk membangun perkembangan dan prestasi anak-anaknya. Karena dengan meningkatnya optimisme yang dimiliki anak panti maka penyesuaian akademik mereka juga akan meningkat terutama dalam menghadapi ujian dan persiapan karir.

2. Disarankan juga kepada pengurus panti untuk menerapkan pemikiran kepada anak-anaknya apabila mereka mengalami kegagalan bahwa kegagalan yang mereka alami bukan disebabkan oleh dirinya, kegagalan tersebut juga tidak akan menetap dan tidak akan meluas ke hal-hal lain dalam hidupnya. Sehingga walaupun mereka gagal, anak akan tetap memiliki pandangan yang optimis dan akan berusaha lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

Allen, Bem P. (1990). Personality, social, and biological perspective on personal

adjustment. Brooks/Cole. Publishing Company, Pacific Grove, California

Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen penelitian. Jakarta. PT. Asdi Mahasatya Carver, C. S., & Scheier, M. F. (2002). Optimism. In C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.),

Handbook of positif psychology. New York: Oxford University Press.

Noor, Hasanuddin. (2010). Psikometri aplikasi penyusunan instrumen pengukuran

perilaku. Bandung: Fakultas Psikologi UNISBA

Oren, Nial. (2012). Hopelessness levels of children with their parents or in an

orphanage. Journal of Social Behaviour and Personality, 40, 3, 501. ProQuest.

Papalia.D, Old.S & Feldman,R.D. (2008). Human development (psikologi

perkembangan). Jakarta. Kencana.

Seligman, M.E.P. (2006). Learned optimism: how to change your life. New York: Pocket Boss

Sugiyono. 2014. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan

Gambar

Tabel 1. Hubungan Antara Optimisme (X) dengan Penyesuaian Akademik (Y)
Tabel 2. Hubungan Aspek-Aspek Optimisme dengan Penyesuaian Akademik  Aspek  Koefisien Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan wawasan dan keterampilan mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar yang memperhatikan tujuan mata kuliah Kalkulus

Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar

Hasil dari penelitian ini, metode K-Nearest Neighbor dengan model regresi dapat melakukan prediksi terhadap harga beras pada tahun 2014 - 2019 dengan nilai RMSE 0,125

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran Quantum Teaching guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada

Berkaitan dengan pemilihan materi pembelajaran Apresiasi Puisi di sekolah yang mempunyai nilai pendidikan karakter bangsa maka puisi-puisi karya WS Rendra

gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh

INOVASI CHURROS DENGAN PENAMBAHAN BUAH PISANG DAN ANALISIS DAYA TERIMA KONSUMEN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu