• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo dikarenakan desa ini memiliki jumlah penduduk yang memiliki rumah tangga miskin terbesar.

Tabel 2. Banyaknya Rumah Tangga Miskin Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Barusjahe Tahun 2015

No Desa Jumlah Rumah Tangga Miskin

Raskin (Kg) KK 1 Rumamis 1.170 78 2 Semangat 750 50 3 Sinaman 960 64 4 Talimbaru 1.110 74 5 Pertumbuken 270 18 6 Bulan Julu 180 12 7 Bulan Jahe 825 55 8 Sukanalu 3.855 257 9 Sukajulu 1.485 99 10 Barusjahe 1.350 90 11 Serdang 885 59 12 Penampen 990 66 13 Sarimanis 1.395 93 14 Tangkidik 345 23 15 Paribun 570 38 16 Persadanta 1.035 69 17 Sikab 1.620 108 18 Tanjung barus 1.620 108 19 Barusjulu 1.290 86 Barusjahe 21.375 1.447

Sumber : Kantor Kecamatan Barusjahe 2016

Tabel 2 diatas diketahui bahwa desa Sukanalu adalah desa yang memilki jumlah rumah tannga miskin terbesar sebanyak 257 KK. Indikator rumah tangga miskin dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang menerima beras miskin (raskin).

(2)

3.2 Metode Penetapan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah

Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak. Pengambilan

sampel dari semua populasi dilakukan acak sederhana tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

Berdasarkan tabel 2, Kecamatan Barusjahe memiliki 19 desa, dimana desa Sukanalu adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Barusjahe peneriman raskin terbesar sebesar 257 KK.

Menurut Sugiyono (2006), besar sampel dapat dihitung dengan rumus Slovin yaitu :

Keterangan : n = Besar sampel N = Jumlah populasi

e = Taraf kesalahan (dalam penelitian ini digunakan α = 10%) Maka dapat diperoleh besar sampel sebesar :

( ) ( )

(3)

Maka dari rumus slovin dapat diperoleh besar sampel yang akan diteliti adalah sebesar 72 rumah tangga misin.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik, dari berbagai literatur, jurnal, dan internet yang mendukung penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga miskin di daerah penelitian, dan dihitung dengan menggunakan formula :

Dimana:

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk belanja pangan (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran (Rp/bulan)

(4)

Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan (Purwantini, 1999).

Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor (pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga) terhadap ketahanan pangan dengan menggunakan pendekatan pangsa pengeluaran pangan pada rumah tangga miskin. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat bantu software spss 21. Setelah data diolah menggunakan spss 21, maka dilakukan interpretasi hasil. Dengan model persamaan sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ ɛ

Keterangan :

Y = Pangsa Pengeluaran Pangan (%) b0 = Koefien Intercept

X1 = Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

D1 = Pekerjaan

X3 = Pendapatan Rumah Tangga (Juta Rupiah)

X4 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang)

(5)

ɛ = Eror

Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien determinan (R2). Pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Digunakan untuk mengetahui apakah variable-variabel bebassecara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variable terikat.

Dengan langkah pengujian:

a. H0 : b1 = 0, Artinya: suatu variabel bebas bukan merupakan variabel penjelas

yang signifikan terhadap variabel terikat.

b. H1 : b1 ≠ 0, Artinya: suatu variabel bebas merupakan variabel penjelas yang

signifikan terhadap variabel terikat. Kriteria Pengujian:

Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak (Taufik, 2016)

.

2. Uji Signifikasi Simultan/Serempak (Uji F)

Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah secara keseluruhan variable independen (bebas) berpengaruh terhadap variable dependen (terikat).

(6)

a. H0 : b1 = 0, Artinya: suatu variabel bebas bukan merupakan variabel penjelas

yang signifikan terhadap variabel terikat.

b. H1 : b1 ≠ 0, Artinya: suatu variabel bebas merupakan variabel penjelas yang

signifikan terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujian :

Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. (Gujarati, 1995).

3. Uji Determinan (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa dekat sebuah nilai Y dengan nilai aktualnya pada sebuah sampel. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Koefisien determinasi (R2

) sebesar 1 berarti suatu kecocokan sempurna sedangkan R2 yang bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variable tak bebas dengan variable yang menjelaskan (Gujarati, 1995).

4. Uji Asumsi Klasik A. Multikolinieritas

Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi di antara variabel bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik. Cara mendeteksi terjadinya multikoleniaritas dalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai koefisien determinasi (R2) tinggi; dalam uji secara serempak (F-test), variabel-variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel

(7)

terikat; tetapi dalam uji secara parsial (t-test), variabel-variabel bebas secara parsial banyak yang tidsk berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, maka hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinieritas.

b. Menganalisis matrik korelasi antar variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi,umumnya di atas 0,90, maka hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinieritas.

c. Melihat nilai standard error. Nilai standard error yang besar mengindikasikan terjadinya multikolinieritas.

d. Melihat nilai toleransi (tolarance) dan VIF. Dengan kriteria uji sebagai berikut: Jika toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10 : terjadi multikolinieritas.

Jika toleransi > 0,10 dan VIF <10 : tidak terjadi multikolinieritas. (Gujarati, 1995).

B. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik, heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas (Gujarati, 1995).

C. Normalitas

Uji asumsi normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui, bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

(8)

Pedoman pengambilan keputusan :

Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05. Distribusi adalah tidak normal. Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05. Distribusi adalah normal. (Gujarati, 1995).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman, merata, dan terjangkau.

2. Rumah tangga adalah kelompok individu atau beberapa rumah tangga yang tinggal bersama dalam satu atap serta menggunakan sumberdaya yang sama dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.

3. Rumah tangga miskin adalah kelompok individu atau beberapa rumah tangga yang menerima beras miskin (raskin).

4. Ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari.

5. Kemiskinan adalah suatu kondisi kehidupan serta keluarga yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. 6. Pendidikan adalah lamanya seseorang menempuh sekolah formal yang dihitung

(9)

7. Pekerjaan adalah mata pencaharian seseorang untuk menghasilkan pendapatan demi mencukupi kebutuhannya.

8. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima (penghasilan) oleh seseorang atas aktivitasnya (pekerjaannya).

3.5.2 Batasan Operasional

1. Sampel penelitian ini adalah rumah tangga miskin.

2. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

(10)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Sukanalu adalah salah satu desa di Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Luas desa Sukanalu 7242 Ha dan berada pada ketinggian ± 1200 meter dari permukaan laut, sehingga termasuk dataran tinggi dengan curah hujan rata-rata 500 mm / tahun dan suhu udara berkisar antara 14º C - 26º C. Jarak dari Desa Sukanalu ke Ibu Kota Kecamatan 4 km, jarak ke Ibukota Kabupaten 7 km, sedangkan jarak ke Ibukota propinsi 137 km.

(11)

Secara administratif daerah penelitian mempunyai batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kubu Colia dan Desa Sukajulu

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukadame dan Desa Sinaman - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bulanjahe

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Seberaya dan Desa Tigapanah

4.1.2 Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di desa Sukanalu adalah berjumlah 3.453 jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 1.619 orang dan perempuan berjumlah 1.834 orang serta jumlah rumah tangga di desa Sukanalu sebesar 951 KK. Secara terperinci keterangan mengenai penduduk di desa Sukanalu dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2015

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 1.619 46,89

2 Perempuan 1.834 53,11

Total 3.453 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa penduduk di desa Sukanalu lebih mendominasi berjenis kelamin perempuan sebesar 1.834 orang atau 53,11%, sedangkan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 1.619 orang atau 46,89%.

4.1.3 Distribusi Penduduk menurut Umur

Distribusi penduduk di desa Sukanalu menurut golongan umur dapat dilihat pada tabel berikut:

(12)

Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Umur Tahun 2015 No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Jumlah

(Orang) Persentase (%) Laki-laki perempuan 1 0-4 43 70 113 3,27 2 5-9 50 80 130 3,76 3 10-14 50 75 125 3,62 4 15-19 90 95 185 5,36 5 20-24 114 120 234 6,78 6 25-29 140 130 270 7,82 7 30-34 105 115 220 6,37 8 35-39 111 118 229 6,63 9 40-44 231 240 471 13,64 10 45-49 220 260 480 13,90 11 50-54 115 141 256 7,41 12 55-59 140 155 295 8,54 13 60-64 110 120 230 6,66 14 > 60 100 115 215 3,76 Jumlah 1516 1.834 3453 97,52

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur 15–64 tahun sebesar 2.870 jiwa atau sebesar 83,11 %, pada kelompok umur 0–14 tahun ada sebesar 368 jiwa atau sebesar 10,66 % dan pada kelompok umur > 60 terlihat 220 jiwa atau hanya 6,23 %.

4.1.4 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di desa Sukanalu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase

1 Sekolah Dasar (SD) 868 25,14

2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 961 27,84

3 Sekolah Menengah Atas (SMA) 773 22,37

4 Dan lain-lain 851 24,65

Jumlah 3.453 100,00

(13)

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa persentase jumlah ibu rumah tangga menurut tingkat pendidikan, antara lain 25,14% penduduk desa Sukanalu berada pada tingkat pendidikan SD, disusul SMP sebesar 27,84%, dan SMA sebesar 22,37%.

4.1.5 Prasarana Tempat Peribadatan

Untuk mengetahui prasarana tempat peribadatan desa Sukanalu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Distribusi Prasarana Tempat Peribadatan Tahun 2015

No. Tempat Peribadatan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 Mesjid 1 16,67

2 Gereja 5 83,33

Total 6 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa tempat peribadatan paling banyak adalah gereja yaitu sebesar 5 unit dan tempat peribadatan yang paling sedikit yaitu mesjid sebesar 1 unit.

4.1.6 Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan yang ada di desa Sukanalu dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Distribusi Prasarana Pendidikan Tahun 2015

No. Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 Sekolah Dasar (SD) 2 66,67

2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 33,33

Total 3 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa prasarana pendidikan yang dimiliki desa Sukanalu yaitu Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 unit dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1 unit.

(14)

4.1.7 Prasarana Kesehatan

Prasarana Kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Distribusi Prasarana Kesehatan Tahun 2015

No. Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 Puskesmas Pembantu (Pustu) 1 33,33

2 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) 1 33,33

3 Pos Kesehatan Terpadu (Posyandu) 1 33,33

Total 3 99,99

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu Tahun 2016

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa prasarana kesehatan di desa Sukanalu terdiri dari puskesmas pembantu (pustu), pos kesehatan desa (poskesdes), dan pos kesehatan terpadu (posyandu) yang masing-masing sebsesar 1 unit.

4.2 Karakteristik Sampel

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Pendidikan ibu rumah tangga dapat mempengaruhi dalam ketahanan pangan keluarga. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu rumah tangga diharapkan pendapatan rumah tangga meningkat, karena dengan pendidikan yang tinggi menentukan pekerjaan yang lebih baik. sehingga pendidikan ibu rumah tangga dapat menentukan kualitas pangan dalam suatu rumah tangga. Karakteristik sampel berdasarkan tingkat pendidikan ibu rumah tangga di desa Sukanalu dapat dilihat pada tabel berikut:

(15)

Tabel 9. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 6 8,33

2 Sekolah Dasar (SD) 23 31,95

2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 35 48,61

3 Sekolah Menengah Atas (SMA) 8 11,11

Total 72 100,00

Sumber: Data primer diolah

Tabel 9 di atas diketahui bahwa di desa Sukanalu tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang paling banyak yaitu tingkat SMP sebesar 35 sample atau 48,61% dari keseluran sampel.

4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan yang di lakukan manusia untuk menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi. Jenis pekerjaan di daerah penelitian meliputi sektor pertanian dan sektor non pertanian pekerjaan. Dimana sektor pertanian dalam penelitian ini yaitu petani dan beternak, sedangkan sektor non pertanian yaitu supir, wirausaha, dan mocok-mocok.

Tabel 10. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Beternak 2 2,78 2 Petani 48 66,67 3 Supir 7 9,72 4 Wirausaha 10 13,89 5 Mocok-Mocok 5 6,94 Total 72 100,00

Sumber: Data primer diolah

Tabel 10 di atas diketahui bahwa mayoritas pekerjaan masyarakat di desa Sukanalu adalah petani sebesar 48 orang atau 66,67% dari keseluruhan sampel.

(16)

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga akan sangat mempengaruhi suatu rumah tangga dalam pembelian dan konsumsi pangan sehari-hari. Semakin rendah pendapatan suatu rumah tangga maka rumah tangga tersebut akan lebih memperhatikan kuantitas dibandingkan kualitasnya. Pendapatan rumah tangga miskin tidak terlalu bervariasi. Karakteristik sampel berdasarkan pendapatan rumah tangga di desa Sukanalu dapat dilihat Berdasarkan tabel berikut:

Tabel 11. Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga

No. Pendapatan Rumah Tangga Jumlah (KK) Persentase (%)

1 < 1.500.000 19 26,39

2 1.500.000 - 2.000.000 33 45,83

3 > 2.000.000 20 27,78

Total 72 100,00

Sumber: Data primer diolah

Tabel 11 di atas diketahui bahwa pendapatan rumah tangga terbanyak di desa Sukanalu yaitu antara Rp 1.500.000/bln sampai Rp 2.000.0000/bln sebesar 33 KK atau 45,83% dari keseluruhan sampel.

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota dalam suatu rumah tangga akan sangat mempengaruhi dalam pembelian dan mengkonsumsi pangan suatu rumah tangga tersebut. Adapun karakteristik sampel berdasarkan jumlah anggota keluarga di desa Sukanalu dapat dilihat pada tabel berikut:

(17)

Tabel 12. Karakteristik Berdasarkan Jumlah anggota keluarga No. Jumlah anggota keluarga

(Orang) Jumlah (KK) Persentase (%)

1 < 4 56 77,78

2 > 4 8 11,11

3 4 8 11,11

Total 72 100,00

Sumber: Data primer diolah

Tabel 12 di atas diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga di desa Sukanalu paling banyak yaitu < 4 orang sebesar 56 KK atau sekitar 77,78% dari keseluruhan sampel.

(18)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pangsa Pengeluaran Pangan

Salah satu indikator ketahanan pangan dapat dilihat dari pangsa pengeluaran pangan. Hukum Working 1943 yang dikutip oleh Pakpahan dkk. (1993) menyatakan bahwa pangsa pengeluaran pangan mempunyai hubungan negatif dengan pengeluaran rumah tangga, sedangkan ketahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini berarti semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tangga semakin rendah ketahanan pangannya.

Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau pengeluaran pangan tinggi (> 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan (Purwantini, 1999).

Sesuai dengan kriteria yang dinyatakan oleh Purwatini (1999), rumah tangga miskin didaerah penelitian ini tergolong rawan pangan (tidak tahan pangan) karena pengeluaran pangan rumah tangga miskin di desa Sukanalu masih besar dibandingkan pengeluaran non pangan. Dimana rata pangsa pengeluaran pangan rumah tangga miskin di desa sukanalu adalah sebesar 76%, ini menunjukkan bahwa pengeluaran pangan rumah tangga miskin di desa sukanalu > 60% dari pengeluaran total rumah tangga (lampiran 5).

(19)

5.2 Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan

Faktor –faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan pada rumah tangga rumah tangga miskin di Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo diuji dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X).

Di dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat (variabel Y) adalah ketahanan pangan pada rumah tangga miskin dengan menngunakan pendekatan pangsa pengeluran pangan dan sebagai variabel bebas (variabel X) adalah pendidikan ibu rumah tangga (X1), pekerjaan (D1), pendapatan rumah

tangga (X3), dan jumlah anggota keluarga (X4).

Pendidikan ibu rumah tangga berkaitan dengan pengasuhan dan kesadaran dalam pemberian pangan kepada anak.. Dan ini menyebabkan rumah tangga tersebut memiliki kesempatan untuk mendapatkan pangan yang lebih bergizi. Adapun tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang paling dominan yaitu tingkat SMP. Pekerjaan bertujuan untuk mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga terutama pangan. Pekerjaan pun memiliki berbagai jenis. Jenis pekerjaan tersebut berpengaruh terhadap pendapatan yang dihasilkan. Sehingga besar kecilnya pendapatan ditentukan oleh pekerjaan. Adapun jenis pekerjaan yang terdapat di dalam penelitian ini yaitu bertani, supir, wirausaha dan mocok-mocok (tidak tentu). Dimana dalam penelitian ini pekerjaan masyarakat yang paling dominan adalah bertani.

(20)

Pendapatan yang dihasilkan rumah tangga berbeda-beda tergantung dengan jenis pekerjaan. Pendapatan adalah uang yang dihasilkan oleh seseorang dari hasil pekerjaan yang telah dilakukan. Pendapat tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi pendapatan yang dihasilkan, maka semakin tinggi juga tingkat konsumsi, sehingga ini berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Dalam penelitian ini pendapatan yang dihasilkan oleh rumah tangga yaitu berkisar antara Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000 per bulan. Jumlah anggota keluarga dapat menentukan seberapa banyak makanan yang dibutuhkan keluarga dalam sehari. Rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih besar akan lebih rentan terhadap masalah konsumsi pangan dibandingkan rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih kecil. Dalam penelitian ini rumah tangga memiliki jumlah anggota keluarga yang paling dominan yaitu < 4 orang yang bekisaran 1-3 orang anggota keluarga dalam rumah tangga.

Maka setelah dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda didapat hasil akhir dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan dengan menngunakan pendekatan pangsa pengeluran pangan pada rumah tangga miskin di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo adalah sebagai berikut:

Dimana :

Y = Pangsa Pengeluaran Pangan (%)

X1 = Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

(21)

X3 = Pendapatan Rumah Tangga (Juta Rupiah)

X4 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang)

ɛ = Eror (Lampiran 7)

Berdasarkan estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai koefisien intersep (konstanta) adalah sebesar 62,13. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek yang ditimbulkan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 62,13. Atau apabila nilai variabel sama dengan nol, maka nilai variabel adalah sebesar 62,13 (Lampiran 7).

Persamaan regresi di atas menjelaskan bahwa:

a. Pada variabel pendidikan ibu rumah tangga (X1) diperoleh nilai

Unstandardized Coeficient (B) sebesar 0,13. Ini menunjukkan bahwa apabila pendidikan ibu rumah tangga mengalami peningkatan sebesar 1 tahun maka pangsa pengeluaran pangan akan mengalami peningkatan sebesar 0,13%. b. Pada variabel pekerjaan (D1) diperoleh nilai Unstandardized Coeficient (B)

sebesar 2,49. Pada variabel bebas ini dikategorikan dalam 2 jenis yaitu sektor pertanian dan sektor non pertanian, dimana sektor pertanian dilambangkan dengan angka 1 dan sektor non pertanian dilambangakan dengan 0. Berdasarkan nilai Unstandardized Coeficient (B) yang diperoleh sebesar 2,49, ini menunjukkan bahwa selisih antara sektor pertanian dan sektor non pertanian adalah sebesar 2,49, dimana nilai tersebut bersifat positif yang menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih berpengaruh terhadap pangsa pengeluaran pangan dari pada sektor non pertanian.

(22)

c. Pada variabel pendapatan (X3) diperoleh nilai Unstandardized Coeficient (B)

sebesar 0,018. Ini menunjukkan bahwa apabila pendapatan mengalami peningkatan sebesar 1 juta rupiah maka pangsa pengeluaran pangan akan mengalami peningkatan sebesar 0,018%.

d. Pada variabel jumlah anggota keluarga (X4) diperoleh nilai Unstandardized

Coeficient (B) sebesar 0,031. Ini menunjukkan bahwa apabila jumlah anggota keluarga mengalami peningkatan sebesar 1 orang maka pangsa pengeluaran pangan akan mengalami peningkatan sebesar 3,09%.

(Lampiran 7).

1. Koefisien Determinasi R2 (R Square)

Nilai koefisien determinasi R2 (R Square) yang di peroleh adalah sebesar 0, 586. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 58,6% variabel bebas (pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga) berpengaruh terhadap variabel terikat (pangsa pengeluaran pangan). Sedangkan sisanya 41,4% dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang tidak di masukkan ke dalam model (Lampiran 7).

2. Uji Signifikasi Simultan/Serempak (Uji F)

Nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 di tolak dan H1 di terima yang berarti variabel bebas (pendidikan ibu rumah

tangga, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga) secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (pangsa pengeluaran pangan) (Lampiran 7).

(23)

3. Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Berdasarkan uji t (uji secara parsial) dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Nilai singnifikansi t pada variabel pendidikan sebesar 0,427 > 0,05. Maka H0

diterima dan H1 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan ibu

rumah tangga secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pangsa pengeluaran pangan. Ini disebabkan karena sampel lebih cenderung mengikuti kebiasaan makan sehari-hari atau cenderung mengikuti kebiasaan makan masyarakat sekitar.

b. Nilai singnifikansi t pada variabel pekerjaan sebesar 0,018 ≤ 0,05. Maka H0

ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel pekerjaan secara

parsial berpengaruh nyata terhadap pangsa pengeluaran pangan. Dalam penelitian ini pekerjaan dikategorikan menjadi 2 yaitu sektor pentanian dan sektor non pertanian. Dimana pekerjaan yang paling dominasi adalah sektor pertanian yaitu bertani. Meskipun masyarakat dominan bertani, namun pendapatan yang didapatkan masih rendah sehingga pangsa pengeluaran pangan lebih tinggi.

c. Nilai singnifikansi t pada variabel pendapatan sebesar 0,043 ≤ 0,05. Maka H0

ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan

rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap pangsa pengeluaran pangan. Hal ini dikarenakan peningkatan pendapatan pada rumah tangga akan mendorong rumah tangga untuk melakukan pengeluaran pangan dengan jumlah besar. Hal tersebut disebabkan dengan meningkatnya pendapatan, kuantitas pangan yang di beli akan lebih mencukupi dan kualitas pangan akan lebih baik. Sehingga ketahanan pangan rumah tangga akan lebih terjamin.

(24)

d. Nilai singnifikansi t pada variabel jumlah anggota keluarga sebesar 0,00 ≤ 0,05. Maka H0 ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa

variabel jumlah anggota keluarga secara parsial berpengaruh nyata terhadap pangsa pengeluaran pangan. Jumlah anggota keluarga yang lebih besar akan meningkatkan pengeluaran pangan, namun bukan berarti ketahanan pangan rumah tangga akan meningkat. Hal ini dikarenakan sebenarnya adanya penurunan pengeluaran pangan rumah tangga yang artinya kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi rumah tangga akan menurun, sehingga akan menyebabkan resiko rawan pangan pada rumah tangga.

(Lampiran 7).

4. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas

Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi di antara variabel bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik. Berdasarkan uji multikolinearitas bahwa semua data (variabel) menunjukkan VIF < 10 dan variables tolerence > 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel tidak terjadi Multikolinearitas (Lampiran 7).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik, heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.

(25)

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara grafik scatterplot dan uji Glejser yaitu sebagai berikut

a. Berdasarkan uji Glejser menunjukkan bahwa signifikansi t semua variabel bebas (pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga) > 0,05. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Lampiran 7).

b. Berdasarkan grafik scatterplot menunjukkan bahwa terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai (Lampiran 7).

c. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk mengetahui distribusi sebuah data normal atau tidak dilakukan dengan 3 uji yaitu Pendekatan uji One-Sample Kolmogrov-Smirnov, grafik (Histogram Uji Normalitas), dan P-P P-Plot Uji Normalitas:

a. Berdasarkan uji One-Sample Kolmogrov-Smirnov diketahui bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,956 lebih besar dari nilai signifikan (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data-data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu jawaban atas pertanyaan yang diberikan terhadap seluruh sampel, dimana variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki hasil data yang berdistribusi normal (Lampiran 7).

(26)

b. Berdasarkan uji pendekatan grafik (Histogram Uji Normalitas) diketahui bahwa data variabel berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh gambar histogram yang mengikuti atau mendekati bentuk lonceng (Lampiran 7).

c. Berdasarkan uji P-P Plot Uji Normalitas diketahui bahwa data-data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan data variabel berdistribusi normal (Lampiran 7).

(27)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rumah tangga miskin di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo tergolong rawan pangan (tidak tahan pangan) karena pengeluaran pangan rumah tangga miskin di desa Sukanalu masih besar dibandingkan pengeluaran non pangan.

2. Pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga secara parsial berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan pada rumah tangga miskin. Namun pendidikan ibu rumah tangga tidak berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan pada rumah tangga miskin.

3. Pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga secara serempak berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan pada rumah tangga miskin.

6.2 Saran

1. Untuk Masyarakat

Diharapkan adanya penyuluhan khususnya kepada keluarga yang berpenghasilan rendah untuk meningktakan pendapatan guna mewujudkan ketahanan pangan yang terjamin di tingkat keluarga.

2. Untuk Pemerintah

Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagai setiap individu oleh kerena itu, perhatian yang intensif sangat perlu dilaksanakan terkhusus bagi rumah tangga miskin. Dalam hal ini Pemerintah diharapkan dapat memberikan

(28)

stimulus bagi rumah tangga miskin dalam pencapaian katahanan pangan melalui perhatian terhadap pendapatan keluarga seperti pemberian modal usaha bagi KK miskin, peningkatan pendidikan seperti mengadakan sekolah paket A, B, dan C atau pelatihan informal, dan pendataan yang dilakukan minimal satu tahun sekali untuk melihat kondisi masyarakat, sehingga pembagian beras raskin dapat lebih adil dan merata.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan meneliti lebih lanjut tentang faktor – faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga miskin di daerah – daerah lain seperti di daerah Dairi, Samosir, dan daerah yang masih memiliki rumah tangga miskin.

Gambar

Gambar 2. Peta Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo

Referensi

Dokumen terkait

Compilation of the individual substances for Annex 6, part 6 / Auflistung der Einzelsubstanzen zu Anhang 6, Teil 6. N-Nitrosamines; N-nitrosatable substances /

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 sebelum pendidikan kesehatan dapat diketahui sebagian besar atau sebanyak 14 siswi (70%) memiliki tingkat pengetahuan

Namun pertunjukan wisata di Kota Padang belum mempunyai suatu paket yang khusus sebagai sqiiar pa'iwisata- Semua paket yang dipertunjukkan kepada wisatawan sama

dan rincian obyek pembiayaan pada rancangan Perkada, untuk menilai capaian realisasi dibandingkan anggaran. pastikan apakah pengeluaran pembiayaan.. yang sesuai ketentuan

Hasil ujicoba sistem penyeleksian warna dan berat berat barang menggunakan pergerakan lengan robot yang dilakukan membuktikan bahwa sistem lengan robot mampu dan efektif

Sebagai salah satu instansi pemerintah yang bekerja secara profesional serta upaya untuk menjamin kualitas Semen beku di lapangan /daerah, maka Balai Besar Inseminasi Buatan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Desa Tahunan, Kecamatan Sale, Rembang. Keberadaan kelompok kesenian yang ada di desa tersebut masih membutuhkan

Puskesmas Kare melaksanakan sebagian besar program pokok Puskesmas Kare melaksanakan sebagian besar program pokok Puskesmas, namun dalam P O A ini hanya membahas