• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERTIFIKAT. Diberikan Kepada. Pdt. Agustinus Setiawidi, Th.D.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SERTIFIKAT. Diberikan Kepada. Pdt. Agustinus Setiawidi, Th.D."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: peringatan harus diberikan kepada para...

(2)
(3)

SERTIFIKAT

Diberikan Kepada

sebagai Pembicara dalam kegiatan

Kursus Teologi Dasar Online Bersertifikat II

dengan Tema

Wakil Ketua IV STFT Jakarta

Bidang Relasi Publik

Pdt. Binsar J. Pakpahan, Ph.D.

Pdt. Agustinus Setiawidi, Th.D.

Kitab Musa

yang diselenggarakan pada 15 Oktober 2020

di Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta

(4)

Seri Kedua

KURSUS TEOLOGI DASAR (KTD)

ONLINE BERSERTIFIKAT

“Pengantar kepada Teologi Alkitab”

01 Oktober 2020

Pdt. Asigor P. Sitanggang, Th.D.

08 Oktober 2020

“Pengantar Teologi Perjanjian Lama” Pdt. Yonky Karman, Ph.D. Pdt. Yonky Karman, Ph.D.

15 Oktober 2020

22 Oktober 2020

Pdt. Agustinus Setiawidi, Th.D.

“Kitab Musa“

05 November 2020

“Kitab Sastra”

“Kitab Nabi”

Pdt. Agustinus Setiawidi, Th.D. “Pengantar kepada Teologi Perjanjian Baru” Pdt. Prof. Samuel B. Hakh, D.Th.

12 November 2020

19 November 2020

26 November 2020

Pdt. Asigor P. Sitanggang, Th.D.

03 Desember 2020

10 Desember 2020

“Injil”

Bambang Subandrijo, Ph.D.

“Surat-surat Pastoral”

Bambang Subandrijo, Ph.D.

“Membaca Alkitab dengan

Mata Baru”

Pdt. Septemmy E. Lakawa, Th.D.

“Kitab Wahyu”

29 Oktober 2020 (Libur)

(5)

Laporan Pelaksanaan Tugas

Narasumber Kursus Teologi Dasar “Kitab Musa”

(Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta)

Berdasarkan Surat Tugas dari Ketua STFT Jakarta No. 168a/Ketua/IX/2020 tanggal 23

September 2020, saya telah menyampaikan ceramah dalam bentuk seminar di sebuah Kursus

Teologi Dasar bertema “Belajar Alkitab”. Materi yang saya bawakan adalah “Kitab Musa”

yang disampaikan melalui zoom pada Kamis, 15 Oktober 2020.

Kuliah umum ini dilaksanakan dalam kerangka membuka wawasan para pembaca Alkitab

mengenai “Kitab Musa”: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan.

Ceramah ini berlangsung 2 jam dimulai dengan presentasi selama 45 menit, dilanjutkan dengan

tanya jawab yang dipandu oleh moderator.

Jakarta, 15 Oktober 2020

Agustinus Setiawidi, Th. D.

(6)

KURSUS TEOLOGI DASAR 2 - STFT JAKARTA “Belajar Alkitab” 1 Oktober - 10 Desember 2020 1

Kitab Musa

Agustinus Setiawidi, Th.D. Nama

Kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama (Kitab Suci Ibrani) memiliki sejumlah lama. Nama yang paling tua adalah Taurat, berasal dari akronim TaNaKh (Torah – Nevi’im –

Ketuvim), menurut kanon Yahudi. Sementara itu, Torah itu sendiri memiliki sejumlah arti:

instruksi, ajaran, hukum, dlsb. Kitab Musa adalah nama lain yang berasal dari tradisi bahwa Musa adalah penulis kelima kitab yang pertama. Sedangkan Pentateuch (Yun. penta, “lima,” dan teuchos, “buku”) berasal dari periode ketika agama Kristen menjadi agama populer, sekitar abad ke-4 ZB. Nama yang terakhir ini semakin sering digunakan di kalangan para pakar.

Sumber-sumber dan Kesatuan

Bagi yang pernah membaca seluruh Kitab Musa – dari Kejadian sampai dengan Ulangan – secara berkesinambungan, maka ada sejumlah petunjuk yang akan membuat kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Kejadian-Ulangan memakai sejumlah sumber yang berbeda-beda, sebagai contoh: dua kisah penciptaan (Kej. 1:1-2:3 dan Kej. 2:4-25); detail dalam kisah Nuh – jumlah binatang yang dibawa masuk ke dalam bahtera (Kej. 6:19//7:2-3); lamanya air bah berlangsung); variasi penggunaan nama ilahi yang cukup konsisten (TUHAN הוהי, Allahםיהלא, Tuhan אינד , dlsb.) Karena itu, muncul sejumlah teori yang ditawarkan para ahli

terkait sumber-sumber yang membentuk kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama, antara lain: Teori Sumber (Hipotesis Dokumen).

Menurut teori yang digagas oleh Julius Wellhausen (1844-1918) ini, Kitab Musa memanfaatkan beberapa sumber terpisah dan mandiri:

1. Sumber J (Jahwist) ditulis pada sekitar 950 SZB di Kerajaan Yehuda, Selatan

2. Sumber E (Elohist) ditulis pada sekitar 850 SZB di Kerajaan Israel, Utara.

3. Sumber D (Deuteronomist) ditulis pada sekitar 621 SZB di Yerusalem sewaktu Raja Yosia mencanangkan Reformasi Keagamaan (1 Raj. 23) 4. Sumber P (Priester) ditulis pada sekitar 450 SZB oleh

kelompok Imam di dalam Pembuangan, Babilonia.

(7)

KURSUS TEOLOGI DASAR 2 - STFT JAKARTA

“Belajar Alkitab”

1 Oktober - 10 Desember 2020

2 Keempat sumber yang mandiri tersebut akhirnya dijadikan satu oleh redaktur sehingga kita mendapatkan Kitab Musa sebagaimana bentuknya yang sekarang ini. Teori Sumber ini telah mengalami sejumlah kritik dan revisi. Belakangan ini, Teori Sumber yang telah lama mendominasi studi tentang asal-usul Taurat ini tidak terlalu banyak diminati. Mungkin yang paling maksimal dapat disimpulkan adalah bahwa redaktur atau para penyunting Kitab Musa memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia pada waktu itu.

Bagaimanapun juga, kesatuan dari kelima Kitab Musa dapat jelas terlihat. Artinya, kelima kitab tersebut berisi sebuah narasi besar yang ditulis dari sudut pandang teologis. Para penulis yang dipakai oleh Tuhan untuk menyusun Kitab Musa bersaksi tentang sejarah umat Israel dalam relasinya dengan TUHAN, dari sudut pandang teologis. Karena itu, mungkin pendekatan teologis terhadap Kitab Musa jauh lebih signifikan dan relevan bagi kehidupan jemaat, ketimbang studi sumber-sumber yang telah membentuk kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama ini.

Kejadian

Kitab Kejadian pada umumnya dibagi menjadi dua bagian: Kejadian 1-11 dan Kejadian 12-50. Bagian pertama menceritakan asal mula kehidupan manusia di bumi, sedangkan bagian kedua mengisahkan sejarah para leluhur Israel, sampai akhirnya mereka tinggal di Mesir. Sejumlah pokok teologis yang dapat digali dari bagian pertama, Kisah Asal Mula Kehidupan, adalah sebagai berikut.

1. Kehidupan adalah Karya Sang Pencipta. Inti dari konsep teologis ini adalah bahwa segala sesuatu ada karena kuasa Allah yang memerintah dan mengatur. Sang Pencipta kehidupan tidak meninggalkan hasil karya-Nya. Ia tetap berelasi dengan ciptaan, termasuk manusia. Relasi ini sangat dinamis, di mana kesetiaan kepada sang Pencipta ada di satu sisi, dan penghianatan pada sisi lainnya. Dari sinilah kita bisa berbicara tentang dosa.

2. Di dalam PL, dosa secara umum dipandang sebagai segala bentuk pikiran dan tindakan yang tidak pada tempatnya; tidak sesuai dengan apa yang seharusya. Keadaan yang baik ketika kehidupan di dunia ini diciptakan dapat diasumsikan sebagai keadaan di mana masing-masing ada di tempatnya. Masing-masing hidup menurut apa yang telah ditetapkan dan apa yang telah ditetapkan itu adalah baik. Bagaimanapun juga, masing-masing juga diberi kebebasan untuk mengambil keputusan. Menurut Kejadian 6:5, manusia semakin memiliki kecenderungan untuk melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan: kejahatan. Kita menjadi yakin bahwa kejahatan bukanlah yang diharapkan oleh Sang Pencipta ketika Ia mengambil keputusan untuk menghakimi kejahatan manusia ini, dengan bencana air bah.

(8)

KURSUS TEOLOGI DASAR 2 - STFT JAKARTA

“Belajar Alkitab”

1 Oktober - 10 Desember 2020

3 3. Air bah adalah bukti bahwa Sang Pencipta memiliki standar kehidupan. Setiap kali standar itu terancam atau dilanggar Ia akan memberi peringatan dalam bentuk hukuman. Dengan kata lain, hukuman bukanlah tujuan, melainkan alat. Ini dibuktikan dengan karakter ilahi Sang Pencipta yang tidak pernah kehabisan anugerah.

4. Anugerah Allah dapat disaksikan dari pemilihan Nuh – sebagai orang yang tetap baik dan tidak mau menjadi jahat – untuk meneruskan kehidupan manusia

Bagian kedua, Kejadian 12-50 berisi narasi besar tentang sejarah Israel yang dimulai oleh pemanggilan Abram (Abraham) oleh TUHAN. Narasi dalam bagian kedua ini berpusat pada janji Allah kepada Abraham untuk menjadikannya bangsa yang besar, dan menjadikannya berkat bagi bangsa-bangsa. Pemenuhan janji itu sendiri tidak berlangsung mulus, bahkan terancam karena sejumlah insiden. Akan tetapi Allah ternyata tetap konsisten dengan apa yang telah Ia ucapkan kepada Abraham.

1. Pemilihan Allah. Allah harus memulai karya penyelamatan-Nya di bumi. Ia harus memiliki sebuah bangsa, melalui sebuah keluarga. Konsep teologi ini memperlihatkan bahwa Allah memilih seseorang atau sebuah bangsa karena tujuan yang telah Ia tetapkan. Karena itu, fokusnya bukanlah kelebihan, kekuatan, keistimewaan atau keunikan dari mereka yang telah dipilih Allah, melainkan Allah itu sendiri yang telah mengambil keputusan untuk menyelamatkan dan memberkati kehidupan yang telah Ia ciptakan.

2. Para Bapa Leluhur dan tokoh-tokoh yang berperan dalam narasi besar sejarah Israel adalah mereka yang dipakai TUHAN untuk terlibat dalam karya penyelamatan. Mereka adalah orang-orang biasa yang menjadi luar biasa semata-mata karena kuasa dan kekuatan yang TUHAN percayakan kepada mereka. Mungkin apa yang dikatakan oleh Yusuf kepada saudara-saudaranya bisa menjelaskan betapa TUHAN mengendalikan sejarah: “ … sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahulu kamu …Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah … (Kej. 45:5-8).

Keluaran

Kitab ini memiliki tema teologis yang sentral tentang: Pembebasan. Sejumlah topik teologis dapat kita gali dari Keluaran.

1. Peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir telah menjadi inspirasi teologis bagi sejumlah gerakan di lingkungan gereja. Yang menjadi penting dalam peristiwa Keluaran adalah bahwa Allahlah yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan.

(9)

KURSUS TEOLOGI DASAR 2 - STFT JAKARTA

“Belajar Alkitab”

1 Oktober - 10 Desember 2020

4 Pembebasan itu diawali oleh “teriakan” bangsa Israel yang tidak tahan lagi hidup di dalam rumah perbudakan. Teriakan itu didengar oleh Allah, demi janji-Nya kepada Abraham, bapak leluhur mereka. Allah mendengar dan menjawab keluh-kesah umat-Nya dengan memilih Musa, pemimpin Israel. Allah, sekali lagi, memakai orang-orang yang dipilih-Nya untuk ambil bagian dalam karya penyelamatan; kali ini dalam bentuk karya pembebasan bagi bangsa Israel.

2. Musa adalah representasi dari pemimpin. Tentang kepemimpinan Musa, telah banyak ditulis bagaimana ia memakai keterampilannya untuk memimpin bangsa Israel. Memang tidak banyak informasi lengkap dalam Kitab Keluaran tentang cara atau manajemen kepemimpinan Musa yang bisa menjadi inspirasi teologis. Akan tetapi, semua usaha untuk mengamati atau meneliti kepemimpinannya tidak boleh melepaskannya dari Sang Pembebas yang telah memakainya sebagai pemimpin untuk membebaskan Israel dari perbudakan.

Imamat

Ditinjau dari isinya, kitab ini jelas terkait dengan kehidupan ibadah dan keagamaan orang Israel pada waktu itu. Para ahli yakin bahwa kelompok Imam telah menghasilkan kitab ini untuk mengatur kehidupan religius Israel kuno.

1. Ibadah sebagai sarana. Banyaknya peraturan yang dibuat oleh para imam memperlihatkan bahwa, secara teologis hidup ini harus teratur, sebagaimana ketika Allah menciptakan kehidupan ini: Ia mengubah kekacauan menjadi keteraturan. Keteraturan itu diberi sarana dalam berbagai bentuk aturan ibadah. Tujuannya, sekali lagi, jelas: supaya hidup ini teratur.

2. TUHAN Israel itu kudus, karena itu Israel harus kudus. Pertama-tama, harus dipahami bahwa predikat “kudus” di sini jelas tidak langsung terkait dengan etika atau moralitas yang mengharuskan Israel harus menjadi seperti Pencipta-Nya. Jelas tidak mungkin. Iman Israel percaya bahwa mereka adalah ciptaan dan TUHAN adalah Sang Pencipta. Konsep kekudusan dalam kitab Imamat tetap berpusat kepada Perjanjian antara Allah dan umat-Nya Israel. Berdasarkan Perjanjian itu, Allah berjanji untuk tetap kudus (“mengkhususkan diri-Nya) untuk Israel. Begitu juga sebaliknya, Israel harus kudus (“mengkhususkan diri-Nya) untuk Allah.

3. Hukum Kasih. Mungkin yang sering atau bahkan telah dilupakan oleh kita adalah bahwa kitab Imamat adalah rujukan yang dipakai oleh Yesus ketika Ia menjawab pertanyaan tentang hukum yang terutama. Bagian pertama: “Kasihilah TUHAN, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” diambil dari Ulangan 6:5. Bagian kedua: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” berasal dari Imamat 19:18. Dengan ini kita ditantang untuk

(10)

KURSUS TEOLOGI DASAR 2 - STFT JAKARTA

“Belajar Alkitab”

1 Oktober - 10 Desember 2020

5 menggali pesan teologis dari setiap aturan keagamaan dalam Kitab Imamat yang intinya adalah bagian dari Hukum Kasih.

Bilangan

Perjalanan bangsa Israel menuju tanah yang dijanjikan diceritakan dalam kitab Bilangan. 1. Pemeliharaan Allah. Tidak lama setelah bangsa Israel keluar dari rumah perbudakan

di Mesir, mereka menggerutu karena tidak tersedianya logistik. Dalam banyak kasus sungut-sungut ini, Allah Israel, Sang Pembebas tetap memelihara umat-Nya. Ia merespons apa yang diminta oleh orang Israel dengan makanan dan minuman. Allah telah membebaskan. Allah juga yang menuntun dan memelihara umat-Nya selama perjalanan menuju negeri yang dijanjikan.

2. Sungut-sungut Israel yang terakhir berlangsung ketika Musa diperintahkan TUHAN untuk membuat ular tembaga yang menyelamatkan orang-orang yang digigit ular-ular berbisa yang sengaja dilepas oleh TUHAN. Jika sungut-sungut sebelumnya direspons oleh logistik, kali ini TUHAN mengganjar orang Israel dengan hukuman. Prinsip ilahi tetapi ditegakkan: barang siapa telah sepuluh kali menggerutu, ia tidak akan menginjakkan kakinya di negeri yang dijanjikan. Kita tetap dapat melihat konsisten dan kesabaran Sang Pembebas, dalam hal ini. Mengapa? Karena prinsip ilahi tersebut adalah hasil dari syafaat Musa sebagai respons atas keputusan TUHAN untuk membinasakan seluruh orang Israel.

3. Allah tetap mengendalikan kehidupan bangsa-bangsa. Kitab Bilangan memiliki sebuah kisah yang cukup populer, Balak dan Bileam. Cerita ini jelas ingin meyakinkan umat Israel bahwa meskipun sejumlah bangsa “tidak bersahabat”, TUHAN tetap memegang kendali. Skenario harus tetap berjalan. Israel harus sampai ke negeri yang dijanjikan. Karena itu, meskipun Bileam, seorang nabi dari Mesopotamia yang terkenal, diminta oleh Balak untuk mengutuki Israel, yang terjadi adalah sebaliknya. Bileam memberkati Israel karena ia dikendalikan oleh TUHAN.

Ulangan

Sebagaimana telah disinggung di atas, kitab ini adalah produk dari sebuah reformasi keagamaan. Sebagai sebuah gerakan pembaharuan, Ulangan adalah sebuah kitab yang telah banyak menginspirasi pemikiran dan kehidupan orang Israel, Yahudi dan Kristen. Apa yang berasal dari Musa dikembangkan dan diberi semangat baru sehingga tetap relevan bagi tiap-tiap zaman.

1. Pengakuan Iman. Di dalam kitab Ulangan kita menemukan pengakuan iman Israel yang diringkas sebagai Syema (Ul. 6:4-5).

(11)

KURSUS TEOLOGI DASAR 2 - STFT JAKARTA

“Belajar Alkitab”

1 Oktober - 10 Desember 2020

6

“Dengarlah, hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”

Jika kita sepakat dengan Martin Noth, maka Ulangan juga memberi informasi tentang Pengakuan Iman Israel yang berpusat pada sejarah Israel.

“Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing … Ia membawa kami ke tempat ini, dan memberikan kepada kami negeri ini … “ (Ul. 26:5-10).

Pengakuan iman tidak berisi spekulasi tentang Allah. Israel mengenal Allah dan mengakui-Nya melalui pengalaman sejarah mereka. Iman memang seharusnya berasal dari pengalaman yang dapat diolah secara logis.

2. Pemaknaan Perjanjian

Kitab Ulangan mempertegas alasan Pemilihan dan Perjanjian secara teologis. Allah harus memulai karya-Nya di suatu tempat. Ia memilih Israel bukan karena kehebatan, kesetiaan, kekuatan yang dimilikinya. Satu-satunya alasan adalah: kasih – “…. karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya… “ (Ul. 7:8). Respons apakah yang paling tepat untuk pemilihan Allah yang seperti ini? Apakah ada yang lebih baik daripada: setia, rendah hati dan adil (band. Mi. 6:8).

3. Berkat dan kutuk dalam kitab Ulangan sebaiknya dilihat dalam kerangka pemaknaan Perjanjian. Bagi umat yang bertekad untuk hidup baru, komitmen menjadi harga mati. Siapa saja yang ingin hidup baru harus meninggalkan hidup yang lama. Karena itu, berkat dan kutuk akan senantiasa menjadi “reminder” untuk masuk ke dalam hidup baru.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk lembar kegiatan peserta didik (LKPD) berbasis saintifik mata pelajaran layanan lembaga keuangan syariah kelas

In terms of modern literature, danmei is parallel to the (online) genre yanqing ‘romance’ that is frequently characterised by ‘Mary Sue’ and

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut adalah penelitian ini secara khusus akan membahas tentang fenomena gaya berpenampilan mode ganguro dan

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas salep daun sirih dan meniran terhadap penurunan jumlah bakteri pada sapi perah penderita mastitis subklinis telah dilakukan

Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis dari 6 item yaitu antara 6–30 dengan rata-rata teoritis sebesar 18, sedangkan kisaran aktual bobot jawaban partisipan

Non Aplicable PT Truslove Young Building Products Indonesia tidak menerima bahan baku kayu bekas/hasil bongkaran, seluruh bahan baku yang diterima berupa kayu bulat hutan hak

Untuk mengetahui kekuatan otot dapat diukur dengan MMT, latihan yang diberikan untuk menambah kekuatan otot wrist adalah dengan Hold Relax merupakan suatu teknik yang

dengan metode granulasi basah, karena jika digunakan metode cetak langsung memerlukan banyak eksipien sehingga berat tablet terlalu besar.. c) Zat aktif yang larut air dalam