• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 SISTEM PELEPASAN BEBAN. listrik. Energi listrik mula-mula dibangkitkan oleh generator yang memanfaatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 SISTEM PELEPASAN BEBAN. listrik. Energi listrik mula-mula dibangkitkan oleh generator yang memanfaatkan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

SISTEM PELEPASAN BEBAN

2.1 Sistem Pembangkitan Listrik

Rangkaian proses dan penghasilan energi listrik hingga energi tersebut dimanfaatkan bagi orang banyak secara aman disebut dengan sistem tenaga listrik. Energi listrik mula-mula dibangkitkan oleh generator yang memanfaatkan berbagai penggerak utama. Dalam hal ini yang dihasilkan oleh generator adalah suatu tegangan dan arus yang nantinya akan ditransmisikan ke beban. Kemudian, tahap yang harus dilalui oleh tegangan tersebut sebelum dimanfaatkan oleh konsumen adalah transmisi tenaga listrik. Komponen penting yang terdapat dalam transmisi tenaga listrik adalah transformator penaik tegangan (Step Up) dan saluran transmisi. Hal ini penting dilakukan karena pada umumnya letak pembangkit cukup jauh dari konsumen, untuk mengurangi rugi-rugi daya ketika penyaluran maka tegangan sistem dinaikkan sehingga arus transmisi kecil. Untuk dimanfaatkan oleh peralatan listrik yang dimiliki oleh konsumen, tegangan dari sistem transmisi masuk ke sistem distribusi. Pada sistem ini yang dibutuhkan adalah transformator penurun tegangan (Step Down) dan saluran distribusi. Penurunan tegangan yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan peralatan listrik. Untuk menghasilkan energi listrik yang handal dan aman bagi peralatan diperlukan sistem proteksi.

Pada sistem pembangkitan tenaga listrik, komponen utama yang dibutuhkan adalah generator dan penggerak utama (Prime Mover). Generator

(2)

merupakan suatu mesin listrik yang mampu mengubah energi kinetik menjadi energi listrik dengan prinsip induksi elektromagnetik. Sedangkan penggerak utama dalam hal ini adalah turbine yang dikopel dengan rotor generator dan bekerja dengan memanfaatkan berbagai macam sumber energi, baik tenaga air, uap, gas maupun diesel.

Generator yang pada umumnya digunakan oleh pembangkit listrik adalah generator sinkron. Pemilihan generator sinkron sebagai pembangkit tenaga listrik disebabkan oleh karakteristik mesinnya yang mampu menghasilkan tegangan relatif konstan (Winanti, 2011).

2.2 Mekanisme Kerja PLTG

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit energi listrik yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya. Turbin gas dirancang dan dibuat dengan prinsip kerja yang sederhana dimana energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar diubah menjadi energi mekanis dan selanjutnya diubah menjadi energi listrik atau energi lainnya sesuai dengan kebutuhannya. Adapun kekurangan dari turbin gas adalah sifat korosif pada material yang digunakan untuk komponen-komponen turbinnya karena harus bekerja pada temperatur tinggi dan adanya unsur kimia bahan bakar minyak yang korosif (sulfur, vanadium dll), tetapi dalam perkembangannya pengetahuan material yang terus berkembang hal tersebut mulai dapat dikurangi meskipun tidak dapat secara keseluruhan dihilangkan.

(3)

Mekanisme kerja PLTG :

Gambar 2.1 Skema Pembangkitan Listrik Tenaga gas (Sumber : Azmi, 2008)

Komponen sebuah pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) terdiri dari : a. Pemampat udara (Compressor)

b. Ruang bakar (Combustion Chamber) c. Turbine gas

d. Generator sinkron

Udara masuk kedalam kompresor melalui saluran masuk udara (Inlet). Kompresor berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut, sehingga temperatur udara juga meningkat. Kemudian udara bertekanan ini masuk kedalam ruang bakar. Di dalam ruang bakar dilakukan proses pembakaran dengan cara mencampurkan udara bertekanan dan bahan bakar. Proses pembakaran tersebut berlangsung dalam keadaan tekanan konstan sehingga dapat dikatakan ruang bakar hanya untuk menaikkan temperatur. Gas hasil pembakaran tersebut dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel yang berfungsi untuk mengarahkan aliran tersebut ke sudu-sudu turbin. Daya yang dihasilkan oleh turbin gas tersebut digunakan untuk memutar kompresornya

(4)

sendiri dan memutar beban lainnya seperti generator listrik. Setelah melewati turbin ini gas tersebut akan dibuang keluar melalui saluran buang (Exhaust).

Pengaturan putaran turbin ketika mulai bergerak hingga mencapai kondisi stabil dilakukan oleh governor. Governor merupakan suatu katup yang berfungsi mengatur banyak sedikitnya bahan bakar yang dialirkan ke ruang bakar. Mode kerja governor menurut karakteristik tanggapan governor terhadap perubahan beban yang disuplai terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Droop

Merupakan suatu mode governor yang mengatur kecepatan turbin pada berbagai variasi beban dapat menghasilkan daya aktif keluaran generator tetap. Ketika terjadi gangguan yang mengakibatkan lepasnya beberapa beban, agar tidak terjadi pemborosan daya yang dihasilkan pengaturan kembali sistem droop pada generator harus dilakukan oleh operator.

b. Isochronous

Merupakan suatu mode governor yang mengatur kecepatan turbin agar dapat menghasilkan daya aktif keluaran sesuai permintaan beban. Dengan begitu daya yang dihasilkan generator sesuai dengan kondisi beban. Sehingga apabila terjadi perubahan beban, maka governor akan memelihara putaran turbin agar frekuensinya tetap berada didalam rentang yang diijinkan.

(5)

2.3 Gangguan Beban Lebih

Terjadinya beban lebih suatu sistem tenaga listrik antara lain adalah akibat adanya pembangkit yang dapat mensuplai daya yang sangat besar keluar dari sistem sehingga mengakibatkan jumlah beban yang disuplai dan besarnya daya yang dihasilkan generator tidak seimbang. Akibatnya frekuensi dari generator semakin lama akan semakin turun. Hal ini tidak boleh dibiarkan terjadi karena akan mempengaruhi kinerja generator (Gunadin, 2009).

2.3.1 Penanggulangan Untuk Gangguan Beban Lebih

Suatu sistem tenaga listrik hendaknya memiliki daya yang dihasilkan oleh pembangkit minimal sama dengan beban yang ditanggungnya termasuk juga rugi-rugi daya yang mungkin terjadi pada sistem tersebut. Namun demi keamanan dan keandalan sistem, sistem pembangkit lebih baik menyiapkan cadangan daya. Ketika suatu sistem interkoneksi tenaga listrik memiliki kondisi dimana daya yang dibangkitkan tidak lagi memenuhi kebutuhan daya beban karena ada pembangkit yang keluar sistem, frekuensi generator yang masih bisa beroperasi semakin lama semakin menurun karena putaran generator semakin lambat akibat beban yang ditanggunngnya semakin besar. Penurunan frekuensi yang berkelanjutan akan mengakibatkan pemadaman total pada sistem untuk menghindari kerusakan pada sistem pembangkitan (ANSI/IEEE Std C37.102-1995). Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah :

(6)

a. Mengoptimalkan kapasitas pembangkit yang masih beroperasi.

Dalam hal ini mengoptimalkan cadangan daya pembangkit yang masih belum dimanfaatkan ketika seluruh pembangkit beroperasi dengan normal. Pengoptimalan daya ini dilakukan oleh pengaturan governor.

b. Pelepasan beban (Load Shedding)

Ketika beban lebih terjadi pada sistem tenaga listrik yang telah mengoptimalkan seluruh kapasitas daya pembangkitnya diperlukan suatu pelepasan beban untuk memperbaiki frekuensinya. Pelepasan beban ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkatan turunnya frekuensi. c. Pemisahan sistem (Islanding)

Ketika penurunan frekuensi terjadi secara drastis dan pelepasan beban tidak mampu mengatasi hal tersebut, hal yang paling mungkin dilakukan sebelum pemadaman total adalah memisahkan sistem pembangkit dan beban yang masih mampu disuplai ke dalam kelompok-kelompok kecil. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan sistem tenaga listrik yang masih bisa beroperasi dengan normal.

2.4 Pelepasan Beban

Pelepasan beban merupakan salah satu fenomena yang terjadi disuatu sistem tenaga listrik yang mengijinkan adanya beberapa beban keluar dari sistem sehingga menghasilkan kestabilan sisem tenaga listrik. Hal ini biasanya disebabkan oleh beban lebih pada sistem, sehingga untuk dapat mengembalikan kondisi sistem seperti sediakala diperlukan pelepasan beberapa beban tertentu.

(7)

Adanya ketidaknormalan yang disebabkan oleh terjadinya beban lebih pada umumnya dipicu oleh beberapa hal, antara lain :

a. Adanya pembangkit yang lepas dari sistem yang mengakibatkan beban yang seharusnya disuplai oleh pembangkit tersebut menjadi tanggungan pembangkit lain.

b. Adanya gangguan pada saluran transmisi sehingga ada beberapa beban yang tidak dapat suplai oleh salah satu pembangkit dalam sistem interkoneksi.

2.4.1 Akibat Beban Lebih Pada Sistem Tenaga Listrik

Gangguan berupa beban lebih dapat mempengaruhi antara daya yang dibangkitkan dan permintaan beban sehingga menyebabkan beberapa hal yang dapat mengganggu kestabilan sistem, yaitu :

a. Penurunan tegangan sistem b. Penurunan frekuensi

Suatu sistem tenaga listrik beserta komponenya memiliki spesifikasi aman tertentu berkaitan dengan tegangan. Setiap komponen memiliki nilai batas bawah dan batas atas tenganan operasi sistem. Hal ini berkaitan dengan pengaruh ketidakstabilan dan kualitas tegangan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan.

Sebagian besar beban pada sistem tenaga listrik memiliki faktor daya tertinggal (lagging) sehingga membutuhkan suplai daya reaktif yang cukup tinggi. Ketika terjadi gangguan pada salah satu generator dalam sistem interkoneksi maka generator yang lain akan terjadi kelebihan beban. Sehingga

(8)

kebutuhan daya reaktif akan semakin meningkat. Akibatnya turun tegangan yang terjadi semakin besar dan menyebabkan kondisi yang tidak aman bagi generator. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu pelepasan beban. Namun, turun tegangan bisa juga diakibatkan oleh adanya gangguan lain seperti misalnya gangguan hubung singkat. Sehingga dalam hal ini penurunan frekuensi merupakan acuan yang lebih baik untuk melakukan pelepasan beban (Hidayat dan Irfan. 2004).

Pada dasarnya setiap generator mimiliki spesifikasi tertentu berkaitan dengan rentang frekuensi kerja yang diijinkan beserta waktu operasi dari frekuensi tersebut. Penurunan frekuensi yang disebabkan oleh adanya beban lebih sangat membahayakan generator. Ketika laju penurunan frekuensi menurun tajam, hal buruk yang mungkin terjadi adalah pemadaman total. Apabila penurunan frekuensi tidak terlalu tajam, dapat segera dilakukan pelepasan beban (ANSI/IEEE Std. C.37.117-2007).

2.4.2 Pelepasan Beban Akibat Penurunan Frekuensi

Pelepasan beban akibat penurunan frekuensi pun diklasifikasikan menjadi dua macam berdasarkan laju penurunannya yaitu :

a. Pelepasan beban manual

Pelepasan beban manual dilakukan apabila laju penurunan frekuensi sangat rendah. Sehingga untuk memperbaiki frekuensi tidak membutuhkan waktu cepat karena sistem dirasa aman untuk jangka waktu yang cukup lama. Pelepasan beban secara manual ini akan membutuhkan beberapa operator yang cukup banyak. Waktu yang

(9)

dibutuhkan pun cukup lama bila dibandingkan dengan pelepasan beban otomatis (Hidayat dan Irfan. 2004).

b. Pelepasan beban otomatis

Pelepasan beban otomatis dilakukan ketika laju penurunan frekuensi cukup tinggi. Dengan adanya pelepasan beban otomatis maka sistem secara keseluruhan dapat diselamatkan dengan cepat tanpa harus menunggu operator bekerja. Pelepasan beban otomatis biasanya didukung dengan beberapa komponen seperti penggunaan Under Frequency Relay (Hidayat dan Irfan. 2004)

Pelepasan beban yang dilakukan akibat penurunan frekuensi yang merupakan efek beban lebih penting dilakukan. Selain untuk menghindari terjadinya pemadaman total, pelepasan beban dapat mencegah :

a. Penuaan yang semakin cepat dari komponen mekanik generator Penurunan frekuensi yang cukup parah bisa menimbulkan getaran (vibration) pada unit turbin. Hal ini mampu memperpendek usia pakai peralatan.

b. Pertimbangan pemanasan

Berkurangnya frekuensi menyebabkan berkurangnya kecepatan motor pendingin generator, berakibat berkurangnya sirkulasi udara yang dapat menyebabkan pemanasan pada generator.

c. Terjadinya eksitasi lebih

Ketika terjadi penurunan frekuensi arus eksitasi generator semakin meningkat hal ini memicu terjadinya eksitasi lebih. Eksitasi lebih

(10)

ditandai dengan fluks berlebih yang dapat menyebabkan munculnya arus pusar, yang dapat menyebabkan pemanasan pada inti generator (Azmi. 2008).

2.4.3 Syarat Pelepasan Beban

Sebelum dilakukan suatu pelepasan beban yang bertujuan untuk pemulihan frekuensi, hendaknya pelepasan beban ini memenuhi kriteria antara lain :

a. Pelepasan beban dilakukan secara bertahap dengan tujuan apabila pada pelepasan tahap pertama frekuensi belum juga pulih masih dapat dilakukan pelepasan beban tahap berikutnya untuk memperbaiki frekuensi.

b. Jumlah beban yang dilepaskan hendaknya seminimal mungkin sesuai dengan kebutuhan sistem tenaga listrik dalam memperbaiki frekuensi. c. Beban yang dilepaskan adalah beban yang memiliki prioritas paling

rendah dibandingkan beban lain dalam suatu sistem tenaga listrik. Oleh sebab itu seluruh beban terlebih dahulu diklasifikasikan menurut kriteria-kriteria tertentu.

d. Pelepasan beban harus dilakukan tepat guna. Oleh karenanya harus ditentukan waktu tunda rele untuk mendeteksi apakah penurunan frekuensi generator akibat beban lebih atau pengaruh lain seperti masuknya beban yang sangat besar ke dalam sistem secara tiba-tiba. Keempat kriteria tersebut harus terpenuhi, dengan begitu pelepasan beban aman untuk dilakukan.

(11)

2.5 Penurunan Frekuensi Akibat Beban Lebih

Suatu generator akan berputar dengan frekuensi yang semakin menurun apabila kopel penggerak mekanik generator besarnya kurang dari torsi beban. Ketika terjadi pembangkit dalam suatu interkoneksi lepas dari sistem, secara otomatis beban yang ditanggung pembangkit yang lepas akan menjadi tanggungan generator yang masih bekerja dalam sistem. Dengan demikian torsi beban generator yang masih mampu bekerja akan bertambah. Peningkatan torsi beban pada generator ini akan diimbangi dengan peningkatan kopel mekanik penggerak generator dengan melakukan pengaturan pada governor untuk mempertahankan frekuensi kerja sistem tetap konstan. Namun, ada saat ketika governor telah dibuka secara maksimal untuk mengalirkan sumber energi penggerak turbin, kopel penggerak mekanik generator besarnya masih kurang dari torsi beban. Hal inilah yang menjadikan frekuensi generator menjadi turun. Untuk mengatasi hal tersebut tentu diperlukan suatu pengurangan torsi beban dengan beberapa cara diantaranya pelepasan beban.

2.5.1 Laju penurunan Frekuensi

Penurunan frekuensi suatu generator dapat disebabkan oleh lepasnya salah satu pembangkit yang berkapasitas besar dari sistem tenaga listrik maupun gangguan hubung singkat. Terjadinya gangguan hubung singkat mengakibatkan penurunan frekuensi dalam waktu singkat, setelah itu frekuensi dapat pulih dengan sendirinya dengan bantuan governor. Sedangkan penurunan frekuensi akibat beban lebih yang sangat besar diperlukan suatu pelepasan beban untuk memulihkan frekuensi.

(12)

Menurut (Gunadin, 2009). Besarnya laju penurunan frekuensi sangat berpengaruh terhadap beberapa hal, antara lain :

a. Jenis pelepasan beban yang dilakukan

Ketika tingkat laju penurunan frekuensi yang terjadi rendah maka pelepasan beban dilakukan secara manual oleh operator. Namun bila laju penurunan frekuensi tinggi maka diperlukan pelepasan beban secara otomatis.

b. Waktu tunda rele

Laju penurunan frekuensi mempengaruhi pengaturan waktu tunda rele. Untuk laju penurunan frekuensi yang tinggi tentu diatur agar waktu tunda rele sesingkat mungkin. Semakin lama waktu tunda rele tentu penurunan frekuensi yang terjadi semakin besar.

c. Jumlah beban yang dilepas

Penurunan frekuensi yang besar harus diimbangi dengan pelepasan beban yang besar, hal ini bertujuan agar mempercepat pemulihan frekuensi, sedangkan ketika laju penurunan frekuensi rendah dimungkinkan untuk melakukan pelepasan beban dalam jumlah besar namun bertahap. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi jumlah beban yang diperlukan.

2.6 Standar Frekuensi Kerja Generator Turbin Gas

Suatu peralatan listrik mempunyai standar operasi tertentu berkaitan denga parameter kerja masing peralatan tersebut. Hal ini bertujuan agar unjuk kerja yang dihasilkan peralatan tetap terjaga denga baik dan umur penggunaan

(13)

peralatan bisa lebih lama. Begitu juga dengan generator, agar unjuk kerja dan masa penggunaanya sesuai dengan yang dianjurkan pabrik maka generator memiliki batas-batas operasi berkaitan dengan parameter frekuensi kerja.

Setiap pembangkit memiliki karakteristik turbin yang berbeda bergantung kepada jenis sumber energi yang dimanfaatkan oleh pembangkit tersebut. Seperti misalnya PLTG menggunakan turbin gas, PLTA menggunakan turbin hidro. Perbedaan ini meliputi bentuk fisik serta karakteristik operasional turbin.

Generator turbin gas memiliki karakteristik frekuensi tertentu, karakteristik frekuensi kerja tersebut 60 Hz dan waktu opersi yang diijinkan telah diatur dalam beberapa standar, antara lain ANSI/IEEE C37.106-1987 dan ANSI/IEEE C37-106-2003 tentang standar frekuensi abnormal yang digunakan dalam pemasangan rele frekuensi. Standar frekuensi kerja abnormal generator turbin gas dan waktu operasi yang diijinkan digambarkan digrafik sebagai berikut :

Gambar 2.2 Standar Frekuensi Untuk Generator Turbin Gas (ANSI/IEEE C37.106-1987 dan ANSI/IEEE C37.106-2003)

(14)

Sesuai standar (ANSI/IEEE 1987 dan ANSI/IEEE C37.106-2003) frekuensi kerja yang diijinkan adalah 60 ± 0.5 Hz. Ketika generator bekerja diluar batas frekuensi tersebut maka terdapat batas waktu operasi yang diijinkan.

2.7 Pengaturan Under Frekuensi Relay

Pada pelepasan beban yang diakibatkan penurunan frekuensi dibutuhkan suatu Under Frequency Relay yang dapat mendeteksi ketidaknormalan tersebut. Sinyal ketidaknormalan tersebut selanjutnya dikirim ke pemutus tenaga yang terpasang di beban yang ingin dilepaskan. Agar memberikan hasil yang maksimal perlu dilakukan beberapa pengaturan Under Frequency Relay (ANSI/IEEE Std. C.37.117-2007). Beberapa parameter yang harus diatur terlebih dahulu adalah :

a. Frekuensi kerja rele b. Waktu operasi rele

c. Koordinasi dengan pemutus tenaga

Apabila terjadi pelepasan beban diharapkan tidak terjadi kelebihan beban yang dilepaskan karena hal ini mengakibatkan kerugian bagi pembangkit maupun pengguna. Oleh sebab itu diperlukan tahapan pelepasan beban untuk menghindari hal tersebut. Tahapan tersebut diatur dalam Under Frequency Relay.

Dalam menanggapi sinyal under frequency. Rele membutuhkan waktu tunda untuk memastikan apakah penutunan tersebut disebabkan oleh beban lebih atau yang lain. Setelah dipastikan bahwa penurunan disebabkan oleh beban

(15)

lebih, rele juga membutuhkan waktu untuk beroperasi. Pada umumnya, masing-masing rele frekuensi memiliki karakteristik waktu operasi tertentu yang dipengaruhi laju penurunan frekuensi. Sehingga untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengaturan waktu tunda dapat disesuaikan dengan karakteristik relay.

Rele frekuensi berfungsi untuk memberikan sinyal kepada pemutus tenaga untuk membuka. Ketika pemutus tenaga bekerja maka beban yang terhubung dengannya lepas dari sistem. Oleh karena pemilihan beban yang akan dilepaskan berdasarkan prioritas nilai ekonomi dan keandalan sistem.

2.7.1 Perkiraan Tahapan Frekuensi Acuan

Frekuensi kerja optimal suatu generator telah ditetapkan oleh beberapa standar. Rentang frekuensi tersebut dibuat untuk menghindari terjadinya gangguan kerja pada akibat under frequency atau over frequency. Ketika frekuensi berada pada rentang tersebut, generator mampu bekerja secara continue, tetapi ketika terjadi gangguan sehingga frekuensi melampui atau kurang dari frekuensi yang seharusnya dari kerja generator menjadi terbatas untuk menghindari terjadinya kerusakan. Diharapkan selama durasi waktu yang diijinkan tersebut frekuensi generator dapat pulih dengan pengaturan torsi mekanik yang dilakukan oleh governor. Jika selama waktu yang diijinkan frekuensi kerja generaor belum pulih atau bahkan semakin turun dibutuhkan suatu acuan frekuensi minimal untuk mengoperasikan rele frekuensi agar melakukan pelepasan beban sesaat kemudian (ANSI/IEEE C37.106-1987 dan ANSI/IEEE C37.106-2003).

(16)

2.7.2 Penentuan Frekuensi Acuan Tahap Pertama

Mulai bekerjanya suatu Under Frequency Relay adalah ketika frekuensi generator memasuki wilayah tidak normal. Untuk mendapatkan keandalan yang tinggi dari sistem tersebut maka harus dipilih tingkat frekuensi tertinggi untuk rele bekerja. Nilai frekuensi tersebut tidak boleh terlalu jauh dengan batas bawah frekuensi nominal.

Pemilihan tingkat frekuensi pertama kali bekerja mutlak ditentukan oleh pengguna. Tentu saja pemilihan frekuensi tertinggi ini melalui pertimbangan-pertimbangan khusus seperti keamanan sistem yang diberikan, kapasitas generator serta kemampuan sistem untuk bertahan pada frekuensi tersebut.

Berikut beberapa nilai frekuensi tertinggi untuk acuan bagi rele trip yang dipilih oleh beberapa perusahaan sesuai standar ANSI/IEEE C37.106-1987 dan ANSI/IEEE C37.106-2003..

Tabel 2.1 Rentang Tingkat Frekuensi Tertinggi Untuk Bekerja Frekuensi

(Hz)

Jumlah perusahaan Menurut Kapasitas Generator (MW) 0-1000 1001-3000 3001-4000 Total 59.6 - 60 2 2 0 4 59.1 - 59.5 28 13 9 50 58.6 - 59.0 9 11 4 24 58.1 - 58.5 5 2 0 7 57.0 - 58.0 1 0 0 2

Dari tabel diatas terlihat bahwa frekuensi tertinggi untuk rele bekerja berada rentang 59.1 – 59.5 Hz. Rentang frekuensi dini berada 0.5 – 0.9 Hz dibawah frekuensi nominal 60 Hz. Rata-rata perusahaan yang paling banyak

(17)

digunakan sebagai frekuensi tertinggi rele bekerja adalah 59.4 Hz. Nilai ini dirasa tidak terlalu rendah maupun tinggi sebagai acuan tahap pertama.

(18)

2.7.3 Penentuan Frekuensi Acuan Tahap Kedua dan Seterusnya

Setelah frekuensi tertinggi untuk rele bekerja ditentukan, ketika terjadi beban lebih pada sistem dan frekuensi turun maka trip akan terjadi untuk memulihkan frekuensi. Ada saat dimana beban yang dilepaskan belum cukup untuk memulihkan frekuensi sehingga frekuensi masih terus turun. Maka diperlukan tahapan yang lebih rendah dari acuan tahap pertama.

Penentuan frekuensi acuan tahap kedua dan seterusnya bergantung pada besarnya perkiraan laju penurunan frekuensi dan waktu operasi rele tahap sebelumnya.

Waktu bekerjanya dipengaruhi tiga faktor yaitu : a. Waktu pick-up

Merupakan waktu yang dibutuhkan rele untuk memulai bekrja setelah terjadi penurunan frekuensi.

Misalnya : frekuensi nominal 60 Hz, frekuensi rele trip yang pertama adalah 59 Hz sehingga waktu pick-up adalah waktu yang dihitung sesaat sebelum frekuensi turun yaitu ketika 60 Hz hingga frekuensi memasuki tahap trip yang pertama.

b. Waktu rele

Merupakan waktu yang dibutuhkan rele untuk menghantarkan sinyal ke pemutus tenaga dan dihitung sejak terdeteksinya sinyal frekuensi trip hingga sinyal tersebut sampai dipemutus tenaga.

(19)

c. Waktu pemutus tenaga

Merupakan waktu yang dibutuhkan pemutus tenaga untuk menerima sinyal darai rele hingga pemutus tenaga terbuka dan beban yang dihubungkan kejaringan oleh pemutus tenaga lepas.

2.7.4 Pengaturan Frekuensi Minimum

Pengeturan frekuensi yang dilakukan Under Frequency Relay juga harus memperhatikan kestabilan sistem. Oleh sebab itu, frekuensi acuan rele untuk trip paling rendah perlu dipertimbangkan dalam pemilihannya sehingga tidak menyebabkan ketidakstabilan sistem yang pada akhirnya dapat merusak kerja generator.

Pengaturan tahap akhir pengaturan tingkat frekuensi trip dari suatu rele disesuaikan dengan keinginan pengguna dengan mempertimbangkan keamanan sistem. Dari hasil survei didapatkan rentang frekuensi :

Table 2.2 Rentang Pengaturan Frekuensi Terendah Rele Bekerja Frekuensi

(Hz)

Jumlah perusahaan Menurut Kapasitas Generator (MW) 0-1000 1001-3000 3001-4000 Total

58 – 59 26 11 8 45

57 – 58 10 11 1 22

56 – 57 4 3 2 9

55 - 56 2 2 2 6

Dari tabel diatas didapatkan rentang frekuensi terendah yang diatur pada rele paling banyak digunakan adalah rentang frekuensi 58 – 59 Hz. Dengan melihat data tersebut, bahwa beberapa perusahaan yang menggunakan sangat

(20)

memperhatikan tingkat kestabilan sistem. Pemilihan ini mangacu standar frekuensi ANSI/IEEE C37.106-1987 dan ANSI/IEEE C37.106-2003.

2.8 Prioritas Beban

Dalam suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai macam beban. Beban tersebut bisa motor induksi maupun penerangan. Beban tersebut memiliki nilai prioritas kebutuhan dan nilai ekonomi bagi penggunanya (Hidayat dan Irfan 2004).

2.8.1 Jenis Beban yang dilepaskan

Ketika terjadi penurunan frekuensi akibat beban lebih untuk mengatasi hal tersebut adalah pelepasan beban. Pelepasan ini diharapkan memperbaiki frekuensi secara cepat tanpa harus banyak merugikan pengguna. Oleh sebab itu beban-beban yang disuplai generator sebaiknya diurutkan menurut parameter-parameter sebagai berikut :

a. Sensitif terhadap kegiatan perekonomian b. Tingkat kesulitan pengasutan

c. Daya yang dibutuhkan

Beberapa pertimbangan yang harus dilepaskan salah satunya apakah beban tersebut sensitif terhadap kegiatan perekonomian. Misalnya disuatu perusahaan minyak dan gas beban yang tidak sensitif terhadap kegiatan usaha adalah rumah tinggal atau penginapan. Sedangkan beban yang sangat sensitif terhadap kegiatan perekonomian antara lain motor-motor listrik untuk eksplorasi.

(21)

Parameter yang lain adalah tingkat kesulitan pengasutan, beban yang dipilih untuk dilepas adalah beban yang dapat dengan mudah dihubungkan lagi kesistem apabila sistem telah bekerja normal.

Parameter yang ketiga adalah daya yang diserap beban, untuk memenuhi kebutuhan beban yang akan dilepaskan terlebuh dahulu dipertimbangkan besar beban yang harus dilepaskan. Setelah didapat perkiraan beban tersebut, maka dipilihlah beban yang sesuai dengan kebutuhan.

2.9 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) 2.9.1 Gambaran Umum

ETAP (Electric Transient Analyzer Program) merupakan suatu software (perangkat lunak) yang digunakan untuk menganalisis suatu sistem tenaga listrik. Perangkat ini dapat bekerja dalam keadaan offline yaitu untuk simulasi tenaga listrik, dan juga dalam keadaan online untuk pengelolaan data real time.

Analisa tenaga listrik yang dapat dilakukan dengan menggunakan ETAP (Electric Transient Analyzer Program) antara lain :

1. Analisa Aliran Daya (Load Flow Analysis) 2. Analisa Hubung Singkat (Short Circuit Analysis) 3. Motor Starting

4. Arc Flash Analysis 5. Harmonics Power System

6. Analisa Kestabilan Transien (Transient Stability Analysis) 7. Protective Device Coordination

(22)

Informasi dan cara penggunaan perangkat lunak ETAP 7.5 disediakan dalam help program perangkat lunak ETAP 7.5

2.9.2 Flow chart Metode Analisa Kestabilan Transien

Pada gambar 2.3 merupakan Flow chart Metode Analisa Kestabilan Transien menggunakan ETAP 7.5

Gambar 2.3 Flow Chart Metode Analisa Kestabilan Transien Membuat Single

Line Diagram CNOOC SES

NBU

Menentukan gangguan pada simulasi yaitu Inoming Kara Lepas, GT 5 dan

GT 7 Lepas dan Incoming Kara Lepas tanpa ada Load Shedding

Menjalankan simulasi program

analysis transient stability dengan

software ETAP 7.5

Tampilkan hasil simulasi program

analysis transient stability ETAP 7.5

Mengulang proses simulasi anaysis

transient stability

pada study kasus yang lain?

Tampilkan hasil plot dan grafik simulasi program

Analisa hasil simulasi program

transient stability ETAP 7.5

Ya

Tidak

Mulai

(23)

Gambar 2.3 merupakan diagram alir (flowchart) Metode Analisa Kestabilan Transien menggunakan ETAP 7.5, dimana proses pertama dimulai hingga selesai program.

Proses metode Analisa Kestabilan Transien sesuai gambar 2.3 adalah:

a. Membuat single line diagram sistem yang akan dibahas, dalam Tugas Akhir ini adalah sistem tenaga listrik CNOOC SES NBU. Data generator, transformator, beban, kabel, pengaman, bus, dapat dimasukan ke dalam program setelah single line diagram dibuat.

b. Menentukan gangguan pada simulasi ETAP 7.5 yaitu Incoming Kara lepas, GT 5 dan GT 7 lepas, Incoming kara lepas tanpa ada pelepasan beban serta memasukan data studi gangguan.

c. Jalankan simulasi program ETAP 7.5 dengan memilih icon Run Transient Stability pada toolbar.

d. Menampilkan hasil program simulasi ETAP 7.5.

e. Mengulang simulasi program pada skenario gangguan yang lain dengan fitur Transient stability.

f. Menampilkan hasil program dengan mengklik tool bar transient stability plot disebelah kanan.

g. Menganalisa hasil simulasi program dan untuk melihatnyadengan mengklik tool bar disebelah kanan report manager.

(24)

2.9.3 Single Line Diagram

ETAP 7.5 (Electrical Transient Analizer program) menyediakan user interface grafis secara utuh untuk membuat single line diagram sendiri. Di editor ini kita dapat menambahkan, menghapus, memindahkan, dan menghubungkan elemen - elemen secara grafis, memperbesar memperkecil, memunculkan grid atau tidak, mengubah ukuran elemen, mengubah orientasi element, mengubah simbol - simbol, menyembunyikan atau menampakkan device protektif, menginputkan property - property, men-setting status operasi, dan lain-lain. Single line diagram merupakan titik awal menuju penganalisaan sistem tenaga. Kita dapat secara grafis membuat sistem elektrik dengan menghubungkan bus-bus, cabang-cabang, motor-motor, generator-generator, dan device - device protektif atau apa saja dari Toolbar Edit Single-Line Diagram. Kita dapat men-double klik pada elemen - elemen untuk membuka editor - editornya dan mengedit properti - properti kelistrikannya, yang termasuk rating - rating, seting - setting, beban, jenis hubungan, dan lain - lain.

(25)

Gambar 2.5 Toolbar Edit dalam ETAP 7.5

Gambar 2.6 Toolbar Edit dalam ETAP 7.5

Pointer 2-Winding Transformer Cable Reactor, Current Limiting Power Grid Wind Turbine Generator Induction Machine Lumped Load Static Load Panel System Remote Connector Static Var Compensator AC Composite Motor Fuse High Voltage Circuit Breaker Auto Recloser Overload Heater Single Throw Switch Instrumentation Display Options Bus 3-Winding Transformer Transmission Line Impedance Generator

MG Set (Rotary UPS) Synchronous Motor MOV Capacitor Harmonic Filter Phase Adapter HV DC Transmission Link Composite Network Contactor

Low Voltage Circuit Breaker In-Line Overload Relay Double Throw Switch Ground Grid

Schedule Report Manager

Current Transformer Voltmeter Multimeter Voltage Relay Frequency Relay Motor Relay Diffrential Relay Tag link Potential Transformer Ammeter

Reverse Power Relay MV solid State Relay Over Current Relay Multi Funtion Relay M

Capacitor Harmonic Filter

(26)

2.9.4 Library

Merupakan informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai dalam sistem kelistrikan. Data elektris maupun mekanis dari peralatan yang lengkap dapat mempermudah dan memperbaiki hasil simulasi ataupun analisa.

2.9.5 Standar yang Dipakai

Mengacu pada standar IEC dan ANSI, perbedaan antara standar IEC dan ANSI terletak pada standar frekuensi yang digunakan yang mengakibatkan perbedaan spesifikasi peralatan yang digunakan. Jika pada standar IEC nilai frekuensi yang digunakan adalah 50 Hz, sedangkan pada standar ANSI nilai frekuensi yang digunakan adalah 60 HZ.

ETAP 7.5 (Electrical transient Analizer program) dapat digunakan untuk bekerja secara langsung dengan tampilan gambar single line diagram / diagram satu garis. Program ini dirancang sesuai dengan tiga konsep utama :

1. Virtual Reality Operasi

Sistem operasional yang ada pada program sangat mirip dengan sistem operasi pada kondisi realnya. Misalnya, ketika membuka atau menutup sebuah cirkuit breaker, menempatkan suatu elemen pada sistem, mengubah status operasi suatu motor, dan untuk kondisi de-energized pada suatu elemen dan sub-elemen sistem ditunjukkan pada gambar single line diagram dengan warna abu-abu.

(27)

2. Total Integration Data

ETAP 7.5 (Electrical transient Analizer program) menggabungkan informasi sistem elektrikal, sistem logika, sistem mekanik, dan data fisik dari suatu elemen yang dimasukkan dalam sistem data base yang sama. Misalnya, untuk elemen subuah kabel, tidak hanya berisikan data kelistrikan dan tentang dimensi fisiknya, tapi juga memberikan informasi melalui raceways yang di lewati oleh kabel tersebut. Dengan demikian, data untuk satu kabel dapat digunakan untuk dalam menganalisa aliran beban (load flow analysis) dan analisa hubung singkat (short-circuit analysis) yang membutuhkan parameter listrik dan parameter koneksi serta perhitungan ampacity derating suatu kabel yang memerlukan data fisik routing.

3. Simplicity in Data Entry

ETAP 7.5 (Electrical transient Analizer program) memiliki data yang detail untuk setiap elemen yang digunakan. Dengan menggunakan editor data, dapat mempercepat proses entri data suatu elemen. Data - data yang ada pada program ini telah di masukkan sesuai dengan data-data yang ada di lapangan untuk berbagai jenis analisa atau desain.

2.9.6 Cara Menggunakan ETAP 7.5 (Electrical Transient Analizer

Program)

1. Membuka Progam ETAP 7.5

Buka Program ETAP 7.5 dengan cara menggeser Cursor Ke logo ETAP 7.5 dengan mengklik program ETAP 7.5. setelah program tersebut

(28)

dijalankan maka akan muncul tampilan seperti gambar 2.5 yang merupakan tampilan pertama program ETAP 7.5.

Gambar 2.7 Tampilan Pertama Program ETAP 7.5

2. Membuat New Project File >> New Project

(29)

3. Membuat Data-data Project

a. Membuat Data Informasi Project

Project >> Project Information

b. Membuat nilai standarisasi

Project >> Project Standart

Menurut (Jusmedy Fery. 2007) langkah-langkah membuat Project adalah :

(30)

Klik Simbol Bus pada Toolbar Edit Gambar 2.5 kemudian membuat bus dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter bus editor. Data bus yang dibutuhkan untuk analisis aliran daya menggunakan program ETAP 7.5 adalah: ID bus, Nominal KV

(31)

b. Generator

Klik Simbol Generator pada Toolbar Edit Gambar 2.5 kemudian membuat generator dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter Synchronous Generator. Data generator yang dibutuhkan untuk simulasi transient stability adalah: ID Generator, Generator type (turbo, hydro w/o damping), Operating mode (Swing, Voltage Control, dan Mvar Control), Rated KV, %V dan Angle untuk swing mode of operation, %V, MW loading, dan Mvar limits (Qmax dan Qmin) untuk Voltage Control mode of operation MW dan Mvar loading untuk Mvar control mode of operation.

(32)

c. Power Grid

Klik Simbol Power Grid pada Toolbar Edit Gambar 2.5 kemudian membuat Power Grid dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter Power Grid.

Data Power Grid yang dibutuhkan untuk analisis aliran daya menggunakan program ETAP 7.5 adalah: ID bus, Nominal KV.

(33)

d. Transformator

Klik Simbol 2-Winding Transformer pada Toolbar Edit Gambar 2.5 kemudian membuat 2-Winding Transformer dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter 2-Winding Transformer. Data transformator yang dibutuhkan untuk transient stability dengan program ETAP 7.5 adalah: ID transformator, Rated KV di sisi primer dan sekunder, Rated MW, Impedansi (%Z dan X/R), Fixed tap (% tap).

(34)

e. Kabel

Klik Simbol Kabel pada Toolbar Edit Gambar 2.5 kemudian membuat Kabel dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter kabel. Data kabel yang dibutuhkan untuk stability transient dengan program ETAP 7.5 adalah: ID kabel, Rated KV ukuran kabel, Impedansi (%Z dan X/R)

(35)

f. Beban Lumped Load

Klik simbol Lumped Load pada Toolbar Edit Gambar 2.5 kemudian membuat Lumped Load dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter Lumped Load. Data beban lumped load yang dibutuhkan untuk transient stability ETAP 7.5 adalah: Load ID, Rated KV, MVA, power factor, dan % motor load, dan % Loading

(36)

g. Beban Static Load

Klik simbol Static Load pada Toolbar Edit Gambar 2.5 kemudian membuat Static Load dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter Static Load. Data beban Static load yang dibutuhkan untuk transient stability ETAP 7.5 adalah: Load ID, Rated KV, MVA, power factor, dan % motor load, dan % Loading .

(37)

h. High Voltage Circuit Breaker

Klik simbol High Voltage Circuit Breaker pada Toolbar Edit Gambar 2.5 kemudian membuat High Voltage Circuit Breaker dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter High Voltage Circuit Breaker. Data pengaman (high voltage circuit breaker) yang digunakan transient stability ETAP 7.5 berdasarkan data yang ada pada library ETAP 7.5, dimana standar yang digunakan adalah ANSI.

(38)

i. Current Transformer

Klik simbol Current Transformer pada Toolbar Edit Gambar 2.6 kemudian membuat Current Transformer dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter Current Transformer.

Data Current Transformer yang dibutuhkan untuk transient stability ETAP 7.5 adalah: info ID, Rated ratio CT.

(39)

j. Potensial Transformer

Klik simbol Potential Transformer pada Toolbar Edit Gambar 2.6 kemudian membuat Potential Transformer dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter Potential Transformer.

Data Potential Transformer yang dibutuhkan untuk transient stability ETAP 7.5 adalah: info ID, Rated ratio Potential Transformer.

(40)

k. Frequency Relay

Klik simbol Frequency Relay pada Toolbar Edit Gambar 2.6 kemudian membuat Frequency Relay dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter Frequency Relay.

Data Frequency Relay yang dibutuhkan untuk transient stability ETAP 7.5 adalah: info ID, setting Frequency Relay

(41)

l. Reverse Power Relay

Klik simbol Reverse Power Relay pada Toolbar Edit Gambar 2.6 kemudian membuat Reverse Power Relay dihalaman kosong pada ETAP 7.5 dengan dobel klik untuk mengedit parameter Reverse Power Relay. Data Reverse Power Relay yang dibutuhkan untuk transient stability ETAP 7.5 adalah: info ID, setting Reverse Power Relay dipilih over power atau under power.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Pembangkitan Listrik Tenaga gas   (Sumber : Azmi,  2008)
Gambar 2.2 Standar Frekuensi Untuk Generator Turbin Gas  (ANSI/IEEE C37.106-1987 dan ANSI/IEEE C37.106-2003)
Tabel 2.1 Rentang Tingkat Frekuensi Tertinggi Untuk Bekerja   Frekuensi
Table 2.2 Rentang Pengaturan Frekuensi Terendah Rele Bekerja  Frekuensi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat peningkatan Aktivitas fisik dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas I A Sekolah Dasar Swasta Erna Sanggau, yaitu dari

Dikeluarkannya kebijakan anti dumping oleh Pemerintah Indonesia ini merupakan suatu bentuk proteksi terhadap industri baja dalam lokal agar terhindar dari kerugian yang

Studi ini memberikan beberapa simpulan sebagai berikut.Kemampuan pemahaman matematik dan kemampuan komunikasi matematiksiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah

Menganalisis dari data yang diperoleh bahwa Pemerintah Kota Surabaya sebaiknya selain melakukan pendekatan pelayanan dengan ‘Mobil Keliling’ dapat dilakukan juga

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengolahan sorgum dengan penambahn air 30% dan asam propionat 1% pada konsentrasi 20% yang disimpan selama 10 hari dapat menurunkan

Yang Diberi tanda / Stabillo, Harap mengumpulkan Softcopy... Yang Diberi tanda / Stabillo, Harap

Setelah modem GSM memberikan respon siap melakukan pengiriman maka message control akan mengirimkan pesan dengan menggunakan prosedur Send_SMS Urutan waktu

dengan tidak berjalannya Perda ini yaitu Sungai Lukulo itu sendiri merupakan sungai yang bertipe influent atau sungai yang airnya ikut mengisi ketersediaan air tanah,