• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian Pendidikan

Menurut Muhibbin syah (2010:10) Pendidikan berasal dari kata “ didik”, lalu kata ini mendapatkan awalan me sehingga menjadi “ mendidik “, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,tuntunan,dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran

Dalam pengertian yang sempit, pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode – metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas dan representative pendidikan ialah seluruh tahapan pengembangan kemampuan – kemampuan dan perilaku–perilaku manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan (Muhibbin syah 2010:10).

Menurut Ravik Karsidi (2008:24-29) Secara mendasar sekolah bertugas untuk memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang diperlukan seseorang agar ia dapat menapaki perjalanan kedewasaannya secara utuh dan tersalurkannya bakat – bakat potensial yang ia miliki. Namu dalam konteks social pada kenyataannya sekolah mempunyai beberapa fungsi yakni : 1. Sekolah mempersiapkam seseorang untuk mendapat suatu pekerjaan

(2)

2. Sebagai alat transmisi kebudayaan 3. Sekolah mengajarkan peranan social 4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan 5. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib 6. Menciptakan integrasi social

7. Control social pendidikan B. Hakikat jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Seperti hanya yang menurut Suryosubroto (2010:63) bahwa jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang di tetapkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran.

Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2010 jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan di capai , dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan di sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Selain jenjang pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dapat diselenggarakan pendidikan prasekolah. Syarat–syarat dan tata cara pendirian

(3)

serta bentuk satuan, lama pendidikan, dan penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di tetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 13 ayat 1).

Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.

Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi (pasal 15 ayat 1).

Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun

Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah

(4)

Menengah Pertama (atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun.

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/ atau prpfesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/ atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/ atau kesenian (pasal 16 ayat 1).

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen.

C. Hakikat Petani

1. Pengertian Keluarga Petani Bawang Merah

Menurut Ali (Suparyanto, 2011) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam sutu rumah tangga,yang berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Menurut Balian (2012) Petani adalah sebagai orang desa yang bercocok tanam dan beternak di daerah pedesaan tidak di kalangan tertutup (greenhouse) di tengah-tengah kota atau dalam kotak-kotak aspidistir yang diletakkan di atas ambang jendela.

(5)

Dengan demikian keluarga petani pada hakikatnya adalah keluarga yang anggotanya memiliki aktifitas memanfaatkan dan mengelola lahan pertanian baik petani itu memiliki lahan sendiri, penggarap ataupun penyewa.

2. Klasifikasi kepemilikan lahan

Klasifikasi petani di Indonesia berdasarkan kepemilikan lahan menurut Tohir,2006 dapat di bagi menjadi

a. Memiliki < 0,1 Ha adalah buruh tani

b. Memiliki < 0,1–0,5 Ha adalah petani miskin c. Memiliki < 0,5-1,0 Ha adalah petani cukupan d. Memiliki >1 Ha adalah petani mampu

Sedangkan menurut Sayogya,1999 luas lahan pertanian dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Golongan petani kecil dengan luas lahan < 0,5 Ha 2. Golongan petani menengah dengan luas lahan 0,5–1 Ha 3. Golongan petani besar dengan luas lahan >1 Ha

Meskipun terdapat perbedaan, pada dasarnya mereka mengklasifikasikan petani berdasarkan luas lahan yang dimilikinya,kepemilikan lahan menentukan status sosial seseorang. Petani dengan garapan yang luas biasanya tingkat ekonominya lebih tinggi daripada petani yang mempunyai lahan sempit, dengan rata–rata luas lahan pertanian yang diusahakan oleh kebanyakan petani yaitu <0,5 Ha.

Adiwilaga, 2006 mengklasifikasikan petani berdasarkan kepemilikan lahan yaitu sebagai berikut:

(6)

a. Petani pemilik yaitu yang memiliki lahan pertanian sendiri dengan luasan tertentu untuk dikerjakan sendiri atau disewakan kepada orang lain

b. Petani sistem bagi hasil merupakan kesempatan antara petani pemilik lahan dengan penggarap, biasanya disesuaikan dengan kebiasaan dengan kebiasaan masyarakat setempat, bias di bagi setengah–setengah atau tergantung kesepakatan dalam pengelolaan biasanya biaya penguasaan lahan di bebankan pada petani penggarap, sehingga pemilik mendapatkan hasil setelah di kurangi biaya produksi, namun ada juga pemilik yang mendapatkan bagian lebih besar dibanding penggarap sedang biaya produksi di tanggung oleh penggarap. c. Petani penyewa yaitu jika petani tersebut menyewa lahan pertanian dari

pemiliknya dengan jangka waktu tertentu dengan menyerahkan sejumlah uang yang telah ditentukan maka petani berhak mengelola tanah sewaannya.

d. Buruh tani adalah golongan orang–orang yang bekerja pada orang lain dan mendapatkan imbalan sesuai dengan pekerjaannya baik itu berupa sejumlah uang ataupun hasil pertanian, dan mereka tidak memiliki lahan.

D. Hakikat Minat 1. Pengertian minat

Slameto (2010:57) berpendapat bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap, untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan–kegiatan yang diminati seseorang,diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Crow and crow (Djalli, 2011:121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

(7)

Holland (Djalli, 2011:122) berpendapat bahwa, minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat tidak timbul sendirian, ada unsur kebutuhan, misalnya minat belajar, dan lain-lain.

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli tentang minat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah kecenderungan dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas atau kegiatan tertentuberdasarkan kesenangan atau ketertarikan pada obyek tertentu dan obyek tersebut bernilai lebih baginya, jadi dalam penelitian iniminat menyekolahkan anak dapat dikatakan sebagai suatu kecenderungan jiwa seseorang untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi disertai dengan perasaan senang.

2. Klasifikasi minat

Menurut Nursalam (Suparyanto,2011), minat seseorang dapat

diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : a. Rendah

Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat. Yaitu keluarga petani dan buruh tani yang sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang Perguruan Tinggi.

b. Sedang

Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu segera.

Yaitu keluarga petani dan buruh tani yang memiliki keinginan menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi tetapi bukan dalam waktu segera.

c. Tinggi

(8)

Yaitu keluarga petani dan buruh tani yang memiliki keinginan menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi dalam waktu segera.

E. Kesejahteraan Keluarga

Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materill yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun2009).

Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dimana terpenuhi semua kebutuhan : fisik materil, mental spiritual dan social, yang memungkinkan keluarga dapat hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta memungkinkan anak–anak tumbuh kembang dan memperoleh perlindungan yang diperlukan untuk membentuk sikap mental dan kepribadian yang mantap dan matang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas (BKKBN, 2011).

Materi pokok pembangunan keluarga sejahtera bertitik dari pelaksanaan 8 fungsi keluarga yang terdiri dari :

1. Fungsi Keagamaan

Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama. Keluarga juga dapat menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai– nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa.

(9)

2. Fungsi sosial budaya

Manusia adalah makhluk social. Ia bukan hanya membutuhkan orang lain tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Setiap keluarga tinggal disuatu daerah dengan memiliki kebudayaan sendiri. Keluarga sebagian dari masyarakat diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan sosial budaya setempat. Disamping itu keluarga juga mampu menanamkan rasa memiliki terhadap budaya daerahnya tetapi tidak berlebih-berlebihan, sehingga ia mampu menghargai perbedaan budaya harus dijadikan rahmat bukan dijadikan bahan ejekan yang menyebabkan terjadinya permusuhan dan perpecahan.

3. Fungsi cinta dan kasih sayang

Mendapatkan cinta kasih adalah hak anak dan kewajiban orang tua untuk memenuhinya. Dengan kasih sayang orang tuanya, anak belajar bukan hanya menyayangi yang lainnya tetapi juga belajar menghargai orang lain. Membimbing dan mendidik anak dengan penuh cinta kasih akan membuat anak berkembang menjadi anak yang lembut, penuh kasih saying dan bijaksana.

4. Fungsi perlindungan

Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan rasa aman, tenang dan tentram bagi anggota keluarganya. Dalam ajaran islam bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah diperolehnya rasa aman, tenang dan tentram. 5. Fungsi reproduksi

(10)

Salah satu tujuan perkawinan adalah melestarikan keturunan, karena itu pengembangan keturunan bagi suatu keluarga akan mengurangi kebahagiaan bahkan menjadi sebab penderitaan batin bagi keluarga.

6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan

Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak–anaknya. Keluarga selain berfungsi sebagai pendidik juga sebagai pembimbing dan pendamping dalam tumbuh kembang anak, baik secara fisik, mental sosial dan spiritual. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua. Orang tua wajib mengarahkan anaknya agar mengenal, mengetahui dan menjalankan kewajibannya.

7. Fungsi ekonomi

Pemenuhan kebutuhan berupa sandang pangan dan papan adalah kewajiban setiap orang tua, tetapi selai dari itu adalah bagaimana mendorong anggota keluarganya untuk hidup sederhana tidak berlebih–lebihan sehingga ia dapat menghargai setiap jerih payah yang telah di lakukan oleh orang tuanya.

8. Fungsi lingkungan

Kemampuan keluarga dalam pelestarian lingkungan merupakan langkah yang positif. Penempatan diri untuk keluarga sejahtera dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam yang dinamis secara serasi, selaras dan seimbang. Upaya pengembangan fungsi keluarga ini dimaksudkan sebagai wahana bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera dengan difasilitasi oleh institusi masyarakat sebagai lingkungan sosialnya dan dukungan kemudahan dari pemerintah.

(11)

Allah SWT melarang manusia untuk membuat kerusakan di muka bumi ini dan melakukan apa saja yang mengancam kelestarian alam dan lingkungan hidup, karena akibat buruknya akan dirasakan oleh manusia. Berdasarkan hal itulah bahwa suatu keluarga sejahtera tidak bias lepas dari fungsi kelestarian lingkungan ini.

Dalam pendapatan keluarga Indonesia menurut BKKBN, 2011 di klasifikasikan menurut kelompok sebagai berikut :

a. Keluarga pra sejahtera

Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan.

b. Keluarga sejahtera I

Keluarga sejahtera I yaitu keluarga–keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan sosial psikologisnya, seperti kebutuhan ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, dalam keadaan sehat, mempunyai penghasilan, bias baca tulis dan keluarga berencana.

c. Keluarga sejahtera II

Keluarga sejahtera II yaitu keluarga–keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannya seperti kebutuhan untuk peningkatan agama,

(12)

menabung, berinteraksi dalam keluarga, ikut melaksanakan kegiatan dalam masyarakat dan mampu memperoleh informasi.

d. Keluarga sejahtera III

Keluarga sejahtera III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh

kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan

pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan yang maksumal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk material dankeuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasn–yayasan sosial, keagamaan,kesenian, olah raga, pendidikan dan sebagainya.

e. Keluarga sejahtera III plus

Keluarga sejahtera III plus yaitu keluarga–keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun yang bersifat pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Pada umumnya keluarga pra sejahtera dan sejahtera I terdiri dari dua jenis kelompok keluarga. Kelompok pertama yaitu keluarga–keluarga yang miskin dan sangat miskin yang disebabkan karena bodoh atau buta huruf atau bertubi–tubi terkena musibah dan tidak bekerja, rentan dan cacat, janda miskin dengan anak banyak, serta sebab–sebab lain yang tidak mungkin bagi yang bersangkutan untuk bangkit dengan kekuatan sendiri. Mereka itu pada umumnya tidak mampu mempunyai pendapatan yang cukup untuk menutup belanja pokok untuk hidup

(13)

selayaknya manusia dan keluarga yang layak. Kelompok dua yaitu keluarga– keluarga yang tidak peduli terhadap pembangunan yang sedang berjalan. Umumnya kelompok dua ini tidak mengikuti gerak pembangunan yang sedang berlangsung, tidak menjadi anggota PKK, tidak ikut keluarga berencana ( KB ), tidak mengikuti anjuran tentang syarat–syarat kesehatan yang baik, tidak mendengarkan anjuran melalui radio, televise, maupun surat kabar tentang pembangunan maupun mengikuti dirinya sendiri atau tersisih dari berbagai informasi dan ajakan pembangunan tersebut. Sebagian tidak miskin tetapi karena miskin informasi, maka tidak terlihat adanya kelompok keluarga yang sejalan dengan arah pembangunan yang sekarang. Untuk kelompok keluarga yang pertama perlu uluran tangan dan bantuan agar bias dientaskan dari lembah kemiskinannya. Sedangkan untukkelompok yang kedua perlu diberikan bantuan informasi dan ajakan untuk meningkatkan tekad dan motivasinya agar mau menyatu dan mendengarkan informasi pembangunan yang cocok dengan keadaan dirinya.

Kesimpulan dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan akan tercapai apabila semua kebutuhan manusia baik jasmani, rokhani, dan social dapat terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut manusia perlu meningkatkan pendapatan keluarga dan membatasi kelahiran. Maka upaya pemerintah untuk membangun keluarga sejahtera adalah dengan memprogramkan keluarga berencana dengan membentuk keluarga kecil bahagian dan sejahtera.

(14)

F. Hasil penelitian yang relevan

Nama Endang Cuciswara

2003

Puji Arni Astuti 2005

Isnaeni Rizqi S 2014

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui

pengaruh penghasilan petani terhadap minat menyekolahkan anak di Desa Kalilandak Kecamatan Purwareja Kabupaten Banjarnegara Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan penambang pasir dengan minat menyekolahkan anak di Desa Pesanggrahan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap

1. Mengetahui kesejahteraan petani bawang merah di

Desa Rengasbandung

Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes.

2. Mengetahui minat

menyekolahkan anak ke jenjang perguruan tinggi petani bawang merah di

Desa Rengasbandung

Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes

3. Mengetahui pengaruh kesejahteraan dengan minat menyekolahkan anak ke jenjang perguruan tinggi di Desa Rengasbandung Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes

Pengumpulan Data

Angket dan Dokumentasi Angket dan Dokumentasi Angket dan Dokumentasi Metode Penelitian Proposional random sampling Survey dengan pendekatan Korelasi total sampling

Analisis Data Deskriptif Kualitatif Regresi dan Korelasi Korelasi product moment Hasil

Penelitian

Bahwa semakin tinggi kesejahteraan keluarga semakin tinggi pula minat menyekolahkan anak dan sebaliknya

Jika penghasilan tinggi keluarga akan mampu memenuhi sarana dan

prasarana yang

diperlukan oleh anak – anak dalam belajar

sehingga dapat

meningkatkan minat dalam menyekolahkan anak – anak dan sebaliknya .

Semakin tinggi

kesejahteraan petani pemilik maka semakin tinggi pula minat menyekolahkan anak ke perguruan tinggi. Bahwa

semakin rendah

kesejahteraan petani pemilik maka semakin rendah pula minat menyekolahkan anak ke jenjang perguruan tinggi.

(15)

G. Kerangka pikir

Gambar 2.1 Bagan alir Kerangka Pikir H. Rumusan hipotesis

- Kesejahteraan petani bawang merah di Desa Rengasbandung Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes termasuk dalam keluarga ≥ 20% keluarga Sejahtera III

- Minat menyekolahkan anak kejenjang perguruan tinggi ≥ 20% berminat ke Perguruan Tinggi

- Terdapat pengaruh positif antara kesejahteraan terhadap minat menyekolahkan anak kejenjang perguruan tinggi

Indikator Minat - Informasi a. Tv / media b. Tokoh masyarakat c. Penyuluhan - Perhatian a. Psikologis/ mental b. Fasilitas - Kepedulian Indikator Kesejahteraan - Pangan - Papan - Sandang - Kesehatan

- Komunikasi dan Rekreasi - Transportasi - Kegiatan masyarakat - Informasi - Peribadatan - Pendidikan - Penghasilan Perguruan Tinggi

Kesejahteraan Minat menyekolahkan

Gambar

Gambar 2.1 Bagan alir  Kerangka Pikir  H.  Rumusan hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis BTS (Budaya Tudang Sipulung) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memiliki

Metode geolistrik resistivitas (tahanan jenis) adalah salah satu jenis metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara

Rancangan statistik yang digunakan untuk menganalisis data pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat kecemasan siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional

Pertama, bahwa salah satu tujuan pendidikan jasmani adalah mengarahkan peserta didik pada pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis. Melalui aktivitas gerak yang

Menurut Saputri (2011), “menunjukan bahwa variabel tingkat leverage berpengaruh negatif sedangkan profitabilitas, ukuran perusahaan, kepemilikan saham publik berpengaruh

Dewan Komisaris serta pengesahan Laporan Keuangan Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 sekaligus memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung-jawab

Tabel 27 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Barat 38 Tabel 28 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara

Sikap  Menghargai para pewarta (guru agama, pastor paroki, dll)  Perilaku baik selama dan sesudah mengikuti pembelajaran Pengetahuan Tes Tertulis/lisan tentang: