1
PEMBANGUNAN NASIONAL
BIDANG KESEHATAN:
Bahan Diskusi FOPKI
Arum Atmawikarta Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat – Bappenas Ketua Umum Persagi
Outline
1.
Status Kesehatan & Gizi
2.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
3.
RPJPN Bidang Kesehatan
4.
RPJMN Bidang Kesehatan
5.
RKP Bidang Kesehatan
6.
Profil Sumber Daya Kesehatan
7.
Prospek dan Tantangan
I. STATUS KESEHATAN &
GIZI
Secara umum, status kesehatan dan gizi
masyarakat meningkat
• Secara umum, status kesehatan dan gizi masyarakat meningkat
• AKB menurun dari 46 (1997) menjadi 32 per 1.000 kh (2005).
• AKI menurun dari 334 (1997) menjadi 307 per 100.000 kh
(2002-2003).
• UHH meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 69 tahun (2005).
• Prevalensi kurang gizi menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi
28 persen (2005), namun dalam beberapa tahun terakhir ini
cenderung terjadi stagnasi.
Usia Harapan Hidup
52,2 59,8 61,5 63,5 64,3 67,1 69 70,8 72,3 73,3 73,73 0 20 40 60 80 1976 1986 1990 1995 1998 2000 2005 2010 2015 2020 2025 Ta hunTren UHH Proyeksi BPS
Sasaran RPJM : 70,6
Angka Kematian Bayi
68 57 46 40,8 33,9 29,4 25,7 22,5 20,7 18,3 17 15,5 15,5 35 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1989 1993 1997 2001 2005 2009 2013 2017 2021 2025 kemat ian b ayi p e r 1. 000 kel . h id u pTren AKB Proyeksi AKB (BPS)
Target MDG: 23
Sasaran RPJM: 26
Sasaran RPJP: 15,5
Kecenderungan Angka Kematian Ibu (AKI)
262 163 129 390 334 307 102 102 207 226 0 100 200 300 400 500 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 ke m ati an i bu per 100.000 k el ahi ra n hi du pProyeksi (Depkes) Tren AKI SDKI
MDG Target
Sasaran RPJM
Gizi Kurang pada Balita
37,5 35,5 31,6 29,5 22,5 19 13,5 9,5 27,3 26,1 24,6 26,4 27,5 26 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 Pe rs e nTrend Proyeksi (Depkes)
Target MDG
Sasaran RPJM: 20
II.
Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
(UU 25/2004)
Perencanaan – Apa Yang Baru?
Daftar Usulan - “Shopping List”
• Sebanyak-banyaknya • Seindah-indahnya • Tidak terbatas
DULU SEKARANG
Rencana Kerja - “Working Plan”
• Input (Rp., Naker, Fasilitas, dll.) • Kegiatan (Proses)
• Output / Outcome
Sehingga Perencanaan
• Dimulai dengan informasi tentang ketersediaan
sumberdaya dan arah pembangunan nasional Critical point-nya adalah
• Menyusun hubungan optimal antara input, proses, dan output / outcomes
Karena:
Ada Sanksi Pidana Pasal 34 UU 17/2003
Ruang Lingkup Perencanaan
Renja SKPD: Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
Renja K/L: Rencana Kerja
Kementerian / Lembaga
RKPD: Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RKP: Rencana Kerja Pemerintah
Renstra SKPD: Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
Renstra K/L: Rencana Strategis Kementerian / Lembaga
RPJMD: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPD: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (tidak wajib)
RPJPN: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
DAERAH NASIONAL
ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Diacu Diperhatikan Diserasikan MelaluiMusrenbang
RKP RPJM Nasional RPJP Nasional Renstra KL Renja- KL RAPBN RKA-KL APBN Rincian APBN
Pedoman Dijabarkan Pedoman
Pedoman Pedoman Pedoman Diacu Pemerintah Pusat RPJM Daerah RPJP Daerah DaerahRKP Renstra SKPD Renja -SKPD RAPBD RKA -SKPD APBD Rincian APBD Pedoman Pedoman Pedoman Dijabarkan Pedoman Pedoman Diacu UU SPPN Pemerintah Daerah UU KN Bahan Bahan Bahan Bahan
III. RPJP NASIONAL 2006-2025
TANTANGAN
Mengurangi kesenjangan antarwilayah, tingkat
sosial ekonomi, dan gender dalam hal status
dan akses terhadap pelayanan kesehatan
Meningkatkan jumlah dan penyebaran tenaga
kesehatan
Meningkatkan akses terhadap fasilitas
kesehatan
Mengurangi beban ganda penyakit
Mengurangi penyalahgunaan narkotik dan
ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN
Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat Berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian,adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan
Dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang disertai oleh peningkatan pengawasan,
pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan.
Memerhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit,
perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan iptek, serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerja sama
lintas sektor.
Penekanan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya
promotif dan preventif
Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan
Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor
meliputi produksi, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin
IV. RPJMN 2004-2009
Bidang Kesehatan
Sasaran
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui
peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang antara lain ditandai:
– Meningkatnya UHH dari 66,2 tahun menjadi 67,9 tahun
– Menurunnya AKB dari 35 menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup
– Menurunnya AKI dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup – Menurunnya prevalensi gizi-kurang pada anak balita dari 25,8%
Arah Kebijakan Kesehatan:
Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas, dilaksanakan melalui
1. Peningkatan jumlah jaringan dan kualitas Puskesmas,
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga medis,
3. Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin
4. Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup
sehat
5. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia
dini,
19
Program Sumber Daya Kesehatan RPJM
Tujuan :meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga
kesehatan, serta meningkatkan jaminan pembiayaan
kesehatan bagi penduduk miskin
Kegiatan Pokok:
1. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan;
2. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga
kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan;
3. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan, terutama untuk
pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya, serta
rumah sakit;
4. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir
tenaga kesehatan; serta
5. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan bagi penduduk
miskin yang berkelanjutan.
Program Pendidikan Kedinasan RPJM
Tujuan :
Meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan
profesionalitas pegawai dan calon pegawai negeri
departemen atau lembaga pemerintah non departemen
dalam pelaksanaan tugas kedinasan yang diselenggarakan
melalui jalur pendidikan profesi
Kegiatan Pokok:
1.
Pelaksanaan evaluasi pendidikan kedinasan terhadap
kebutuhan tenaga kerja kedinasan dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
pendidikan kedinasan
2.
Pengembangan standar pendidikan kedinasan sesusai
standar profesi
V. RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2008:
PRIORITAS
1. Peningkatan efektifitas penanggulangan Kemiskinan 2. Peningkatan Kesempatan Kerja, Investasi dan EKspor 3. Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan
Pembangunan perdesaan
4. Peningkatan Askes dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan
5. Pemberantasan Korupsi dan Percepatan Pelaksanaan Ferormasi Birokrasi
6. Penguatan Kemampuan Pertahanan dan Pemantapan Keamanan Dalam Negeri
7. Penanganan Bencana, Pengurangan Risiko Bencana, dan Peningkata Pemberantasan Penyakit Menular
8. Percepatan Pembangunan Isnfrastruktur dan Peningkatan Pengelolaan Energi
Arah Kebijakan
1. Peningkatan akses, pemerataan, keterjangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin, melalui pelayanan bagi penduduk miskin di kelas III Rumah Sakit,
pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan
jaringannya, dan peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar
2. Peningkatan ketersediaan tenaga medis dan paramedis
terutama untuk pelayanan kesehatan dasar di daerah terpencil dan tertinggal, melalui pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan,
terutama untuk pelayanan kesehatan di puskesmas dan
jaringannya, serta rumah sakit kab/kota dan daerah bencana
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, melalui
penanggulangan penyakit menular, peningkatan surveilans, dan penemuan dan tatalaksana kasus
Arah Kebijakan
4. Penanggulangan penyakit flu burung dan kesiapsiagaan pandemi influenza melalui penyusunan dan pelaksanaan
surveilans, penanganan pasien/penderita flu burung,
penyediaan obat flu burung, sarana dan prasarana penanganan kasus di rumah sakit
5. Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu
hamil, bayi dan anak balita, melalui peningkatan pendidikan gizi masyarakat, penanggulangan masalah gizi kurang dan gizi
buruk, dan peningkatan surveillans gizi;
6. Peningkatan ketersediaan obat generik esensial,
pengawasan obat, makanan dan keamanan pangan, melalui
peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, peningkatan pengawasan obat penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA), pengadaan sarana dan prasarana BPOM dan peningkatan SDM.
Kebijakan tersebut didukung oleh promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat, peningkatan lingkungan sehat,
peningkatan sumber daya kesehatan, pengembangan obat
asli Indonesia, pengembangan kebijakan dan manajemen
pembangunan kesehatan, serta penelitian dan
pengembangan kesehatan.
Fokus 6: Peningkatan Ketersediaan Tenaga Medis dan
Paramedis, terutama untuk Pelayanan Kesehatan
Dasar di Daerah Terpencil dan Tertinggal
– Pemenuhan tenaga kesehatan, terutama untuk
pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya
serta rumah sakit kabupaten/kota tertutama di daerah
terpencil dan daerah
Fokus 9: Peningkatan Pemanfaatan Obat Generik Esensial,
Pengawasan Obat, Makanan dan Keamanan
Pangan
– Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan
– Peningkatan pengawasan obat, penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA)
– Pengadaan sarana dan prasarana laboratorium
VI. PROFIL SUMBER
DAYA KESEHATAN
Sarana Pelayanan Kesehatan
• Pada akhir tahun 2006, tersedia 8.015 Puskesmas,
22.000 Pustu, dan 6.132 Pusling.
• Hampir seluruh Kabupaten/Kota telah memiliki Rumah
Sakit
• Pos kesehatan desa (poskesdes) telah dikembangkan
sejak tahun 2006
• Pada tahun 2007 diperkirakan akan terus bertambah
• Meskipun demikian sebagian masyarakat belum
sepenuhnya dapat mengakses pelayanan kesehatan
karena kendala jarak dan biaya transportasi.
Situasi kekurangan dokter, bidan dan perawat
Kekurangan kritis
Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk
Stock of Human Resources for Healthper 100,000 population in WHO country members (most recent data available)
Health Service Provision
©WHO 2003. All r ights re ser ved
The boundaries and names shown a nd the designations used on this map do not imply the expression of any opinion whatsoever on the part of the World Health Organization concerning the lega l status of a ny country, te rritory, city or a rea or of its a uthorities, or concer ning the delimitation of its frontier s or boundar ies. Dotted lines on maps represent appr oximate border lines for which there may not yet be full agr eement.
Legend less than 70 70 - 149 150 - 239 240 - 369 370 - 559 560 - 759 760 - 1109 1110 - 1819 1820 and more No Data
Kebutuhan tenaga kesehatan
Jenis tenaga kesehatan dan rasio terhadap penduduk di bandingkan dengan sasaran Indonesia Sehat 2010
Jenis Tenaga Rasio per
100.000 penduduk tahun 2004 Sasaran rasio per 100.000 penduduk tahun 2010 Jumlah tenaga yang dibutuhkan tahun 2010 Dokter Spesialis 5,1 6 14.156 Dokter Umum 7,2 40 94.376 Dokter Gigi 2,5 11 25.953 Perawat 59.6 117 276.049 Bidan 27,3 100 235.939 Apoteker 0,56 10 23.594 Asisten Apoteker 3,72 30 70.785 SKM 0,69 49 115.611 Sanitarian 3.54 40 94.376 Ahli Gizi 3,97 22 51.907
Gambar 4.2. Rasio dokter umum Puksesmas dan Rumah Sakit per 100.000 penduduk
18.23 16.00 15.18 13.20 12.92 12.56 11.92 11.15 11.09 10.69 10.39 9.65 9.59 9.49 9.44 8.90 8.59 8.51 8.46 8.39 8.09 7.58 7.20 6.82 6.40 6.36 6.31 6.23 6.12 5.71 4.40 4.30 0 5 10 15 20 Kaltim Kalteng Bali Bengkulu Sulut Gorontal Irja Barat Jambi Sulteng DI Yogya Riau M alut Sumut Kalsel Sulsel NAD Sumbar DKI Jkt Sultra Babel Papua M aluku Indonesia Lampung Sumsel Kalbar Jateng Jatim NTT NTB Banten
Jabar Distribusi Tenaga Kesehatan:
• 2/3 dokter spesialis di Jawa/Bali • Dokter umum berkumpul di
Jawa dan Sumut
• Rasio nakes/penduduk lebih menyebar, namun rasio yang tinggi belum menjamin akses yang tinggi (kendala geografi, transportasi dan biaya)
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk 11 2,5 Dokter Gigi 22 3,97 Ahli Gizi 40 3.54 Sanitarian 49 0,69 SKM 10 0,56 Apoteker 100 27,3 Bidan 117 59.6 Perawat 40 7,2 Dokter Umum 6 5,1 Dokter Spesialis Sasaran Th 2010 Rasio Th 2004 Jenis Tenaga
Treshold untuk mencapai 80% cakupan
persalinan oleh nakes adalah 2,5 per
1.000 penduduk
≈ 2,6 per 1.000
94 ribu dokter 276 ribu perawat 236 ribu bidan
Kekurangan SDM Kesehatan di 32 Kab/Kota*
33,2 9.216 13.793 Total 100,0 0 21 Epidemiolog 54,9 82 182 Penyuluh Kes. Masy.28,1 530 737 Sanitarian 24,8 312 415 Sarjana Kes. Masy
38,0 404 652 Ahli Gizi 47,2 47 89 Apoteker 26,6 3295 4492 Perawat 35,4 2951 4565 Bidan 40,8 294 497 Dokter Gigi 53,1 30 64 Dokter Spesialis 39,9 593 987 Dokter Kesenjangan (%) Ketersediaan Kebutuhan Jenis Tenaga
Situasi Ketenagaan
di Wilayah Tertinggal /Kec Terpencil
1.
Rasio per puskesmas lebih kecil
2.
Desa terpencil yang dilayani lebih banyak
3.
Proporsi PNS lebih sedikit
4.
Honor daerah dan PTT lebih tinggi
5.
Dukungan pustu dan polindes lebih sedikit
6.
Harapan tinggi terhadap insentif finansial, fasilitas dan
peningkatan karir
VII. PROSPEK &
TANTANGAN SDK
38
IPM Cenderung Meningkat dengan Meningkatnya
Akses Masyarakat ke Fasilitas Kesehatan
47.0 57.0 67.0 77.0
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Presentase Penduduk Yg mempunyai Akses ke Fasilitas Kesehatan
Sasaran RPJM tahun 2009
Meningkatnya derajat kesehatan:
• meningkatnya UHH
• menurunnya AKB, AKI, dan gizi-kurang
sangat tergantung pada jumlah, kualitas dan
distribusi tenaga kesehatan
40
Jumlah Penduduk meningkat dan struktur berubah
205.8 273.7 234.1 219.8 248.2 261.5 0 50 100 150 200 250 300 2000 2005 2010 2015 2020 2025 J u m la h P e nduduk ( jut a j iw a ) 75+ 70 - 74 65- 69 60 - 64 55- 59 50 - 54 45- 49 40 - 44 35- 39 30 - 34 25- 29 20 - 24 15- 19 10 - 14 5- 9 0 - 4
Laki- laki Perempuan
0 2 4 6 8 10 12 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ 12 10 8 6 4 2 0 75+ 70 - 74 65- 69 60 - 64 55- 59 50 - 54 4 5- 4 9 4 0 - 4 4 35- 39 30 - 34 2 5- 2 9 2 0 - 2 4 15- 19 10 - 14 5- 9 0 - 4
Laki- laki Perempuan
0 2 4 6 8 10 12 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ 12 10 8 6 4 2 0 2000 2025
Bagaiman respon sistem ketenagaan menghadapi peningkatan jumlah dan proporsi penduduk usia produktif dan lansia di masa mendatang ?